You are on page 1of 8

PROSEDUR PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT KULIT

Pemeriksaan penunjang diagnosis dalam bidang dermatologi antara lain :


1. Pemeriksaan KOH 10-20% untuk mengetahui spora, hifa atau
pseudohifa
Sampel : kerokan kulit, rambut (dicabut), kerokan kuku atau apusan
dari discar pada dinding vagina
Cara pengambilan sampel :
- Sampel diambil dari kerokan skuama diambil dari bagian tepi
lesi yang lebih eritem dan berskuama pada kasus
dermatofitosis, atau psudomembran (membran berarna putih)
pada kasus kandidiasis kutis. Selanjutnya hasil kerokan
dioleskan/langsung diletakkan di atas gelas obyek dan ditutup
dengan gelas penutup.
- Discar pada dinding lateral vagina diusap dengan lidi kapas
steril, selanjutnya dioleskan pada gelas obyek.
Cara pemeriksaan :
Teteskan KOH 20% 1 tetes, pada bagian tepi gelas penutup dan
biarkan cairan KOH menyebar ke seluruh permukaan sampel yang
ditutup.
Tunggu 5-10 menit (kulit), 15-30 menit (rambut), 1-2 hari (kuku)
Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak hifa, atau spora dengan
psedohifa
2. Pemeriksaan dengan KOH 10-20% +(tinta) Parker, agar psudohifa
terlihat lebih jelas.
Sampel : kerokan kulit
Cara pengambilan sampel : selotip ditempel pada lesi yang berskuama
halus
Cara pemeriksaan :
Lekatkan sampel/selotip di gelas obyek
Tambahkan KOH-Parker 20% 1 tetes,
Tunggu beberapa saat
Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak spora dengan psedohifa
3. Pemeriksaan BTA dengan pengecatan Ziehl-Nelson
Sampel : kerokan kulit dengan irisan, diambil dari daerah cuping
telinga kanan dan kiri, dan dari lesi kulit yang mengalami anestesi.
Cara pengambilan sampel :
Bersihkan dengan kapas alkohol
Pencet dengan ibu jari dan jari telunjuk sampai pucat, agar tidak
keluar darah,
dilakukan irisan/sayat dengan skalpel sepanjang 2-3 mm, dalam 1-
2mm, dan buat kerokan memutar 360 0 hingga terbawa cairan dan
sedikit jaringan.
oleskan ke gelas obyek
pengecatan dengan larutan Ziehl Neelsen

1
BTA terlihat sebagai batang, merah (solid/utuh, fragmen/terpecah
menjadi beberapa bagian, granuler/ butiran)
4. Pemeriksaan dengan pengecatan Gram untuk mengetahui bakteri atau
jamur
Sampel : cairan eksudat, vesikel, bula atau pustul, ulkus, uretra,
vagina
Cara :
jika vesikel/bula atau pustul belum pecah, dilakukan insisi sedikit
pada atap lesi, selanjutnya cairan diambil dengan scalpel secara
halus/pelan
ulkus: ambil dengan lidi kapas, oleskan ke gelas obyek
uretra: diplirit/dengan lidi kapas, oleskan ke gelas obyek
vagina/cervix: ambil discar/sekret dengan lidi kapas, oleskan ke
gelas obyek
lakukan pengecatan dengan larutan Gram A, B, C dan D
Hasil pemeriksaan :
staphylococcus : bulat, biru ungu, bergerombol seperti anggur
stretococcus : bulat, biru ungu, berderet
gonococcus : biji kopi berpasangan, merah (gram negatif)
5. Pemeriksaan Tzank (dengan pengecatan Giemsa)
Sampel : cairan vesikel atau bula
Cara :
pilih lesi yang masih baru/ intact,
dilakukan insisi kecil tepi/dinding lesi, selanjutnya
dilakukan kerokan pada dasar vesikel atau bula.
oleskan ke gelas obyek
fiksasi dengan alkohol 70% sampai kering
cat dengan Giemsa selama 20 menit
cuci dengan air mengalir, keringkan, periksa dengan mikroskop
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sel akantolisis menunjukkan lesi
pemfigus, dan pada infeksi virus akan ditemukan sel berinti banyak
dan besar (multinucleated giant cell)
6. Pemeriksaan dengan cairan fisiologis (NaCl)
Sampel : apusan dari mukosa dinding forniks lateral (trikomoniasis),
atau dasar vesikel (skabies)
Cara :
discar pada dinding forniks lateral diusap dengan lidi kapas steril;
dasar vesikel dibuat apusan dengan scalpel.
Oleskan ke gelas obyek
Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak T. vaginalis atau
S.scabei
Pemeriksaan ini untuk memeriksa T. vaginalis atau S.scabei dalam
keadaan hidup.

7. Pemeriksaan Medan Gelap


Sampel : ulkus/papul basah

2
Cara :
Bersihkan ulkus dengan cairan fisiologis (NaCl)
Pijit sampai serum keluar, selanjutnya serum dilekatkan ke gelas
obyek
Tetesi dengan cairan fisiologis
Periksa dengan mikroskop medan gelap
Prinsip : melihat sesuatu yang bergerak dengan dasar gelap.

8. Pemeriksaan dengan Lampu Wood, yaitu sinar dengan panjang


gelombang 320-400 nm (365 nm) (berwarna ungu).
Pemeriksaan ini untuk mengetahui fluoresensi dari berbagai kuman
patogen, seperti pada infeksi: Microsporum sp. (kuning orange), P.
ovale (kuning kehijauan), eritrasma: C. minutissimun (kuning
kemerahan). Pemeriksaan ini juga untuk mengetahui kedalaman
pigmentasi pada melasma, apabila pada penyinaran dengan lampu
Woods batas pigmentasi terlihat lebih jelas daripada pemeriksaan
langsung, memperlihatkan pigmentasi epidermal, dan sebaliknya pada
pigmentasi dermal, hasil pemeriksaan lampu Wood akan tampak
mengabur.
9. Pemeriksaan darah, urin, atau feces rutin, kimia darah (fungsi hati,
fungsi ginjal, glukosa darah), serologi (infeksi herpes simpleks, sifilis,
HIV), biologi molekuler (PCR (polymerazed chain reaction) DNA
tuberkulosis kulit).
10. Tes tusuk (Prick test) untuk mengetahui alergen yang terlibat pada
reaksi hipersensitivitas tipe I (reaksi alergi tipe cepat) udara atau
makanan pada kasus urtikaria.
Syarat :
bebas kortikosteroid sistemik maksimal 20mg/hari selama 1
minggu,
bebas antihistamin minimal 3 hari
kondisi kulit yang akan ditempeli bebas dermatitis
sembuh dari urtikaria minimal 1 minggu
11. Tes tempel (Patch test) untuk mengetahui atau membuktikan
alergen kontak pada pasien dermatitis kontak alergi, dermatitis
fotokontak alergi, atau alergen udara dan makanan pada pasien
dermatitis atopik. Prinsip : untuk mengetahui alergen yang terlibat
pada reaksi hipersensitivitas tipe IV (reaksi alergi tipe lambat).
Syarat :
bebas kortikosteroid sistemik maksimal 20mg/hari selama 1
minggu,
kondisi kulit yang akan ditempeli bebas dermatitis
bebas rambut tebal, kosmetik dan salep
Area tes : punggung, lengan atas bagian lateral
12. Biopsi kulit untuk mengetahui jenis atau proses patologi penyakit.

3
CARA PEMERIKSAAN FISIK PADA KASUS KUSTA

ANAMNESIS

1. Apakah keluhan utama pasien?


2. Sejak kapan keluhan (bercak) tersebut timbul ?
3. Bagaimana riwayat pengobatan selama ini?
4. Apakah ada keluarga yang mempunyai keluhan sama, atau
mempunyai tanda-tanda penyakit kusta?

PEMERIKSAAN FISIK

Jenis
Pemeriks Cara Pemeriksaan
aan
Pemeriksa Pada waktu pemeriksaan, pasien sebaiknya duduk.
an Terlebih dulu petugas menerangkan bahwa bila pasien
anestesi merasa disentuh bagian tubuh dengan kapas, pasien harus
menunjuk kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya atau
menghitung jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jari
tangan keatas untuk bagian yang sulit dijangkau. Ini
dikerjakan dengan mata terbuka.
Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup
matanya pada saat pemeriksaan.
Pemeriksaan dikerjakan pada lesi dan kulit normal sekitar
lesi.
Lesi di kulit diperiksa secara bergantian untuk mengetahui
ada tidaknya anestesi.
Pemeriksaan raba: meggunakan ujung kapas yang dikecilkan,
pada telapak tangan dan kaki memakai bolpoin karena pada
tempat ini kulit lebih tebal
Pemeriksaan rasa nyeri: dengan menusukkan ujung jarum,
Pemeriksaan rasa suhu: dengan menyentuhkan ujung 2
tabung reaksi yang sudah diisi air dengan suhu 200C dan
400C (beda antara 2 tabung sekitar 200C)
Pembesar Pada umumnya kelainan saraf (cacat kusta) mengikuti
an saraf kerusakan saraf utama.
Pemeriksaan n. Aurikularis major :
- Untuk memeriksa n. Auricularis major dextra,
pasien diminta menoleh ke kiri dengan maksimal,
sehingga tampak m. Sternocleidomastoideus.
- Selanjutnya menggunakan jari teunjuk dan
tengah, pemeriksa meraba/ mencari n. Auricularis major
yang berjalan menyilangi m. Sternocleidomastoideus, kira-
kira sepertiga sampei setengah bagian atas m.
Sternocleidomastoideus.
Pemeriksaan n. Ulnaris:
- Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah
penderita

4
dengan posisi siku sedikit fleksi sehingga lengan penderita
rileks.
- Pemeriksaan dilakukan dengan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kiri, pemeriksa mencari atau meraba N. Ulnaris di
dalam sulkus nervi Ulnaris (lekukan antara trochlea dengan
epicondilus medialis), dengan memberi tekanan ringan
pada n. Ulnaris sambil digulirkan dan menelusuri ke atas
dengan halus sambil melihat mimik/reaksi penderita
adakah tampak kesakitan atau tidak
Pemeriksaan n. Peroneus lateralis pada fossa poplitea bagian
lateral :
- Penderita diminta duduk di kursi dengan kaki dalam
keadaan rilek.
- Pemeriksa duduk di depan penderita dengan tangan kanan
memeriksa kaki kiri penderita dan tangan kiri memeriksa
kaki kanan.
- Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada
pertengahan betis bagian luar penderita sambil pelan-
pelan meraba keatas sampai menemukan benjolan tulang
(caput fibula )setelah menemukan tulang tersebut jari
pemeriksa meraba saraf peroneus 1 cm ke arah belakang.
- Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan
bergantian kekanan dan kiri sambil melihat mimik / reaksi
penderita
Pemeriksaan n. Tibialis posterior :
- Penderita masih duduk dalam posisi rileks .
- Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba n.
Tibialis Posterior di bagian belakang bawah dari malleolus
medialis, dengan cara tangan menyilang (tangan kiri
memeriksa saraf tibialis kiri dan tangan kanan pemeriksa
memeriksa saraf tibialis posteior kanan pasien )
- Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil
melihat mimik/ reaksi dari penderita.
Fungsi Pemeriksaan dilaksankan secara berurutan agar tidak ada
Saraf yang terlewatkan mulai dari kepala sampai kaki.
1. Mata
Fungsi Motorik (Saraf Facialis )
a. Penderita diminta memejamkan mata.
b. Pemeriksa meilihat dari depan dan samping, apakah
mata tertutup dengan sempurna? apakah ada celah?
c. Bagi mata yang tidak menutup rapat, diukur lebar
celahnya lalu dicatat, misal lagofthalmus 3 mm, mata
kiri atau kanan.
Catatan : Untuk fungsi sensorik mata (pemeriksaan kornea,
yaitu fungsi saraf
Trigeminus) tidak dilakukan di PPK1.
2. Tangan
Fungsi Sensorik (n. Ulnaris dan n. Medianus)
a. Posisi penderita: Tangan yang akan diperiksa diletakkan

5
diatas meja/paha penderita atau tertumpu pada tangan
kiri pemeriksa sedemikian rupa, sehingga semua ujung
jari tersangga .
b. Menjelaskan kepada penderita apa yang akan dilakukan
padanya, sambil memperagakan dengan
menyentuhkan ujung ballpoin pada lengannya dan satu
atau dua titik pada telapak tangan
c. Bila penderita merasakan sentuhan tersebut diminta
untuk menunjukkan tempat sentuhan tersebut dengan
jari tangan yang lain.
d. Tes diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif .
e. Penderita diminta tutup mata atau menoleh kearah
berlawanan dari tangan yang diperiksa.
f. Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa
disentuh
g. Usahakan pemeriksaan titik tersebut acak dan tidak
berurutan
h. Penyimpangan letak titik yang bisa diterima < 1,5 cm .

Fungsi Motorik (Kekuatan Otot) n. Ulnaris, n.Medianus dan


n. Radialis.
a. Saraf Ulnaris (Kekuatan Otot Jari kelingking).
- Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2, 3, dan 4
tangan kanan
penderita dengan telapak tangan penderita
menghadap keatas dan posisi ektensi (jari kelingking /5
bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa.
- Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan
kelingking dari jari-jari lainnya, bila penderita dapat
melakukannya minta ia menahan kelingkingnya pada
posisi jauh dari jari lainnya , dan kemudian ibu jari
pemeriksa mendorong pada bagian pangkal kelingking.
- Penilaian :
Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat
atau menjauh berarti dari jari lainnya berarti lumpuh.
Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan
dorongan pemeriksa berarti lemah.
Bila jari kelingking penderita dapat menahan
dorongapemeriksa ibu jari bisa maju dan dapat
menahan dorongan ibu jari pemeriksa berarti masih
kuat.
- Bila masih ragu , penderita diminta menjepit sehelai
kertas yang diletakkan diantara jari manis dan jari
kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas
tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan / jepitan
terhadap kertas tesebut
- Penilaian :
Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan
otot lemah.

6
Bila ada tahanan terhadap kertas tersebut berarti otot
masih kuat

b. Saraf Medianus (Kekuatan Otot Ibu Jari)


- Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk
sampai kelingking tangan kanan penderita agar
telapak tangan penderita menghadap keatas,dan
dalam posisi ekstensi .
- Ibu jari penderita ditegakkan keatas sehingga tegak
lurus terhadap telapak tangan penderita (seakan-
akan menunjuk kearah hidung) dan penderita
diminta untuk mempertahankan posisi tersebut.
- Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari
yaitu dari bagian batasantara punggung dengan
telapak mendekati telapak tangan .
- Penilaian :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih
kuat .
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sudah
lemah .
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh .
c. Saraf Radialis (Kekuatan otot Pergelangan tangan)
- Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan
bawah tangan kanan penderita .
- Penderita diminta menggerakkan pergelangan
tangan yang terkepal keatas (ektensi ).
- Penderita diminta bertahan pada posisi ektensi
(keatas) lalu dengan tangan kanan pemeriksa
menekan tangan penderita kebawah kearah fleksi .
- Penilaian :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih
kuat .
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah.
Bila tidak ada gerakan dan tahanan berarti lumpuh
(pergelangan tangan tidak bisa digerakkan keatas)
3. Kaki
Fungsi Rasa Raba (Saraf Tibialis Posterior)
- Kaki kanan penderita diletakan pada paha kiri,
usahakan telapak kaki menghadap keatas.
- Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki
penderita .
- Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba
tangan.
- Pada daerah yang menebal sedikit menekan dengan
cekungan berdiameter 1 cm.
- Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal
2,5 cm.
Fungsi Motorik: Saraf Peroneus (Saraf Poplitea Lateralis ).
- Dalam keadaan duduk ,penderita diminta

7
mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak
dilantai / ektensi maksimal (seperti berjalan dengan
tumit).
- Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi
tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan
menekan punggung kaki penderita kebawah /lantai.
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat.
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah .
- Bila tidak ada gerakan dan tahanan lumpuh (ujung
kaki tidak bisa ditegakkan keatas).

You might also like