Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2. Etiologi
Penyebab gagal jantung berbeda-beda menurut kelompok umur, yakni pada masa
neonatus, bayi, dan anak (Sudigdo, dkk, 1994).
A. Periode Neonatus
Disfungsi miokardium relatif jarang terjadi pada masa neonatus, dan bila ada
biasanya berhubungan dengan asfiksia lahir, kelainan elektrolit, atau gangguan
metaholik lainnya. Lesi jantung kiri, seperti sindrom hipoplasia jantung kiri,
koarktasio aorta, atau stenosis aorta berat adalah penyebab penting gagal jantung
pada 1 atau 2 minggu pertama. Lesi dengan pirau dan kiri ke kanan (duktus
artenosus persisten, defek septum ventrikel) biasanya belum memberi gejala gagal
jantung dalam 2 minggu pertama pascalahir, karena resistensi vaskular paru yang
masih tingi. Namun pada bayi prematur, duktus arteriosus persisten yang besar
dapat menyebabkan gagal jantung pada hari-hari pertama pascalahir. Pada minggu
ketiga atau keempat resisten vaskular pada mulai menurun sehingga pirau kiri ke
kanan makin bertambah, akibatnya sebagian pasien sudah mengalami gagal
jantung. Pirau kiri ke kanan akan mencapai tingkat maksimal dalam bulan ke-2
ke-3 pascalahir. Disritmia berat dan kelainan hematologik pada neonatus mungkin
B. Periode Bayi
Antar usia 1 bulan sampai 1 tahun penyebab gagal jantung yang paling banyak
adalah kelainan struktural, termasuk defek septum ventrikel, duktus arteriosus
persisten, atau depek septum atrioventrikularis. Gagal jantung pada lesi yang lebih
kompleks, seperti transposisi, ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda, atresia
trikuspid, atau trunkus arteriosus biasanya juga terjatuh pada periode ini.
Komunikasi anteratrium (defek septum atrium atau primum) biasanya tidak
memberikan gejala gagal jantung, kecuali anomali total drainase vena pulmonalis.
Pelbagai kelainan, seperti penyakit miokardium atau penyakit lain, juga dapat
menyebabkan gagal jantung pada periode ini dengan frekuensi yang lebih jarang
(Tabel 2.2). (Sudigdo, dkk, 1994)
C. Periode Anak
Gagal jantung PJB jarang dimulai setelah usia 1 tahun. Di negara maju, karena
sebagian besar pasien dengan PJB yang berat sudah dioperasi, maka praktis gagal
jantung bukan menjadi masalah pada pasien PJB setelah usia 1 tahun. Kadang
pasien dengan pintasan sistemik pulmonal buatan (pintasan Blalock-Taussig atau
modifikasinya) menderita gagal jantung pada masa anak (Sudigdo, dkk, 1994).
2.2.3. Insidensi
Pada penganalisisan, dataset rawat inap yang tersedia secara komersial pada tahun
1997 yang dikumpulkan oleh Badan Penelitian dan Kualitas Kesehatan: Kids
'Database Rawat Inap, akuntansi untuk 50% dari debit US pediatrik AS di 1997.
Hasil Database berisi 5.610 anak-anak dengan diagnosis gagal jantung. Sampel
pediatrik gagal jantung menunjukkan proporsi yang lebih tinggi dengan prosedur
jantung 61,4%, prevalensi tinggi penyakit jantung bawaan 61%, persentase lebih
tinggi dari pasien laki-laki 50% anak, dan persentase lebih rendah dari pasien kulit
putih 40,9%. Anak-anak spektrum yang berbeda nyata co-morbiditas
dibandingkan dengan orang dewasa. Tidak ada perbedaan angka
kematian antara anak 7,5%. Terdapat perbedaan signifikan dalam profil
epidemiologi anak-anak dengan gagal jantung. Anak-anak menderita berbagai
jenis ko-morbiditas dan memerlukan prosedur yang berbeda dalam lingkungan
rumah sakit.(BMC, 2006)
Penelitian sebelumnya pada anak-anak seperti bayi 1985 Baltimore-
Washington study telah menggambarkan kejadian penyakit jantung bawaan, tetapi
belum terfokus pada gagal jantung. Baru-baru ini Pediatric Calon
Cardiomyopathy Registry melaporkan tentang kejadian kardiomiopati pediatrik
(tapi tidak gagal jantung) di daerah 2 dari Amerika Serikat, menyarankan sebuah
insiden 1,13 kasus per 100.000 anak . Sebuah studi berbasis populasi yang
dilakukan di Finlandia selama kerangka waktu yang lebih lama (11 tahun) telah
temuan serupa. Namun, karena gagal jantung terapi lain (kemoterapi-induksi
kerusakan, atau gagal jantung karena penyakit jantung bawaan) secara khusus
dikecualikan dan mungkin terdiri dari komponen utama gagal jantung pediatrik.
Studi-studi lain dari gagal jantung pediatrik atau cardiomyopathy memiliki ukuran
2.2.4. Patofisologi
Jantung dapat dipandang sebagai pompa dengan curah yang sebanding dengan
volume pengisiannya dan berbanding terbalik dengan tahan yang melawan
pompanya. Ketika volume akhir-diastolik ventrikel naik, jantung sehat akan
menaikkan curah jantung sampai suatu maksimum dicapai dan curah jantung tidak
dapat diperbesar lagi (prinsip Frank-Starling). Kenaikan volume sekuncup yang
dicapai dengan cara ini disebabkan oleh regangan serabut-serabut miokardium,
tetapi menaikkan tegangan dinding juga, dan menaikkan konsumsi oksigen
miokardium (Erin, 2009).
Otot jantung dengan kontraktilitas intrinsik yang terganggu akan
memerlukan derajat dilatasi yang lebih besar untuk menghasilkan kenaikan
volume sekuncup dan tidak akan mencapai curah jantung maksimal sama seperti
miokardium normal. Jika rongga jantung dilatasi karena lesi yang menyebabkan
kenaikan preload (misal insufisiensi katup), hanya akan ada sedikit ruangan untuk
dilatasi dan memperbesar curah jantung selanjutnya (Erin, 2009).
Transport oksigen sistemik dihitung sebagai hasil kali curah jantung dan
kadar oksigen sistemik. Curah jantung dapat dihitung sebagai hasil kali frekuensi
jantung dan volume sekuncup. Penentu utama volume sekuncup adalah preload,
afterload, dan kontraktilitas. Perubahan dalam kemampuan darah membawa
oksigen (misal anemia atau hipoksemia) akan juga menyebabkan penurunan
dalam transport oksigen, dan jika mekanisme kompensatoir tidak cukup, dapat
juga berakibat penurunan penghantaran substrat ke jaringan, suatu bentuk gagal
jantung (Behrman, 2004).
Satu mekanisme kompensatoir utama untuk menaikkan curah jantung
adalah naiknya tonus simpatis, akibat bertambahnya sekresi epinefrin adrenal
dalam sirkulasi dan bertambahnya pelepasan norepineprin saraf. Pengaruh
manfaat awal rangsangan simpatis adalah kenaikan frekuensi jantung dan
kontraktilitas miokardium, yang keduanya berperan menaikkan curah jantung.
B. Pemeriksaan Fisis
Bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan.
Tanda yang penting adalah taklkardia (150/menit atau lebih pada saat istirahat),
serta takipne (50/menit atau lebih pada saat istirahat) Pada prekordium dapat
teraba aktivitas jantung yang meningkat. Bising jantung sering ditemukan pada
auskultasi, yang tergantung dan kelainan struktural yang ada. Terdapatnya irama
derap merupakan penemuan yang berarti, khususnya pada neonatus dan bayi
kecil. Ronki paru juga sering ditemukan pada gagal jantung.
Bendungan vena sistematik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular,
serta refluks hepato-jugular. Kedua tanda ini sulit diperiksa pada neonatus dan
bayi keciL Hepatomegali merupakan tanda penting 1ainnya biasanya hati teraba 2
cm atau leblh di bawah arkus kosta. Edema tidak sering ditemukan pada bayi dan
anak kecil. Ujung-ujung ekstremitas akan teraba dingin, terutama pada gagal
jantung akut (Daphne, 2009).
D. Elektrokardiografi
Elektrokardiogram sangat bermanfaat dalam evaluasi serta pemantauan bayi dan
anak dengan gagal jantung. Di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia,
dapat ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit
miokardium atau perikardium, sesuai dengan penyakit atau keadaan patologis
yang mendasarinya (Daphne, 2009).
E. Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
struktural serta kelainan hemodinarnik bayi dan anak yang menderita gagal
jantung. Pelbagai kelainan jantung dapat ditegakkan diagnosisnya secara akurat
melalui pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dan M-mode. Pemeriksaan
Doppler dan Doppler berwarna dapat menambah informasi secara bermakna.
Apabila ekokardiografi 2-dimensi lebih banyak rnembantu dalam penentuan
kelainan struktural, maka ekokardiografi M-mode bermanfaat menentukan
dimensi ruang jantung, tebal dinding belakang ventrikel, septum ventrikel, serta
pembuluh darah besar. Pelebaran atrium atau ventrikel kiri, atau atrium dan
2.2.6. Pengobatan
A. Prinsip Pengobatan
Terdapat tiga aspek yang penting dalam penanggulangan gagal jantung yaitu
pengobatan terhadap gagal jantung (Tabel 2.4), pengobatan terhadap penyakit
yang mendasari, dan pengobatan terhadap faktor pencetus (anemia, infeksi, dan
disritmia). Termasuk dalam pengobatan medikamentosa gagal jantung yaitu
rnengurangi retensi cairan dan gararn, meningkatkan kontraktilitas otot jantung
dan mengurangi beban jantung (Sudigdo, 1994).
2. Digitalis (Digoksin)
Sampai sekarang digoksin masih banyak dipergunakan dalam pengobatan gagal
jantung pada bayi dan anak. Manfaat utamanya ada1ah akibat efek inotropiknya,
yakni dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi ventrikel. Digoksin
juga mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi sistemik dengan
vasodilatasi perifer, serta menurunkan frekuensi denyut jantung. Digoksin tidak
berrnanfaat, bahkan mungkin berbahaya, bila diberikan pada pasien dengan lesi
obstruktil misalnya koarktasio aorta (McPhee, 2009).
5. Venodilator
Cara kerja venodilator ialah menurunkan tekanan darah sistemik dan pulmonal,
mengurangi bendungan vena, tetapi tidak meningkatkan curah jantung secara
langsung. Nitrat dan nitrogliserin sangat berguna untuk pasien gagal jantung
dengan edema paru akibat regurgitasi katup mitral atau aorta.
Pada pasien pascaoperasi jantung, obat ini dipakai apabila terdapat gejala
bendungan vena sistemik dan paru akibat peninggian tekanan pengisian (filling
pressure). Efek obat berguna apabila terdapat peninggian tekanan atau volume
pengisian ventrikel. Apabila tekanan atau volume pengisian ventrikel rendah,
malahan akan terjadi penurunan curah jantung (Markum, 2002).
6. Dilator Arteri
Obat dilator arteri berkhasiat menurunkan afterload dengan akibat bertambahnya
curah jantung tanpa meningkatkan konsumsi oksigen. Akan terjadi penurunan
tekanan pengisian ventrikel karena pengosongan ventrikel lebih baik (Wayman,
2002).
7. Dilator Arteri-Vena
Obat ini berkhasiat menurunkan preload dan afterload sehingga menurunkan
tekanan pengisian ventrikel dan penambahan curah jantung, karenanya ia berguna
pada peninggian tekanan pengisian ventrikel yang disertai curah jantung yang
rendah. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah penghambat enzim
8. Diuretik
Golongan diuretik bermanfaat mengurangi gejala bendungan, apahila pemberian
digitalis saja ternyata tidak memadai, namun deuretik sendiri tidak memperbaiki
penampilan miokardium secara lansung. Obat yang tersering dipakai adalah
golongan tiazid, asam etakrinik, furosemid, dan golongan antagonis aldosteron.
Furosemid merupakan diuretik yang paling banyak digunakan karena efektif,
aman, dan murah. Namun diuretik menyebabkan ekskresi kalium bertambah,
sehingga pada dosis besar atau pemberian jangka lama diperlukan tambahan
kalium (berupa KCI). Dengan furosemid rendah suplemen kalium mungkin tidak
diperlukan; sebagian ahli hanya menganjurkan tambahan makan pisang yang
diketahui mengandung banyak kalium daripada. memberikan preparat kalium.
Kombinasi antara furosemid dengan spironolakton dapat bersifat aditif, yakni
rnenambah efek diuresis. dan oleh karena spironolakton bersifat menahan kalium
maka pemberian kalium tidak diperlukan (Sudigdo, dkk, 1994).
9. Pengobatan Kombinasi
Gagal jantung berat seringkali memerlukan pengobatan kombinasi antara obat
inotropik dan obat yang mengurangi beban jantung. Kombinasi antara dopamin
dosis rendah dengan dobutamin seringkali digunakan untuk gagal Jantung berat
atau syok kardiogenik. Seperti telah diuraikan, dopamin dosis rendah menambah
aliran darah ginjal, sedangkan dobutarnin merupakan obat inotropik yang kuat dan
aman. Kombinasi dopamin atau dobutamin dengan nitroprusid dipakai pada
penderita gagal jantung dengan curah iantung rendah pascabedah jantung terbuka.
Kombinasi antara kaptopril oral dengan digoksin dapat dipakai untuk pengobatan
jangka panjang kardiomiopali kongestif dengan atau tanpa insufisiensi aorta atau
mitral berat (Wayman, 2002).