You are on page 1of 10
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA LEMBAGA WALI AMANAT MILLENNIUM CHALLENGE ACCOUNT - INDONESIA, PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI DAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TENTANG PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM COMPACT PROYEK KEMAKMURAN HIJAU NOMOR : 02/MWA.U/P.2/11V/2014 NOMOR : 150/169/V/Bappeda/2014 NOMOR : 02/Bappeda 2.2/111/2014 Pada hari ini, Kamis, tanggal 27 bulan Maret 2014 yang bertandatangan dibawah ini: 1, DR.IR. LUKITA D. TUWO,MA: — Ketua Majelis Wali Amanat Millennium Challenge Account- Indonesia (MCA-Indonesia), dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Lembaga Wali Amanat MCA-Indonesia yang berkedudukan di JI. Subang No. 10, Menteng, Jakarta Pusat, 10310, yang selanjutnya disebut sebagai “Pihak Pertama” 2. DR.H, ADIROZAL, MSL: Bupati Kerinci, Provinsi Jambi, berkedudukan di Kantor Bupati Kerinci, JI. Basuki Rachmat No 1, Sei. Penuh — Jambi, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Kerinci yang selanjutnya disebut sebagai “Pihak Kedua.” 3. DRS.H. HASAN BASRI AGUS: — Gubernur Jambi, berkedudukan di Kantor Gubernur Jambi, JI. A. Yani No. 1 Telanaipura Jambi 36128, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Provinsi Jambi, yang selanjutnya disebut sebagai “Pihak Ketiga”. ‘Masing-masing pihak secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak”. Menindaklanjuti Perjanjian Hibah Compact antara Pemerintah Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation (MCC) dengan Pemerintah Indonesia, yang ditandatangani pada tanggal 19 November 2011 (“Perjanjian Hibah Compact’) dan dokumen Program Implementation Agreement (PIA) yang ditandatangani pada tanggal 19 September 2012, maka Para Pihak bersepakat untuk memiliki satu pemahaman untuk melakukan kerja sama dalam rangka pelaksanaan Proyek Kemakuran Hijau sebagai bagian dari Program Compact, yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 LATAR BELAKANG Millennium Challenge Corporation (MCC) dan Pemerintah Republik Indonesia telah menyetyjui Perjanjian Hibah Compact pada tanggal 19 November 2011. Selanjutnya Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membentuk Lembaga Wali Amanat Millennium Challenge Account - Indonesia (MCA- Indonesia) melalui Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 tahun 2012, yang direvisi melalui Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 tahun 2012, untuk mengelola dan melaksanakan Program Compact. Proyek Kemakmuran Hijau adalah salah satu kegiatan dalam Program Compact yang bertujuan untuk ‘meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan; dan meningkatkan produktivitas dan ‘mengurangi cmisi gas rumah kaca berbasis lahan dengan cara memperbaiki kegiatan pemanfaatan lahan serta pengelolaan sumber daya alam. Penjelasan lebih rinci mengenai Proyek Kemakmuran Hijau pada Lampiran | memuat kutipan dari Perjanjian Hibah Compact. Keuntungan dan manfaat yang diharapkan akan diperoleh oleh masyarakat dan lembaga pemerintah yang berada di lokasi Proyek Green Prosperity antara Inin adalah: (1) meningkatya kapasitas untuk ‘meningkatkan mutu penataan ruang di tingkat kabupaten; (2) pengurangan konflik lahan; (3) peningkatan iklim investasi yang didukung oleh peningkatan transparansi proses perijinan pemanfaatan sumber daya alam; (4) perbaikan kepastian ruang dengan cara memberdayakan masyarakat desa dengan melibatkan secara aktif perempuan dan kelompok yang terpinggirkan, melalui implementasi pemetaan batas-batas desa secara partisipatif’ baik untuk pemukiman desa maupun pemetaan berbasis masyarakatyang, dilakukan dan ditetapkan sesuai dengan pedoman yang disetujui pemerintah dan menunjukan permukiman desa dalam penataan ruang kabupaten. Selain itu proyek ini juga diharapkan akan memberikan manfaat untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan untuk mengurangi angka kemiskinan melalui: (1) kewiatan pemanfaatan energi terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi yang berketanjutan; (2) peningkatan pengelolaan sumber daya alam demi pertumbuhan dan perkembangan pedesaan yang lebih bermutu: (3) pengembangan agribisnis; (4) peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) di tingkat sub-DAS untuk ‘mengurangi risiko banjir, risiko dampak kemarau, dan risiko kebakaran lahan yang tidak terkendali;dan (5) pemberian akses yang sama terhadap perempuan dan masyarakat yang terpinggirkan dalam kegiatan ekonomi, schingga mendapatkan manfaat yang setara Hal tersebut di atas diharapkan akan memberikan dampak positif dalam bentuk: (1) perencanaan pedesaan yang lebih baik, misalnya untuk Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), dan Rencana Pembangunan Janeka Menengah Desa (RPIMDes); (2) program pembangunan desa lebih terpadu dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) serta menjamin kesetaraan peran perempuan desa dan masyarakat yang terpinggirkan dalam kerangka program untuk mencapai kesetaraan manfaat dan pemberdayaan perempuan; (3) peraturan desa untuk pengelolaan sumber daya alam akan lebih efektif; (4) meningkatnya keberdayaan masyarakat desa dalam permohonan dan perijinan kehutanan sosial, misalnya hhutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan adat, dan hutan tanaman rakyat; dan (5) meningkatnya Kesempatan_berpartisipasi dalam Program Imbal Jasa Lingkungan (JL) antar desa. Program UL. ‘mengidentifikasi akan pentingnya kompensasi untuk jasa lingkungan misalnya pencegahan banjir dan erosi tanah, serta perlindungan sumber daya air, dan penyerapan karbon dan dapat juga menyertakan project yang memberikan kompensasi untuk jasa lingkungan tersebut yang selaras dengan kreteria investasi. Sebagai contoh, investasi dalam energi terbarukan diperuntukkan untuk masyarakat daerah atau wilayah hulu yang bersedia melindungi daerah aliran sungai hulu untuk sumber daya air bagi pembangkit listrik tenaga air mini atau mikro di daerah atau wilayah hilir, Halaman 2 dari 10 Pasal 2 TUJUAN Nota Kesepahaman ini ditujukan sebagai dasar dalam pelaksanaan kerjasama antara Pihak Pertama dengan Pihak Kedua dengan dukungan penuh dari Pihak Ketiga dalam rangka persiapan pelaksanaan Proyek Kemakmuran Hijau. Pasal 3 RUANG LINGKUP PROYEK KEMAKMURAN HIJAU, Proyek Kemakmuran Hijau terdiri dari empat Kegiatan: © Investasi dalam penetapan batas administratif, pembaharuan dan integrasi inventarisasi penggunaan tanah dan meningkatkan rencana tata ruang di tingkat Kabupaten dan propinsi (“Kegiatan Perencanaan Penatagunaan Lahan Partisipatif”); Penyediaan bantuan teknis dan pengawasan proyek (“Bantuan Teknis dan Kegiatan Pengawasan”); © Pendanaan proyek pembangunan rendah-karbon lewat pembentukan sebuah fasilitas pendanaan (Kegiatan Fasilitas GP”); dan © Pengadaan bantuan teknis dan dukungan untuk memperkuat kapasitas lokal, provinsi dan nasional dalam mendorong strategi pembangunan rendah karbon Indonesia di seluruh negara dalam konteks Proyek GP (“Kegiatan Pengetahuan Hijau’). Dengan pertimbangan bahwa terdapat project yang sesuai dengan kriteria investasi dari Project Kemakmuran Hijau dan sesuai dengan komitment yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman ini maka Pihak Pertama berhak untuk memfasilitasi pendanaan sebagian dari keseluruhan Kegiatan Fasilitas GP untuk membantu pembiayaan proyek-proyek yang memenuhi persyaratan dalam scktor energi terbarukan dan pengolahan sumber daya alam terpadu di sejumlah daerah tertentu. Investasi yang memenuhi syarat dapat mencakup sector-sektor sebagai berikut: a, pembangkit listrik tenaga air (mikrohidro, minihidro) (on-grid dan offgrid, pembangkit baru ataupun peningkatan kapasitas pembangkit lama): D. pengolahan sampah organik menjadi energi (biowasie, biomass dan biogas) termasuk pemanfaatan gas metan dari pabrik kelapa sawit (PKS); ¢. pembangkit listrik tenaga surya (on-grid dan off-grid) termasuk pembangkit listrik tenaga hibrid yang terintegrasi; program intensifikasi pertanian secara berkelanjutan yang sesuai dengan pedoman GP Facility: tenaga angin termasuk (on-grid dan off-grid) a. e program pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS); g. hutan masyarakat, di dalam lahan hutan lindung dan produktif, h kegiatan agro-forestry, dan tainnya. (1) Penyediaan pendanaan GP Facility meliputi . pembiayaan komersial bagi sektor swasta untuk investasi dalam bidang energi terbarukan dan dalam bidang pengelotaan sumberdaya alam; b. hibah untuk mendukung proyek energi terbarukan skala kecil dan proyek lainnya yang berbasis| Komunitas, untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dan ‘memperbaiki kegiatan pemanfaatan lahan, 2) Penyediaan dana GP Facility akan difokuskan untuk pendanaan di tingkat kabupaten, terutama di kabupaten-kabupaten berdekatan dalam DAS yang sama, yang diprioritaskan melalui penilaian kesiapan (readiness assessment) () Kegiatan Proyek Kemakmuran Hijau. Halaman 3 dari 10 Pasal 4 PERSYARATAN LOKASI KEGIATAN PROYEK KEMAKMURAN HIJAU (1) Proyek Kemakmuran Hijau akan dilaksanakan di kabupaten yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a, memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi atau Kabupaten yang sudah memperoleh persetujuan substantif dari Badan Koordinasi Penataan Ruang ‘Nasional (BKPRN) yang sudah disahkan, b, menyetujui pembuatan informasi yang dapat diakses oleh publik tentang lokasi permukiman desa yang tercermin dalam RTRW; ¢.menyetujui pembuatan informasi yang dapat diakses oleh publik tentang perizinan pemanfaatan sumberdaya alam, yang memuat informasi izin yang sudah disetujui dan izin yang sedang dalam proses: dan 4. menyetujui pembuatan dan pemberlakuan proses perijinan yang transparan dan mudah diakses oleh publik; €. menyetujui pembuatan peraturan perundangan untuk memastikan lokasi bentang wilayah (landscape) kegiatan Proyek Kemakmuran Hijau dan kegiatan penataan batas desa;, £ Disamping hal-hal tersebut di atas, akan dipertimbangkan pula kemampuan Kabupaten memberikan nilai tambah dan intervensi yang akan dilakukan. Q) Jika Kabupaten lokasi kegiatan Kemakmuran Hijau tidak berhasil memenuhi persyaratan yang disebutkan pada ayat (1), MCA-Indonesia dapat mengurangi atau membatalkan pemberian dana GP Facility bagi proyek yang ada di kabupaten tersebut. Pasal 5 DUKUNGAN PIHAK PERTAMA DALAM PROYEK KEMAKMURAN HIJAU, Pihak Pertama akan mendukung Proyek Kemakmuran Hijau dalam hal memfasilitasi: a, Perencanaan Penatagunaan Lahan Partisipatif (Participatory Land Use Planning atau disingkat PLUP), ditujukan untuk memastikan agar fasilitas pendanaan Kemakmuran Hijau (GP Facility) berdasarkan pada data akurat mengenai tutupan lahan, penggunaan lahan dan perijinan serta lisensi yang ada, serta sejalan dengan peraturan dan dokumen perencanaan pembangunan yang berlaku. Kegiatan PLUP juga akan membantu memperkuat kapasites masyarakat lokal dan lembaga terkait di tingkat kabupaten untuk mengelola lahan dan sumberdaya alam yang berkelanjutan; Bantuan Teknis dan Pengawasan (oversight), ditujukan untuk memberikan bantuan teknis kepada pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, dalam rangka identifikasi proyek-proyek potensial yang dapat didanai oleh GP Facility atau sumber pendanaan lain, dan —mempersiapkan rencana kerja pembangunan rendah karbon; Kegiatan Green Knowledge, ditujukan untuk membangun kapasitas lokal, provinsi, dan nasional dalam rangka memperkuat strategi pembangunan rendah karbon secara nasional dalam konteks Kemakmuran Hijau, Halaman 4 dari 10 Pasal 6 DUKUNGAN PIHAK KEDUA DAN KETIGA DALAM PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Pihak Kedua dan Pihak Ketiga akan memberikan dukungan pelaksanaan Proyek Kemakmuran Hijau, dalam hal a, _fasilitasi pelaksanaan koordinasi dengan dinas/instansi daerah untuk mensinkronkan program APBD dengan Proyek Kemakmuran Hijau terutama terkait dengan pendanaan kegiatan multi-stakeholder forum (forum para pemangku kepentingan) dan konsultasi pemangku kepentingan lainnya sertadalam rangka pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik, saluran irigasi, dan infrastruktur lainnya yang mendukung Proyek Kemakmuran Hijau: b. penyediaan dan/atau pengalokasian sumber daya yang cukup untuk berpartisipasi di dalam ‘melakukan Kegiatan yang berhubungan dengan batas wilayah administrasi dan proses pemetaan wilayah yang dilakukan secara partisipatif sebagaimana diatur dalam peraturan Kementerian Dalam Negeri dan pedoman dari Proyek Kemakmuran Hijau terkait dengan perencanaan penggunaan lahan, fasilitasi pelaksanaan koordinasi bagi dinas/instansi daerah kepada Kementerian/Lembaga (K/L) untuk memperoleh pendanaan dari tingkat pusat (APBN) dalam rangka pembiayaan pembangunan ifrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik, saluran irigasi, dan perihal lainnya yang mendukung. Proyek Green Prosperity; 4. fasilitasi proses perizinan dan penyempurnaan perangkat hukum (legal infrastructure) serta penegaan hukum yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Proyek Kemakmuran Hijau sesuai dengan ketentuan yang berlaku; €. fasilitasi pelaksanaan Koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pihak lain di daerah, seperti: PT PLN, lembaga vertikal refevan di daerah, lembaga donor, dan lembaga relevan Jainnya, untuk sinergi Kegiatan dan menghindari duplikasi kegiatan dengan Proyek Kemakmuran Hijo; £fasilitasi kegiatan penetapan batas wilayah administratif dan pemetaan partisipatif yang mencakup antara lain (i) lokasi pemukiman besar dan kecil di desa-desa, (ii) pengembangan pedoman yang tepat ‘untuk penetapan batas desa dan pemetaan partisipatif dengan menggunakan proses yang berlaku dan inernational best practicesdengan menyertakan partisipasi aktif dari kaum perempuan dan kelompok- kelompok yang terpinggirkan, dan (ii) pemetaan dan demarkasi batas desa dalam kecamatan di wilayah potensi proyek dengan mempertimbangkan arahan dari pemerintah daerah dengan dukungan dana dan bantuan teknis dari Proyek Kemakmuran Hijau;dan (iv) pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada persetujuan yang memegang prinsip tanpa paksaan, dilakukan diawal dan penyampaian informasi secara lengkap. . fasilitasi proses identifikasi kegiatan Proyck Green Prosperity dan proses implementasinya setclah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan (s/akeholder consultation), khususnya dengan calon penerima manfaat proyek, termasuk perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, serta dengan pihak sponsor: h, menyediakan fasilitas pembebasan pajak daerah sesuai dengan Perjanjian Hibah Compact dan Program Implementation Agreement dan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang (akan) disesuaikan untuk memungkinkan fasilitas pembebasan pajak daerah sesuai dengan ketentuan Perjanjian Hibah Compact. Prosedur yang akan digunakan tersebut secara detail dituangkan dalam surat yang ditujukan kepada Pihak Pertama setelah pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, Halaman $ dari 10 bersama MCA-Indonesia menyiapkan dan melaksanakan strategi paska-proyek sesuai dengan kebijakan Compact, kebijakan nasional dan kebijakan daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; menyediakan ruang kantor dan memberikan perijinan yang diperlukan untuk kegiatan Bantuan Teknis Proyek Green Prosperity sebagaimana dimandatkan dalam Perjanjian Hibah Compact, membentuk Tim Koordinasi Proyek Kemakmuran Hijau secara formal (di provinsi) dan kabupaten dengan melibatkan instansi/dinas terkait, Pasal 7 KOMUNIKASI DAN KORESPONDENSI Komunikasi dan korespondensi dalam rangka pelaksanaan kesepahaman ini akan dilakukan oleh Pihak Pertama, Pihak Kedua, dan Pihak Ketiga melalui: a MCA-Indonesia Jabatan Direktur Eksekutif MCA-Indonesia Alamat Gedung MR 21, Jalan Menteng Raya No. 21, lantai 11, Menteng-Jakarta Pusat 10340 Email saputro@mca-indonesia.go.id Telp. 021-3983 1971 Fax. (021-3983 1970 Pemerintah Kabupaten Kerinci Jabatan Kepala Bappeda Alamat Jalan Basuki Rahmat No, 9 Sungai Penuh - Kerinci Email: bambangkaryadi@yahoo.com Telp. : 0748-21708 Fax 0748-32415 Pemerintah Provinsi Jambi Jabatan Kepala Bappeda Alamat J Jendral Ahmad Yani, No. 01 Telanaipura-Jambi Email: sulthan! 1@yahoo.com Telp. 0741-62507 Fax. 0741-65598 Pasal 8 JANGKA WAKTU, PERUBAHAN, DAN PENGAKHIRAN (1) Jangka waktu Nota Kesepahaman ini adalah dua tahun sejak ditandatangani oleh Para Pihak, dan secara otomatis diperpanjang sampai dengan berakhirnya proyek atau berakhirnya Program Compact dan akan dievaluasi setiap satu tahun melalui mekanisme yang disetujui oleh Para Pihak; (2) Perubahan dan atau perpanjangan Nota Kesepahaman dapat dilakukan oleh Para Pihak; (G) Salah satu pihak dapat mengakhiri Nota Kesepahaman ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis ‘kepada kedua pihak lainnya, Halaman 6 dari 10 Pasal 9 MUSYAWARAH MUFAKAT (1) Para Pihak sepakat bahwa setiap perbedaan penafsiran yang timbul dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. (2) Setiap perbedaan penafsiran yang timbul wajib diberitahukan secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya untuk kemudian dicarikan penyelesaian yang baik oleh Para Pihak. Pasal 10 KETENTUAN LAIN-LAIN Nota Kesepahaman ini tidak berakibat timbulnya suatu badan hukum, tidak menggantikan atau mengganggu perjanjian lain yang sedang berlangsung, tidak mendukung entitas tertentu, tidak berakibat adanya Kewajiban pendanaan, tidak mengikat secara hukum, dan tidak menciptakan suatu hak perseorangan bagi Pihak Pertama, Pihak Kedua, atau Pihak Ketiga. Pasal 11 KETENTUAN PENUTUP Para Pihak akan berusaha sebaik-baiknya untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini dengan suatu perjanjian teknis yang akan ditandatangani oleh Pihak Pertama, PihakKedua dan Pihak Ketiga PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA PIHAK KETIGA (First Party) (Second Party) (Third Party) DR.IRLUKITAD.TUWO,MA _DR. H. ADIROZAL, MSL. Ketua Majelis Wali Amanat Bupati Kerinei Gubernur Jambi Millennium Challenge Account- Indonesia Halaman 7 dari 10 LAMPIRAI 1. ~Schedule 1 Annex 1 dari Perjanjian Hibah MCC — Procedur pembebasan pajak daerah 2. List of legislation that supports theactivities of Green Prosperity Project, Halaman 8 dari 10 ah Annex I Schedule 1 of Annex 1 (Green Prosperity Project) of the Compact Grant Agreement Prosedur Pembebasan Pajak Daerah Halaman 9 dari 10 w @ @) “ 6) 6) Annex IT LIST OF LEGISLATION THAT SUPPORTS THE ACTIVITIES OF GREEN PROSPERITY PROJECT / DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENDUKUNG KEGIATAN PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Law No 32 Year 2009 on Environmental Protection and Management Law Law No 6 Year 2014 on Village HUTAN KEMASYARAKATAN / Peoples Forest -- Minister of Forestry Decree, P.37/Menhut- 1172007 HUTAN MASYARAKAT HUKUM ADAT / Customary Forest -- Minister of Forestry Decree, P. 49/ Menhut-Il/ 2011 HUTAN TANAMAN RAKYAT / Peoples Production Forest ~- Minister of Forestry Decree, P.31/MENHUT-I12013 HUTAN RAKYAT/ Smallholder Forest Seedling Nurseries — Minister of Forestry Decree, P.12/Menhut-I0/2013 Halaman 10 dari 10 af

You might also like