You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk
pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu,
sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena
banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan suatu
tantangan tersendiri. Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan memberikan
peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap
saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang
cenderung menghindari kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat memberikan
daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah satu mekanisme
tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan lembaga ini masih
kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan
merupakan hal yang berlebihan. Di lain pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini
diperlukan untuk memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak
yang nakal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sanksi-sanksi yang ada dalam perpajakan?
2. Bagaimana UU perpajakan itu?
C. Tujuan
Tujuan saya menulis makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah
Perpajakan.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan saya dan pembaca
tentang masalah Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri saya dan pembaca
untuk tertib membayar pajak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Sanksi Pajak

1
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah
lndonesia memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan
pemungutan pajak. Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk
menghitung menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya
dengan baik, maka setiap Wajib Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi
peraturan maupun teknis administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai
dengan target yang diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur
dalam UU Perpajakan yang berlaku.
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya,
jika kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa
terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya,
penting bagi Wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui
konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat
memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai
sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan
perihal pengenaannya.
Dalam ketentuan perpajakan, dikenal dua macam sanksi pajak: sanksi administrasi dan
sanksi pidana. Perbedaan dari kedua sanksi tersebut adalah bahwa sanksi pidana berakibat
pada hukuman badan seperti penjara atau kurungan. Pengenaan sanksi pidana dikenakan
terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Sedangkan sanksi
administrasi biasanya berupa denda (dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan disebut sebagai bunga, denda atau kenaikan).
Landasan hukum mengenai sanksi administrasi diatur dalam masing-masing pasal
undang-undang ketentuan umum perpajakan. Sanksi adminstrasi dapat dijatuhkan apabila
wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
1. Sanksi Administrasi yang terdiri dari:
a. Sanksi Administrasi Berupa Denda

2
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.
Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari
jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.
Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa
atau disengaja.
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
.
1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :
a. Masa Rp 100.000 Per SPT
atau Rp
500.000
b. Tahunan Rp 100.000 Per SPT
atau Rp
1.000.000
2 8 (3) Pembetulan sendiri dan 150% Dari jumlah
belum disidik pajak yang
kurang dibayar.
3 14 (4) Pengusaha yang telah 2% Dari DPP
dikukuhkan sebagai PKP,
tetapi tidak membuat faktur
pajak atau membuat faktur
pajak, tetapi tidak tepat
waktu.
pengusaha yang telah 2% Dari DPP
dikukuhkan sebagai PKP
yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap.
PKP melaporkan faktur pajak 2% Dari DPP
tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak.

b. Sanksi Administrasi Berupa Bunga

3
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan
utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari suatu jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai
dengan saat diterima dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga
utang paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk
(bunga berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung
berdasarkan bunga majemuk.
Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang
dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar
sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka
sanksi bunga tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam
ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain,
bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian.
Sanksi administrasi berupa bunga dapat dibagi menjadi sbb:
1. Bunga pembayaran, yaitu bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada
waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan
berupa STP, SKPKB dan SKPKBT. Bunga pembayaran umumnya dibayar dengan
menggunakan SSP, meliputi antara lain:
- Bunga karena pembetulan SPT.
- Bunga karena angsuran/ penundaan pembayaran.
- Bunga karena terlambat membayar.
- Bunga karena ada selisih antara pajak yang sebenarnya terutang dan pajak sementara.
2. Bunga penagihan, yaitu bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan surat
tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu
pembayaran. Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP.
3. Bunga ketetapan, yaitu bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak
tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bunga
ketetapan umumnya ditagih dengan SKPKB.
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
.
1 8 (2 dan Pembetulan SPT Masa dan 2% Per bulan, dari jumlah
2a) Tahunan pajak yang kurang
dibayar

4
2 9 (2a Keterlambatan pembayaran pajak 2% Per bulan, dari jumlah
dan 2b) masa dan tahunan pajak terutang
3 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak 2% Per bulan, dari jumlah
dalam SKPKB kurang dibayar, max 24
bulan
4 13 (5) SKPKB diterbitkan setelah lewat 48% Dari jumlah paak yang
waktu 5 tahun karena adanya tidak mau atau kurang
tindak pidana perpajakan maupun dibayar
tindak pidana lainnya
5 14 (3) a. PPh tahun berjalan 2% Per bulan, dari jumlah
tidak/kurang bayar pajak tidak/ kurang
dibayar, max 24 bulan
b. SPT kurang bayar 2% Per bulan, dari jumlah
pajak tidak/ kurang
dibayar, max 24 bulan
14 (5) PKP yang gagal berproduksi dan 2% Per bulan, dari jumlah
telah diberikan pengembalian pajak tidak/ kurang
Pajak Masukan dibayar, max 24 bulan
6 15 (4) SKPKBT diterbitkan setelah 48% Dari jumlah pajak yang
lewat waktu 5 tahun karena tidak atau kurang
adanya tindak pidana perpajakan dibayar
maupun tindak pidana lainnya
7 19 (1) SKPKB/T, SK Pembetulan, SK 2% Per bulan, atas jumlah
Keberatan, Putusan Banding yang pajak yang tidak atau
menyebabkan kurang bayar kurang dibayar
terlambat dibayar
8 19 (2) Mengangsur atau menunda 2% Per bulan, bagian dari
bulan dihitung penuh 1
bulan
9 19 (3) Kekurangan pajak akibat 2% Atas kekurangan
penundaan SPT pembayaran pajak

c. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

5
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi
yang paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut,
jumlah pajak yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan
pada dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak
kurang dibayar.
Jika dilihat dari penyebabnya, sanksi kenaikan biasanya dikenakan karena Wajib Pajak
tidak memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah
pajak terutang.
Pasal Masalah Sanksi Keterangan
8 (5) Pengungkapan ketidak 50% Dari pajak yang kurang
benaran SPT sebelum dibayar
terbitnya SKP
13 (3) Apabila: SPT tidak
disampaikan sebagaimana
disebut dalam surat teguran,
PPN/PPnBM yang tidak
seharusnya dikompensasikan
atau tidak tarif 0%, tidak
terpenuhinya Pasal 28 dan 29
a. PPh yang tidak atau kurang 50% Dari PPh yang tidak/ kurang
dibayar dibayar
b. tidak/kurang dipotong/ 100% Dari PPh yang tidak/ kurang
dipungut/ disetorkan dipotong/ dipungut
c. PPN/PPnBM tidak atau 100% Dari PPN/ PPnBM yang tidak
kurang dibayar atau kurang dibayar
15 (2) Kekurangan pajak pada 100% Dari jumlah kekurangan pajak
SKPKBT tersebut

2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan
pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan
sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana
dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38

6
UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran
Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan
kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban
pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak
kejahatan adalah tindakan dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya
bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-
dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu
selama 10 (sepuluh) tahun.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada intinya
diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun, dalam UU
Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya disertai
dengan sanksi administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu ada.
Hukum pidana merupakan ancaman bagi wajib pajak yang bertindak tidak jujur.
Adanya tindak pidana perpajakan ini dapat dilihat dalam ketentuan UU No. 28 Tahun 2007
Tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan, ada 3 macam sanksi pidana,
yaitu: denda pidana, kurungan, dan penjara.
1. Denda pidana
Sanksi berupa denda pidana dikenakan kepada Wajib Pajak dan diancamkan juga
kepada pejabat pajak atau pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana
dikenakan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
2. Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan

7
diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan yang
diancamkan dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda
pidana sekian itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.
3. Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan
kemerdekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana
penjara tidak ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan
kepada Wajib Pajak.
Yang dikenakan Sanksi Tindak Pidana di Bidang Perpajakan yaitu :
a. Setiap orang yang karena kealpaannya :
tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling
tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
b. Setiap orang yang dengan sengaja :
tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP); atau
tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau
menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar; atau
tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut.
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, di pidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
c. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum
lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan, dikenakan pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana yang diatur
sebagaimana butir b.

8
d. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau
menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan
kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau
kompensasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Sanksi tindak pidana berlaku juga bagi wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib
Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Daluwarsa Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu
sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya
Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Delik Aduan dan Sanksinya
Setiap pejabat baik petugas pajak maupun mereka yang melakukan tugas di bidang
perpajakan, dilarang mengungkapkan kerahasiaan WP yang menyangkut masalah
perpajakan.
Pelanggaran atas larangan mengungkapkan kerahasiaan WP tersebut dapat
diancam sanksi pidana sebagai berikut:
a. Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
kerahasiaan Wajib Pajak, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
b. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
Keterlibatan dan Sanksi bagi Pihak ketiga
a. Setiap orang yang menurut ketentuan wajib memberikan keterangan atau bukti
yang diminta tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti; atau
memberi keterangan atau bukti yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara

9
paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah).
b. Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan
tindak pidana perpajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Ketentuan ini berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan
atau membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Unsur-Unsur Tindak Pidana Perpajakan

Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang


Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpjakan (UU No. 28 Tahun 2007), yang termasuk ke dalam
unsur-unsur tindak pidana perpajakan adalah :
a. Siapa saja, baik pribadi maupun badan hukum.
Yang termasuk ke dalam kategori unsur siapa saja tersebut adalah Wajib Pajak
dan Pegawai Pajak. Menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 28 Tahun 2007,
wajib pajak adalah pribadi atau badan hukum, meliputi pembayaran pajak,
pemotongan pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bukan hanya wajib pajak, tetapi juga pegawai pajak dapat dijatuhi hukuman tindak
pidana di bidang perpajakan. Sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana perpajakan
meliputi pidana kurungan dan pidana denda kekurangan pembayaran pajak, yang
diatur dalam ketentuan Pasal 37A, 38, 39, 39A, 41, 41A, 41B, dan 41C UU No. 28
tahun 2007.
b. Melakukan perbuatan yang melanggar kewajiban perpajakan.
Sebagai contoh ketentuan pidana kepada wajib pajak yang melanggar kewajiban
pajak adalah ketentuan Pasal 38 UU No. 28 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut
disebutkan, setiap orang (wajib pajak) yang karena kealpaannya : (a) tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan, atau (b) menyampaikan Surat
Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan
yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, denda paling sedikit
satu kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kuarang dibayar dan paling

10
banyak dua kali jumlah pajak berhutang yang tidak atau kurang dibayar, atau
dipidana kurungan paling singkat tiga bulan atau paling lama satu tahun.
c. Menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Aspek Pidana dalam UU Perpajakan
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan terdapat beberapa aspek pidana dalam perpajakan, yaitu :
Hukum Pidana UU Perpajakan
Pokok a. a. Pidana Penjara 6 bulan-6 tahun).
b. b. Pidana kurungan (3 bulan-1 tahun).
c. c. Denda (1-2 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang
dibayar).
Percobaan a. a. Pidana Penjara (6 bulan-2 tahun).
b. b. Denda (2-4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi).
Pembantuan a. a. Pidana Penjara (1-3 tahun).
b. b. Denda (75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah)).
Penyertaan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal
39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak,
atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
Daluarsa Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah
lampau waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak, betakhirnya
masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya
tahun pajak yang bersangkutan.
Penjelasan :
Daluarsa ini untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib
Pajak, penuntut umum dan hakim.
Jangka waktu 10 tahun adalah untuk menyesuaikan dengan
daluarsa penyimpanan dokumen2 perpajakan yang dijadikan
dasar penghitungan jumlah pajak terutang selama sepuluh tahun.

No Masalah Ancaman Sanksi Pidana Dasar


. Hukum

11
1 Setiap orang yang karena Dipidana dengan pidana Pasal 38 UU
kealpaannya: kurungan paling lama 1 tahun KUP
1. tidak menyampaikan Surat
dan atau denda paling tinggi 2
Pemberitahuan; atau
kali jumlah pajak terutang
2. menyampaikan Surat
yang tidak atau kurang dibayar
Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan
Negara

2 Setiap orang yang dengansengaja : Dipidana dengan pidana Pasal 39 ayat


1. tidak mendaftarkan diri, atau
penjara paling lama 6 tahun (1) UU KUP
menyalahgunakan atau
dan denda paling tinggi 4kali
menggunakan tanpa hak
jumlah pajak terutang yang
NPWP atau Pengukuhan PKP;
tidak atau kurang dibayar
atau
2. tidak menyampaikan SPT;
atau
3. menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap; atau
4. menolak untuk dilakukan
pemerisaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29; atau
5. memperlihatkan pembukuan,
pencatatan, atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar; atau
6. tidak menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan,
tidak memperlihatkan atau

12
tidak meminjamkan buku,
catatan, atau dokumen lainnya;
atau
7. tidak menyetorkan pajak yang
telah dipotong atau dipungut,
sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan
Negara

3 Melakukan lagi tindak pidana di Pidana dilipatkan menjadi 2 Pasal 39 ayat


bidang perpajakan sebelum lewat 1 kali (2) UU KUP
tahun, terhitung sejak selesainya
menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan. (pengulangan)
4 Setiap orang yang melakukan dipidana dengan pidana Pasal 39 ayat
percobaan untuk melakukantindak penjara paling lama 2 tahun (3) UU KUP
pidana menyalahgunakanatau dan denda paling tinggi 4 kali
menggunakan tanpa hakNPWP atau jumlah restitusi yang dimohon
Pengukuhan PKP atau menyampaikan dan atau kompensasi yang
SPT dan atau keterangan yang isinya dilakukan oleh WP
tidak benar atau tidak lengkap dalam
rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi
pajak
5 Pejabat yang karena kealpaannya dipidana dengan pidana Pasal 41 ayat
tidak memenuhi kewajiban kurungan paling lama 1tahun (1) UU KUP
merahasiakan segala sesuatu yang dan denda paling banyak Rp
diketahui atau diberitahukan 4.000.000
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan atau pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan

13
6 Pejabat yang dengan sengaja tidak dipidana dengan pidana Pasal 41 ayat
memenuhi kewajibannya atau penjara paling lama 2 tahun (2) UU KUP
seseorang yang menyebabkan tidak dan denda paling banyak Rp
dipenuhinya kewajiban pejabat untuk 10.000.000
merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan atau pekerjaannya untuk
menjalankan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
7 Setiap orang yang wajib memberi dipidana dengan pidana Pasal 41A
keterangan atau bukti yang diminta penjara paling lama 1 tahun UU KUP
tetapi dengan sengaja tidak memberi dan denda paling banyak Rp
keterangan atau bukti, atau memberi 10.000.000
keterangan atau bukti yang tidak
benar
8 Setiap orang yang dengan sengaja dipidana dengan pidana Pasal 41B
menghalangi atau mempersulit penjara paling lama 3 tahun UU KUP
penyidikan tindak pidana di bidang dan denda paling banyak Rp
perpajakan 10.000.000
9 Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat
1. dipidana dengan pidana
dalam pasal 38 dan pasal 39, berlaku (1) jo. Pasal
kurungan paling lama 1
juga bagi wakil, kuasa,atau pegawai 38 dan 39
tahun dan atau denda
dari Wajib Pajak, yang menyuruh UU KUP
paling tinggi 2 kali
melakukan, yang turut serta
jumlah pajak terutang
melakukan, yang menganjurkan, atau
yang tidak atau kurang
yang membantu melakukan tindak
dibayar
pidana di bidang perpajakan
2. dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6
tahun dan denda paling
tinggi 4 kali jumlah
pajak terutang yang

14
tidak atau kurang
dibayar
3. pidana dilipatkan
menjadi 2 kali

4. dipidana dengan pidana


penjara paling lama 2
tahun dan denda paling
tinggi
10 Ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat
1. dipidana dengan pidana
dalam Pasal 41A dan Pasal 41B (2) jo. Pasal
penjara paling lama 1
berlaku juga bagi yang menyuruh 41A dan 41B
tahun dan denda paling
melakukan, yang menganjurkan, atau UU KUP
banyak Rp 10.000.000
yang membantu melakukan tindak
2. dipidana dengan pidana
pidana di bidang perpajakan
penjara paling lama 3
tahun dan denda paling
banyak Rp 10.000.000,-

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah
lndonesia memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan
pemungutan pajak. Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk
menghitung menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya
dengan baik, maka setiap Wajib Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi

15
peraturan maupun teknis administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai
dengan target yang diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur
dalam UU Perpajakan yang berlaku.
Landasan hukum mengenai sanksi administrasi diatur dalam masing-masing pasal
undang-undang ketentuan umum perpajakan. Sanksi adminstrasi dapat dijatuhkan apabila
wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam
Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada intinya
diatur dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun, dalam UU
Perpajakan lainnya, dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya disertai
dengan sanksi administrasi berupa denda, walaupun tidak selalu ada.
Hukum pidana merupakan ancaman bagi wajib pajak yang bertindak tidak jujur.
Adanya tindak pidana perpajakan ini dapat dilihat dalam ketentuan UU No. 28 Tahun 2007
Tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
3. Sanksi Administrasi yang terdiri dari:
a) Sanksi Administrasi Berupa Denda
b) Sanksi Administrasi Berupa Bunga
c) Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
4. Sanksi Pidana yang terdiri dari:
a) Denda pidana
b) Pidana kurungan
c) Pidana penjara

16
DAFTAR PUSTAKA

Supramono, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan Perhitungan,


Yogyakarta: Andi Offset, 2005.
Drs. Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan Edisi 2, Jakarta : Granit, 2003.
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
http://konsultan-pajak.co.cc aris-aviantara.blogspot aviantara.multiply
Sri Harini, Pengantar Hukum Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia,2006) hl 63.
Shopar Lumbantoruan, Akuntansi Pajak, (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia 1996).

17
18

You might also like