Professional Documents
Culture Documents
DESKRIPSI
Jenis Drama : Drama Komedi Situasi
Durasi : 45 Menit
Jumlah Pemain : 18 Orang
- 8 Laki-Laki
- 10 Perempuan
SINOPSIS
Sentot adalah seorang pemuda berusia 21 tahun asal Tegal yang bercita-cita sebagai artis terkenal.
Ia sangat menyukai tokoh idolanya, yaitu Bang Haji alias Rhoma Irama. Saking ingin ngetopnya, ratusan
casting ia jalani. Mulai dari casting iklan sabun colek, casting krim kecantikan, casting susu bayi, sampai
casting layar lebar pun ia jalani. Namun, semua casting-casting di atas tidak semudah dan semenyenangkan
yang ia pikirkan.
Bosan menjadi artis, ia mencoba melangkahkan kaki ke dunia tarik suara. Keinginannya menjadi
seperti Bang Haji membuat ia harus menjual kambing kesayangannya, bernama
Panjol, untuk menambah uang tabungannya. Uang tabungan dan hasil penjualan ia serahkan kepada
agen pencari bakat. Namun, sayang. Boro-boro jadi artis terkenal, ia malah ditipu oleh orang yang
mengaku agen pencari bakat tersebut. Akhirnya ia menjadi stres akut alias gila dan harus dilarikan ke RSG.
Namun, di sanalah cita-citanya menjadi seperti Bang Haji terkabul. Di dunianya yang baru ia memunyai
banyak teman seprofesi dengannya, walau hanya dalam khayalan.
PEMAIN :
1. Tokoh Utama:
Sentot Sakti Mandraguna (Sentot).
Polos dan lugu.
Berlogat Tegal.
Badan jangkung kurus dan suka sekali berpenampilan seperti Rhoma Irama.
2. Tokoh Sampingan:
a. Biyung (ibu).
b. Winuk (teman semasa kecil).
c. Prapti (teman semasa kecil).
d. Tono (teman semasa kecil).
e. Jack alias Jaka (teman seperantauan).
f. Mas Dedi (sutradara iklan sabun colek).
g. Pak Roy (sutradara iklan krim kecantikan).
h. Bunda Neno (sutradara iklan bubur bayi).
i. Mas Hanung (sutradara layar lebar).
j. Astuti yang berperan dalam film Anak-Anak Cebol.
k. Selly (agen pencari bakat gadungan).
l. Sarah (asisten Sarah).
m. Dokter RSG.
n. Suster RSG.
o. Pasha Ungu (orang gila).
p. Siti Nur Haliza (orang gila).
q. Gitta Gutawa (orang gila).
Sesampainya di depan teras, tiba-tiba ada teman-teman Sentot yang menangis bercucuran air mata
karena sedih ditinggal Sentot merantau.
Prapti : TotSentot, kowe jadi pergi?
Tono : Kalau kowe sudah jadi kayak Bang Haji, enyong dikenalkan sama Mbak Angel Lelga yo Tot.
Prapti : Hus, mbok yo liat dulu wajahmu tu kayak apa!
Sentot : Iyo, iyo, enyong nggak bakalan lupa sama kalian. Nanti kalau enyong sudah terkenal Biyung
dan kalian enyong ajak ke Palestin!
Biyung : Lha, ngapain ke Palestin? Di sana kan tempatnya perang! Emangnya kowe piker Biyungmu ini
bom molotov apa? (sambil memukul Sentot dengan tongkat) Winuk : Sentot hiks.
(menangis)
Sentot : Oh iya. Nuk, nanti kalau enyong sudah jadi terkenal, tenang! Kowe pasti tak lamar. Winuk :
Bener yo Kang. Sentot : He eh (sambil mengenakan kacamatanya dan berangkatlah ia ke
Jakarta dengan membawa barang-barang kunonya)
SCENE 2 (kos-kosan, Jakarta
Sesampai di Jakarta ia bertemu dengan Jack alias Jaka yang berasal dari Madura. Mereka sama-
sama mengadu nasib di Ibu Kota.
Sentot : (turun dari mikrolet sambil memegang kertas alamat) Lha, bener nggak ya enyong ini? Tapi
kayaknya alamatnya sama. Ah, mending enyong tanya bae lah!
(mendekati Jack yang sedang berjualan sate)
Sentot : Kang, Kang, apa bener ini Jalan Musyawarah no.20?
Jack : E, e, e, bener taiye! Sampean siapa? (dengan logat Maduranya yang khas)
Sentot : Saya Sentot, Kang. Sentot Sakti Mandraguna.
Jack : Oh, Mas Sentot ya? Saya Jack alias Jaka.
Sentot : Oalah, Mas Jack tho? Yang di pezbuk kae?
Jack : Iya, bener taiye. Kita kan sering ngobrol di facebook! Untung sampeyan nggak nyasar. Ayo,
tak tunjukin apartemennya. (menuju kos-kosan) Lha, ini apartemennya. Mewah sekali taiye!
Sentot : Lho, kok malah gubuk? Kata sampeyan apartemen? Wah, sampean mboongin enyong ya?
Di pezbuk bilangnya sampeyan seorang pengusaha, tinggalnya di apartemen!
Jack : Bo, abo! Ini juga saya sedang usaha taiye. Sudah, sampeyan istirahat aja. Saya mau keliling
dulu njualin dagangan saya.
Akhirnya Jack berkeliling jualan sate dengan logat te-sate. Dan Sentot pun berbaring di kamar yang
sempit.
Dengan semangatnya, Sentot langsung ganti kostum menjadi suami yang teraniaya dengan kaos
oblong dan celana pendek. Dalam adegannya, ia dianiaya sang istri karena menyuci pakaian tidak bersih.
Sedangkan sang istri hanya duduk-duduk sambil memegang uang arisan. ***Dalam bagian ini, tayangan
iklan hanya dimainkan secara lipsing (tanpa suara), karena hanya menggambarkan akting Sentot saat
menjadi suami yang teraniaya. Bagian ini membutuhkan figuran yang berperan menjadi istri dan music
yang mendukung cerita.
SCENE 7 (di kos-kosan, kampung halaman di Tegal, dan kembali lagi ke kos-kosan)
Di kamar kosnya, Sentot mengeluh seorang diri.
Sentot : Kenapa ya, enyong selalu dijadikan peran yang itu-ituterus. Yang disiksalah, yang
dijadikan bulan-bulanan. Apalagi tuh waktu di AAC, masa yang jadi lawan main bukan
Aisya, ehmalah Astuti. Oalah, ternyata itu bukan Ayat-Ayat Cinta, tapi Anak-Anak Cebol.
Untung, enyong nggak dijadikan peran cebolnya. (sambil makan kerupuk)
Ketika sedang asyik makan kerupuk, tiba-tiba HP Sentot berbunyi.
Sentot : Halo, Sentot iki!
Selly : Gue Selly, Mas, agen pencari bakat itu. Mas jadi kan buat album rekaman lagu dangdut?
Sentot : Oh, iya. Tunggu, Mbak. Enyong belum punya uang. Besok enyong mau pulang ke Tegal, mau
jual kambing-kambing enyong Buat nambahin uang bikin album. Capek enyong jadi figuran
iklan terus! Hmm, nganu. Berapa Mbak kemarin totalnya?
Selly : 5 juta, Mas. Oke besok lusa gue tunggu.
Esoknya, di kampung halaman Sentot di Tegal.
Sentot : Panjol, maaf yo. Enyong terpaksa menjual kamu, demi cita-cita enyong menjadi penyanyi
terkenal kayak Bang Haji Rhoma Irama. Maafin enyong ya. (sambil mengelus-elus kelima
kambingnya)
Dua hari kemudian, Sentot kembali ke Jakarta. Ia membawa uang hasil penjualan kelima
kambingnya untuk diserahkan kepada Selly dan Sarah, agen pencari bakat. Di sana tampak Selly ditemani
Sarah, asistennya yang terlihat memayungi bosnya.
Selly : Mana duitnya?
Sentot : Ini, Mbak. Pas lima juta.
Selly : Tenang aja. Lu pasti gue jadiin penyanyi terkenal. Duit ini buat DP bikin album rekaman.
Sentot : Bener yo, Mbak. Enyong pasti bakalan terkenal, lha wong suara enyong merdu nggak
ketulungan kiye. (lalu menyanyikan lagu Rhoma Irama) Tuh, merdu kan?
Sarah : Iya, merdu banget kayak suaranya Bang Haji. (sambil manggut-manggut)
Selly : Ya, ya. Gue percaya. Tenang aja, gue bakal jadiin lu artis terkenal. kayak siapa noh, idola lu?
Sentot : Bang Haji, Mbak. Alias Rhoma Irama.
Selly : Ya, ya. Itu! Ok ya. Gue masih banyak klien. Ayo, Sar. Cabut! Sarah : Ok, Bos!
SCENE 8 (kos-kosan)
Tak berapa lama setelah Selly dan Sarah pergi, datanglah Jack dengan gerobak satenya.
Jack : Te-sate. Te-sate. Bo, abo. Sampeyan kok masih di rumah? Memangnya nggak ikut casting
lagi? (sambil memarkir gerobak satenya, lalu membaca Koran yang baru dibelinya)
Sentot : Ah, enyong sudah bosan ikut casting. Masa laki-laki ganteng kayak enyong dijadikan bulan
bulanan terus? Sekarang enyong mau ganti profesi jadi penyanyi aja, kayak Rhoma Irama.
Makanya, enyong rela ngejual wedhus-wedhus enyong seharga lima juta buat dibayarkan ke
agen pencari bakat terkenal, Mbak Selly dan mbak Sarah
Jack : Bo, abo. Sebentar, sebentar. Tadi agen pencari bakatnya namanya siapa?
Sentot : Mbak Selly dan Mbak Sarah. Hu, nggak pernah dengar nama bagus ya? Gitu aja heran.
Jack : Hmm, kena tipu sampeyan. Nih, baca! (sambil menunjukkan koran) Wanted! Agen pencari
bakat gadungan, Selly dan Sarah, kakak-adik penipu kelas kakap. Berhati-hatilah terhadap janji
manisnya. Kalau tidak, bisa-bisa uang Anda raib! Jika anda menemukan mereka, harap hubungi
kami segera!
Sentot : Wah, modyarr!! Enyong kena tipu! Yung, Biyung. (sambil berteriak histeris)
SCENE 10 (RSG)
Tiba-tiba, Sentot telah dibawa ke RSG oleh dokter dan perawat. Ia berontak dan tetap bersikukuh bahwa ia
tidak gila.
Sentot : Enyong ora gila! Enyong ora gila!
Dokter : Diam kamu! Kalau kamu melawan, nanti saya njuuuuss. Suster, tolong ambilkan suntikan!
Suster : Baik, Dok Kemudian dokter menyuntikkan obat penenang kepada Sentot hingga ia tertidur
pulas. Beberapa saat kemudian, ia terbangun. Dan berjalan-jalan mengelilingi RSG dengan
ekspresi linglung.
Sentot : Tega bener tuh dokter! Enyong ora gila kok malah dibawa ke tempat ginian
(sambil berjalan) Ketika sedang melamun, Sentot bertemu dengan pasien lainnya. Mereka sama-
sama terobsesi menjadi penyanyi terkenal.
Pasha : (menyanyikan lagu Ungu sambil berputar-putar mengelilingi Sentot. Ia memainkan tanggannya,
seolah-olah sedang bermain gitar)
Dokter : Nama kamu siapa? Pasha : Pasha, Dok.
Dokter : Kalau begitu kamu belum bisa pulang. Wong namamu Paimin kok ngaku Pasha. Ayo, masuk!
(Sentot kembali termenung. Beberapa saat kemudian muncullah Siti Nur Haliza.)
Siti : (menyanyikan lagu Siti sambil berputar-putar mengelilingi Sentot)
Suster : (datang menghampiri Siti) Eh, ayo Siti Nurbiawak. Sudah saatnya minum obat. (sambil menarik
tangan Siti)
Siti : Gue bukan Siti Nurbiawak. Gue Siti Nur Haliza! Lepasin tangan gue!
Suster : Ayo, ayo (menyeret Siti dan membawanya ke kamar pasien)
Tak lama kemudian, datanglah Gitta Gutawa.
Gitta : (menyanyikan lagu Siti sambil berputar-putar mengelilingi Sentot)
Suster : (kembali dari kamar) Eh, ini lagi. Ayo, kamu juga masuk kamar! (menyeret Gitta ke kamar)
Gitta : (tetap menyanyi dan bergaya bak Gitta Gutawa)
Tiba-tiba, petir menyambar keras! Sentot pun terkejut, lalu pingsan.