Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Hasna Nuha F G0005013
Silviana Ira A.S G0005183
Achmad Abdulloh G0006029
Haris Agung Nugroho G0006088
Muna Amalia G0006122
Okky Hartanto G0006135
Tyas Ekasari G0006165
A.D.Rahmilia G0006172
Meirisa Ardianti G0006205
Muhammad Saifullah N G0007109
Meynita Putri R G0007212
A. IDENTITAS
Nama : Tn. T
Umur : 49 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Supir bus
Alamat : Kadokan 01/06, Grogol, Sukoharjo
No. RM : 01.02.76.95
Masuk RS : 23 April 2011
Pemeriksaan : 23 April 2011
B. DATA DASAR
ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesis, tanggal 23 April 2011)
1. Keluhan Utama
Sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Riwayat Kebiasaan
7. Riwayat Gizi
Sebelum sakit, pasien makan teratur 3-4 kali sehari, sebanyak masing-
masing 1 piring nasi sayur dengan lauk tempe, tahu, kadang-kadang
daging atau ikan. Tetapi sejak pasien sakit nafsu makan berkurang,
porsinya menjadi dari sebelum sakit.
C. ANAMNESA SISTEMIK
D. PEMERIKSAAN FISIK
- - Oedema
- -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. RESUME
Pasien datang, seorang laki-laki berusia 49 tahun, dengan keluhan
memberat ketika malam hari sampai terbangun. Saat sesak pasien minum obat
Neonapacyn, sesak berkurang tetapi sesak lagi. Saat datang di IGD, pasien
sesak sampai tidak kuat berbaring, berbicara tidak utuh satu kalimat dalam
satu nafas. Sesak dirasakan memberat 1 hari SMRS. Sesak disertai batuk
dengan dahak kental berwarna putih, demam (-). Penurunan berat badan (-),
penurunan nafsu makan (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 23 April 2011 didapatkan keadaan
umum pasien tampak lemas, compos mentis, gizi kesan cukup. TD:
140/80mmHg, N: 112x/menit, RR: 28x/menit,t: 36,3C per axillar. Pada
pemeriksaan paru didapatkan auskultasi wheezing (+/+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan GDS= 142 Mg/L (80-
110); Cl=107 UI/L (98-106).
ABNORMALITAS
Anamnesis:
1. Sesak nafas dirasakan pengaruh dari cuaca, memberat ketika
malam hari sampai terbangun.
Pemeriksaan fisik:
4. Tampak lemas
6. N= 112 x/menit
7. RR= 28 x/menit
Pemeriksaan Penunjang:
10. GDS= 142 Mg/L
FOLLOW UP
24 April 2011
S : sesak berkurang
O : sakit sedang, compos mentis
VS : T= 110/80mmHg N=88x/mnt Rr=24x/mnt t=36oC
Mata : conjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP meningkat, KGB membesar
Thorax : retraksi (-), tampak eritema seluruh dada
Cor : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : I: pengembangan dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor/sonor
A: SDV (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), hepar/lien teraba
W/D : Asma akut sedang pada asma tidak terkontrol
Terapi : Pemberian O2 2-3 lpm
IVFD RL& aminophilin 1 amp/24 jam
Nebu B:A=0,8:0,2mg/8jam
Dexametason 1 amp/8jam
OBH syr 3x C I
25 April 2011
S : (-)
O : baik, compos mentis
VS : T= 130/80mmHg N=88x/mnt Rr=24x/mnt t=36,9oC
Mata : conjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP meningkat, KGB membesar
Thorax : retraksi (-), tampak eritema seluruh dada
Cor : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : I: pengembangan dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor/sonor
A: SDV (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), hepar/lien teraba
W/D : Asma akut sedang pada asma tidak terkontrol
Terapi : Pemberian O2 2-3 lpm
IVFD RL& aminophilin 1 amp/24 jam
Nebu B:A=0,8:0,2mg/8jam
Dexametason 1 amp/8jam
OBH syr 3x C I
Plan : APE harian
Spirometri bila stabil (besok), jam 06.00 nebu, aminophilin,
dexa stop
26 April 2011
S : (-)
O : baik, compos mentis
VS : T= 110/70mmHg N=64x/mnt Rr=24x/mnt t=35,8oC
Mata : conjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : JVP meningkat, KGB membesar
Thorax : retraksi (-), tampak eritema seluruh dada
Cor : bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : I: pengembangan dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor/sonor
A: SDV (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), hepar/lien teraba
W/D : Asma akut sedang pada asma tidak terkontrol
Terapi : Pemberian O2 2-3 lpm
IVFD RL& aminophilin 1 amp/24 jam
Nebu B:A=0,8:0,2mg/8jam
Dexametason 1 amp/8jam
OBH syr 3x C I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asma
Definisi
Merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang berupa
mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama pada malam
dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas yang luas, bervariasi, dan sering kali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan.
B. Epidemiologi
Di Amerka serikat saat ini diperkirakan ada sekitar 6-8 juta penderita
asma. Di Indonesia sendiri merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian, hal ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. pada tahun 1986 menunjukkan
asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kematian (morbiditi) bersama-
sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, prevalensi
asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronchitis kronik
11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
Ada 3 jenis prevalensi dari asma antara lain:
1. Prevalensi Berdasarkan Geografis
Secara geografis prevalensi asma bronchial, rendah pada bangsa
Eskimo, Indian di Amerika Utara dan Papua New Guinea. Walaupun ada
sarjana yang berpendapat bahwa keadaan ini bukan semata-mata karena
pengaruh lingkungan, tetapi lebih mengarah pada pengaruh genetik.
Prevalensi asma pada anak-anak Skandinavia berkisar antara 0,5-2,0%, di
Inggris dan Amerika 1,5 hingga 5,1 dan di Australia mencapai 5,4 hingga
7,4%.
2. Prevalensi Berdasarkan Umur Saat Serangan Pertama
Jika dilihat dari saat timbul serangan asma, maka 30% semua
serangan asma dimulai pada umur di bawah 10 tahun pada orang Inggris,
Amerika, dan Australia. Sedangkan di Skandinavia, India, dan Nigeria
serangan asma pertama yang timbul pada usia dewasa muda di Amerika
Serikat kurang dari 9%, di Finlandia dapat mencapai 42% dan di Inggris
sekitar 6 sampai 16%.
3. Prevalensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan asma pada anak laki-laki
dan wanita sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada
usia yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan asma dimulai pada
umur lebih dari 35 tahun, wanita lebih banyak daripada pria. Di Inggris
perbandingan tersebut 25% wanita dan 10%
C. Patogenesis
D. Faktor Resiko
Faktor Pejamu
Asma adalah penyakit yang diturunkan telah terbukti dari berbagai
penelitian. Predisposisi genetik untuk berkembangnya asma memberikan
bakat / kecenderungan untuk terjadinya asma, dikaitkan dengan ukuran
subjektif (gejala) dan objektif (hiperaktivitas bronkus, kadar IgE serum) dan
atau keduanya. Karena kompleksnya gambaran klinis asma, maka dasar
genetic asma dipelajari dan diteliti melalui fenotip-fenotip perantara yang
dapat diukur secara objektif seperti hiperaktivitas bronkus, alergik / atopi,
walau disadari kondisi tersebut tidak khusus untuk asma. Banyak gen terlibat
dalam patogenesis asma, dan beberapa kromosom telah diidentifikasikan
berpotensi menimbulkan asma, antara lain CD28, IGPB5, CCR4, CD22,
IL9R, NOS1, reseptor agonis beta2, GSTP1; dan gen-gen yang terlibat dalam
menimbulkan asma dan atopi yaitu IRF2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, CSF2
GRL1, ADRB2, CD14, HLAD, TNFA, TCRG, IL-6, TCRB, TMOD, dan
sebagainya.
Genetik mengontrol respon imun
Gen-gen yang berlokasi pada kompleks HLA (Human leucocyte
antigen) mempunyai cirri dalam memberikan respons imun terhadap
aeroallergen. Kompleks gen HLA berlokasi pada kromosom 6p dan terdiri
atas gen kelas I,II, dan III dan lainnya seperti gen TNF-. Banyak studi
populasi mengamati hubungan antara respon IgE terhadap alergen spesifik
dan gen HLA kelas II dan reseptor sel T, didapatkan hubungan kuat antara
HLA alel DRB1*15 dengan respon terhadap alergen Amb av.
Genetik mengontrol sitokin proinflamasi
Kromosom 11,12,13 memiliki berbagai gen yang penting dalam
berkembangnya atopi dan asma. Fenotip alergik dikaitkan dengan kromosom
11, kromosom 12 mengandung gen yang mengkode IFN-, mast cell growth
factor, insulin-like growth factor, dan nitric oxide synthase. Studi
berkesinambungan menunjukkan ada ikatan positif antara petanda-petanda
pada lokus 12q, asma dan IgE, demikian pula kromosom 14 dan 19.
Faktor lingkungan
Alergen dan sensitisasi bahan lingkungan kerja dipertimbangkan
adalah penyebab utama asma, dengan pengertian faktor lingkungan tersebut
pada awalnya mensensitisasi jalan nafas dan mempertahankan kondisi asma
tetap aktif dengan mencetuskan serangan asma atau meyebabkan menetapnya
gejala.
E. Diagnosis dan Klasifikasi
Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.
Prednison Tablet 5 mg
Metilxantin
Teofilin Tablet 130,150 mg 3-5 3-5 Kombinasi
mg/kgBB/x, 3- mg/kgBB/x, 3- teofilin/aminofilin
4x/hr 4x/hr dengan agonis beta-2
kerja singkat
(masing-masingdosis
minimal),
meningkatkan
efektivitas dengan
efek samping
minimal.
Aminofilin Tablet 200 mg
F. Penatalaksanaan Asma
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Edukasi tidak hanya untuk pasien dan keluarganya, tetapi juga pemegang
keputusan kesehatan, profesi kesehatan, dan masyarakat luas. Tujuan dari
seluruh edukasi adalah membantu agara penderita dapat melakukan
penatalaksanaan dan mengontrol asma.
4. Kunjungan-kunjungan berikutnya
Pemantauan tanda dan gejala asma sebaiknya meliputi 3 hal berikut ini:
1. Gejala asma sehari-hari (mengi, batuk, rasa berat di dada dan sesak
napas)
3. Gejala asma pada dini hari tidak menunjukkan perbaikan setelah diberi
pengobatan agonis beta-2 kerja singkat
Medikasi asma
Pengontrol (Controller)
Pelega (Reliever)
2. Metilxantin : sebagai bronkodilator meski lebih lemah dan onset lebih lama
dari agonis beta-2 kerja singkat.
1. Asma intermitten
Pelangi Asma
- dengan gejala asma (asma malam, hambatan aktivitas, batuk, mengi, dada
terasa berat baik aktivitas maupun istirahat dan/atau APE 60-80 % nilai
prediksi.
Merah : - berbahaya
G. Pencegahan Asma
Pencegahan Primer
Periode prenatal
Periode postnatal
Pencegahan sekunder
Pencegahan Tersier
Debu rumah (Domestik mite) Cuci sarung bantal, guling, sprei, selimut dengan air panas (55-60C) paling
lama 1 minggu sekali
Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu
Ganti furnitur berlapis kain dengan berlapis kulit
Bila gunakan pembersih vakum, pakailah filter HEPA dan kantung debu 2
rangkap
Cuci dengan air panas segala mainan kain
Serpihan kulit (Alergen Pindahkan binatang peliharaan dari dalam rumah, atau paling tidak dari kamar
binatang) tidur dan ruang utama.
Gunakan filter udara (HEPA) terutama di kamar tidur dan ruang utama
Mandikan binatang peliharaan 2 x/ minggu
Ganti furniture berlapis kain dengan berlapis kulit
Ganti karpet dengan tikar atau lantai kayu
Gunakan pembersih vakum dengan filter HEPA dan kantung debu 2 rangkap
Tepung sari bunga dan jamur di Bila di sekitar ruangan banyak tanaman berbunga dan merupakan pajanan
luar ruangan tepung sari bunga, tutup jendela rapat-rapat, gunakan air conditioning. Hindari
pajanan tepung sari bunga sedapat mungkin.
Tabel 22. Mengontrol polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di luar`ruangan Hindari aktiviti fisis pada keadaan udara dingin dan
Asap rokok kelembaban rendah
Cuaca Tinggalkan/ hindari daerah polusi
Ozon
Gas buang kendaraan bermotor
Dll
Infeksi pernapasan (virus) Menghindari infeksi pernapasan sedapat mungkin dengan hidup sehat,
bila terjadi minta bantuan medis/ dokter.
Vaksinasi influenza setiap tahun
PENATALAKSANAAN SERANGAN ASMA DI RUMAH SAKIT
Penilaian awal
- Oksigenasi
- Nebulisasi agonis beta-2 kerja singkat 20 dalam 1jam atau agonis beta-2 injeksi
(terbutalin 0,5 mg sc atau adrenalin 1/1000 0,3 sc)
- Kortikosteroid sistemik
- Serangan asma berat
- Tidak ada respon, segera pengobatan bronkodilator
- Dalam kortikosteriod oral
Terapi awal
Inhalasi agonis beta-2 kerja
singkat 20 dalam 1 jam atau
bronkodilator oral
Lanjutkan agonis beta-2 inhalasi setiap 3-4 jam dalam 24-48 Segera ke dokter /IGD/RS
jam.alternatif bronkodilator oral tiap 6-8 jam
Steroid inhalasi diteruskan dengan dosis tinggi (bila
memakai)selama 2 minggu, kemudian kembali ke dosis
semula
Hubungi dokter