You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK 1

PERCOBAAN VI
BUFFER DAN LARUTAN ISOTONIS

OLEH

NAMA : NABILA HIJAZ RAMADHANI. A


NIM : O1A1 15 114
KELAS :C
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : SYEFIRA SALSABILA

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BUFFER DAN LARUTAN ISOTONIS

A. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan buffer, menetapkan pH larutan dan
kapasitasnya.
2. Untuk menghitung jumlah bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk
membuat larutan isotonis.

B. Landasan Teori
Buffer atau larutan penyangga atau dapar adalah senyawa-senyawa
atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap
penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan pH tersebut disebut
aksi dapar. Kombinasi asam lemah dengan basa konjugasinya yaitu garam-
garamnya bertindak sebagai dapar (Martin, dkk., 1990).
Buffer atau larutan penyangga telah banyak direkomendasikan dan
telah terbukti sangat berguna untuk pengukuran pH darah dan kontrol pH di
tempat-tempat yang memiliki cairan fisiologis seperti laboratorium biomedis,
biologi, dan klinik. Pengetahuan darah dan cairan fisiologis sangat penting
(Lakshmi, dkk., 2011).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-
nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Bila pH < 7 larutan
bersifat asam, pH > 7 larutan bersifat basa. Dalam larutan neutral pH=7
( Ihsanto dan Sadri, 2014).
Titrasi adalah teknik dasar laboratorium kimia untuk analisis
kuantitatif zat dengan konsentrasi yang tidak diketahui menggunakan larutan
standar konsentrasi dikenal. Substansi dengan konsentrasi yang tidak
diketahui dan larutan standar yang disebut analit dan titran masing-masing.
Dalam titrasi, titran dalam buret dikalibrasi secara perlahan ditambahkan ke
volume yang diketahui dari analit dengan indikator yang cocok dalam labu
Erlenmeyer. Ketika ada perubahan warna larutan analit karena indikator,
titrasi selesai dan volume akhir titran dicatat menggunakan perhitungan yang
lebih lanjut untuk ditemukan konsentrasinya yang tidak diketahui dari analit.
Indikator digunakan sebagai penanda titik akhir titrasi (Pradeep dan Kapil,
2013).
Alat pH meter digital bekerja dengan dasar sensor, salah satunya
adalah pH meter digital dengan sensor pH berupa elektro-da gelas. Prinsip
kerja dari pHmeter digital yaitu memanfaatkan perbandingan beda potensial
dari elektroda yang ada pada sensor dengan ion elektron khu-susnya ion H+
pada larutan yang diukur, kemudian dikonversi menjadi bentuk digital dan
ditampilkan pada layar LCD/ peraga (display). Dalam konsep
perancangannya, alat pH meter digital diharapkan dapat memenuhi standar
pengukuran pH de-ngan memperhatikan aspek-aspek yang terkait dalam
proses pengukurannya. Rancangan alat dibuat sedemikian rupa agar dalam
penggunaannya dapat di-lakukan secara mudah dan memberikan hasil yang
akurat ( Pambudi dkk, 2014).
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh
senyawa lain. Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Jika tubuh mengalai
dehidrasi (kekurangan cairan atau ion tubuh) maka dapat mempengaruhi
konsentrasi (Renny, dkk.,2010).
Aktivitas fisik menyebabkan peningkatan tingkat metabolisme dan
produksi panas, yang menyebabkan kekurangan cairan elektrolit dan depresi
glikogen dihati. Hilangnya elemen-elemen ini dapat menyebabkan dehidrasi,
mempenguruhi kinerja fisik dan merusak kesehatan. Larutan isotonik dapat
mengganti cairan dan mencegah gangguan kinerja metabolik, jantung dan
termoregulasi (Moreno, dkk., 2013).
Minuman isotonik mengandung karbohidrat dan elektrolit sering
diasumsikan untuk kinerja daya tahan tubuh, tetapi minuman hipotonik bisa
menjadi lebih unggul. Banyak produsen yang lebih memilih memproduksi
minuman isotonik, tetapi ini tidak seoptimal larutan hipotonik. Hanya
beberapa penelitian yang berfokus pada kinerja minuman hipotonik dan
terbukti minuman hipotonik jauh lebih sedikit mengandung karbohidrat
dibandingkan dengan minuman isotonik biasa, sehingga bisa menjadi bahan
yang efektif untuk membantu daya tahan tubuh lebih lama. Nampaknya air
dari minuman hipotonik lebih ceoat diserap dibandingkan minuman isotonik
(Bonetti, dkk., 2010).
Normal Saline atau NaCl 0.9% merupakan larutan isotonis aman
untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering,
menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyembuhan. Membersihkan luka secara hati-hati dengan memasang balutan
yang dibasahi dengan NaCl (basah-basah maupun lembab-basah) merupakan
cara yang sering digunakan untuk menyembuhkan luka dan melakukan
debridement luka basah-kering (Rostini, dkk., 2013).
Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH
bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan
dalam industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air
akan menimbulkan reaksi eksotermis. NaOH memiliki berat molekul 39,998
gr/mol, titik leleh 318C, dan titik didih 1390C (Surest dan Dodi, 2010).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat alat yang digunakan adalah:
a. Aluminium foil,
b. Batang pengaduk,
c. Buret 50 ml,
d. Erlenmeyer 25 ml,
e. Gelas kimia 100 ml,
f. Gelas ukur 100 ml,
g. Penggaris,
h. Pipet tetes
i. Pisau,
j. Spatula,
k. Statif dan klem,
l. Timbangan digital,

2. Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah:
a. CH3COOH 0,1 M
b. CH3COONa 0,1 M
c. Indikator phenolftalein
d. Aquades
e. NaOH 0,1 M
f. Kentang
g. Kertas perkamen
h. Larutan dekstrosa 3%
i. Larutan dekstrosa 15%
j. Larutan NaCl 0,9%
D. PROSEDUR KERJA

a) Buffer
1. Buffer asetat =0,01

CH3COOH 7 ml + CH3COONa
- Di pipet 193 ml
- Di campur dalam gelas kimia

Buffer asetat
- Dipipet 10 ml
- Di hitung pH awal
- Di tambahkan indikator phenolftalein
- Dititrasi dengan NaOH

Hasil pengamatan

b) Larutan isotonik
1. Untuk larutan isotonis

- Dibersihkan kentang dari kulitnya


Kentang
- Dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm
- Ditimbang
- Dimasukkan ke dalam larutan NaCL 0,9%
- Didiamkan selama 30 menit
- Di keluarkan lalu diletakkan diatas tissue atau
aluminium foil kemudian ditimbang dan amati

Hasil pengamatan
2. Untuk larutan Hipotonis

Kentang
- Dibersihkan kentang dari kulitnya
- Dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm
- Ditimbang
- Dimasukkan ke dalam larutan dekstrosa 0,3 %
- Didiamkan selama 30 menit
- Di keluarkan lalu diletakkan diatas tissue atau
aluminium foil kemudian ditimbang dan amati
Hasil pengamatan

3. Untuk larutan hipertonis

Kentang
- Dibersihkan kentang dari kulitnya
- Dipotong dengan ukuran 2 x 1 cm
- Ditimbang
- Dimasukkan ke dalam larutan dekstrosa 15 %
- Didiamkan selama 30 menit
- Di keluarkan lalu diletakkan diatas tissue atau
aluminium foil kemudian ditimbang dan amati

Hasil pengamatan
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan Buffer

No Perlakuan Hasil
.
1. 3,28 gram Natrium asetat dilarutkan
Buffer Asetat
hingga 200 ml.
2,4 gram Asam asetat dilarutkan dengan pH 4,76
Kapasitas buffer
hingga 100 ml.
2. 7 ml Asam asetat + 193 ml Natrium NaOH 0,5 ml.
asetat dititrasi dengan NaOH

1. Tabel pengamatan isotonis

Berat sampel
No. Larutan Perlakuan Sebelum Setelah
direndam direndam
Kentang + larutan
1. Isotonis 1,82 gram 1,79 gram
NaCl 0,9 gram
Kentang + larutan
2. Hipertonis Dextrosa 0,3 1,89 gram 1,81 gram
gram
Kentang + larutan
3. Hipotonis Dekstrosa 15 1,81 gram 1,97 gram
gram
F. PEMBAHASAN
Buffer atau larutan penyangga merupakan suatu larutan uang dapat
mempertahankan adanya perubahan pH dengan penambahan sedikit asam
maupun basa.
Larutan adalah campuran homogen dua atau lebih zat terlarut
(unsur/molekul) . Zat jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut atau solut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat terlarut disebut
sebagai pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut yang ada didalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dengan zat pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Osmosis adalah peristiwa perpindahan pelarut melalui membran
semipermeabel ke dalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih
tinggi. Tekanan yang diberikan pada sisi yang lebih pekat untuk
menghentikan proses ini disebut tekanan osmosis.
Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan untuk memferivikasi
ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air tersebut. tonisitas juga
digunakan untuk membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan yang
dipisahkan oleh membran semipermeabel. Suatu larutan yang memiliki
konsentrasi zat terlarut sama dengan konsentrasi zat yang ada dilaura sel dan
tekanan osmosisnya sama, sehingga tidak ada pergerakan air disebut dengan
larutan Isotonis. Larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
di bandingkan zat yang berada di luar, akan menyebabkan pergerakan air
dimana air tersebut akan keluar dari sel disebut dengan larutan hipertonis.
Sedangkan suatu larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi diluar sel, maka air yang berada diluar sel
akan bergerak masuk ke dalam sel disebut dengan larutan hipotonis.
Umumnya, kentang digunakan sebagai bahan untuk mengetahui
larutan yang digunakan merupakan larutan jenis apa. Pada percobaan ini
kentang digunakan untuk menentukan apakah larutan yang digunakan
bersifat isotonis, hipotonis atau hipertonis. Bahan-bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah NaCl, dekstrosa 0,3%, dan dekstrosa 15%,
dimana ke tiga bahan ini sebelum digunakan dilarutkan terlebih dahulu ke
dalam air sehingga menjadi larutan, karena bahan-bahan tersebut
merupakan zat padat.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini setelah merendam kentang di
masing-masing larutan adalah perubahan bobot kentang yang berbeda-beda
yang menunjukkan sifat larutan tersebut. pada percobaan ini, larutan yang
bersifat hipertonis ada 2, yaitu larutan NaCl 0,9% dan larutan dekstrosa
0,3%, larutan hipotonis adalah larutan dekstrosa 15%. Sedangkan pada
percobaan ini tidak ditemukan larutan isotonis.
Kentang yang direndam pada larutan NaCl yang semula beratnya 1,82
g menjadi 1,79 g. Hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat
hipertonis, karena air bergerak keluar sel kentang yang disebabkan karena
konsentrasi air didalam kentang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di
luar sel kentang sehingga air akan bergerak keluar sel yang menyebabkan
berkurangnya bobot pada kentang. Begitu pula pada larutan dekstrosa 0,3%,
kentang yang semula beratnya 1,89 g menjadi 1,81 g yang menunjukkan
sifat hipertonis.
Larutan yang menunjukkan sifat hipotonis adalah dekstrosa 15%,
karena kentang yang direndam dengan larutan tersebut beratnya bertambah.
Hal ini disebabkan karena konsentrasi air didalam sel lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi air diluar kentang, sehingga air akan
bergerak masuk ke dalam sel yang menyebabkan bertambahnya berat dari
kentang yang direndam dengan larutan tersebut. Kentang sebelum direndam
beratnya adalah 1,81 g sedangkan setelah direndam menjadi 1,97 g, ini
menunjukkan bahwa larutan yang digunakan bersifat hiportonis karena berat
sampel yang digunakan bertambah.
Buffer pada bidang farmasi banyak digunakan, hal ini bertujuan agar
pH pada sediaan tetap stabil. Perubahan pH pada sediaan akan
menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali
dan bisa merusak organ-organ pada tubuh manusia. Misalnya saja obat tetes
mata, pH obat ini harus disesuaikan dengan pH mata agar tidak
menimbulkan iritasi yang mengakibatkan rasa perih pada mata dan bahkan
bisa merusak mata jika pHnya tidak sesuai dengan mata.
Manfaat percobaan buffer dan larutan isotonis di bidang farmasi
adalah dengan memahami sifat koligatif larutan , kita dapat membuat
sediaan yang baik dan cocok untuk tubuh. Misalnya saja kita dapat
membuat larutan isotonis yang bermanfaat bagi tubuh untuk mengganti
cairan-cairan yang hilang setelah beraktivitas. Selain itu, tonisitas juga
digunakan sebagai salah satu metode dalam pembuatan obat yanag tekanan
osmotiknya sama dengan tekanan osmotik pada darah dan digunakan untuk
menguji tonisitas dalam darah.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa
Buffer Asetat dengan pH 4,76 memiliki Kapasitas Buffer 0,01 NaOH
sebanyak 0,5 ml. Kentang yang berat awalnya adalah 1,82 gram mengalami
perubahan ketika direndam dalam pelarut NaCl adalah 1,79 gram dalam
larutan isotonis. Kentang dalam larutan hipertonis massa awalnya adalah 1,89
gram mengalami perubahan setelah direndam menjadi 1,81 gram dalam
pelarut dextrosa 15 %. Sedangkan pada larutan hipotonis massa awalnya
adalah 1,81 gram menjadi 1,97 setelah direndam dalam pelarut dextrosa
0,3%.

H. SARAN
Saran untuk praktikum ini yaitu dalam melakukan praktikum
diharapkan kepada praktikan lebih memahami lagi perosedur kerja dari
percobaan ini agar hasil yang diinginkan dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Bonetti, D. L., Will G. H., 2010, Effect of Hypotonic and Isotonic Sport Drink on
Endurance Performance and Physiology, Sportscience, Vol 14 (1).
Ihsanto E dan Sadri Hidayat, 2014, Rancang Bangun Sistem Pengukuran Ph
Meter Dengan Menggunakan Mikrokontroller Arduino Uno, Jurnal
Teknik Elektro, Vol 5 (3).
Lakshmi, N. R., 2011, Calculatin of the pH pf Buffer Solution of 2- [N-
Morpholino] ethanesulfonic Acid (MES) from 5C to 55C, Open Journal
of physical Chemistry, Vol 1 (1).
Martin, A., James, S., Arthur, C., 2009, Farmasi Fisik Edisi Ketiga, UI-Press :
Jakarta.
Moreno, I. L., Carlos, M. C., Celso, F., Luiz C., Vitor, E. V., Luis, C. M. V., 2013,
Effects of an Isotonic Beverage on Automic Regulation During and After
Exercise, Journal of the International Society of Sports Nutrition, Vol 10
(2).
Pambudi P.E, Edhy Utanta dan Mujiman, 2014, Identifikasi Daging Segar Dan
Busuk Menggunakan Sensor Warna Rgb Dan Ph Meter Digital, Jurnal
Teknologi Technoscientia, Vol 7 (1).
Pradeep D.J dan Kapil Dave, 2013, A Novel, Inexpensive and Less Hazardous
Acid-Base Indicator, Journal of Laboratory Chemical Education, Vol
1(2).
Renny, V. M., Lina, S., 2010, Analisis Kandungan Klorida dalam Air Minum Isi
Ulang secara Argentometri Mohr di Kelurahab Sewu, Jurnal Kimia dan
Teknologi, Vol 1 (1).
Rostini., Intang, A., Darwis, 2013, Pengaruh Penggunaan NaCl 0,9% terhadap
Lama Hari Rwat pada Pasien Vulnus Laceratum di Rumah Sakit Umum
Daerah H. Andi Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba, Jurnal
STIKES Nani Hasanudding Makassar, Vol 2 (4).
Surest A.H dan Dodi Satriawan, 2010, Pembuatan Pulp Dari Batang Rosella
Dengan Proses Soda (Konsentrasi Naoh, Temperatur Pemasakan Dan
Lama Pemasakan), Jurnal Teknik Kimia, Vol 17 (3).

You might also like