Professional Documents
Culture Documents
1
BTA terlihat sebagai batang, merah (solid/utuh, fragmen/terpecah
menjadi beberapa bagian, granuler/ butiran)
4. Pemeriksaan dengan pengecatan Gram untuk mengetahui bakteri atau
jamur
Sampel : cairan eksudat, vesikel, bula atau pustul, ulkus, uretra,
vagina
Cara :
jika vesikel/bula atau pustul belum pecah, dilakukan insisi sedikit
pada atap lesi, selanjutnya cairan diambil dengan scalpel secara
halus/pelan
ulkus: ambil dengan lidi kapas, oleskan ke gelas obyek
uretra: diplirit/dengan lidi kapas, oleskan ke gelas obyek
vagina/cervix: ambil discar/sekret dengan lidi kapas, oleskan ke
gelas obyek
lakukan pengecatan dengan larutan Gram A, B, C dan D
Hasil pemeriksaan :
staphylococcus : bulat, biru ungu, bergerombol seperti anggur
stretococcus : bulat, biru ungu, berderet
gonococcus : biji kopi berpasangan, merah (gram negatif)
5. Pemeriksaan Tzank (dengan pengecatan Giemsa)
Sampel : cairan vesikel atau bula
Cara :
pilih lesi yang masih baru/ intact,
dilakukan insisi kecil tepi/dinding lesi, selanjutnya
dilakukan kerokan pada dasar vesikel atau bula.
oleskan ke gelas obyek
fiksasi dengan alkohol 70% sampai kering
cat dengan Giemsa selama 20 menit
cuci dengan air mengalir, keringkan, periksa dengan mikroskop
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sel akantolisis menunjukkan lesi
pemfigus, dan pada infeksi virus akan ditemukan sel berinti banyak
dan besar (multinucleated giant cell)
6. Pemeriksaan dengan cairan fisiologis (NaCl)
Sampel : apusan dari mukosa dinding forniks lateral (trikomoniasis),
atau dasar vesikel (skabies)
Cara :
discar pada dinding forniks lateral diusap dengan lidi kapas steril;
dasar vesikel dibuat apusan dengan scalpel.
Oleskan ke gelas obyek
Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak T. vaginalis atau
S.scabei
Pemeriksaan ini untuk memeriksa T. vaginalis atau S.scabei dalam
keadaan hidup.
2
Cara :
Bersihkan ulkus dengan cairan fisiologis (NaCl)
Pijit sampai serum keluar, selanjutnya serum dilekatkan ke gelas
obyek
Tetesi dengan cairan fisiologis
Periksa dengan mikroskop medan gelap
Prinsip : melihat sesuatu yang bergerak dengan dasar gelap.
3
CARA PEMERIKSAAN FISIK PADA KASUS KUSTA
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Jenis
Pemeriks Cara Pemeriksaan
aan
Pemeriksa Pada waktu pemeriksaan, pasien sebaiknya duduk.
an Terlebih dulu petugas menerangkan bahwa bila pasien
anestesi merasa disentuh bagian tubuh dengan kapas, pasien harus
menunjuk kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya atau
menghitung jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jari
tangan keatas untuk bagian yang sulit dijangkau. Ini
dikerjakan dengan mata terbuka.
Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup
matanya pada saat pemeriksaan.
Pemeriksaan dikerjakan pada lesi dan kulit normal sekitar
lesi.
Lesi di kulit diperiksa secara bergantian untuk mengetahui
ada tidaknya anestesi.
Pemeriksaan raba: meggunakan ujung kapas yang dikecilkan,
pada telapak tangan dan kaki memakai bolpoin karena pada
tempat ini kulit lebih tebal
Pemeriksaan rasa nyeri: dengan menusukkan ujung jarum,
Pemeriksaan rasa suhu: dengan menyentuhkan ujung 2
tabung reaksi yang sudah diisi air dengan suhu 200C dan
400C (beda antara 2 tabung sekitar 200C)
Pembesar Pada umumnya kelainan saraf (cacat kusta) mengikuti
an saraf kerusakan saraf utama.
Pemeriksaan n. Aurikularis major :
- Untuk memeriksa n. Auricularis major dextra,
pasien diminta menoleh ke kiri dengan maksimal,
sehingga tampak m. Sternocleidomastoideus.
- Selanjutnya menggunakan jari teunjuk dan
tengah, pemeriksa meraba/ mencari n. Auricularis major
yang berjalan menyilangi m. Sternocleidomastoideus, kira-
kira sepertiga sampei setengah bagian atas m.
Sternocleidomastoideus.
Pemeriksaan n. Ulnaris:
- Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah
penderita
4
dengan posisi siku sedikit fleksi sehingga lengan penderita
rileks.
- Pemeriksaan dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kiri, pemeriksa mencari atau meraba N. Ulnaris di
dalam sulkus nervi Ulnaris (lekukan antara trochlea dengan
epicondilus medialis), dengan memberi tekanan ringan
pada n. Ulnaris sambil digulirkan dan menelusuri ke atas
dengan halus sambil melihat mimik/reaksi penderita
adakah tampak kesakitan atau tidak
Pemeriksaan n. Peroneus lateralis pada fossa poplitea bagian
lateral :
- Penderita diminta duduk di kursi dengan kaki dalam
keadaan rilek.
- Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan
memeriksa kaki kiri penderita dan tangan kiri memeriksa
kaki kanan.
- Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada
pertengahan betis bagian luar penderita sambil pelan-
pelan meraba keatas sampai menemukan benjolan tulang
(caput fibula )setelah menemukan tulang tersebut jari
pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
- Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan
bergantian kekanan dan kiri sambil melihat mimik / reaksi
penderita
Pemeriksaan n. Tibialis posterior :
- Penderita masih duduk dalam posisi rileks .
- Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba n.
Tibialis Posterior di bagian belakang bawah dari malleolus
medialis, dengan cara tangan menyilang (tangan kiri
memeriksa saraf tibialis kiri dan tangan kanan pemeriksa
memeriksa saraf tibialis posteior kanan pasien )
- Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil
melihat mimik/ reaksi dari penderita.
Fungsi Pemeriksaan dilaksankan secara berurutan agar tidak ada
Saraf yang terlewatkan mulai dari kepala sampai kaki.
1. Mata
Fungsi Motorik (Saraf Facialis )
a. Penderita diminta memejamkan mata.
b. Pemeriksa meilihat dari depan dan samping, apakah
mata tertutup dengan sempurna? apakah ada celah?
c. Bagi mata yang tidak menutup rapat, diukur lebar
celahnya lalu dicatat, misal lagofthalmus 3 mm, mata
kiri atau kanan.
Catatan : Untuk fungsi sensorik mata (pemeriksaan kornea,
yaitu fungsi saraf
Trigeminus) tidak dilakukan di PPK1.
2. Tangan
Fungsi Sensorik (n. Ulnaris dan n. Medianus)
a. Posisi penderita: Tangan yang akan diperiksa diletakkan
5
diatas meja/paha penderita atau tertumpu pada tangan
kiri pemeriksa sedemikian rupa, sehingga semua ujung
jari tersangga .
b. Menjelaskan kepada penderita apa yang akan dilakukan
padanya, sambil memperagakan dengan
menyentuhkan ujung ballpoin pada lengannya dan satu
atau dua titik pada telapak tangan
c. Bila penderita merasakan sentuhan tersebut diminta
untuk menunjukkan tempat sentuhan tersebut dengan
jari tangan yang lain.
d. Tes diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif .
e. Penderita diminta tutup mata atau menoleh kearah
berlawanan dari tangan yang diperiksa.
f. Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa
disentuh
g. Usahakan pemeriksaan titik tersebut acak dan tidak
berurutan
h. Penyimpangan letak titik yang bisa diterima < 1,5 cm .
6
Bila ada tahanan terhadap kertas tersebut berarti otot
masih kuat
7
mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak
dilantai / ektensi maksimal (seperti berjalan dengan
tumit).
- Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi
tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan
menekan punggung kaki penderita kebawah /lantai.
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat.
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah .
- Bila tidak ada gerakan dan tahanan lumpuh (ujung
kaki tidak bisa ditegakkan keatas).