You are on page 1of 14

PENGARUH UKURAN DEWAN DIREKSI, UKURAN DEWAN KOMISARIS,

KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DAN DEWAN KOMISARIS


INDEPENDEN TERHADAP KOMPENSASI DEWAN DIREKSI

Astri Tania Herlen1, Zaitul2, Herawati3


Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bunghatta
Email : acitania28@gmail.com

ABSTRACT

The provision of compensation to the board of directors is expected to improve the


performance of the board of directors on corporations, where the board of directors having
the property of being an opportunist so that it can be increasing the agency cost. To reduce
agency cost then companies provide compensation to a board of directors. Then conducted
research aimed to determine the factors that affect compensation board of directors. In this
study the variables used is a compensation the board of directors as the dependent variable
and the size of the board of directors, the size of the board of commissioners, remuneration
and nomination committees as well as the board of commissioners independent as the
independent variable. The research also use leverage, firm size and firm age as control
variables. To perform the hypotheses, used manufacturing companies listed in Indonesian
Stock Exchange. The data utilize was from 2011-2013. Analysis method using multiple
regression models and the results found that the size of the board of directors, the board of
commissioners independent, leverage , firm size significantly effect on compensation the
board of directors, while the size of the board of commissioners, remuneration and
nomination committees, firm age found no significant effect on compensation the board of
directors. This study uses agency theory as a theory supporting.

Keywords: The size of the Board of Directors, Board of Commissioners size, Remuneration
and Nomination Committee, the Board of Commissioners of the Independent,
Compensation Board of Directors.

1. Latar Belakang Masalah masyarakat, investor dan juga pihak yang


Perusahaan didirikan dengan tujuan berkepentingan lainnya (Irpan, 2011).
untuk memakmurkan pemilik perusahaan Untuk mencapai tujuan tersebut pemegang
atau pemegang saham (Sulistiono, 2010). saham menyerahkan pengelolaan
Setiap perusahaan akan berlomba-lomba perusahaan kepada manajer. Manajer yang
dalam mendapatkan keuntungan yang dimaksudkan yaitu dewan direksi.
maksimal. Hal ini menyebabkan persaingan Manajer memberikan informasi
dalam dunia bisnis untuk menuntut semua kepada pemegang saham dalam bentuk
pelaku usaha membuat perusahaannya laporan keuangan. Laporan keuangan yang
memiliki citra yang baik dimata dibuat dengan angka-angka akuntansi

1
diharapkan dapat meminimalkan konflik Baik manajemen dan pemegang
berbagai pihak yang berkepentingan. saham pada dasarnya memiliki
Laporan keuangan sebagai produk kepentingannya masing-masing dimana
informasi yang dihasilkan perusahaan, manajemen memiliki kecenderungan untuk
tidak terlepas dari proses penyusunan bersifat oportunis dan dapat merugikan
laporan keuangan. Laporan keuangan pemegang saham. Prinsip shareholder
tersebut bermanfaat untuk membantu value yang berorientasi pada pasar inilah
investor, kreditor, calon investor dan para yang kemudian dianggap dapat menjadi
pengguna lainnya dalam rangka membuat sistem pengendalian eksternal yang secara
keputusan investasi, keputusan kredit, efektif dapat mengawasi dan meminimalisir
analisis saham serta menentukan prospek sifat oportunis manajemen sehingga
suatu perusahaan dimasa akan datang. kepentingan manajemen dan kepentingan
Kebijakan dan keputusan yang diambil pemegang saham dapat berjalan selaras.
dalam rangka proses penyusunan laporan Bentuk pendisiplinan yang dilakukan dapat
keuangan akan mempengaruhi penilaian berupa penerapan skema kompensasi
kinerja perusahaan (Aprina, 2012). Namun, eksekutif, seperti bonus yang diberikan
seringkali pihak manajer perusahaan atau berdasarkan performa perusahaan, stock
insider mempunyai tujuan lain yang option dan pemutusan hubungan kerja
bertentangan dengan tujuan utama berdasarkan performa (Rachmat, 2013).
perusahaan, sehingga timbul konflik Karena lemahnya hubungan antara gaji dan
kepentingan antara manajer dan pemegang kinerja, imbalan saham merupakan salah
saham (Indahningrum dan Handayani, satu bentuk kompensasi yang dianggap
2009). ideal. Masalahnya muncul ketika para
Perbedaan kepentingan antara eksekutif atau direksi berusahan mengatrol
pemilik perusahaan dengan para manajer harga saham dengan cara-cara tidak terpuji
memiliki asumsi bahwa masing-masing (The Jakarta Consulting Group, 2014).
pihak termotivasi oleh kepentingan dirinya Kompensasi dewan direksi
sendiri sehingga menimbulkan konflik merupakan topik yang menjadi perhatian
kepentingan. Konflik ini terjadi dalam penelitian dan perdebatan sejak
dikarenakan adanya pemisahan antara tahun 1990-an dinegara maju seperti
kepentingan dan fungsi pengelolaan Amerika dan Inggris. Fakto-faktor yang
perusahaan yang dalam teori keuangan menentukan kompensasi eksekutif pada
disebut dengan konflik keagenan (Almilia umumnya dibahas dari perspektif ekonomi,
dan Silvy, 2006). manajemen dan juga tata kelola. Untuk
2
negara yang sedang berkembang seperti kompensasi langsung dan kompensasi tidak
Indonesia sangat sedikit pengetahuan langsung. Kompensasi langsung yaitu
tentang faktor-faktor yang memperngaruhi pembayaran dalam bentuk upah, gaji,
kompensasi eksekutif. Bagi negara insentif, komisi dan juga bonus.
berkembang seperti Indonesia, kompensasi Kompensasi tidak langsung yaitu
eksekutif bukan merupakan suatu topik pembayaran dalam bentuk tunjangan
yang populer untuk dibicarakan keuangan seperti asuransi.
(Vidyatmoko dkk, 2009). Kompensasi dewan direksi ini
Penelitian tentang kompensasi sangat berkaitan dengan masalah teori
dewan direksi ini masih sangat minim keagenan (agency theory). Menurut teori
dilakukan Indonesia sehingga peneliti ini hubungan pemegang saham dan manajer
termotivasi untuk mengetahui faktor-faktor pada hakikatnya sulit tercipta dikarenakan
yang dapat mempengaruhi kompensasi adanya suatu kepentingan yang saling
dewan direksi. Dengan demikian penelitian bertentangan. Conyon dan He (2012)
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpendapat bahwa teori keagenan
ukuran dewan direksi, ukuran dewan memprediksikan kompensasi eksekutif
komisaris, komite remunerasi dan nominasi harus dikaitkan dengan kinerja eksekutif
dan dewan komisaris independen terhadap dalam memecahkan masalah yang terkait
kompensasi dewan direksi. dengan informasi asimetris antara
2. Teori dan Pengembangan pemegang saham dengan manajer.
Hipotesis Jensen dan Meckling (1976)
2.1 Kompensasi Dewan Direksi berpendapat bahwa hubungan agensi terjadi
Kompensasi dewan direksi yang ketika satu orang atau lebih (principal)
biasa disebut dengan kompensasi mempekerjakan orang lain (agent) dalam
manajemen, kompensasi eksekutif dan pemberian jasa dan kemudian
kompensasi CEO. Kompensasi merupakan mendelegasikan wewenang dalam
financial rewards dan penalties yang pengambilan keputusan. Principal
diterima seorang CEO selama dia merupakan pemegang saham atau investor,
melaksanakan tugasnya (Kerin, 2003). sedangkan agent merupakan manajer yang
Menurut Dessler (2007) kompensasi mengelola perusahaan. Inti dari hubungan
adalah semua bentuk pembayaran atau keagenan ini adalah adanya pemisahan
hadiah yang dberika kepada karyawan dan fungsi antara kepemilikan di investor dan
muncul dari pekerjaan mereka. Terdapat pengendalian di pihak manajer.
dua cara pembagian kompensasi yaitu Kepentingan ini terus meningkat karena
3
pihak principal tidak dapat memonitor secara efektif, tepat dan cepat serta
aktivitas agent sehari-hari untuk bertindak independen (Setiawati, 2012).
memastikan bahwa agent bekerja telah Dewan direksi harus dapat
sesuai dengan keinginan para pemegang merumuskan strategi agar bisnis berjalan
saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki secara efektif dan efisien dengan turbulensi
lebih banyak informasi penting mengenai kondisi internal dan eksternal. Dewan
kapasitas diri, lingkungan kerja dan direksi harus memiliki reputasi moral yang
perusahaan secara keseluruhan. Hal baik dan kompetensi teknis yang
tersebut memicu timbulnya mendukung. Oleh karena itu, dalam
ketidakseimbangan informasi antara memilih anggota dewan direksi diperlukan
principal dan agent. Kondisi ini dinamakan standar profesionalisme. Dewan direksi
dengan asimetri informasi. Adanya asimetri berkewajiban menjaga transparansi dalam
informasi tersebut dapat mendorong agent menjalankan operasional perusahaan.
untuk menyembunyikan beberapa Prinsip transparansi tersebut tercermin
informasi yang tidak diketahui oleh dalam penyampaian informasi secara jujur
principal untuk memaksimalkan kepada stakeholder (Triwahyuningtias,
keuntungan bagi agent. 2012).
2.2 Ukuran Dewan Direksi Menurut Bukhori (2012) dewan
Direksi adalah organ perseroan direksi merupakan pihak dalam suatu
yang berwenang dan bertanggung jawab entitas perusahaan yang bertugas untuk
penuh atas pengurusan perseroan untuk melakukan, melaksanakan operasi dan
kepentingan perseroan, sesuai dengan kepengurusan perusahaan. Anggota dewan
maksud dan tujuan perseroan serta direksi diangkat oleh RUPS. Dewan direksi
mewakili perseroan, baik didalam maupun bertanggung jawab penuh atas segala
diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan bentuk operasional dan kepengurusan
anggaran dasar (UU No. 40 pasal 1 tahun perusahaan dalam rangka melaksanakan
2007 tentang Perseroan Terbatas). Direksi kepentingan-kepentingan dalam mencapai
sebagai organ perusahaan bertugas dan tujuan perusahaan.
bertanggungjawab secara kolegial dalam Colpan dan Yoshikawa (2012)
mengelola perusahaan. Jumlah anggota berpendapat bahwa ukuran dewan direksi
direksi disesuaikan dengan kompleksitas berpengaruh positif pada hubungannya
perusahaan dengan tetap memperhatikan antara pertumbuhan perusahaan dan
efektivitas dalam pengambilan keputusan kompensasi eksekutif. Maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
4
H1: Ukuran Dewan Direksi Dewan komisaris berperan untuk
Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan memonitoring dari implementasi kebijakan
Direksi direksi. Dewan komisaris bertanggung
2.3 Ukuran Dewan Komisaris jawab mengawasi tindakan direksi dan
Dewan Komisaris adalah organ memberikan nasehat kepada direksi jika
perseroan yang bertugas melakukan dipandang perlu. Komposisi dewan
pengawasan secara umum dan/atau khusus komisaris harus sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan anggaran dasar serta memungkinkan dalam pengambilan
memberi nasihat kepada direksi (UU No. keputusan yang efektif, tepat dan cepat
40 Pasal 1 tahun 2007 tentang Perseroan serta bertindak secara independen dalam
Terbatas). Dewan komisaris merupakan inti artian tidak mempunyai kepentingan yang
dari corporate governance yang ditugaskan dapat mengganggu kemampuannya untuk
untuk menjamin pelaksanaan strategi dalam melaksanakan tugasnya secara mandiri dan
perusahaan, mengawasi manajemen dalam kritis dalam hubungan satu sama lain
mengelola perusahaan serta mewajibkan terhadap dewan direksi (Triwahyuningtias,
terlaksananya akuntabilitas (Palestin, 2012).
2009). Conyon dan He (2012) berpendapat
Hanas (2009) berpendapat bahwa bahwa dewan komisaris berpengaruh
Indonesia mengadopsi hukum kontinental terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat
Eropa yang mempunyai sistem dua tingkat meningkatkan kinerja dewan direksi
untuk struktur dewan dalam perusahaan. sehingga pemberian kompensasi dewan
Dengan demikian, perusahaan di Indonesia direksi akan semakin baik. maka hipotesis
memiliki badan yang terpisah yaitu dewan yang diajukan sebagai berikut:
pengawas (dewan komisaris) dan dewan H2: Ukuran Dewan Komisaris
manajemen (dewan direksi). Dewan Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan
komisaris mengarahkan dan mengawasi Direksi
direksi dalam mengelola dan mewakili 2.4 Komite Remunerasi dan
perusahaan. Dalam sistem, anggota dewan Nominasi
direksi diangkat dan setiap waktu dapat Komite kompensasi didalam
diganti oleh dewan komisaris. Sedangkan perusahaan biasa disebut dengan komite
anggota dewan komisaris diangkat dan remunerasi dan nominasi. Komite nominasi
diganti dalam Rapat Umum Pemegang dan remunerasi adalah komite yang
Saham (RUPS). bertugas untuk menyusun kriteria
pemilihan komisaris dan direksi serta
5
mengusulkan besaran remunerasi komisaris pemberian tunjangan dan fasilitas lainnya
dan direksi. Agar dapat melaksanakan serta memantau pelaksanaannya.
tugasnya dengan baik, komite nominasi dan Anggraini (2014) menyatakan
remunerasi harus mampu memberikan bahwa komite remunerasi tidak
penilaian secara objektif terhadap berpengaruh terhadap pemberian
kompetensi yang dimiliki calon pemangku kompensasi dewan direksi. Maka hipotesis
jabatan, sehingga besaran remunerasi yang yang diajukan sebagai berikut:
ditetapkan mampu mencerminkan H3: Komite Remunerasi dan
kontribusi yang telah disumbangkan Nominasi Berpengaruh Terhadap
kepada perusahaan. Hal tersebut Kompensasi Dewan Direksi
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas 2.5 Dewan Komisaris Independen
pengambilan keputusan oleh perusahaan, Dewan komisaris independen
yang secara tidak langsung akan adalah anggota dewan komisaris yang tidak
berimplikasi kepada meningkatnya kinerja terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
perusahaan (Puteri, 2013). komisaris lainnya dan juga para pemegang
Peraturan Menteri Keuangan saham pengendali, serta bebas dari
Republik Indonesia No 152/PMK.010/ hubungan bisnis atau hubungan lainnya
2012 tentang tata kelola perusahaan yang yang dapat mempengaruhi kemampuannya
baik bagi perusahaan perasuransian untuk bertindak independen atau bertindak
menyatakan tugas dan tanggung jawab semata-mata demi kepentingan perusahaan
komite remunerasi dan nominasi yaitu: (1) (Susilo, 2010). Peran komisaris ini
menyusun kriteria seleksi dan prosedur diharapkan dapat meminimalisir
nominasi bagi anggota direksi, anggota permasalahan agensi yang muncul antara
dewan komisaris, anggota dewan pengawas dewan direksi dan pemegang saham,
syariah dan para eksekutf lainnya di dalam sehingga kinerja yang dihasilkan oleh
perusahaan asuransi dan perusahaan perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah
reasuransi yang bersangkutan. (2) Membuat direncanakan (Aji, 2012).
sistem penilaian dan memberikan Komisaris independen memikul
rekomendasi mengenai kebutuhan jumlah tanggung jawab untuk mendorong secara
anggota direksi, anggota dewan komisaris proaktif agar komisaris dalam
dan anggota dewan pengawas syariah melaksanakan tugasnya sebagai pengawas
perusahaan asuransi dan perusahaan dan penasehat direksi agar dapat
reasuransi yang bersangkutan. (3) memastikan perusahaan memiliki strategi
membantu menyusun sistem penggajian, bisnis yang efektif (termasuk di dalamnya
6
memantau jadwal, anggaran dan efektifitas (BEI) periode 2011-2013, (ii) Perusahaan
stragtegi tersebut), memastikan perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan
memiliki informasi, sistem pengendalian, keuangan dalam Rupiah (Rp), (iii)
dan sistem audit yang bekerja baik, Perusahaan manufaktur yang aktif
memastikan perusahaan mematuhi hukum menyampaikan laporan keuangan periode
dan perundangan yang berlaku maupun 2011-2013 secara berturut-turut, (iv)
nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan Tersedianya data yang lengkap mengenai
dalam menjalankan operasinya, variabel yang digunakan yaitu kompensasi
memastikan resiko dan potensi krisis selalu dewan direksi, ukuran dewan direksi,
diidentifikasi dan dikelola dengan baik ukuran dewan komisaris, komite
serta memastikan prinsip-prinsip dan remunerasi dan nominasi dan dewan
praktek Good Corporate Governance komisaris independen.
dipatuhi dan diterapkan dengan baik 3.2 Variabel Penelitian
(FCGI, 2003). Pada penelitian ini terdapat tiga
Conyon dan He (2012) menyatakan variabel yaitu variabel dependen, variabel
bahwa dewan komisaris independen independen dan variabel kontrol. Variabel
berpengaruh negatif terhadap kompensasi dependen yang digunakan adalah
eksekutif. Maka hipotesis yang diajukan kompensasi dewan direksi. Variabel
sebagai berikut: independen yang digunakan yaitu ukuran
H4: Dewan Komisaris Independen dewan direksi, ukuran dewan komisaris,
Berpengaruh Terhadap Kompensasi Dewan komite remunerasi dan nominasi dan
Direksi. dewan komisaris independen. Variabel
3. Metodologi Penelitian kontrol yang digunakan adalah leverage,
3.1 Populasi dan Sampel ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
Populasi yang digunakan dalam 3.3 Metode Analisis
penelitian ini adalah perusahaan yang Penelitian ini menggunakan statistik
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) deskriptif untuk memberikan gambaran
pada periode 2011-2013. Sampel pada atau deskripsi suatu data. Penelitian ini
penelitian ini ditentukan berdasarkan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji
purposive sampling yang berarti pemilihan normalitas, uji autokolerasi, uji
sampel berdasarkan kriteria tertentu. multikolinearitas dan uji
Pengambilan sampel dilakukan dengan heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis
kriteria yaitu: (i) Perusahaan manufaktur yang digunakan adalah uji F, uji R2 dan uji
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia t.
7
Model Penelitian yang digunakan 4.2 Hasil Pengujian Asumsi
dalam penelitian ini adalah model regresi Klasik
berganda. Persamaan model regresi 4.2.1 Hasil Pengujian Normalitas
berganda adalah: Masing-masing variabel dapat
Y=+1X1+2X2+3X3+4X4+5X5+6X6 dikatakan berdistribusi normal jika
+7X7+e memiliki nilai Asymp sig (2-tailed) >
Keterangan: dimana nilai = 0,05.
Y = Kompensasi Dewan Direksi Tabel 2
= Konstanta Pengujian Normalitas I
X1 = Ukuran Dewan Direksi
X2 = Ukuran Dewan Komisaris
X3 = Komite Remunerasi dan Nominasi
X4 = Dewan Komisaris Independen
X5 = Leverage
X6 = Ukuran Perusahaan
X7 = Umur Perusahaan Berdasarkan tabel 2 diatas terdapat
e = Error beberapa variabel yang tidak berdistribusi
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan normal. Pada variabel komite remunerasi
4.1 Statistik Deskriptif dan nominasi merupakan data dummy
Hasil statistik deskriptif pada sehingga data tidak dapat dinormalkan
penelitian ini dapat dilihat pada tabel karena tidak mempunyai suatu parameter
berikut: sehingga tidak dapat didifinisikan. Pada
Tabel 1 variabel lainnya yaitu ukuran dewan
Statistik Deskriptif direksi, ukuran dewan komisaris dan dewan
komisaris independen dilakukan
penormalan data dengan menggunakan
skewness dan kurtosis dimana data dapat
dikatakan berdistribusi normal apabila
berada diantara -2 dan 2. Hasil data dapat
dilihat pada tabel berikut:

8
Tabel 3 4.2.4 Hasil Pengujian
Pengujian Normalitas II Heteroskedastisitas
Pengujian ini variabel independen
menunjukkan nilai signifikan lebih besar
dari 0,05 sehingga dapat dikatakan tidak
terjadi heteroskedastisitas pada variabel
independen.
4.2.2 Hasil Pengujian Autokolerasi Tabel 6
Hasil pengujian kolerasi ini dilihat Pengujian Heteroskedastisitas
dari nilai Durbin-Watson (DW) yaitu
sebesar 1,934. Nilai DW tersebut berada
diantara nilai 1,8 dan 2,1 sehingga tidak
terjadi autokolerasi.
Tabel 4
Pengujian Autokolerasi

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis


Hipotesis dapat diterima apabila

4.2.3 Hasil Pengujian nilai signifikan variabel independen lebih

Multikolinearitas kecil dari 0,05.

Pengujian ini menghasilkan nilai Tabel 7

tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF Pengujian Hipotesis

kurang dari 10 sehingga dapat dikatakan


variabel independen dalam penelitian ini
bebas dari multikolinearitas.
Tabel 5
Pengujian Multikolinearitas

Uji F pada penelitian ini


menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,000
yaitu nilai ini lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan R2 menghasilkan nilai sebesar
0,439. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh

9
variabel independen terhadap variabel komisaris yang bekerja untuk
dependen sebesar 43,9%. meningkatkan laba perusahaan sehingga
4.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan kurang mengawasi kinerja direksi dalam
Direksi Terhadap Kompensasi perusahaan. Hal ini menyebabkan
Dewan Direksi pemberian kompensasi juga kurang baik.
Nilai signifikan pada ukuran dewan Penelitian ini berbeda dengan penelitian
direksi menunjukkan nilai sebesar 0,023 yang dilakukan oleh Conyon dan He (2012)
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis dimana pada penelitian mereka menyatakan
diterima. Semakin banyak dewan direksi dewan komisaris berpengaruh terhadap
yang bekerja pada suatu perusahaan akan kompensasi dewan direksi.
semakin baik karena dapat meningkatkan 4.3.3 Pengaruh Komite Remunerasi
kinerja perusahaan seperti peningkatan laba dan Nominasi Terhadap
perusahaan. Pemberian kompensasi Kompensasi Dewan Direksi
merupakan bentuk pendisiplinan kinerja Komite remunerasi dan nominasi
pada direksi. Banyaknya jumlah direksi pada penelitian ini menghasilkan nilai
yang bekerja dalam suatu perusahaan dapat signifikan 0,924 maka dapat dikatakan
menurunkan kompensasi yang diberikan bahwa hipotesis ditolak. Komite
karena pembagian kompensasi akan remunerasi dan nominasi ini belum banyak
semakin banyak sesuai dengan jumlah terdapat dalam keorganisasian suatu
direksi yang bekerja. Penelitian ini sejalan perusahaan. Banyak perusahaan yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh masih memberikan kewenangan kepada
Colpan dan Yoshikawa (2012) dan juga dewan komisaris tanpa bantuan komite ini
penelitian Conyon dan He (2012) yang dalam pemberian kompensasi kepada
menunjukkan hasil dewan direksi memiliki dewan direksi. Penelitian ini sejalan dengan
pengaruh terhadap pemberian kompensasi Anggraini (2014) yang menyatakan bahwa
dewan direksi. komite remunerasi tidak berpengaruh
4.3.2 Pengaruh Ukuran Dewan terhadap kompensasi dewan direksi.
Komisaris Terhadap Kompensasi 4.3.4 Pengaruh Dewan Komisaris
Dewan Direksi Independen Terhadap
Pada variabel ini nilai signifikan Kompensasi Dewan Direksi
yang dihasilkan adalah sebesar 0,462 Nilai signifikan yang dihasilkan
dimana nilai ini lebih besar dari 0,05 variabel ini adalah 0,041 lebih kecil dari
sehingga hipotesis ditolak. Hal ini dapat 0,05 sehingga hipotesis diterima. Dewan
disebabkan oleh faktor lain seperti dewan komisaris independen ini merupakan
10
dewan komisaris yang tidak terikat apapun perusahaan yaitu jumlah penjualan yang
dengan perusahaan dan pemegang saham dapat dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
sehingga keputusan yang diambil tidak tinggi penjualan pada perusahaan maka
memihak siapapun termasuk pada semakin baik laba yang akan diperoleh oleh
keputusan pemberian kompensasi kepada perusahaan. Hal ini juga akan
dewan direksi. Sehingga kompensasi yang meningkatkan kinerja dewan direksi
diberikan kepada direksi sesuai dengan dimana direksi akan memberikan
kinerja direksi tersebut. Penelitian ini kontribusi yang baik kepada perusahaan
sejalan dengan Aderson dan Bizjak (2003) sehingga imbalan yang diterima berupa
dimana dalam penelitiannya juga kompensasi akan meningkat.
menyatakan bahwa dewan komisaris Pada variabel kontrol umur
independen berpengaruh terhadap perusahaan menunjukkan nilai signifikan
kompensasi dewan direksi. 0,684. Nilai ini lebih besar dari 0,05
4.3.5 Pengaruh Leverage, Ukuran sehingga hipotesis ditolak. Lama berdirinya
Perusahaan dan Umur perusahaan tidak menjamin keberhasilan
Perusahaan perusahaan tersebut karena peningkatan
Variabel leverage, ukuran kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan dan umur perusahaan para eksekutif dan pegawai perusahaan itu
merupakan variabel kontrol dalam sendiri.
penelitian. 5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
Nilai signifikan variabel leverage 5.1 Kesimpulan
menunjukkan hasil sebesar 0,020 nilai ini Berdasarkan pembahasan dari hasil
lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis penelitian yang telah dilakukan maka dapat
diterima. Leverage merupakan pembagian diambil kesimpulkan sebagai berikut: (i)
atas aktiva dan hutang. Semakin baik aktiva Hasil pengujian hipotesis pertama
yang dimiliki perusahaan dan nilai hutang menjelaskan bahwa ukuran dewan direksi
perusahaan dapat diminimalisir maka berpengaruh terhadap kompensasi dewan
kinerja perusahaan tersebut akan baik. Hal direksi. (ii) Hasil pengujian hipotesis kedua
ini juga akan berdampak kepada menjelaskan ukuran dewan komisaris tidak
kompensasi direksi yang akan semakin berpengaruh terhadap kompensasi dewan
meningkat. direksi. (iii) Hasil pengujian hipotesis
Ukuran perusahaan memiliki nilai ketiga menjelaskan bahwa komite
signifikan sebesar 0,000 sehingga dapat remunerasi dan nominasi tidak berpengaruh
dikatakan hipotesis diterima. Ukuran terhadap kompensasi dewan direksi. (iv)
11
Hasil pengujian hipotesis keempat selanjutnya diharapkan menggunakan
menjelaskan bahwa dewan komisaris perusahaan yang berbeda seperti seluruh
independen berpengaruh terhadap perusahaan digunakan sebagai objek
kompensasi dewan direksi. (v) Secara penelitian. (iii) Pada penelitian ini hanya
simultan terdapat pengaruh signifikan menggunakan ukuran dewan direksi,
antara ukuran dewan direksi, ukuran dewan ukuran dewan komisaris, komite
komisaris, komite remunerasi dan nominasi remunerasi dan nominasi dan dewan
dan dewan komisaris independen terhadap komisaris independen sebagai variabel
kompensasi dewan direksi. (vi) Pengaruh independen. Untuk penelitian selanjutnya
ukuran dewan direksi, ukuran dewan disarankan dapat menambahkan variabel
komisaris, komite remunerasi dan nominasi independen seperti gender diversity yang
dan dewan komisaris independen terhadap memungkinkan berdampak pada hasil
kompensasi dewan direksi pada perusahaan penelitian. (iv) Penelitian ini hanya
manufaktur sebesar 43,9% sedangkan menggunakan leverage, ukuran perusahaan
sisanyan 46,1% dipengaruhi oleh variabel dan umur perusahaan sebagai variabel
lain yang tidak terdapat dalam penelitian kontrol. Variabel kontrol lain seperti
ini. profitabilitas kemungkinan dapat
5.2 Keterbatasan Penelitian dan mempengaruhi hasil penelitian.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Penelitian ini masih memiliki
keterbatasan antara lain: (i) penelitian ini Aji, Bayu Bimo. 2012. Pengaruh
Corporate Governance Terhadap
hanya menggunakan data dengan jangka Manajemen Laba Pada Perusahaan
waktu tiga tahun dimana pergantian Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi Fakultas
anggota dewan direksi, dewan komisari, Ekonomika dan Bisnis Universitas
dewan komisaris independen dan juga Diponegoro.
komite remunerasi dan nominasi Almalia, Spica Luciana dan Meliza Silvy.
berpengaruh pada hasil penelitian. Untuk 2006. Analisis Kebijakan Dividen
Dan Kebijakan Leverage Terhadap
peneliti selanjutnya disarankan untuk Prediksi Kepemilikan Manajerial
memperpanjang waktu penelitian, karena Dengan Tehnik Analisis
Multinomial Logit. Jurnal Akuntansi
semakin panjang jangka waktu penelitian dan Bisnis (Journal of Accounting
akan diketahui variasi yang terjadi dalam & Business), Vol. 6 No. 1, Februari
2006. ISSN 1412-0852.
suatu perusahaan. (ii) Penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan manufaktur Anderson, Ronald C dan John M. Bizjak.
2003. An Empirical Examination of
sebagai objek penelitian. Peneliti
12
the Role of the CEO and the The Audit Committe in Corporate
Compensation Committee in Governance. http://www.fcgi.org.id.
Structuring Executive Pay. Journal
of Banking and Finance 27 (7). Hanas, Azwar. 2009. Pengaruh Dewan
1323-1348. Komisaris, Dewan Direksi dan
Komite Audit Terhadap Good
Anggraini, Silvia. 2014. Faktor-faktor yang Corporate Governance. Skripsi
Mempengaruhi Pemberian Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Kompensasi Kepada Dewan Direksi Universitas Islam Negeri Syarif
Di Perusahaan yang Go Public Di Hidayatullah.
Indonesia. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Bunghatta. Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih
Handayani. 2009. Pengaruh
Aprina, Desi. 2012. Pengaruh Kepemilikan Kepemilikan Manajerial,
Manajerial, Kepemilikan Kepemilikan Institusional, Dividen,
Institusional dan Ukuran pertumbuhan Perusahaan, Free
Perusahaan Terhadap Kinerja Cash Flow dan Profitabilitas
Perusahaan yang Diukur Terhadap Kebijakan Hutang
Menggunakan Economic Value Perusahaan. Jurnal Bisnis dan
Added. Skripsi Fakultas Ekonomi Akuntansi. Vol. 11, No. 3,
Universitas Gunadarma. Desember 2009, Hlm 189-207.

Bukhori, Iqbal. 2012. Pengaruh Good Indonesia. Undang-Undang tentang


Corporate Governance dan Ukuran Perseroan Terbatas. UU No 40
Perusahaan Terhadap Kinerja tahun 2007. LN No. 106 Tahun
Perusahaan. Skripsi Fakultas 2007. TLN No. 4756.
Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Irpan. 2011. Analisis Pengaruh Skema
Bonus Direksi, Jenis Usaha,
Colpan, Asli M dan Toru Yoshikawa. 2012. Profitabilitas Perusahaan dan
Performance Sensitivity of Ukuran Perusahaan Terhadap
Executive Pay: The Role of Foreign Earning Management. Skripsi
Investor and Affiliated Directors in Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Japan. Corporate Governance: An Universitas Islam Negri Syarif
International Review, 2012, 20(6): Hidayatullah.
547-561.
Jensen, Michael C dan Willian H
Conyon, Martin J dan Lerong He. 2012. Meckling. 1976. Theory of the firm:
CEO Compensation and Corporate Managerial Behavior, Agency Costs
Governance in China. Corporate and Ownership Structure. Journal of
Governance: An International Financial Economics. Oktober, Vol.
Review, 2012, 20(6): 575-592. 3, No 4, pp. 305-360.

Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Kerin, Paul. 2003. Executive


Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Compensation: Getting The Mix
Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks. Right. The Australian Economic
Review, Vol. 36, No. 3, Pp. 324-
Forum for Corporate Governance in 332.
Indonesia (FCGI). 2003. The Roles
of the Board of Commissioners and Palestin, Halima Shatila. 2009. Analisis
Pengaruh Struktur Kepemilikan,

13
Praktik Corporate Governance dan Governance dan Remunerasi
Kompensasi Bonus Terhadap http://www.jakartaconsulting.com/p
Manajemen Laba. Masters Thesis ublications/articles/organization-
Universitas Diponegoro. development/corporate-governance-
remunerasi.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 152/ PMK.010/ 2012 Triwahyuningtias, Meilinda. 2012. Analisis
tentang tata kelola perusahaan yang Pengaruh Struktur Kepemilikan,
baik bagi perusahaan perasuransian. Ukuran Dewan, Komisaris
Independen, Likuiditas dan
Puteri, Putu Ayu Winda Adi. 2013. Leverage Terhadap Terjadinya
Karakteristik Good Corporate Kondisi Financial Distress.Skripsi
Governance dan Kinerja Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Perusahaan Manufaktur. Jurnal Universitas Diponegoro.
Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana. Vidyatmoko, Dyan, Bunasor Sanim,
Hermanto Siregar dan M. Said
Rachmat, Dian Puspita. 2013. We Believe Didu. 2009. Analisis Faktor
in Corporate Governance. Penentu Kompensasi Eksekutif dan
http://deka- Hubungan Kompensasi Eksekutif
cg.blogspot.com/2013_06_01_archi dengan Kinerja Perusahaan. Jurnal
ve.html. Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.
11, No. 3, Desember 2009, Hlm.
Setiawati, Indah. 2012. Pengaruh Good 181-187.
Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan
Property dan Real Estate yang
Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma.

Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan


Manajerial, Struktur Modal dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Di BEI Tahun 2006-
2008. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Negri Semarang.

Susilo, Budi. 2010. Pengaruh Kepemilikan


Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Jumlah
Komite Audit dan Keahlian Komite
Audit terhadap Manajemen Laba.
Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.

The Jakarta Consulting Group (JCG)


Partner in Change. 2014. Corporate

14

You might also like