You are on page 1of 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, lempeng Indo-
Australia di bagian selatan, lempeng Filipina dan Samudra pasifik di bagian timur.
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam
tinggi, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan
lain sebagainya.
Akhir akhir ini dapat kita lihat bahwa banyak bencana yang sedang melanda
wilayah Indonesia salah satunya yaitu banjir. Banjir yang terjadi di wilayah
indonesia umumnya karena adanya curah hujan yang meningkat,daya tampung
sungai yang semakin berkurang karena adanya proses pengendapan material yang
dibawa oleh air hujan tersebut. Selain itu perubahan cuaca dan pemanasan global
yang terjadi saat ini diduga sebagai.
Pemicu terjadinya bencana banjir maupun bencana lainya. Jawa Tengah
merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi
baik yang masih aktif maupun sedang istirahat, namun Jawa Tengah juga
merupakan salah satu Propinsi yang rawan akan terjadinya bencana banjir hal
tersebut di karenakan tingkat curah hujan yang sangat tinggi secara cepat di
daerah-daerah tangkapan air, membawa air lebih banyak lagi ke sistim hidrologi
yang cukup dapat dikeringkan kedalam 2 kanal-kanal sungai yang ada sedimentasi
dasar-dasar sungai dan penggundulan-penggundulan hutan di daerah-daerah
tangkapan air dapat memperburuk kondisi yang mengakibatkan terjadinya banjir.
Ketersediaan data curah hujan dalam jangka panjang secara runut waktu (time
series) sangat diperlukan dalam analisis, demikian juga dengan sebarannya secara
spasial. Informasi tentang besaran serta pola curah hujan tidak dapat diketahui
apabila di lokasi yang bersangkutan tidak tersedia penakar hujan yang merekam
kejadian tersebut secara berkesinambungan.

1
2

.
Oleh karena itu percobaan Curah Hujan dilakukan agar dapat mengetahui
apa yang dimaksud dengan transformasi fourier dan FFT pada pengolahan sinyal
pengaruh intensitas curah hujan pada daerah Klaten.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transformasi Fourier dan FFT
pada pengolahan sinyal.
2. Untuk mengetahui pengaruh intensitas curah hujan pada daerah Klaten

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan transformasi Fourier dan FFT
pada pengolahan sinyal.
2. Dapat mengetahui pengaruh intensitas curah hujan pada daerah Klaten
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sinyal merupakan sebuah fungsi yang berisi informasi mengenai keadaan


tingkah laku dari sebuah sistem secara fisik. Sebagi contoh sinyal berbentuk
sebuah pola dari banyak variasi waktu atau sebagian saja. Secara matematis,
sinyal merupakan fungsi dari satu atau lebih variabel yang berdiri sendiri
(independent variabel). Contoh, sinyal wicara dinyatakan secara matematis oleh
tekanan akustik sebagai fungsi waktu dan sebuah gambar dinyatakan sebagai
fusngsi ke-terang-an (brightness) dari dua variabel ruang (spatial). Secara umum,
variabel yang berdiri sendiri (independent) secara matematis diwujudkan dalam
fungsi waktu. Terdapat 2 tipe dasar sinyal, yaitu: Sinyal waktu kontinyu
(continous-time signal) dan Sinyal waktu diskrit (discrete-time signal) Pada sinyal
kontinyu, variabel independent terjadi terus-menerus dan kemudian sinyal
dinyatakan sebagai sebuah kesatuan nilai dari variabel independent. Sebaliknya,
sinyal diskrit hanya menyatakan waktu diskrit dan mengakibatkan variabel
independent hanya merupakan himpunan nilai diskrit (Astuti, 2010).
Pada dasarnya, Transformasi Fourier menghasilkan sebuah fungsi X(f)
dalam domain frekuensi dari sebuah fungsi x(t) dalam domain waktu. Baik
variable t maupun f merupakan kontinu. Fungsi x(t) terdiri dari sebuah seri tak
terbatas dari X(f) dan, untuk setiap f, X(f) menunjukkan kekuatan, atau intensitas,
dari fungsi menunjukkan pergeseran fasa. Poin yang paling penting adalah bahwa
setiap frekuensi f adalah terkait dengan fungsi kosinus. Kita dapat menyimpulkan
bagian ini dengan mengatakan bahwa Transformasi Fourier dapat dilihat sebagai
alat analisis sedemikian rupa sehingga menghasilkan komponen frekuensi untuk
setiap frekuensi f. Walaupun X (f) dapat menjadi kompleks, ini masih sesuai
dengan fungsi cosinus dengan pergeseran fasa tertentu (Pradivta,2007).
Transformasi Fourier mentransformasi fungsi x (t), fungsi dalam waktu,
untuk (f), fungsi dalam frekuensi. Transformasi Fourier transformasi fungsi dalam
domain waktu menjadi fungsi dalam domain frekuensi. Sebaliknya, invers Fourier
4

mengubah mengubah fungsi dalam domain frekuensi ke dalam fungsi dalam


domain (Pradivta,2007).
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor
pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim
untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan
3 kriteria utama mengungkapkan bahwa
dengan menggunakan curah hujan sebagai
dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia
telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan
adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan
indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim
(McBride, 2007).
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas
permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan
sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Indonesia merupakan negara yang
memiliki angka curah hujan yang bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada
pada ketinggian yang berbeda-beda. Curah hujan 1 milimeter, artinya dalam
luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
milimeter termpat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air setinggi 1 liter (McBride, 2007).
Spektrum curah hujan adalah hubungan hubungan periode curah hujan dengan
waktu. Spektrum curah hujan digambarkan dengan PSD (Power Spectral Density)
yaitu pengkuadratan periode-periode pada spektrum sehingga terlihat perbedaan yang
mencolok dalam hubungan nya dengan waktu (McBride, 2007).
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat besar variasinya baik dari waktu
ke waktu maupun dari satu tempat ke tempat yang lain. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya curah hujan sangat besar pengaruhnya terhadap keragaman hasil.
Penggunaan data curah hujan dalam berbagai analisis membutuhkan syarat apakah
data tersebut bisa digunakan baik ditinjau dari aspek spasial maupun temporal. Untuk
5

kelengkapan data dari aspek temporal, saat ini telah digunakan dan dikembangkan
berbagai metode prediksi data hingga skala waktu yang kecil seperti data harian.
Untuk aspek spasial, metode yang dikembangkan masih terbatas. (McBride, 2007).
Sebagai salah satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya dimana
banyak dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal, iklim maritim
dan pengaruh berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga
memiliki karakteristik khusus yang hingga kini mekanisme proses
pembentukannya belum diketahui banyak orang. Secara umum curah hujan di
wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara
lain sistem Monsun Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker
Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa
sirkulasi karena pengaruh local (McBride, 2007).
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran yakni Sebelah Utara
Dataran Lereng Gunung Merapi, Sebelah Timur Membujur Dataran Rendah,
Sebelah Selatan Dataran Gunung Kapur. Kabupaten Klaten berada di titik
koordinat 70 30 LS - 70 45 LS 1100 30 BT - 1100 45 BT. Letak administratif
Desa Bawak yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Plosowangi, sebelah
selatan berbatasan dengan Tegal Rejo, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Talang, dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Cawas (Aldrian, 2003).

Menurut topografi kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan


pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut
yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring,
wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Keadaan iklim Kabupaten
Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti
sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30C dengan kecepatan angin
rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan
Januari (350 mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8 mm). (Aldrian, 2003).

Ada beberapa faktor penyebab banjir yang ada di Indonesia yaitu faktor
hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan
6

perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai, dan faktor


kesalahan tata wilayah serta pembangunan sarana prasarana (Aldrian, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Kasus
Carilah intensitas curah hujan di Kota Klaten, Jawa Tengah dari tahun
2012-2016 ! Ubah hasil tersebut menggunakan Transformasi Fourier !
3.2 Algoritma
1. Di panggil data curah hujan tersebut
2. Di tentukan lokasi kota Klaten (Pusat Kota) dengan koordinat desimal
longitude =110.6018, dan latitude = -7.6250
3. Di simpan hasil tersebut kemudian di olah kembali
4. Diubah hasil 3D data tersebut menjadi 1D dengan perintah squeeze
5. Di jumlahkan setiap hasil yang di dapat untuk mencari nilai rata-rata setiap
hari dari data tersebut.
6. Di ubah hasil tersebut dengan perintah fft pada toolbox Matlab
7. Di tampilkan hasil yang diperoleh sehingga menjadi sinyal kontinyu
8. Diulang poin 5 hingga 7 untuk mencari nilai rata-rata setiap 3 hari
9. Diulang poin 5 hingga 7 untuk mencari nilai rata-rata setiap 1 bulan
10. Diulang poin 5 hingga 7 untuk mencari nilai rata-rata setiap 3 bulan
11. Diulang poin 5 hingga 7 untuk mencari nilai rata-rata setiap 6 bulan
12. Diulang poin 5 hingga 7 untuk mencari nilai rata-rata setiap setiap tahun

3.3 Flowchart

6
7

3.4 Script
8

clear;clc
load('latitude.mat')
load('longitude.mat')
load('tp.mat')
load('time.mat')
rain=squeeze(tp(43,13,1:end));
%Data Per 1 hari
t=1;
for i=1:1827
hari(i,1)=(rain(t)
+rain(t+1)+rain(t+2)+rain(t+3)+rain(t+4)+rain(t+5)+rain(t+6)+rain(t+7))/8;
t=(i*8)+1;
end
%Data Per 3 hari
t=1;
for i=1:609
hari3(i,1)=(hari(t)+hari(t+1)+hari(t+2))/3;
t=(i*3)+1;
end
%Data Per 3 Bulan
%Perbulan
t=1;
for i=1:60
bulan1(i,1)=(hari3(t)
+hari3(t+1)+hari3(t+2)+hari3(t+3)+hari3(t+4)+hari3(t+5)+hari3(t+6)+hari3(t+8)+
hari3(t+9))/10;
t=(i*10)+1
end
t=1;
for i=1:20
bulan3(i,1)=(bulan1(t)+bulan1(t+1)+bulan1(t+2))/3
9

t=(i*3)+1
end
%Data per 6 Bulan
t=1;
for i=1:10
bulan6(i,1)=(bulan3(t)+bulan3(t+1))/2;
t=(i*2)+1;
end
%Data per tahun
t=1;
for i=1:5
tahun(i,1)=(bulan6(t)+bulan6(t+1))/2;
t=(1*2)+1;
end
%--------------------------------------------------------------------------
figure(1)
subplot(122)
y=fft(hari)
y(1)=[]
plot(y,'bo')
title('Fourier Coefficients in the Complex Plane');
xlabel('Real Axis');
ylabel('Imaginary Axis');
subplot(121)
plot(hari,'b*-')
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/hari')
xlabel('Days');
ylabel('Magnitudo');
%--------------------------------------------------------------------------
figure(2)
subplot(121)
10

plot(hari3,'r*-')
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/3 hari')
xlabel('Time (/3 hari)');
ylabel('Magnitudo (mm)');
subplot(122)
y=fft(hari3)
y(1)=[]
n = length(y);
power = abs(y(1:floor(n/2))).^2;
nyquist = 1/2;
freq = (1:n/2)/(n/2)*nyquist;
period = 1./freq;
plot(period,power);
ylabel('Power');
xlabel('Period (Cycle/Days)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/3 hari (fft)')
%--------------------------------------------------------------------------
figure(3)
subplot(121)
plot(bulan3,'r*-')
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/3 bulan' )
xlabel('Time(/3 bulan)');
ylabel('Magnitudo (mm)');
subplot(122)
y=fft(bulan3)
y(1)=[]
n = length(y);
power = abs(y(1:floor(n/2))).^2;
nyquist = 1/2;
freq = (1:n/2)/(n/2)*nyquist;
period = 1./freq;
11

plot(period,power);
ylabel('Power');
xlabel('Period (Cycle/Moons)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/3 bulan (fft)' )
%--------------------------------------------------------------------------
figure(4)
subplot(121)
plot(bulan6,'r*-')
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/6 bulan' )
xlabel('Time(/6 Bulan)');
ylabel('Magnitudo (mm)');
subplot(122)
y=fft(bulan6)
y(1)=[]
n = length(y);
power = abs(y(1:floor(n/2))).^2;
nyquist = 1/2;
freq = (1:n/2)/(n/2)*nyquist;
period = 1./freq;
plot(period,power);
ylabel('Power');
xlabel('Period (Cycle/Moons)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/6 bulan (fft)' )
%--------------------------------------------------------------------------
figure(5)
subplot(121)
plot(tahun,'r*-')
xlabel('Time(/Tahun)');
ylabel('Magnitudo (mm)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun' )
subplot(122)
12

y=fft(tahun)
y(1)=[]
n = length(y);
power = abs(y(1:floor(n/2))).^2;
nyquist = 1/2;
freq = (1:n/2)/(n/2)*nyquist;
period = 1./freq;
plot(period,power);
ylabel('Power');
xlabel('Period (Cycle/Years)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/tahun (fft)' )
%--------------------------------------------------------------------------
figure(6)
subplot(121)
plot(bulan1,'r*-')
xlabel('Time(/bulan)');
ylabel('Magnitudo (mm)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/bulan' )
subplot(122)
y=fft(tahun);
y(1)=[]
n = length(y);
power = abs(y(1:floor(n/2))).^2;
nyquist = 1/2;
freq = (1:n/2)/(n/2)*nyquist;
period = 1./freq;
plot(period,power);
ylabel('Power');
xlabel('Period (Cycle/Moons)');
title('Curah Hujan dalam 5 tahun/bulan (fft)' )
13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun

Gambar 4.1 Intensitas curah hujan Kota Klaten tahun 2012-2016


Jika dilihat dari gambar kiri, gambar tersebut memperlihatkan amplitudo
dari curah hujan setiap hari selama 5 tahun. Amplitudo tertinggi dari gambar
tersebut menyentuh 0.035 mm pada kisaran hari ke 380 an. Hasil ini merupakan
hasil murni dari data yang diperoleh. Sedangkan untuk penyebaran koefisien
bilangan kompleks, terdapat titik-titik bilangan real dan imaginer yang saling
berpasangan. Nilai tertinggi dari bilngan real terdapat pada 1.8, sedangkan niai
tertinggi dari bilangan imaginer tersebut adalah 1.1.
Pada gambar pertama ini, kami hanya menampilkan seluruh hasil
intensitas hujan selama 5 tahun disetiap harinya dan tidak di proses menggunakan
perintah fft (fast fourier transform).
Cara mendapatkan nilai ini untuk setiap hari adalah dengan menjumlahkan
data sebanyak 8 data di setiap titiknya karena delta (selisih) data dari setiap data
adalah 3 jam. Jadi, untuk mendapatkan 1 hari (24 jam), kita harus menjumlahkan
sebanyak 8 data. Ini adalah data awal yang nantinya dari hasil ini akan di ubah
menjadi beberapa bagian, seperti beberapa 3hari, 3 bulan, 6 bulan, dan setiap
tahun.

13
14

4..2 Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun (setiap 3 hari)

Gambar 4.2 Intensitas curah hujan Kota Klaten tahun 2012-2016 (setiap 3 hari)
Gambar kiri merupakan hasil dari nilai rata-rata intensitas hujan setiap 3
hari selama 5 tahun. Dengan demikian, akan terdapat 609 titik data dimana titik
tersebut memiliki amplitudo tertinggi 0.025 mm pada titik data ke 125 ( pada hari
ke 380 an). Dari hasil ini dapat kita jadikan literatur bahwa pada hasil sebelumnya
dan hasil kedua ini memiliki hasil yang tidak berbeda jauh.
Pada gambar kanan, gambar ini merupakan transformasi dari gambar kiri
yang diubah menggunakan perintah fft (fast fourier transform). Perintah fft
tersebut berbarengan dengan perintah sunspot yang terdapat di toolbox Matlab.
Jadi, kita dapat menggunakan perintah tersebut untuk membantu kita
menyelesaikan/ membantu kita mentransformasikan.
Pada hasil kanan, dapat disimpulkan bahwa hasil fft merupakan proses
yang dapat didekati dengan memecah nilai asli menjadi beberapa gelombang
sesuai dengan pembangkitan signalnya. Untuk amplitudo tertinggi dari hasil
tersebut adalah ~0.5 pada titik data ke 125 (hari ke 380).
15

4.3 Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun (setiap 3 bulan)

Gambar 4.3 Intensitas curah hujan Kota Klaten tahun 2012-2016 (setiap 3 bulan)
Gambar kiri merupakan hasil instensitas curah hujan sebelum di
transformasi. Data tersebut di dapat selama 5 tahun dengan interval 3 bulan. Jadi,
akan terdapat 20 titik data. Titik tertinggi terdapat pada titik data ke 17 dengan
amplitudo ~ 0.0047 mm. Data ini didapat dari merata-ratakan intensitas hujan
setiap harinya sehingga posisi tertinggi tidak lagi berada pada hari ke 380 an (3
bulan ke 5), sehingga hasil ini memiliki ketelitian yang akurat.
Gambar kanan merupakan hasil dari transformasi dimana nilai tertinggi
dari hasil kiri. Nilai tertinggi di peroleh pada titik ke 4 dengan amplitudo 0.0003.

4.4 Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun (setiap 6 bulan)

Gambar 4.4 Intensitas curah hujan Kota Klaten tahun 2012-2016 (setiap 6 bulan)
16

Gambar kiri merupakan hasil instensitas curah hujan sebelum di


transformasi. Data tersebut di dapat selama 5 tahun dengan interval 6 bulan. Jadi,
akan terdapat 10 titik data. Titik tertinggi terdapat pada titik data ke 9 dengan
amplitudo ~ 0.0037 mm. Data ini didapat dari merata-ratakan intensitas hujan
setiap harinya.
Gambar kanan merupakan hasil dari transformasi dimana nilai tertinggi
dari hasil kiri. Nilai tertinggi di peroleh pada titik ke 2 dengan amplitudo 0.0007.
Hasil kedua ini merupakan pendekatan dari hasil fft yang di pecah dengan
beberapa gelombang yang membentuknya.

4.5 Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun (setiap tahun)

Gambar 4.5 Curah hujan Kota Klaten selama 5 tahun (setiap tahun)
Jika diambil rata-rata curah hujan setiap tahunnya, maka hasil dari
pengolahan data tersebut dapat dilihat pada gambar kiri. Pada tahun pertama, rata-
rata curah hujan hanya mendekati 0.00225 mm. Sedangkan pada tahun kedua naik
menjadi 0.00247 mm. Pada tahun ketiga hingga tahun ke lima, rata-rata amplitudo
memiliki nilai yang sama yaitu 0.00247 mm.
Untuk hasil fft, dapat dilihat pada gambar kanan. Amplitudo titik pertama
(tahun pertama) hingga titik ke lima (tahun kelima) memiliki nilai yang sama
dengan nol.
17

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Transformasi Fourier digunakan untuk mengubah atau mentransformasikan
sinyal dalam domain waktu ke dalam domain frekuensi. Fungsi FFT pada
matlab merupakan algoritma untuk mengubah sinyal ke dalam transformasi
fourier diskrit dengan cepat.
2. Begitu besar pengaruh intensitas curah hujan terhadap kemungkinan
terjadinya bencana alam banjir, dan tanah longsor. Kemudian penelitian
menunjukkan bahwa berbagai bakteri dan virus yang menyerang tanaman
akan berkembang lebih cepat pada saat curah hujan tinggi yang berpengaruh
terhadap meningkatnya kelembaban udara.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Aldrian. 2013. Penetapan Wilayah Cakupan Indeks Untuk Penerapan Asuransi


Iklim. Institut Pertanian: Bogor
Astuti, Erna Zuni. 2010. Aplikasi Fungsi Sinus Sebagai Pembangkit Sinyal Suara.
Semarang: Udinus
McBride. 2007. Pengaruh Aktifitas Matahari pada Variasi Curah Hujan di
Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu
Santoso, Tri B., Huda, Miftahul. 2004. Modul Proses Perekaman dan Pengadilan
sinyal Wicara

18

You might also like