You are on page 1of 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan faktor lingkungan yang penting, sebab selain
mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh di atasnya,
tanah juga memiliki hubungan timbal balik dengan mikroba tanah yang ada di
dalamnya. Tanah umumnya mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman, tetapi kandungan hara pada lahan pertanian semakin lama
semakin berkurang karena terserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya.
Berbagai kelompok mikroba di dalam tanah berperanan penting dalam
penyediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman membutuhkan nitrogen
sebagai salah satu sumber protein yang dibutuhkan pada tanaman. Sementara
itu Kandungan nitrogen di atmosfer sekitar 78% tetapi tidak dapat
dimanfaatkan langsung oleh tanaman. Nitrogen dalam bentuk N2 bebas
diatmosfer tidak dapat langsung diserap oleh tanaman tingkat tinggi.
Tumbuhan menyerap unsur nitrogen dari lingkungannya dalam bentuk
senyawa amonium (NH4 +). Unsur ini dapat diperoleh dari tanah dengan
bantuan mikrorganisme tertentu yang dikenal sebagai bakteri penambat
nitrogen. Setelah sel bakteri ini mati dan lisis, senyawa nitrogen organik dalam
sel seperti protein dan asam nukleat akan dilepaskan ke lingkungan dan
selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh organisme lain seperti tanaman setelah
melalui proses mineralisasi.
Walaupun terdapat banyak spesies bakteri yang memiliki kemampuan
menambat nitrogen dari udara, tetapi sangat sedikit yang mampu
mengekskresikan nitrogen yang ditambat dalam bentuk amonium ke
lingkungan sehingga kontribusinya dalam menyediakan nitrogen tersedia bagi
tanaman juga masih rendah.
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui bakteri penambat nitrogen apa
saja yang berperan selain mampu menambat nitrohen bebas di udara juga
mampu mengeksresikan amonium, maka pada praktikum kali ini mengangkat
judul Isolasi Bakteri Pengeksresi Amonium.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri
penambat nitrogen dalam mengeksresikan amonium melalui uji kualitatif.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik adalah kelompok
bakteri yang terutama berperan dalam proses oksidasi amonia menjadi nitrit pada
siklus nitrogen, juga pada proses peruraian nitrogen dalam sistem pengolahan
limbah cair. Bakteri autotrofik yang berperan dalam oksidasi amonia menjadi
nitrit adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosolobus, dan
Nitrosovibrio. Beberapa mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga
dilaporkan mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi nitrit atau
nitrat . Mikroorganisme yang termasuk dalam golongan tersebut diatas antara lain
adalah: fungi (Aspergillus) dan bakteri (Alcaligenes, Arthrobacter spp., dan
Actinomycetes). Arthrobacter dan Aspergillus flavus mampu menghasilkan nitrat
dalam media yang mengandung amonia sebagai sumber nitrogen (Agustiyani, dkk
2004).

Bab 3
METODE PRAKTIKUM

BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Tabel pengamatan
Kelompok Indikator
1 +1
2 +2
3 +2
4 +2
5 +1
6 +1

Keterangan :
Jika : Kuning +1
Kuning pekat +2
Coklat +3

b. Gambar Pengamatan

4.2 Hasil Pengamatan


Praktikum yang dilakukan kali ini adalah melakukan pengamatan pada
tanah sawah untuk mengetahui kemampuan bakteri penambat nitrogen untuk
mengeksresi amoniak. Sebelumnya dikukan sentrifug untuk mendapatkan
supertnatan pada sampel. Kemudian menteskan reagen nassler untuk
mendeteksi amonia. Reagen Nesler bila bereaksi dengan ammonium dalam
larutan basa akan membentuk dispersi koloid yang berwarna kuning- coklat.
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengamatan adalah kelompok 1, 5,
dan 6 indikatornya adalah kuning (+1) hal ini menunjukan bahwa hanya
sedikit amoniak yang dihasilkan. Indikasinya adalah bakteri yang pengeksresi
amoniak yang terkandung pada tanah yang dijadikan sampel juga sedikit.
Menurut Dobbelaere dkk (2003) dalam Hartono dan Jumadi (2014) walaupun
terdapat banyak spesies bakteri yang memiliki kemampuan menambat
nitrogen dari udara, tetapi sangat sedikit yang mampu mengekskresikan
nitrogen yang ditambat dalam bentuk amonium ke lingkungan sehingga
kontribusinya dalam menyediakan nitrogen tersedia bagi tanaman juga masih
rendah.
Sementara untuk kelompok 2, 3, dan 4 menunjukan indikator warna
kuning pekat (+2) hal ini menunjukan bahwa banyak amoniak yang
terkandung pada tanah yang diisolasi. Indikasinya adalah bakteri yang
terkandung pada tanah tersebut banyak yang mampu mengeksresikan
amoniak.
Suatu mekanisme regulasi penambatan nitrogen yang berbeda
ditemukan pada beberapa strain bakteri penambat nitrogen dimana amonium
yang terbentuk di dalam sel sebagai hasil dari aktivitas nitrogenase tidak
terakumulasi di dalam sel karena diekskresikan keluar melalui suatu
mekanisme difusi sederhana. Fenomena ekskresi amonium pada bakteri
penambat nitrogen dapat berlangsung pada strain wild type atau dapat
diinduksi melalui mutasi. Ekskresi amonium bisa berlangsung karena terjadi
penghambatan sintesis atau aktivitas enzim yang terlibat di dalam asimilasi
amonium yang menyebabkan amonium tidak bisa diasimilasi lanjut dan
terakumulasi di dalam sel. Hal ini menyebabkan amonium berdifusi secara
pasif keluar melalui membran sel. Inokulasi tanamam dengan bakteri mutan
pengekskresi amonium pada skala laboratorium menunjukkan pengaruh yang
signifikan pada pertumbuhan tanaman tetapi tidak menunjukkan pengaruh
yang signifikan ketika diujikan pada skala lapangan (Hartono, 2014).
BAB 5
PENUTUP

Daftar Pustaka
Pengaruh pH dan
Agustiayani, Dwi, dkk. 2004.
Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan
dan
Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia. B I O D
I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 5, Nomor 2

Hartono dan Jumadi Oslan. 2014. Seleksi


dan Karakterisasi Bakteri Penambat
Nitrogen Non
Simbiotik Pengekskresi Amonium Pada
Tanah Pertanaman
Jagung (Zea mays L.) dan Padi (Oryza
sativa L. ) Asal
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan,
Indonesia. Jurnal Sainsmat Vol. III, No. 2

You might also like