Professional Documents
Culture Documents
Buku Pemantauan Emisi Dan Serapan Karbon 2015 - Tosiani
Buku Pemantauan Emisi Dan Serapan Karbon 2015 - Tosiani
Editor
Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc.
Dr. Riva Rovani, S.Hut., M.Agr.
Penulis
Anna Tosiani, S.Si.,M.Sc.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR ISTILAH vii
I PENDAHULUAN 1
II DATA AKTIVITAS 4
III FAKTOR EMISI 6
IV METODOLOGI 10
4.1. Metode Penghitungan Perubahan Cadangan Karbon
(Stock Difference) 11
4.2. Metode Penghitungan Peningkatan dan Penurunan
Cadangan Karbon (Gain and Loss) 12
4.3. Penghitungan Cadangan Karbon (Stock Carbon) 14
4.4. Penghitungan Emisi dan Serapan Karbon 15
4.5. Pembuatan Peta Cadangan Karbon 20
V HASIL PERHITUNGAN 21
5.1. Cadangan Karbon 22
5.2. Emisi dan Serapan Karbon Pada Skala Nasional 25
5.3. Emisi dan Serapan Karbon Pada Skala Sub Nasional 27
5.4. Cadangan Karbon Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan 29
5.5. Ketidakpastian (Uncertainty) 41
DAFTAR PUSTAKA 44
DAFTAR TABEL
.
28
Gambar 5.11.
28
Gambar 5.9. Grafik Perbandingan Emisi dan Serapan Karbon
Pulau Bali-Nusa Tenggara Tahun 2009-2014 28
Gambar 5.10. Grafik Perbandingan Emisi dan Serapan Karbon
Pulau Sulawesi Tahun 2009-2014 29
Gambar 5.11. Grafik Perbandingan Emisi dan Serapan Karbon
Pulau Maluku Tahun 2009-2014 29
Gambar 5.12. Grafik Perbandingan Emisi dan Serapan Karbon
Pulau Papua Tahun 2009-2014 29
Gambar 5.13. Grafik Cadangan Karbon Per Fungsi Kawasan
Hutan Tahun 2014 30
Gambar 5.14. Peta Cadangan Karbon Indonesia Tahun 2014 33
Gambar 5.15. Peta Cadangan Karbon Pulau Sumatera Tahun
2014 34
Gambar 5.16. Peta Cadangan Karbon Pulau Kalimantan Tahun 35
2014
Gambar 5.17. Peta Cadangan Karbon Pulau Jawa Tahun 2014 36
Gambar 5.18. Peta Cadangan Karbon Pulau Bali-Nusa Tenggara
Tahun 2014 37
Gambar 5.19. Peta Cadangan Karbon Pulau Sulawesi Tahun 2014 38
Gambar 5.20. Peta Cadangan Karbon Pulau Maluku Tahun 2014 39
Gambar 5.21. Peta Cadangan Karbon Pulau Papua Tahun 2014 40
DAFTAR ISTILAH
APL Area untuk Penggunaan Lain disebut juga Kawasan Budidaya Non Kehutanan
(KBNK). APL ini bisa masih berhutan dan bisa sudah tidak berhutan.
BCEF (Biomass Conversion and Expansion Factor) Faktor yang digunakan
untuk menggandakan biomassa batang per satuan luas suatu tegakan (
volume*berat jenis kayu) ke biomassa tegakan bagian atas.
Biomassa (Biomass) - Masa (berat) dari organisme yang hidup yang terdiri atas
tumbuhan dan hewan yang terdapat pada suatu areal. Satuannya adalah ton/ha.
Untuk buku ini, biomassa adalah berat kering tumbuhan dalam satu satuan luas.
Biomassa di atas permukaan tanah (Above Ground Biomass) - Masa
tumbuhan yang terdapat di atas permukaan tanah yang terdiri atas pohon, dahan,
ranting, dan daun tumbuhan.
Cadangan Karbon (Carbon Stock) Besaran karbon yang terakumulasi dalam
tampungan karbon (carbon pools) di darat dan laut dalam jangka waktu tertentu.
Data Aktivitas (Activity Data) Besaran kuantitatif kegiatan atau aktivitas
manusia yang dapat melepaskan dan/atau menyerap GRK.
Deforestasi Perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak
berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia (Permenhut 30/2009).
Ekivalen Karbon Dioksida (Carbon Dioxide Equivalent/CO2eq) - Suatu
ukuran yang digunakan untuk membandingkan daya pemanasan global (global
warming potential, GWP) gas rumah kaca tertentu relatif terhadap daya pemanasan
global gas CO2.
Emisi (Emissions) - Proses terbebasnya gas rumah kaca ke atmosfir, melalui
dekomposisi bahan organik oleh mikroba yang menghasilkan gas CO2 atau CH4,
proses terbakarnya bahan organik menghasilkan gas CO2 dan proses nitrifikasi dan
denitrifikasi yang menghasilkan gas N2O.
Faktor Emisi (Emission Factor) Besaran emisi GRK yang dilepaskan ke
atmosfer per satuan aktivitas tertentu.
Faktor Serapan (Sequestration Factor) Besaran GRK di atmosfer yang
diserap per satuan aktivitas tertentu.
Gas Rumah Kaca (GRK) Gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami
maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi
inframerah.
Gt (Giga tonnes = 109 ton) Unit yang sering digunakan untuk menyatakan
jumlah karbon atau karbon dioksida di atmosfer.
Hutan Konservasi Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya.
Hutan Lindung Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah.
Hutan Produksi Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi
hasil hutan.
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) Suatu Panel ilmiah
yang didirikan pada tahun 1988 oleh pemerintah anggota Konvensi Perubahan Iklim
yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia untuk melakukan kajian terhadap
perubahan iklim, menerbitkan laporan khusus tentang berbagai topik yang relevan
dengan implementasi Kerangka Konvensi PP untuk Perubahan Iklim.
Karbon (Carbon) - Unsur kimia bukan logam dengan simbol atom C yang banyak
terdapat di dalam semua bahan organik dan di dalam bahan anorganik tertentu.
Unsur ini mempunyai nomor atom 6 dan berat atom 12 g.
Laporan Komunikasi Nasional Perubahan Iklim (National Communication)
Laporan yang disusun oleh Pemerintah Indonesia sebagai kewajiban Negara Pihak
yang meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nations Framework Convention on Climate Change).
MAI (Mean Annual Increment) Pertumbuhan tahunan tanaman yang mengacu
pada rata-rata pertumbuhan per tahun pohon atau tegakan yang telah
memperlihatkan umur tertentu.
Mt (Million tones = 106 ton) Unit yang sering digunakan untuk menyatakan
jumlah karbon atau karbon dioksida di atmosfer.
NFI (National Forest Inventory) Inventarisasi hutan di tingkat nasional.
Penyerapan Karbon (Carbon Sequestration) - Proses penyerapan karbon dari
atmosfir ke penyimpan karbon tertentu seperti tanah dan tumbuhan. Proses utama
penyerapan karbon adalah fotosintesis.
Penyimpan Karbon (Carbon Pool) - Subsistem yang mempunyai kemampuan
menyimpan dan atau membebaskan karbon. Contoh penyimpan karbon adalah
biomassa tumbuhan, tumbuhan yang mati, tanah, air laut, dan atmosfir.
PSP (Permanent Sample Plot) Plot yang terletak di tengah klaster plot seluas
1 Ha yang dibagi ke dalam 16 Record Unit (RU) berukuran 25 m x 25 m, di tengah-
tengahnya diletakkan pusat RU sebagai pusat pengukuran.
RAN-GRK (Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca)
Dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung
dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target
pembangunan nasional, yang meliputi sektor kehutanan dan lahan gambut,
pertanian, limbah, industri, transportasi, dan energi.
Riap Pertumbuhan dimensi pohon (diameter dan tinggi) hingga masak batang.
Buku ini khusus membahas hasil penghitungan cadangan, emisi dan serapan
karbon tahun 2009-2014 skala nasional dan sub nasional (7 pulau besar), yang
meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Penghitungan dilakukan berdasarkan perubahan
penutupan lahan pada 23 kelas penutupan lahan yang dibuat oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Bahasan utama dalam buku ini adalah data aktivitas, faktor emisi/serapan,
metode penghitungan cadangan, emisi dan serapan karbon, dan hasil
penghitungannya serta ketidakpastian (uncertainty) dalam penghitungan ini.
BAB II
DATA AKTIVITAS
Data aktivitas (activity data) adalah data tentang besaran kuantitatif kegiatan
atau aktivitas manusia yang dapat melepaskan dan/atau menyerap gas rumah
kaca (GRK) pada periode waktu tertentu. Data ini menginformasikan kondisi
penutupan lahan yang umumnya diperoleh melalui data citra satelit.
1. Data spasial penutupan lahan 23 kelas tahun 2009, 2011, 2012, 2013, dan
2014 yang dibuat oleh KLHK.
Cadangan karbon yang dihitung dalam buku ini adalah karbon di atas
permukaan (Above Ground Carbon).
Cadangan karbon untuk setiap tipe penutupan lahan skala nasional disajikan
pada tabel 3.1. Untuk cadangan karbon kelas penutupan berhutan skala sub
nasional disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.1. Cadangan Karbon Per Hektar Untuk 23 Tipe Penutupan Lahan Skala
Nasional
Tabel 3.2. Cadangan Karbon Per Hektar Untuk 7 Tipe Penutupan Lahan Hutan
Skala Regional (Pulau)
C = CG CL
di mana :
C = perubahan stok karbon tahunan pada setiap
pool (tC/tahun)
CG = penambahan karbon tahunan (tC/tahun)
Berbagai kendala dalam penerapan metode gain and loss antara lain :
4. Sistem gain and loss sangat sulit diterapkan pada skala provinsi dan
nasional. Sistem ini akan mudah diterapkan pada unit pengelolaan
dengan area yang tidak terlalu luas, sehingga pertumbuhan
pohon/tegakan lebih mudah dipantau dan diukur.
Buku ini juga menyajikan angka emisi bersih (nett emission) yang
dihitung berdasarkan selisih emisi karbon dan serapannya dengan
menggunakan matriks perubahan penutupan lahan, seperti disajikan
pada tabel 4.2.
4.5. Pembuatan Peta Cadangan Karbon
Peta cadangan karbon tahun 2014 dibuat melalui analisa spasial data
penutupan lahan dengan data cadangan karbon per penutupan lahan per
hektar. Peta ini dibuat dengan menggunakan fasilitas Geoprocessing pada
Software ArcGIS.
BAB V
HASIL PERHITUNGAN
Hasil perhitungan karbon pada buku ini adalah karbon di atas permukaan tanah
yang meliputi cadangan karbon, emisi dan serapan karbon untuk skala nasional
dan sub nasional (7 pulau besar). Hasil penghitungan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik dan peta kandungan karbon. Pada bab V ini juga akan dibahas
tentang ketidakpastian (uncertainty) pada hasil perhitungannya.
Cadangan karbon yang dihitung dalam buku ini adalah dalam skala
nasional dan sub nasional (7 pulau besar) dengan menggunakan faktor
emisi nasional dan sub nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 5.2. Grafik Perbandingan Cadangan Karbon 7 Pulau Besar Tahun 2009-
2014
Grafik cadangan karbon pada gambar 5.1 menunjukkan perubahan
cadangan karbon skala nasional dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2014. Angka cadangan karbon ini dihitung dengan faktor emisi (cadangan
karbon per penutupan lahan) skala nasional. Gambar 5.2
menggambarkan perbandingan cadangan karbon pada 7 pulau besar
tahun 2009-2014 yang dihitung dengan menggunakan faktor emisi sub
nasional. Meskipun kedua gambar ini menunjukkan cadangan karbon
nasional, namun pola grafik perubahan cadangan karbon tahun 2009-
2014 berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan rata-rata cadangan
karbon per penutupan lahan yang digunakan untuk penghitungan,
khususnya untuk kelas berhutan pada skala nasional dan sub nasional.
Angka cadangan karbon untuk kelas berhutan pada skala nasional dan
sub nasional mempunyai rentang yang cukup panjang, sehingga dengan
luas penutupan lahan kelas hutan yang dominan seperti ditunjukkan pada
tabel 5.1., akan sangat berpengaruh terhadap perbedaan cadangan
karbon yang dihitung dengan angka faktor emisi yang berbeda.
Sumber : Hasil Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 OLI Tahun 2009-2014
Gambar 5.3. menunjukkan cadangan karbon tertinggi terdapat pada tipe
penutupan lahan hutan lahan kering primer, yang diikuti dengan tipe
hutan lahan kering sekunder. Cadangan karbon pada periode tahun 2009-
2014 untuk tipe hutan lahan kering tersebut semakin menurun, seiring
dengan luas areanya yang juga berkurang, akibat deforestasi dan
degradasi hutan. Untuk tipe penutupan lahan non hutan yang mempunyai
cadangan karbon semakin meningkat dari tahun 2009-2014 adalah
perkebunan, semak belukar, dan pertanian lahan kering campur.
Gambar 5.4. Grafik Perbandingan Emisi Karbon dan Laju Deforestasi Tahun
2009-2014
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2012-2013
angka emisi karbon sangat dipengaruhi oleh proses deforestasi
(perubahan tipe penutupan lahan berhutan menjadi non hutan). Untuk
emisi pada periode tahun 2009-2011 dan 2001-2012, deforestasi masih
berpengaruh terhadap kenaikan angka emisi. Namun pada periode tahun
2013-2014, selain deforestasi dan degradasi hutan, angka emisi karbon
juga dipengaruhi oleh perubahan penutupan lahan non hutan dengan
cadangan karbon tinggi menjadi penutupan lahan non hutan lainnya yang
mempunyai cadangan karbon lebih rendah.
Gambar 5.5. Grafik Perbandingan Emisi dan Serapan Karbon Tahun 2009-2014
Laju emisi dan serapan karbon tahun 2009-2014 di tingkat sub nasional
(7 pulau besar) sangat bervariasi, seperti yang ditunjukkan pada gambar
5.5 sampai dengan gambar 5.11. Secara umum emisi karbon di semua
pulau selalu lebih tinggi dibandingkan serapan karbonnya pada periode
tahun 2009-2014, kecuali periode tahun 2013-2014 di Pulau Kalimantan,
tahun 2011-2012 di Pulau Bali-Nusa Tenggara, dan tahun 2012-2013 di
Pulau Maluku.
Gambar 5.6. Grafik Perbandingan Emisi Gambar 5.7. Grafik Perbandingan Emisi
dan Serapan Karbon Pulau Sumatera dan Serapan Karbon Pulau Kalimantan
Tahun 2009-2014 Tahun 2009-2014
Gambar 5.8. Grafik Perbandingan Emisi Gambar 5.9. Grafik Perbandingan Emisi
dan Serapan Karbon Pulau Jawa Tahun dan Serapan Karbon Pulau Bali-Nusa
2009-2014 Tenggara Tahun 2009-2014
Keterangan:
Gambar 5.13. Grafik Cadangan Karbon Per Fungsi Kawasan Hutan Tahun 2014
2. Data dasar (base) yang digunakan pada data penutupan lahan dan
data kawasan hutan berbeda, sehingga ada pergeseran obyek ketika
dilakukan proses analisa data. Hal ini berpengaruh pada luas data
penutupan lahan dan angka karbon yang dihasilkan, misalnya banyak
area penutupan lahan tipe hutan lahan kering primer yang berada di
kawasan hutan lindung bertampalan dengan tubuh air.
3. Masih ada perubahan penutupan lahan yang tidak logis pada data
penutupan lahan yang digunakan pada kegiatan penghitungan ini,
misalnya kelas lahan terbuka menjadi hutan lahan kering primer.
Fittkau, E.J. and Klinge, N.H. (1973). On biomass and trophic structure of the
central Amazonian rainforest ecosystem. Biotropica 5: 2-14
Food And Agriculture Organization Of The United Nations. The Digital Soil Map
Of The World, Version 3.6, Completed January 2003
IPCC. (2006), 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories,
Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme,
Eggleston H.S., Buendia L., Miwa K., Ngara T. and Tanabe K. (eds).
Published: IGES, Japan.
IPCC. (2007), IPCC Fourth Assessment Report Climate Change 2007, Pachauri,
R.K and Reisinger, A (eds). Published: Geneva, Swiss.
Mokany, K., Raison, J.R. and Prokushkin, A.S. (2006). Critical analysis of
root:shoot ratios in terrestrial biomes. Global Change Biology 12: 84-96.
Van Noordwijk, M. Cadisch, G., Ong, C.K., (2004), Below Ground Biomass
Interaction in Tropical Agro Ecosystem Concept and Model with Multiple
Plant Component. The World Agroforestry Center. Nairobi.