You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan saat ini sangat berkembang dengan pesatnya. Banyak
teori-teori keperawatan yang hingga saat ini masih digunakan dan diaplikasikan
didalam praktik keperawatan baik di lingkungan akademisi maupun lingkungan
rumah sakit.
Perawat mempunyai fungsi yang unik dalam memberikan asuhan
keperawatan yang memperhatikan perbedaan biopsikososio dan spiritual dari
masing-masing orang. Tindakan keperawatan bersifat membantu orang yang
membutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas kemandirian
dalam mencegah dari sakit, memperbaiki kesehatannya, atau menghadapi
kematian. Dalam menjalankan fungsi dan peran perawat maka digunakanlah
ilmu pengetahuan (sains) terapan yang mendasar dalam melakukan /
menerapkan praktik keperawatan sehari-hari
Sebagai ilmu pengetahuan (sains) terapan, keperawatan menggunakan
konsep, teori dan gabungan dalam berbagai disiplin ilmu sehingga sains
keperawatan menjadi tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Ilmu yang
berkembang juga mengakibatkan perkembangan dalam dunia pendidikan
dahulu pendidikan keperawatan yang tertinggi adalah sarjana keperawatan
namun saat ini dimana lulusan keperawatan sudah ada yang menyandang
gelar professor keperawatan sehingga kedepannya ilmu keperawatan
diharapkan menjadi lebih maju lagi. Sehingga apa yang diinginkan oleh semua
dimana keperawatan mampu memberikan pelayanan paripurna yang
mengedepankan biososio dan spiritual dapat terwujud.
Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar terhadap manusia
secara utuh yang menjadi kerangka dasar praktik keperawatan sehingga
dibutuhkan pemahaman mendalam tentang falsafah dan paradigma sangat
dibutuhkan dalam peningkatan profesionalisme dalam dunia keperawatan.
BAB II
KONSEP TEORITIS

A. Falsafah dan Paradigma Keperawatan


Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut. (KBBI).
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitive
dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan
penerapan (The Liang Gie, 1991).
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia (Wikipedia). Sains (science) merupakan istilah umum yang mengacu
pada ilmu pengetahuan yang mendasari disiplin ilmu yang telah dikembangkan
secara teliti dan sistematis. Menurut Jacox sains adalah body of knowledge
yang sistematis yang mempunyai tujuan utama menemukan kebenaran
tentang dunia yang diperkuat melalui pemeriksaan secara empiris (Peterson &
Bredow, 2004).
Menurut Meleis, sains adalah kesatuan dari body of knowledge tentang
fenomena-fenomena yang didukung oleh fakta-fakta, sedangkan Power dan
Knapp mendefinisikan sains sebagai aktivitas yang mengkombinasikan riset dan
teori (McKenna, 1997). Jadi sains merupakan pengetahuan sistematis yang
dikembangan melalui dasar rasional dan empiris (diobservasi, diteliti atau diuji
coba).
Sains keperawatan menurut Stevenson dan Woods merupakan area ilmu
pengetahuan yang fokus pada adaptasi individu dan kelompok terhadap
masalah kesehatan yang aktual ataupun potensial, lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan manusia dan intervensi terapeutik yang
meningkatkan kesehatan dan mempengaruhi efek penyakit. Sementara itu
menurut Fogel-Keck ilmu keperawatan adalah body of knowledge yang
berhubungan erat dengan disiplin keperawatan, termasuk proses dan
metodologi yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan (McKenna,
1997).
Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007) menjelaskan ilmu memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a) Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya
dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih
harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah
kebenaran yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
b) Metodis
Metodis berasal dari kata Yunani, metodos yang berarti cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan
umumnya merujuk pada metode ilmiah. Metodis adalah upaya-upaya yang
dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan
dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat
cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
c) Sistematis
Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan
logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
d) Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut
1800.
Falsafah dan paradigma keperawatan akan mempengaruhi
perkembangan teori keperawatan selanjutnya. Sebelum membahas lebih
lanjut tentang falsafah dan paradigma keperawatan, akan dijelaskan arti dari
tiap-tiap istilah di atas:
1. Pengertian Falsafah Keperawatan
Filosofi atau falsafah adalah seperangkat nilai atau kepercayaan.
Filosofi diartikan juga sebagai pernyataan tentang fenomena sentral yang
menjadi minat bagi disiplin ilmu, tentang bagaimana proses fenomena
tersebut diketahui dan tentang nilai-nilai yang diyakini anggota disiplin
tersebut (Fawcett, 2005). Filosofi akan mempengaruhi bagaimana akademisi
menampilkan tindakannya, bagaimana mereka menginterpretasikan tujuan
yang ingin dicapai dan bagaimana mereka memandang ilmu dan
pengetahuan tersebut. Kedudukannya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, filosofi berguna untuk menginformasikan kepada anggota
disiplin ilmu dan masyarakat umum tentang nilai dan keyakinan tertentu
yang dianut oleh disiplin tersebut (Tomey & Alligood, 2010).
Filosofi keperawatan merupakan sistem keyakinan profesional perawat
atau cara pandang keperawatan. Filosafi memberikan suatu pandangan yang
unik tentang praktik keperawatan, tentang fenomena yang menjadi fokus
perhatian disiplin keperawatan dan nilai-nilai yang diyakini perawat dalam
melakukan praktik keperawatan (Fawcett, 2005).
Filosofi keperawatan adalah pernyataan dasar dan universal, nilai dan
prinsip tentang hakikat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi), tentang
sifat alami suatu entitas yang diwakili dalam metaparadigma. (Peterson &
Bredow, 2004).
a. Falsafah Keperawatan Menurut Beberapa Ahli
The Most important lesson that can be given to nurse is to teach
them what to observe-how to observe-what symtoms indicate
improvement what the reverse what are of importance-which are of
none what are evidence of neglet-and of what kind of
neglet(Nightingale, 1969, p. 105).
Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etika,
estetika, metafisika, dan epistemologi. Falsafah juga merupakan kajian
tentang penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingin-tahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada
alasan logis daripada metoda empiris.
Beberapa falsafah keperawatan dijelaskan oleh beberapa ahli di
bidangnya antara lain:
1) Falsafah keperawatan menurut Florence Nightingale (Nightingales
Philosophy of Nursing).
Nightingale (1946) memberikan jawaban akan pertanyaan Apakah
itu keperawatan? yang membedakan dengan pembantu rumah tangga di
jamannya, serta kedokteran. Nightingale memberikan pandangan yang
unik tentang keperawatan yaitu dalam menjalankan tugasnya,
keperawatan pada berfokus hubungan antara pasien (manusia) dengan
lingkungannnya. Nightingale mengidentifikasi bahwa udara bersih, air
bersih, drainase yang efisien, kebersihan dan pencahayaan yang
memadai serta manajemen kebisingan, diet, istirahat dan tanggungjawab
perawat untuk melindungi pasiennya.
2) Falsafah keperawatan menurut Watson (Watsons Philosophy of Nursing).
Watson memberikan gambaran pendekatan praktik keperawatan
yang unik yaitu menggunakan human caring concept dalam
melaksanakan pekerjaannya. Watson juga memperkenalkan konsep
human-human relationship dan 10 panduan untuk sebagai pedoman
perawat.
3) Falsafah keperawatan menurut Benner (Benners Philosophy of Nursing).
Benner menitikberatkan bagaimana ilmu pengetahuan mendasari
praktik keperawatan dan bagaimana ilmu keperawatan itu berkembang
terus menerus. (Tomey & Alligood, 2010)
Tujuan dari adanya falsafah adalah untuk menyajikan suatu
gambaran pengetahuan ilmiah yang diformalisasikan, termasuk
didalamnya adalah suatu aplikasi prinsip logis untuk mempertanyakan
tentang gambaran ilmiah. Hal ini karena logika memberikan prinsip utama
hubungan antar pernyataan ilmiah. Dengan memeriksa hubungan-
hubungan ini, landasan pengetahuan ditujukan untuk menghasilkan
kebutuhan logis yang sistematik untuk semua pengetahuan ilmiah.
Falsafah keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah
sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan
pengetahuan tentang alam semesta.
Keperawatan merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya
sebagai profesi yang humanistik, dan memberikan perhatian besar pada
falsafah dasar yang berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa
kegiatan manusia merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara
bebas. Pilihan seseorang merupakan hak menentukan keinginan diri
sebagai individu yang aktif.
Berdasarkan keyakinan ini, seyogyanya perawat mampu
mengeliminir respon negatif dan meningkatkan respon positif, serta
memberdayakan kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi dari seorang
individu agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya ditengah-tengah
periode sakit atau ketika sehat. Perawat juga merupakan advokat untuk
membantu mempertahankan hak-hak individu yaitu klien yang menjadi
tanggung jawabnya. Perawat tidak membantu mewakili klien untuk
menentukan pilihan akan tetapi mendidik klien bagaimana menentukan
pilihan dan mendukungnya ketika klien telah menentukan pilihannya. Hal
ini untuk menjamin bahwa hak menentukan diri sendiri dari k1ien dapat
dipertahankan dan memberi kesempatan pada k1ien untuk terlibat atau
tidak terlibat dalam merancang program perawatan kesehatannya.

2. Pengertian Paradigma Keperawatan


Paradigma adalah model, pola atau pandangan yang dilandasi pada
dua karakteristik yaitu penampilan dari kelompok guna menunjukkan
keberadaannya dan terbuka dalam melakukan Problem Solving di dalam
kelompoknya (Kuhn, 1979 dalam McEwen & Willis, 2007). Paradigma
merupakan suatu diagram konseptual berupa struktur - struktur yang
digunakan untuk mengorganisasikan teori (Ann Mariner, 2001).
Berdasarkan pengertian pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar
atau cara melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi, dan memilih
tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan
demikian paradigma keperawatan memberi arahan kepada perawat dalam
menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
kehidupan profesi.
Paradigma keperawatan mencakup empat sistem yang saling terkait :
a) Manusia (person)
Manusia merupakan sebuah sistem terbuka yang selalu
berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya yang selalu berusaha
mencapai keadaan homeostatis. Manusia juga dipandang sebagai
makhluk biopsikososiokultural spiritual yang utuh, unik, mandiri, dinamis,
rasional dan memiliki kemampuan beradaptasi guna memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga bertahan hidup dan berkembang (Kozier,
Erb, Berman &Snyder, 2004).
Manusia membuat keputusan yang rasional dan berupaya
menolong dirinya sendiri dan orang lain dengan bertindak mandiri untuk
memenuhi kebutuhannya melalui belajar, menggali serta menggerakkan
semua sumber yang tersedia dan terjangkau untuk mencapai keadaan
sehat dan sejahtera secara optimal. Manusia melalui interaksi dengan
lingkungan di sepanjang siklus kehidupannya sehingga terbentuk pola
tumbuh kembang yang unik, pola pikir, keyakinan, nilai dan budaya yang
menuntun manusia untuk berperilaku. Sehinnga konsep manusia dalam
paradigma keperawatan sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, mandiri
dan berinteraksi satu dengan yang lainnya secaraholistik (Kozier, Erb,
Berman &Snyder, 2004).
b) Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan eksternal yang meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial,
budaya dan spiritual. Faktor internal manusia seperti: faktor genetik,
struktur anatomis, fisiologis, psikologis, nilai, keyakinan berpotensial
mempengaruhi perubahan sistem pada manusia. Faktor eksternal
manusia yang terdiri dari: keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan
interpersonal dan nilai sosial budaya dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari juga berpotensial mempengaruhi perubahan pada sistem
manusia termasuk kesehatan didalamnya (Kozier, Erb, Berman &Snyder,
2004).
c) Kesehatan
Sehat menurut WHO (1947) adalah keadaan utuh secara fisik,
jasmani, mental dan tidak hanya terbebas dari kecacatan dan kelemahan.
Sehat dipandang sebagai suatu keadaan seimbang biopsikososiospiritual
dan bersifat dinamis dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya
sehingga dapat berfungsi optimal dalam menjalankan perannya dalam
keluarga, kelompok dan komunitas (Kozier, Erb, Berman &Snyder, 2004).
Sehat meliputi berbagai tingkat, individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat. Status kesehatan seseorang terletak dalam rentang sehat -
sakit. Pola rentang sehat sakit tersebut bersifat dinamis.Status sehat
dikatakan optimal jika individu dapat meningkatkan potensi yang
dimilikinya guna mencapai keadaan yang sejahtera secara
biopsikososiokultural dan spiritual. Apabila individu berada dalam area
sehat, maka dilakukan upaya pencegahan primer (Kozier, Erb, Berman
&Snyder, 2004).
d) Keperawatan
Merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososiokultural-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup
manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan atau mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan kesehatan utama
dalam upaya mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan
sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan
produktif (Kozier, Erb, Berman &Snyder, 2004).

3. Paradigma Keperawatan Menurut Beberapa Ahli


Alligood (2010) memaparkan kajian dari beberapa paradigma
keperawatan menurut ahli di bidangnya antara lain:
a. Florence Nigthingale
1) Lingkungan
Diartikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi guna
menempatkan pasien pada kondisi yang optima yang terdiri dari dua
komponen yaitu fisik dan psikologis. Lingkungan fisik meliputi
kecukupan udara yang bersih, cahaya, kehangatan, kebersihan,
ketenangan, kecukupan diet dan komponen psikologis meliputi
stimulasi pikiran pasien, menghindari memberikan harapan yang
tidak realistis terhadap pasien (manusia).
2) Manusia
Diartikan sebagai penerima perawatan, bersifat dinamis serta
kompleks yang meliputi komponen fisik, intelektual, emosional, sosial
dan spiritual.
3) Kesehatan
Nigthingale mengatakan kesehatan tidak hanya menjadi baik-
baik saja tetapi dapat menggunakan mengoptimalkan kemampuan
yang dimiliki.
4) Keperawatan
Panggialan spiritual dimana perawat membantu pasien
memfasilitasi proses penyembuhan. Nigthingale juga menyatakan
keperawatan sebagai ilmu manajemen lingkungan. Perawat
menggunakan pancaindera, teliti serta rasional dalam memberikan
perawatan yang efektif terhadap pasien.
b. Sister Callista Roy
Merupakan pencetus konsep model adaptasi. Callista Roy
memandang keperawatan sebagai sebagai berikut :
1) Keperawatan
Mendefinisikan keperawatan sebagai profesi di bidang
kesehatan yang berfokus pada proses dan pola hidup manusia serta
memberikan promosi kesehatan secara menyeluruh pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat memfasilitasi
kemampuan beradapatasi dari individu, keluarga, kelompok dan
komunitas dan meningkatkan kesiapannya dalam berinteraksi
dengan lingkungan sehingga diperoleh sehat yang optimal, kualitas
hidup, atau menghadapi kematian dengan bijak.
2) Manusia
Merupakan sistem holistik dan adaptif. Manusia sebagai
seseorang yang dapat dipandang sebagai individu, berada dalam
keluarga, kelompok maupun masyarakat yang selalu berinteraksi
dengan lingkungan.
3) Kesehatan
Mendefinisikan sehat adalah keadaan dimana seseorang dapat
terintegrasi secara menyeluruh dengan lingkungan. Hal ini
mencerminkan kemampuan adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya. Adapatasi merupakan proses penyesuaian fisik,
psikologis, dan sosial dan integritasnya mampu mempertahankan
manusia sebagai satu kesatuan yang utuh.
4) Lingkungan
Segala yang ada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilakunya secara individual maupun kelompok.
c. Dorothy Johnson
Menitik beratkan kepada integritas prilaku, sistem stabilitas,
penyesuaian dan adaptasi, efisien dan efektifitas terhadap fungsi dari
satu sistem. Seperti yang dijabarka sebagai berikut :
1) Keperawatan
Bertujuan mengembalikan, memelihara dan meningkatkan
fungsi keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku manusia dengan
optimal. Keperawatan merupakan pendorong eksternal agar dapat
memelihara perilaku manusia yang integratif dan terorganisir secara
optimal, membantu pasien ketika mengalami stress atau terjadi
ketidakseimbangan sistem perilaku.
2) Manusia
Mengartikan manusia sebagai sistem perilaku yang memiliki
pola, berulang dan memiliki tujuan dalam interaksinya dengan
lingkungan.
3) Kesehatan
Guna mendefinisikan sehat sulit untuk dipahami, sesuatu yang
dipengaruhi oleh faktor biopsiko dan sosial. Sehat menggambarkan
keseimbangan organisasi, integrasi, interaksi antara subsistem dari
sistem perilaku manusia.
4) Lingkungan
Terdiri dari seluruh faktor kecuali sistem perilaku manusia yang
mempengaruhi sistem itu sendiri.
Selain dari beberapa tokoh juga masih banyak beberapa ahli yang
memiliki pandangan yang unik mengenai paradigma keperawatan seperti
Betty Neuman, Imogene M. King, Martha E. Rogers, Dorothea orem, Myra
Estrin Levin dan sebagainya.

B. Sains Keperawatan
Keperawatan sebagai bagian dari suatu ilmu (sains) mempunyai sifat /
karakteristik sebagai berikut:
a) Menunjukkan sesuatu yang koheren dan utuh dari keterkaitan fakta-
fakta, prinsip hukum dan teori
b) Sains berhubungan dengan bidang pengetahuan tetentu
c) Sains lebih sering diungkapkan dalam pernyataan yang umum atau
universal
d) Pernyataan sains harus benar atau mendekati benar
e) Pernyataan sains harus logis
f) Sains harus menjelaskan penelitian dan argumen-argumen(McKenna,
1997).

1. Filosofi Dasar Sains Keperawatan


Filosofi ilmu keperawatan membantu dalam mengartikan ilmu melalui
pemahaman dan pengujian dalam konsep, teori, hukum dan tujuan
keperawatan dan hubungannya dengan praktek keperawatan. Hal ini untuk
memahami kebenaran, menjelaskan keperawatan, menguji sebab akibat,
untuk mengkritisi hubungan dari teori-teori dan sistem keilmuan dan untuk
mencari secara luas dan terbatas (Mcewen & Wills, 2007).
2. Paradigma Sains Keperawatan
Kuhn (1996) dalam Peterson & Bredow (2004) komponen dari
paradigma suatu disiplin ilmu harus memiliki karakteristik antara lain:
a) Symbolic Generalizations; pedoman yang diakui menggunakan bahasa
yang dapat dipahami oleh komunitas ilmiah.
b) Shared commitments to belief in particular models; memberikan
komitmen dan serta nilai- nilai menggunakan teori yang dimiliki suatu
disiplin ilmu; menemukan metode dan termotivasi untuk menciptakan
teori serta membuktikan kebenaran teori tersebut.
c) Value, memberikan sesuatu yang signifikan terhadap komunitas ilmiah
yang signifikan.
d) Exemplars; memiliki kajian khusus / permasalahan khusus yang harus
diberikan solusi dengan metode yang jelas dan rasional.
3. Falsafah Sains Keperawatan
Alligood (2005) menjelaskan filosofi merupakan teoritis beberapa
kegiatan yang menunjukan satu atau lebih konsep-konsep metaparadigma
dan sebuah filosofi alamiah. Beberapa filsuf meyakini nilai-nilai akan
keyakinan yang mengusulkan ide-ide general tentang apa itu keperawatan,
apa perhatian dan fokus keperawatan dan bagaimana pfofesi keperawatan
menunjukan kewajiban moral kepada masyarakat.
Kerangka kerja yang harus dimiliki oleh seoarang perawat dimana
filosofi keperawatan sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan
dan bertindak bahkan sebagai prilaku, sikap dan tingkah laku dalam
melaksanakan praktek keperawatan profesional pada klien dalam rentang
sehat sakit dengan konsep yang mendasari diantaranya adalah manusia,
kesehatan, lingkungan dan perawat
Falsafah keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang
holistik (bio-psiko-sosial-spiritual), rasional dan bertanggung jawab; manusia
berinteraksi dengan lingkungan secara ritmik dan terus menerus; perubahan
perilaku dapat terjadi sebagai akibat multifaktor pada manusia atau
lingkungan; pengembangan ilmu pengetahuan (keperawatan) berfokus pada
fenomena obektif dan pengalaman subjektif (Fawcett, 2005).

4. Pengembangan Sains Keperawatan


Keperawatan telah berkembang dari suatu pekerjaan sederhana yang
berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu profesi yang
memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan
berfikir kritis dan menerapkan perilaku caring. Asuhan Keperawatan lebih
berfokus pada respons klien terhadap penyakitnya.
Tercatat tahun 1899, asal usul pendidikan master dalam keperawatan
dimulai pada saat Kampus Keguruan di New York memulai program tamatan
keperawatan manajemen dan pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan
master keperawatan tidak terlalu dikenal secara luas sampai akhir tahun
1950an dan awal 1960an.
Creasia J,L & Parker B. J (2007) menjelaskan selama pembentukan
sarjana muda dan kolegium disetujui, program master telah masuk kedalam
beberapa universitas. Kebutuhan fakultas keperawatan untuk memberi
pendidikan kepada semua program pendidikan keperawatan yang baru dan
berkembang semakin nyata. Ketertarikan ke dalam persiapan perawat
master juga meningkat dengan sangat jelas seiring diperlukannya tenaga
ahli seperti perawat spesialis, perawat praktisi, dan perawat pemimpin.
Program master dalam keperawatan adalah tipikal pendidikan yang
ditempuh selama 1 2 tahun penuh dan dibentuk atas dasar pendidikan
keperawatan yang berjenjang. Program ini terdiri dari satu set level lulusan
bimbingan yang mendasar, termasuk kompenen penelitian dan bimbingan
spesialisasi klinis. Inti program lain yang direkomendasikan terdiri dari teori
dasar dalam keperawatan, keberagaman kemanusiaan dan kejadian-kejadian
sosial, etik, promosi kesehatan, sistem penyampaian pelayanan kesehatan,
kebijakan kesehatan, peran perkembangan profesional. Untuk jalur
spesialisasi guna mempersiapkan praktisi keperawatan yang terdepan,
diberikan tambahan pelatihan klinis inti yang terdiri dari pembelajaran
patofisiologi terkini, farmakologi, dan pemeriksaan kesehatan dan fisikal
terkini (AACN, 1996).
Program master keperawatan telah melalui berbagai pengalaman
yang fenomenal selama beberapa dekade. Pada tahun 1983, terdapat
sebanyak 86 program serupa. Tahun 1983 angka tersebut meningkat
menjadi 154 dan pada tahun 2004 menjadi 417 (AACN, 2005). Selama akhir
tahun 1980an dan awal 1990an, pendaftaran untuk program master
keperawatan meningkat secara cepat sebagai efek dari permintaan praktisi
keperawatan terkini yang tersebar luar, sedikitnya yang ditolak sebesar 1,9%
yang telah dibuktikan pada tahun 1999 (AACN, 2000). Penolakan
pendaftaran sebelumnya juga terjadi pada awal tahun 2000an dan
pendaftaran program master telah meningkat yang rata-ratanya berjumlah
1465 mahasiswa pertahun dari tahun 2000 sampai tahun 2004 dalam kurang
lebih 303 sekolah dari data yang telah tersedia (AACN, 2005). Program
master keperawatan telah diselenggarakan di semua provinsi dan wilayah
Amerika Serikat.
Pendaftaran program Master meningkat 5 tahun terakhir. Tahun 2004
meningkat sebesar 13,7 % setara dengan 42.751. Saat ini, terdapat sekitar
400 institusi pada program Master Keperawatan di USA dengan area
spesialisasi yang berbeda: Administrasi, Manajemen Informasi, dan salah
satu pendidikan spesialis dari 4 pendidikan spesialis yg ada : Perawat
praktisi, perawat maternitas, perawat spesialis klinis dan perawat anastesi.
Sebagian besar lulusan master mengikuti ujian sertifikasi pada area
spesialisasinya dan pada kelompok praktik tingkat lanjut.
Di Indonesia, pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang
pendidikan tinggi adalah pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat
vokasi, pendidikan Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor
Keperawatan.
Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi
yang bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai
perawat profesional jenjang pertama (first professional degree).
Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik
yang bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan :
a. Mengembangkan dan memutakhirkan IPTEKS dengan cara menguasai
dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai
keterampilan penerapannya, memecahkan permasalahan di bidang
keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
berdasarkan kaidah ilmiah, dan
b. Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan
pemecahan masalah atau profesi yang serupa.

Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang


memiliki kemampuan
a. Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan
memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan
penerapannya,
b. Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan
c. Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan
pemecahan masalah atau profesi yang serupa.
Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam
bidang keahlianya melalui penelitian,
b. Mengelola, memimpin dan mengembangkan program penelitian
c. Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Keperawatan sebagai Ilmu


Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang memiliki metode
sistematis dalam menerangkan gejala-gejala tertentu dengan tujuan
memperoleh pemahaman dalam penerapannya. Terkait dengan keperawatan,
pada awalnya praktik keperawatan didasari oleh keterampilan yang bersifat
intuitif. Namun, saat ini keperawatan dapat disebut sebagai suatu sains / ilmu
yang merupakan sains terapan (applied scince) yang menggunakan
pengetahuan, konsep dan prinsip-prinsip dari berbagai kelompok ilmu,
khususnya ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik, dan lain-lain.
Ilmu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang
praktek keperawatan yaitu, fisiologi manusia yang berkaitan dengan sehat dan
sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung
kepada pasien untuk menunjang kesehatan dan proses penyembuhan serta
membantu kemandirian (Asmadi, 2008).
Sains keperawatan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
dengan ilmu di bidang lain. Selain itu sains keperawatan memiliki falsafah dan
paradigma keperawatan yang mendasari berbagai aspek untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan profesional di bidang pendidikan, pelayanan / praktek,
riset keperawatan.
Ada beberapa syarat ilmiah sehingga keperawatan dapat dikatakan
sebagai ilmu antara lain objektif, metodis, sistematis, dan universal. Syarat ilmu
ini pada penerapan proses keperawatan melalui suatu kajian dengan menelaah
fenomena yang terjadi, menemukan metode dan termotivasi untuk
menciptakan teori serta membuktikan kebenaran teori tersebut. Dalam
menciptakan teori merujuk pada metode ilmiah yang terurai secara teratur dan
logis dengan kebenaran yang dihasilkan bersifat umum. Berdasarkan syarat
ilmiah ini, keperawatan telah menciptakan dan menerapkan teori serta model
konseptual keperawatan antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka,
teori kemampuan merawat diri, teori lintas budaya, teori promosi kesehatan dll.
Teori tersebut digunakan sebagai pendekatan dalam mengatasi respon
manusia mulai dari sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang
memungkinkan timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual,
dan kultural.
Ilmu keperawatan yang semakin berkembang dengan teori dan model
konseptual yang semakin beragam secara aplikatif menjadi dasar dalam
memperbaiki dan meningkatkan pelayanan keperawatan terutama mampu
mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru, yaitu
paradigma sehat.
Lokakarya Nasional Keperawatan pada tahun 1983 menetapkan
Keperawatan sebagai profesi dan pengembangan keperawatan diarahkan
kepada pemenuhan kriteria profesi antara lain :
1. Memiliki body of knowledge , yaitu pengetahuan.
2. Pendidikan khusus berbasis keahlian dengan sistem pendidikan tinggi
keperawatan (nursing higer education system) yang terintegrasi dengan
sistem pendidikan tinggi nasional.
3. Memberikan pelayanan praktik keperawatan ilmiah (scientific nursing
practice) dalam bidang keprofesian.
4. Memiliki perhimpunan yang kokoh.
5. Memberlakukan kode etik profesi (code of ethics).
6. Memiliki motivasi yang bersifat altruistik.

Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang


berkualitas tentunya membutuhkan dukungan sumber daya manusia bidang
keperawatan yang profesional. Tenaga keperawatan yang profesional (perawat
profesional atau sekarang disebut Ners) hanya bisa dilahirkan dari suatu sistem
pendidikan profesi dimana seorang perawat disamping telah menyelesaikan
pendidikan tahap akademik (sarjana/bachelor), pada saat yang sama ia terus
melanjutkan pendidikan ke tahapan pendidikan profesi. Saat ini belum ada data
yang menggambarkan berapa jumlah Ners di Indonesia yang tersebar di
berbagai pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.

B. Peran Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (Master Keperawatan)


Cowen P. S & Moorhead S. (2001) menjelaskan pendidikan keperawatan
harus mampu memecahkan masalah yang kompleks dalam pemenuhan
kebutuhan individu dan masyarakat. ICN (International Council of Nurses ) dan
STTI (Sigma Theta Tau International) menjelaskan adanya tantangan global
yang berpengaruh pada pelayanan keperawatan dan profesi perawat.
Tantangan terbesar tersebut meliputi bagaimana mengurangi tingkat
kemiskinan, merawat para pengungsi dan masyarakat migran, mencegah
tindak kekerasan, pendidikan kesehatan dan bagaimana memecahkan masalah
kesehatan wanita dan anak-anak serta pencegahan penyakit menular.
Para pemimpin / leader keperawatan berhasil meningkatkan mutu
pendidikan dan transisi pendidikan keperawatan dari program rumah sakit ke
program akademik. Sebagai hasil dari upaya perbaikan keperawatan, terdapat
banyak jenjang keperawatan : diploma, asosiate degree, dan S1 dengan
perbedaan lisensi sebagai RN. Program dengan persiapan memperoleh lisensi
pendidikan keperawatan ditingkatkan ke tahap Master dan Doktor. Program
Master secara umum memiliki lulusan spesialis keperawatan dan akan diterima
jika memiliki ijazah S1.
Semua level keperawatan mengharuskan untuk dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis. Konsep, komponen kritis, dan implikasinya dapat
memperbaiki proses dan rancangan kurikulum. Di masa yang akan datang,
perawat-perawat harus mampu meningkatkan body of knowledge dan
penggunaan kemampuan berfikir kritis sebagai cara terbaik untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan berfikir kritisnya dalam
merawat pasien.
Kemampuan berfikir kritis juga diterapkan oleh lulusan Master
Keperawatan dengan peran sebagai Clinical Nurse Specialist (CNS). Dahulu,
CNS berfokus pada banyak hal, seperti pemberian asuhan secara langsung,
pasien dan pendidikan staf, melakukan penelitian secara luas serta administrasi
kesehatan. National Association of Clinical Nurse Specialist (2003) menjelaskan
CNS melakukan praktik secara konsisten memperbaiki kualitas, serta 3
komponen penting yaitu pasien, perawat dan anggota keperawatan serta
organisasi / sistem sehingga saat ini CNS tidak dipersiapkan sebagai perawat
administrative atau manajer administrative, tapi pemimpin dalam merancang,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi perawatan pasien. Mereka juga
mendelagasikan dan melakukan supervisi pelayanan kesehatan yg lain ketika
melakukan praktik berdasarkan perspektif evidence-based. Kalman M. (2008)
menjelaskan CNS memiliki pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan,
kolaborasi, dan konsultasi.
Selain CNS, tamatan program Master dapat menjadi Clinical Nurse
Leader (CNL) yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang inovatif dalam
semua lingkup pelayanan keperawatan. Pendidikan pada level master CNL
harus memiliki pemahaman yang baik tentang dasar teori promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengendalian resiko, dan konsep lanjut tentang penyakit
dan manajemen penyakit, teknologi informasi, dan beragam perspektif global.
CNL berfokus pada menyediakan dan mengatur perawatan pasien dari beragam
aspek klinik, tidak hanya di rumah sakit.
Di Indonesia, pendidikan kesehatan mengalami perubahan yang sangat
mendasar akibat :
1. Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bermutu terlepas
dari status sosial ekonomi masyarakat.
2. Arus globalisasi yang sangat deras sangat besar pengaruhnya terhadap
pelayanan kesehatan.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Hal ini menjadi dasar ditingkatkannya pendidikan keperawatan ke
jenjang pendidikan dasar Ners generalis dalam menjalankan peran dan
fungsi sebagai tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan
kewenangan profesi pada tingkat keperawatan umum. Jenjang pendidikan
ini pola kurikulumnya terintegrasi antara tahap akademik dan tahap profesi
yang tertuang dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang
pendidikan profesi setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya
adalah meningkatkan kualitas layanan yang diberikan pada klien dan
masyarakat melalui kinerja Ners yang memperlihatkan penguasaan
keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan kemampuan
kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap
akademik dan profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya
pengembangan profesi keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan
dengan kondisi ketenagaan keperawatan di dunia internasional.
Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang spesialisasinya
memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang
spesialisasi melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis bukti
(evidence based nursing practice) yang terdiri dari :
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area
peminatan.
b. Spesialis Keperawatan Jiwa
c. Spesialis Keperawatan Maternitas
d. Spesialis Keperawatan Anak
e. Spesialis Keperawatan Komunitas.
Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan
pengembangan ilmu. Ners Spesialis yang lainnya, adalah :
a. Spesialis Keperawatan Kritis
b. Spesialis Keperawatan Kardiovaskuler
c. Spesialis Keperawatan Emergensi
d. Spesialis Keperawatan Onkologi
e. Spesialis Keperawatan Gerontik
f. Spesialis Keperawatan Nefrologi
g. Spesialis Keperawatan Neurologi.
Di samping jenis dan jenjang yang disebutkan di atas, diperlukan
pendidikan berkelanjutan bagi para perawat. Jenis pendidikan berkelanjutan
ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan teknis
keperawatan. Beberapa contoh program pendidikan berkelanjutan ini seperti:
a. Keperawatan Kardiovaskular Dasar
b. Keperawatan Endoskopi
c. Keperawatan Dialisa
d. Keperawatan Kamar Bedah
e. Keperawatan Luka.
Di samping jenis dan jenjang pada pendidikan profesi, maka jenis
pendidikan Akademik pada jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga
akan tetap dikembangkan misalnya bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar
Keperawatan, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jenis pendidikan
Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk meningkatkan
pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif
dan memiliki tingkat originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti
dan menghasilkan IPTEK baru untuk mendukung peningkatan praktik
keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice).
Ners spesialis memiliki pengetahuan yang mendalam serta
keterampilan yang dibutuhkan dalam menigkatkan kualitas dan keamanan
perawatan. Pasien yang sudah tua dan semakin lemah dengan penyakit kronis
, perawatannya lebih kompleks dan membutuhkan dana besar. Konsumen
lebih waspada dalam menerima pelayanan keperawatan. Dengan demikian
pendidikan keperawatan harus semakin baik dan tentu saja pada semua
pelayanan kesehatan professional.
Semua spesialisasi keperawatan dapat dipelajari oleh profesi perawat.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta ditemukannya evidence
based practice, maka batang tubuh ilmu pengetahuan dan llmu keperawatan
akan semakin luas cakupannya. Proses berkembangnya ilmu keperawatan
dituntut adanya riset sehingga diharapkan perawat dapat melakukan
penelitian.
Selain itu, dengan lingkup spesialisasi yang secara perlahan
dikembangkan, maka perawat semakin mampu untuk membina sikap dan
tingkah laku professional, belajar aktif mandiri, fokus pada asuhan
keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran
kuratif dan rehabilitatif didukung dengan peningkatan sumber daya manusia
di bidang keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan dapat terjadi pelayanan yang efisien, efektif, dan berkualitas.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian uraian yang telah disampaikan dalam makaah ini,
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Falsafah keperawatan atau filosofi keperawatan menjadi landasan bagi
perawat dalam menjalankan profesinya.
2. Paradigma keperawatan terdiri dari empat unsur yaitu keperawatan,
manusia, lingkungan serta kesehatan.
3. Sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang
mendasari berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
profesional di bidang pendidikan, pelayanan / praktek, riset keperawatan.
4. Adanya keterkaitan antara sains keperawatan dengan pendidikan,
pelayanan serta riset keperawatan yang mana sains keperawatan
diterapkan di tatanan pendidikan, diaplikasikan dalam dunia pelayanan
serta dibuktikan melalui riset keperawatan.

B. Saran
Hendaknya setiap perawat memiliki pengetahuan yang mendalam
tentang konsep sains keperawatan untuk bisa memaksimalkan pemberian
asuhan keperawatan secara professional.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Works,
Seventh Edition. St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta.
Cowen, S. & Moorhead, S. (2001). Current Issues in Nursing, Seventh Edition. St.
Louis,Missouri: Mosby Elsivier.
Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007). Conceptual Foundations The Bridge to
Professional Nursing Practice, Fourth Edition St. Louis. Missouri: Mosby
Elsivier.
DeLaune, Sue C., Ladner, K. Patrcia. (2002). Fundamental of Nursing: Standard and
Practice 2nd Edition. Delmar: New York
Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia. (2012).
Diperoleh dari http://www.hpeq.dikti.go.id/
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge.Analysis and Evaluation of
Nursing Models and Theoris.Second Edition. F.A Davis. Philadelpia.
Kalman, M. (2008). The Clinical Nurse Specialist Role : Could it be for you ?.
American Journal of Nursing, Vol 108.
Nyatanga. L. (1991). Nursing and The Philosophy of Science, Nurse Educational
Today , Pub Med-NCBI.

You might also like