You are on page 1of 93
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RETURN ON INVESMENT (ROI) DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI PENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Survey pada beberapa BUMN di Bandung) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh, ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Oleh: NAMA ARI ESTU NUGROHO NRP : 0102385 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA ‘Terakreditasi (accredited) ~ Peringkat “ SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor: 039/BAN-PT/Ak-VIV'S1/X1/2003 ‘Tanggal 6 November 2003 ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RETURN ON INVESTMENT (ROT) DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI PENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Survey pada beberapa BUMN di Bandung) SKRIPSI Oleh: NAMA. : ARLESTU NUGROHO- NRP : 0102385 Menyetujui, Dosen pembimbing, ini Verdania Latif, S.E., M.Si., AK.) Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi, Ketua Program Akuntansi, (Prof. Dr. Hiro Tugiman, Ak.,QIA) (Bachtiar Asikin, S.E., MM.,Ak.) SURAT PERNYATAAN ‘Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Ari Estu Nugroho ‘Tempat dan tanggal Iahir_: Purworejo, 8 Oktober 1984 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar dan hasil karya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya, termasuk pencabutan kembali gelar Sarjana Ekonomi yang telah saya peroleh. Bandung, 8 Oktober 2005 ARIESTU NUGROHO ABSTRAK Dalam manajemen perusahaan, salah satu masalah yang paling penting adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan, Pengukuran kinerja keuangan perusahaan akan menunjukkan schat atau tidaknya sua perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya selama periode tertentu, Dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan khususnya pusat pertanggungjawaban investasi, terdapat metode yang sudah lazim digunakan yaitu metode Return On Investment (ROI). Namun beberapa tahun terakhir, dalam pengukuran Kinerja keuangan perusahaan telah berkembang suatu pendekatan baru yaitu Economic Value Added (EVA). Pendekatan it mula-mula dipopulerkan pada akhir tahun 1980-an oleh Stem Stewart & Co, dengan formula baru bahwa EVA adalah faktor yang paling relevan dan menentukan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, EVA merupakan altematif pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang didapat dengan mengurangkan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) dengan Cost of Capital. Sehubungan dengan masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan. penelitian pada beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diantaranya yaitu PT Inti (Persero) berlokasi di JI, Moch, Toha No, 77 Bandung, PT Kereta Api (Persero) berlokasi di JI. Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung, dan PT PLN (Persero) berlokasi di JI. Cikapundung No. 2 Bandung, dimana yang menjadi objek penelitian adalah kinerja keuangan perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan atara metode Rertun on Investment (ROI) yang penggunaannya sudah sangat lazim dalam mengukur kinerja Keuangan suatu perusahaan terutama di Indonesia, dengan metode Economic Value Added (EVA) yang merupakan metode baru dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan dan tergolong masih sangat jarang penggunaannya terutama di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Adapun hipotesis yang diajukan adalah Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return on Investment (ROI) dengan metode Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara mengolah data laporan keuangan PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) dengan menggunakan kedua metode tersebut, kemudian membandingkan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return on Investment (ROT) dengan metode Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan, dengan de hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima kebenarannya. BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus informasi telah menyebabkan terjadinya perkembangan dunia usaha yang begitu pesat. Perkembangan ini diiringi dengan munculnya persaingan yang ketat dan kompetitif di dalam dunia usaha, Persaingan usaha yang ada ini perlu diantisipasi dengan suatu pemikiran yang kritis dan pemanfaatan secara optimal semua sumber daya yang dimiliki perusahaan. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang pembangunan di bidang perekonomiannya didukung oleh tiga pilar perekonomia swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan koperasi. BUMN sebagai badan yaitu sektor usaha yang dikelola oleh pemerintah merupakan peran aktif pemerintah dalam memecahkan persoalan ekonomi terutama yang menyangkut hajat hidup orang banyak. BUMN mempunyai tujuan ganda yaitu sebagai agen pembangunan nasional dan sebagai organisasi yang mencari keuntungan. Schubungan dengan misi_ ganda tersebut, maka tolok ukur kesuksesan BUMN dapat dilihat dari seberapa besar peranannya dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional, Menyimak perkembangan sejumlah BUMN di Indonesia akhir-akhir para ahli menyimpulkan adanya sikap pesimistis terhadap prospek BUMN di masa yang akan datang, Adanya sikap itu sendiri berpijak pada kinerja BUMN yang tidak memuaskan, dan masih terdapatnya birokrasi_ yang menyebabkan profesionalisme usaha menjadi rendah, Kekhawatiran ini semakin bertambah dikaitkan dengan kesiapan BUMN untuk masuk ke dalam persaingan yang tajam, era perdagangan bebas nanti Tuntutan peningkatan Kompetensi ini (core competence) mengharuskan BUMN menjalankan aktivitas usahanya yang tidak berbeda dengan. swasta. Perbedaannya barangkali hanya terletak pada masalah kepemilikan antara negara dan swasta, Pemberdayaan BUMN tampaknya tidak bisa ditunda-tunda lagi karena beberapa alasan krusial, diantaranya agar dapat mendayagunakan asset Negara yang dikelola untuk mencapai sebesar-besamya kemakmuran rakyat melalui konsep restrukturisasi dan privatisasi, Dalam rangka restrukturisasi ini, berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, seperti penerapan sistem ‘manajemen yang seragam (dengan tetap memperhatikan ciri-ciri spesifik masing- masing BUMN). Sedangkan privatisasi merupakan upaya mengurangi keterlibatan langsung pemerintah dalam urusan ekonomi, hal ini ditempuh dengan cara menjual sebagian saham kepada investor atau publik schingga membuka peluang bagi masyarakat untuk mengontrol BUMN, Selain itu alasan lain dilaksanakannya pemberdayaan BUMN adalah agar dapat berperan sebagai _pendukung perekonomian yang dapat memberikan kontribusi kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) baik dalam bentuk pajak maupun deviden. Restrukturisasi BUMN tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di peningkatan Kesehatan perusahaan dan pengembangan kinerja usaha atau profitisasi merupakan agenda utama. Langkah-langkah restrukturisasi_ ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: memperkuat posisi (empowerment) manajemen perusahaan melalui peningkatan profesionalisme yang baik di jajaran Direksi dan Komisaris serta menyerahkan kepengurusan perusahaan seluas-luasnya kepada manajemen dengan sedikit keterlibatan dari pemerintah, Deregulasi, dalam arti ditinggalkannya sistem ekonomi yang secara berlebihan mengandalkan pengaturan oleh pemerintah dan beralih pada mekanisme pasar sebagai syarat mutlak. Pasar yang efisien memerlukan tertib hukum, akuntansi yang dapat dipercaya, dan kepastian hukum. Pasar yang tertib sekaligus menambah rasa percaya pihak asing kepada pihak perusahaan di Indonesia (termasuk BUMN) sehingga dapat memperluas akses ke pasar global. Terkait dengan privatisasi, diperlukan akuntabilitas di balik tindakan tersebut, sehingga manfaat ekonomi dan sosialnya dapat menopang percepatan jonal dan adil, Akuntabilitas yai kesejahteraan seluruh rakyat secara propors kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi schingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan adanya laporan mengenai operasi atau aktivitas perusahaan sehingga dapat dilakukan penilaian kinerja, Penilaian kinerja_ keuangan merupakan salah satu strategi dalam bidang keuangan terutama untuk menilai prestasi yang telah diraih BUMN, yang dapat dianalisis melalui perbandingan rasio-rasio keuangan, Untuk melakukan evaluas atas pengukuran_ kinerja keuangan, diperlukan tolok ukur tertentu, Pada umumnya dikenal metode-metode pengukuran kinerja keuangan diantaranya, yaitu Return on Investment (ROD) dan Economie Value Added (EV A). Analisa Return on Investment (RO) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa Keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROI merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating asset), Beberapa tahun terakhir, dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan Khususnya pusat pertanggungjawaban investasi_ telah berkembang suatu pendekatan baru yaitu Economic Value Added (EVA), Pendekatan ini mula-mula ipopulerkan pada akhir tahun 1980-an oleh Stern Stewart & Co, dengan formula baru bahwa EVA adalah faktor yang paling relevan dan menentukan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, Economic Value Added (EVA) merupakan alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang didapat dengan mengurangkan Net Operating Profit After Tax dengan Cost of Capital. Selama ini, salah salu yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kinerja perusahaan khususnya pusat pertanggungjawaban investasi adalah ROL Perusahaan yang memilki ROI yang tinggi dianggap menghasilkan kinerja yang, lebih baik dan sebaliknya. Namun pihak investor dalam menilai suatu perusahaan, tentunya tidak saja melihat pengembalian (rem) yang dihasilkan, tetapi juga risiko yang dihadapi perusahaan, Dasar pengukuran pendekatan EVA adalah profi riil perusahaan, sehingga penggunaan pendekatan ini tidak membutubkan perbandingan dengan perusahaan sejenis. Dengan menggunakan metode EVA, perusahaan akan memfokuskan perhatiannya pada penciptaan nilai perusahaan (creating firm’s value), Karena memasukkan unsur biaya modal dalam perhitungannya, pendekatan ini tidak hanya mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan tapi juga secara eksplisit mempertimbangkan risiko yang dihadapi perusahaan. Menghadapi tuntutan tersebut para manajerperusahaan mencoba ‘memikirkan suatu cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan seeara tepat dengan memperhatikan sepenuhnya kepentingan dan harapan investor, karena ukuran yang dipakai dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan selama ini sangat beragam dan kadang berbeda antara industri yang satu dengan yang lainnya, Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis berusaha melihat sisi lain dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan yaitu: mencoba menganalisis penilaian kinerja keuangan perusahaan berdasarkan metode EVA yang masih jarang diterapkan di Indonesia. Adapun hasil lengkap dari penelitian ini akan penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul: “ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA RETURN ON INVESTMENT (ROD DENGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) SEBAGAI PENGUKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis merumuskan lebih lanjut tentang masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) apabila diukur berdasarkan metode Return on Investment (ROI). 2. Bagaimana kinerja keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) apabila diukur berdasarkan metode Economic Value Added (EVA) sebagai alternatif’ pengukuran kinerja keuangan perusahaan, 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return on Investment (ROD) dengan Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis menganggap perlu untuk melakukan pembatasan masalah. Hal ini bertujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan lebih terarah dan jelas sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang baik dan dapat dimanfaatkan dengan baik pula. Pembatasan masalah yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan yang digunakan penulis adalah laporan keuangan perusahaan selama 8 tahun, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan 2001 2. Laporan keuangan yang diteliti sebanyak 8 tahun, karena sudah dapat mewakili gambaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. 3. Laporan keuangan yang dipilih sejak tahun 1994 sampai dengan 2001 dengan alasan EVA pertama kali diperkenalkan oleh Stern & Stewart di USA pada tahun 1991 dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1997. Selain itu pada tahun 1996-1997 di Indonesia tenga terjadi krisis moneter yang cukup parah, sehingga dengan adanya laporan keuangan pada tahun tersebut penulis dapat mengetahui gambaran perusahaan sebelum dan sesudah krisis moneter. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan analisis perbandingan antara. Return on Investment (ROL) dengan Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Widyat ‘ama Bandung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetal 1. Kinerja keuangan perusahaan jika diukur berdasarkan metode Return on Investment (ROI). 2. Kinerja ke: Value Added (EVA). gan perusahaan jika diukur berdasarkan metode Economic 3. Ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara perhitungan Rerurn on Investment (ROI) dengan Economic Value Added (ENA). Kegunaan Penelitian Dari penelitian ilmiah ini penulis betharap dapat memberikan sedikit Kontribusi yang berguna bagi berbagai pihak diantaranya, yaitu: 1. Penulis, menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan pola pikir serta berbagai eksperimen guna mengimplementasikan konsep dan teori dalam praktek yang sebenarnya, serta dapat lebih memahami mengenai perbedaan antara ROI dengan EVA dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan. 2. Perusahaan, hasil penelitian dan pembahasan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi tambahan bagi perusahaan umumnya dan pihak manajemen Khususnya mengenai penggunaan ROT dan EVA sebagai salah satu pertimbangan bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. 3. Pihak lain, sebagai bahan masukan, literatur, dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan akademis dalam menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang akuntansi manajemen. 1.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotes 1.6.1 Kerangka Pemikiran Tujuan perusahaan dalam perekonomian yang bersaing adalah untuk memperoleh keuntungan yang seoptimal mungkin sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang. Namun, keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut tidak dapat tercapai be saja, Salah satu alat utama bagi pimpinan untuk mengetahui apakah tujuannya dapat tercapai adalah dengan menganalisis informasi akuntansi, Informasi ini disajikan dalam bentuk laporan keuangan, Sebagaimana diketahui bahwa informasi yang ada dalam laporan keuangan tidak hanya diperlukan oleh pihak-pihak internal perusahaan saja, akan tetapi juga diperlukan oleh pihak-pihak eksternal perusahaan, seperti para investor dan para kreditur, Berkaitan dengan hal tersebut, data-data keuangan yang, terdapat di dalam laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data-data tersebut diperbandingkan untuk 2 periode atau lebih, schingga diperoleh informasi yang dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan, Hal ini sesuai dengan definisi dan tujuan laporan keuangan menurut TAT (2002): “Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. “Tujuan laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomis”. Organisasi (perusahaan) pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka iperlukan adanya penilaian Kinerja yang merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Dalam hal ini, yang lebih diutamakan adalah penilaian terhadap kinerja keuangan yang mencerminkan efektivitas dari kegiatan operasional suatu organisasi Untuk melaku n evaluasi atas kinerja keuangan khusunya untuk pusat pertanggungjawaban investasi, diperlukan tolok ukur tertentu, Sekarang ini telah banyak metode analisa yang dapat digunakan untuk mengevaluasi_kinerja keuangan Khususnya pusat pertanggungjawaban investasi, salah satunya adalah, metode ROI yang penggunaanya sudah sangat lazim di Indonesia. Metode ROI menganalis is laporan Keuangan secara integratif yaitu dengan, memadukan komponen-komponen dalam laporan rugi/laba dan komponen- Komponen dalam neraca, Komponen tersebut berupa profit margin atau persentase laba bersih dan komponen yang kedua yaitu perputaran aktiva. Menurut Weston & Copeland (1992:278) rumusnya sebagai berikut _ Laba Setelah Pajak Total Aktiva Beberapa tahun terakhir, dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan Khususnya pusat pertanggungjawaban_ investasi_ telah berkembang. suatu pendekatan baru yaitu Economic Value Added (EVA). Pendekatan ini mula-mula dipopulerkan pada akhir tahun 1980-an oleh Stem Stewart & Co, dengan formula baru bahwa EVA adalah faktor yang paling relevan dan menentukan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, Economic Value Added (EVA) merupakan alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang didapat dengan mengurangkan Net Operating Profit After Tax dengan Cost of Capital. Metode tain yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah Economie Value Added (EVA) yang merupakan tipe yang lebih spesifik dari perhitungan ROI yang akhir-akhir ini menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan. EVA merupakan indikator untuk mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan atau dihilangkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Siddharta Utama (1997: 10) mengatakan: ‘VA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (create valve) bagi pemilik perusahaan, ini sejalan dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan”. Dengan rumusnya sebagai berikut EVA = (r= ¢*) x Capital ; atau NOPAT - (c* x Capital Dimana r rate of return (tingkat pengembalian modal) weight average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) Capital nilai buku net capital yang telah disesuaikan (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) NoPAT Net Operating Profit After Tax yang telah disesuaikan (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) 1.6.2 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Return on Investment (ROD dengan metode Economie Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan’” 1.7 Metodologi Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis berusaha mengumpulkan data serta informasi yang relevan dengan masalah yang menjadi topik pembahasan skripsi dengan metode penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode tertentu, Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Penulis mengumpulkan data-data serta keterangan yang diperlukan dalam penelitian melalui teknik-teknik sebagai berikut: 1, Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian dengan menggunakan peninjauan langsung pada lokasi perusahaan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang diperlukan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan membaca dan mempelajari buku-buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, Dengan maksud untuk menggali teori-teori dasar dan konsep yang berhubungan dengan topik pembahasan skripsi i guna mendapatkan data sekunder 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdapat di Bandung, sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada September 200: mpai dengan selesai 10 BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai hasil akhir dari pekerjaan bagian pembukuan, Untuk selanjutnya laporan keuangan digunakan juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut diperlukan adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munavir (2000:2) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi- yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suafu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut™. Menurut Zaki Baridwan (2000:17) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu. proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan” Menurut Sofyan Harahap (2003:201) menyatakan bahwa: “Laporan Keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi, laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan”. Menurut Mamduh M. Hanafi (2003:49) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya”. W Berdasarkan keempat definis tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, perubahan modal dan laporan arus kas dalam, suatu periode tertentu. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangat Tujuan Japoran keuangan diantaranya, 5 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Menunjukkan apa yang telah dicapai olch pihak manajemen perusahaan dimasa lampau sehingga pihak yang berkepentingan atas perusahaan tersebut memiliki dasar berpijak yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya Japoran keuangan, pihak yang berkepentingan atas perusahaan memiliki dasar berpijak yang akurat sehingga akan mudah didalam menetapkan keputusan ekonomi dan bisnis yang akan diambil. Ciri khas yang dapat membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai ialah informasi tersebut harus memiliki sifat-sifat yang menunjukkan kualitatif laporan keuangan, diantaranya sebagai berikut: 1. Relevan (Relevance) Informasi yang disajikan harus benar-benar membantu pemakai laporan dalam pengambilan keputusan. Dapat dipahami (Uinderstandability) Informasi yang dipilih untuk disajikan selain penting juga harus dapat dimengerti para pemakai. 3. Daya uji (Perifiability) Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat_yang sama, dengan kata lain harus ada_ukurannya yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAR). 12 4, Netral (Netrality’) Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan baik pihak intern maupun pihak ekstern. Pihak intem perusahaan diantaranya, yaitu investor dan karyawan perusahaan, sedangkan pihak ekstern yaitu pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta masyarakat 5. Tepat waktu (Timieliness) Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. 6. Daya banding (Comparability) Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain yaitu prinsip efisiensi dan efektivitas. 7. Kelengkapan (Completeness) Informasi akuntansi yang dilaporkan harus meneakup semua kebutuhan yang layak dari pada pemakai. 2.1.3 Arti Penting Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan keuangan Iainnya, Neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal pada suatu periode. Laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu, Dengan analisis pada pos-pos neraca dapat diketahui gambaran mengenai posisi keuangan, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran mengenai hasil atau perkembangan perusahaan. Laporan keuangan pada dasamya adalah hasil dari proses akuntansi yang, dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut 13 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi maupun perkembangan suatu perusahaan adalah: 1. Pemilik Perusahaan Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil- hasil yang telah dieapai, dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sebingga bisa menaksir Kondisi keuangan dimasa yang akan datang dan perkembangan harga saham, 2. Manajer atau Pimpinan Perusahaan Bagi manajemen, —laporankeuangan— merupakan lat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, tetapi hanya sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, Disamping itu laporan keuangan dapat digunakan oleh manajemen untuk: a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap ind ividu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakasanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Para Investor Bagi investor laporan keuangan sangat penting dalam menentukan kebijaksanaan penanaman modal dalam suatu perusahaan, apakah perusahaan tersebut mempunyai prospek yang cukup baik dan untuk mengetahui jaminan investasi serta untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek. 4. Para Kreditur dan Bank Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, para kredifur dan bank perlu mengetahui terlebih, 14 dahutu p baik oleh kreditur jangka pendek maupun kreditur jangka panjang, isi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan, Hal ini dilakukan 5. Pemerintah, Pemerintah dalam hal ini merupakan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili, memerlukan laporan keuangan perusahaan untuk dasar pembuktian dalam menentukan besamya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut. 2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bersifat historis yaitu merupakan Iaporan kejadian yang telah lewat. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 3. Proses penyustman Iaporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan pertimbangan, 4, Akuntansi hanya melaporkan informasi- yang material, demikian pula penerapan prinsip akuntansi terdapat pos tertentu yang mungkin tidak dilaksanakan jika tidak meni nbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, yang lazim d ih adalah altematif yang menghasilkan laba atau nilai aktiva yang kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomi suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya 7. Laporan keuangan diasumsikan dengan mengunakan istilah-istilah teknis dan pemakainya diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan_ sifat informasi yang dilaporkan, 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan perusahaan, 9. Informasi yang bersifat kumulatif dan faktual yang tidak dapat diidentifikasikan umumnya diabaikan, 2.2 Konsep Penilaian Operasionalisasi Perusahaan Penilaian operasionalisasi perusahaan (operational review) didefinisikan sebagai proses penganalisaan operasi intem dan aktivitas perusahaan_ untuk mengidentifikasi area mana yang dapat diterapkan suatu perubahan_positif (improvement) sebagai salah satu langkah dalam rangkaian program perubahan (improvement) perusahaan secara keseluruhan, Prosedur dalam operational review ini adalah menghubungkan aktivitas operasi suatu perusahaan dengan tingkat ckonomis, efisiensi, dan efektivitas perusahaan. Ekonomis berhubungan dengan biaya operasi, yaitu seberapa besar perusahaan memenuhi tanggungjawabnya dalam pemakaian biaya operasi di perusahaan atau dengan kata lain seberapa ekonomis perusahaan dalam melaksanakan semua aktivitasnya. Efisiensi berhubungan dengan metode operasi yang digunakan, apakah dengan metode operasi yang digunakan saat ini perusahaan telah meminimumkan —segala _pengeluarannya, _ Efektivitas, berhubungan dengan hasil dari operasi perusahaan, yaitu apakah perusahaan telah mencapai hasil atau keuntungan sesuai dengan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjangnya? Ketiga hal ini adalah dasar dari pengambilan keputusan strategis menajemen perusahaan dimasa yang akan datang, Dan ketiga hal itulah yang menjadi dasar penilaian kinerja perusahaan. 2.3 Peni Kinerja Perusah m Kinerja perusahaan (organizational performance) adalah seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seberapa baik organisasi itu menetapkan dan meneapai tujuan yang memadai. Bagi pihak investor, informasi_mengenai kinerja_perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau harus meneari altematif investasi yang lain, Selain itu, 16 kinerja juga memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik Kinerjaperlu diukur, dievaluasi untuk menentukan sejauh mana keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu, Dua aspek yang sering digunakan dalam menilai kinerja adalah efisiensi dan efektivitas, Efisiensi menggambarkan hubungan antara input dan output, sedangkan efektivitas mencerminkan hubungan output pada suatu tujuan tertentu, Pengukuran kinerja merupakan kunci penting dalam _infrastruktur organisasi. Istilah tersebut mencakup suatu set kebijakan organisasional, sistem dan praktek yang mengkoordinasikan tindakan serta transfer informasi untuk mendukung seluruh siklus manajemen. Manajemen menggunakan sistem pengukuran sebagai mekanisme untuk mengimplementasikan strategi. 2.3.1 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam proses perencanaan dan pengendalian, Melalui pengukuran kinerja, perusahaan dapat melakukan perencanaan serta memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan suatu perusahaan dalam mengadakan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut. 1. Menentukan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara keseluruhan atau atas kontribui masing-masing sub divisi dari suatu divisi (evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen). 2. Memberikan daflar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing manajer divisi (evaluasi manajerial), 3. Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan divisi sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan (evaluasi operasi). 17 2.3.2 Tahap Penilain Kinerja Penilaian Kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama, yaitu tahap persiapan dan tahap penilaian, Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci, yaitu: Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja yang sesungguhnya, Sedangkan tahap peni ian terdiri dari tiga tahap rinci, yaitu: 1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya 2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar. 3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diharapkan. Karena yang akan dibahas adalah kinerja keuangan perusahaan, maka persiapan penilaian kinerja dilakuakan pada saat pertanggungjawaban keuangan. 2.3.3 Metode-Metode Pengukuran Kinerja Terdapat beberapa jenis metode analisis dan pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Pengukuran-pengukuran kinerja tersebut ada yang bersifat umum dan ada pula yang hanya memiliki arti bagi kelompok-kelompok tertentu yang_memiliki kepentingan yang berlainan, Dibawah ini akan dibahas beberapa metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan, 1. Return on Investment (ROL) Dalam menganalisis keuangan perusahaan analisis ROI memiliki arti yang, sangat penting Karena merupakan salah satu teknik analisis yang bersifat menyeluruh. Analisis ROI merupakan teknik yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari keseluruhan aktivitas operasional perusahaan, 18 ROL merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menghubungkan keuntungan yang diperolch dari operasional perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net operating asset). Tinggi rendahnya tingkat ROI dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Operational Asset Turnover Menurut Weston & Copeland (1992:278) menyatakan bahwa: Operational asset turnover merupakan rasio yang menghubungkan jumlah aktiva yang digunakan dalam operasional perusahaan dengan jumlah penjualan atau menunjukkan berapa kali operasional asset digunakan dalam atu periode. Operasional asset ini merupakan jumlah keseluruhan aktiva dikurangi dengan investasi jangka panjang dan aktiva lainnya yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha pokok perusahaan atau jumlah dari modal kerja kotor dan aktiva tetap. Dengan rumusnya sebagai berikut: Sales at er = Operational Asset Turnover = Os ating Asset b. Profit Margin Profit margin merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh dari operasional perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari penjualan bersih, Profit margin menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dihubungkan dengan tingkat penjualan dalam suatu periode Dengan rumusnya sebagai berikut: Profit Margin — Net Operating Income Pee Sales Kemampuan dari modal yang dinvestasikan dalam keseluruhan aktiva merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Laba Setelah Pajak © Jumlah Aktiva 19 2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROR) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan, baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan, Secara umum, semakin tinggi tingkat pengembalian atas penghasilan yang diperoleh maka semakin baik pula kedudukan pemilik perusahaan. Tingkat pengembalian modal itu sendiri_ menghasilkan Kkeuntungan netto bagi para penanam modal. Rumusnya adalah sebagai berikut: Pendapatan Setelah Pajak ROE Jumlah Modal Sendiri 3. Return On Asset (ROA) avestasikan dalam keseluruhan aktiva Kemampuan modal yang di merupakan tolok ukur dari kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Menurut Charles H. Gibson (1992:329), menyatakan bahwa: “Return on Asset measures the firm's ability (o utilize its asset to create profits”. Hasil pengembalian modal akan mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh dananya. Untuk mengukur ROA, dapat ‘menggunkan rumus sebagai berikut: ROA = Net Profit Margin x Total Asset Turnover Interest & Earning Before Tax Net Profit Margin = Warsi Net Sales Total Asset Turnover = 757 cates 4. Economic Value Added (EVA) Economic value added (EVA) merupakan metode pengukuran kinerja perusahaan yang lain, EVA merupakan indikator intemal yang mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan atau dimusnahkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA mengukur seberapa efisien operasional sebuah 20 perusahaan dalam menggunakan modal untuk meneiptakan nilai tambah, Nilai ekonomis tercipta hanya jika perusahaan menghasilkan pengembalian (return) modal yang melebihi biaya modalnya, Keuntungan riil yang diperoleh dari penggunaan modal perusahaan merupakan tolok ukur yang diperhitungkan EVA, yang diperoleh dari penggunaan modal perusahaan yang. dinyatakan dalam, nominal Rumusnya adalah sebagai berikut: EVA = (r- ¢#) x Capital ; atau EVA = NOPAT - (e* x Capital) Dimana: r rate of return (tingkat pengembalian modal) ct weight average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) Capital nilai buku ner capital yang telah disesuaikan (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) NOPAT Net Operating Profit After Tax yang telah disesuaikan (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) 5. Balance Score Card Balance score card merupakan sistem pengukuran kinerja komprehensif yang meliputi aspek finansial dan nonfinansial, Dalam balance score card, ukuran finansial yang menunjukkan penggerak utama (driver) bagi akan datang, (Kaplan & Norton, 1996:8) Balance score card memandang kinerja melalui empat perspel ja masa yang, yaitu: 1. Perspektif’ keuangan, dapat menunjukkan apakah strategi perusahaan dan pelaksanaannya memberikan kontribusi pada perbaikan income perusahaan. Tolok ukur yang berkaitan dengan perspektif ini adalah persentase pertumbuhan pendapatan atau penjualan yang dikelompokkan berdasarkan pelanggan, wilayah, pasar yang ditargetkan, operational income, gross margin, ROI, EVA, Cash Flow, dan tingkat pengurangan dalam keperluan modal kerja. 2. Perspektif pelanggan, manajer mengidentifikasikan segmen pasar, juga menetapkan ukuran kinerja perusahaan pada sasaran tersebut. Tolok ukur yang 21 berkaitan dengan perspektif ini adalah pangsa pasar (marker share), tingkat perolehan pelanggan baru (customer acquisition), kemampuan mempertahankan pelanggan lama (customer retention), tingkat kepuasan pelanggan (customer sutisfaction), dan tingkat profitabilitas pelanggan (customer profitability). 3. Perspektif bisnis intemal, para eksekutif mengidentifikasikan proses internal penting yang harus dilaksanakan perusahaan, Tolok ukur yang berkaitan dengan perspektif ini adalah banyaknya produk baru yang berhasil dikembangkan secara relatif, lamanya waktu pengembangan produk baru, frekuensi modifikasi produk baru dan frekuensi pengerjaan_ulang, Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), defect rata, banyaknya permintaan pelanggan yang tidak dapat terpengaruhi, biaya produksi, dan lain-lain. 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, mengidentifikasikan infrastruktur yang harus dibenahi perusahaan untuk menciptakan perbaikan dan mengembangkan pertumbuhan perusahaan. Tolok ukur yang berkaitan dengan perspektif ini adalah produktivitas, responsiveness, kualitas dan pelayanan Konsumen, persentase turnover pegawai, pendapatan peagawai, dan lain-lain. Melalui keempat perspektif tersebut, sasaran ukuran balance score card unkan ke visi dan strategi organisasi Balance score card tetap mempertahankan perspektif finansial karena ukuran-ukuran finansial diakui berguna dalam meningkatkan konsekuensi ekonomis dari tidakan yang diambil. Ukuran kinerja finansial dapat menunjukkan kontribusi pada perbaikan income perusahaan jimaksudkan untuk Jadi sesuai dengan namanya, balance score card memberikan keseimbangan dalam memandang kinerja antar sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang antara leading indicator dan lagging indicator, antara ukuran finansial dan nonfinansial, juga antara perspektif inemal dan perspektif ekstemal. 22 2.4 Pusat Pertanggungjawaban Keuangan Pusat pertanggungjawaban keuangan merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan, Pada hakikatnya —perusahaan —merupakan—sekumpulan—_pusat-pusat pertanggungjawaban, yang masing-masing direpresentasikan oleh sebuah Kotak dalam bagan organisasi. Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut_kemudian membentuk suatu hierarki, Pada organisasi tradisional, dengan piramidanya menggambarkan garis pertanggungjawaban dari Chief’ Executive Officer (CEO) terus wakil presiden, Ketingkat menegah, dan manajer lini terendah. Begitu organisasi berkembang, garis pertanggungjawaban akan semakin panjang dan beragam. Ada kaitan crat antara_struktur organisasi_ dan sistem pertanggungjawaban keuangan. Idealnya, sistem pertanggungjawaban keuangan merupakan cermin dan dukungan bagi struktur suatu organisasi. 2.4.1. Tipe Pusat Pertanggungjawaban. Ada empat tipe pusat pertanggungjawaban yang digolongkan menurut sifat input dalam bentuk uang dan atau ouput yang diukur dengan tujuan pengendalian, yaitu pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi. Masing-masing pusat pertanggungjawaban membutuhkan perencanaan dan sistem pengendalian yang berbeda, berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai masing-masing pusat pertanggungjawaban: 1. Pusat Pendapatan (Revenue Centre) Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban dimana ouput dinilai dalam bentuk wang atau pusat pertanggungjawaban dimana manajer hanya bertanggungjawab pada pendapatan. Contoh pusat pendapatan yaitu bagian pemasaran, manajer bagian pemasaran menetukan harga dan proyek penjualan, selain itu juga bertanggungjawab atas biaya Jangsung penjualan dan penjualan seeara keseluruhan, 2. Pusat Biaya (Expense Centre) Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban dimana input diukur dalam bentuk keuangan, sedangkan ouput tidak. Dengan kata lain suatu pusat 23 pertanggungjawaban dimana manajer bertanggung jawab hanya pada biaya- biaya saja. Contoh pusat biaya yaitu bagian produksi dalam pabrik, seperti assembly dan finishing, disini: supervisor bagian produksi tidak menentukan harga atau membuat keputusan pemasaran tetapi hanya mengawasi biaya produksi saja. 3. Pusat Laba (Profit Centre) Pusat Jaba adalah pusat —_pertanggungjawaban dimana__ manajer bertanggungjawab terhadap biaya-biaya dan pendapatan-pendapatan. Contoh pusat laba adalah manajer pabrik yang diberi pertanggungjawaban tethadap harga dan pemasaran produk yang dihasilkan, Manajer pabrik ini mangawasi biaya-biaya sekaligus pendapatan-pendapatan. Pendapatan _operasional merupakan ukuran kinerja untuk manajer pusat laba. 4, Pusat Investasi (Jnvestment Centre) Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dimana _manajer bertanggungjawab terhadap —_pendapatan-pendapatan, biaya-biaya, dan investasi-investasi. Contoh pusat investasi adalah divisi-divisi perusahaan. Manajer divisi mempunyai kekuasaan untuk membuat keputusan investasi seperti menutup atau membuka pabrik dan memutuskan untuk mempertahankan atau membuang lini produk. 2.5 Pengukuran Kinerja Pada Pusat Investasi Setelah seorang manajer ditetapkan bagian atau aktivitas yang menjadi daerah atau wewenagnya dan ditetapkan pula kriteria kinerja dalam menjalankan bagain atau dalam) melaksanakan aktivitasnya, langkah berikutnya adalah melakukan pengukuran hasil sesungguhnya atau aktivitas yang akan menjadi daerah wewenang manajer tersebut Pusat investasi adalah pusat Iaba yang manajernya diukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan, Dalam pusat investasi ini ada dua ukuran penilaian kinerja, (EVA). itu Return on Investment (ROI) dan Economic Value Added 24 2.5.1 Analisis Return on Investment (ROW) Analisis ROT dalam analisis Japoran keuangan memiliki arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh, (Komprehensif). Analisis ROT ini sudah merupakan teknik yang lazim digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan, 2.5.1.1 Pengertian Anlisis Return on Investment (ROL) ROI menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan kekayaan rata-rata perusahaan. Menurut Siegel & Shim (1994:397), pengertian ROT adalah: “Rasio untuk mengukur kekuatan penghasilan terhadap aktiva, Rasio tersebut_ menyatakan Kemampuan perusahaan dalam —memperoleh penghasilan terhadap operasi bisnis dan menjadi ukuran keefektifan manajemen”. Sedangkan menurut Anthony & Govindarajan (2000:249), menyatakan bahwa “ROI atau tingkat pengembalian investasi adalah suatu_perbandingan, dimana pembilangnya (numerator) adalah pendapatan yang dalam laporan keuangan dan penyebutnya (denominator) adalah asset yang digunakan”” Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua pengertian tersebut adalah ROL menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi_perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional tersebut (net operating asset), 2.5.1.2 Faktor-faktor ang Mempengaruhi Return on Investment (ROD) Besamya ROI dipengaruhi oleh dua faktor, 1. Operational Asset Turnover Operational asset turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang igunakan dalam operasional perusahaan (operating asset) terhadap jumlah penjualan atau menunjukkan berapa kali operational asset digunakan dalam suatu periode. Rasio ini merupakan ukuran tentang seberapa jauh aktiva ini telah digunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali operating asset berputar suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Dalam menganalisis dengan rasio ini sebaiknya diperbandingkan selama beberapa periode sehingga diketahui trend dari penggunaan operating asset tersebut. Suatu trend angka rasio yang cenderung naik memberikan gambaran bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva. Dalam rangka menafsirkan rasio ini diperlukan kehati-hatian Karena rasio ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: a. Hanya menunjukkan hubungan antara penghasilan (sales revenue) dengan aktiva yang dipergunakan dan tidak memberikan gambaran tentang laba yang diperoleh. b. Penjualan adalah untuk satu periode, sedangkan total asset adalah merupakan akumulasi kekayaan perusahaan selama beberapa periode, mungkin adanya ekspansi yang tidak segera dapat menghasilkan tambahan penjualan sehingga rasio pada tahun pertama menunjukkan rasio yang rendah. c. Bahwa tingkat penjualan yang diperoleh mungkin sekali dipengaruhi oleh berbagai faktor diluar kemampuan perusahaan untuk diatasi (tuncontrollable). Untuk menghindari kelemahan-kelemahan operating asset turnover kan dengan tingkat profit yang diperoleh atau profit marginnya, yang diperoleh dengan cara membagi profit yang diperoleh dengan sering rasio ini dihubu total penjualan netto. Turnover yang tinggi menunjukkan manajemen yang efektif, tetapi dapat juga turnover yang tinggi disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan sudan habis masa manfaatnya, sehingga rasio ini tidak memberikan gambaran yang pasti- tentang keefektifan kegiatan perusahaan dan harus dibubungkan dengan profit marginnya sehingga diperolch ROL 2. Profit Margin Profit margin merupakan besarnya keuntungan operasional yang yatakan dalam persentase jumlah penjualan bersih, Profit margin ini mengukur tingkat kountungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dihubungkan dengan tingkat penjualan dalam suatu periode tertentu, 26 Besamya ROI dapat dihitung dengan mengalikan antara operational asset turnover dengan profit margin-ny atau dengan rumus: ROI = Operating Asset Turnover x Profit Margin Sales Net Operating Income ROI= eax Operating Asset Sales let Operating Income Operating Asset Dimana: Sales : penjualan bersih, yaitu penjualan dikurangi dengan retur penjualan Operating Asset : semua aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan untuk memeperoleh keuntungan atas penghasilan Net Operating Income : laba operasi atau laba usaha yang diperoleh perusahaan, sebelum dikurangi pajak Besamya ROI akan berubah jika ada perubahan profit margin atau asset turnover, baik masing-masing atau keduanya, Dengan demikian, pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu atau keduanya dalam rangka memperbesar ROL Usaha untuk memepertinggi ROI dengan memperbesar profit margin bersangkutan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi disektor produksi, penjualan, dan administrasi, Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar asset turnover merupakan kebijakan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva Jancar maupun aktiva tetap. 2.5.1.3 Kelebihan Analis Return on Investment (ROD) Menurut Mulyadi (2001:448), menyatakan bahwa kelebihan ROI, yaitu: 1. Kembalian investasi mendorong manajemen menaruh pethatian yang seksama terhadap hubungan antara penjualan, biaya, dan investasi. 2. Kembalian investasi mendorong manajemen melaksanakan efisiensi biaya 27 3. Kembalian investasi_ meneegah manajemen melakukan investasi_ yang berlebihan. Menurut Anthony & Govindarajan (2000:299), menyatakan bahwa kelebihan ROT, yaitu: 1. Merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi Japoran keuangan yang tercermin dalam rasio ini. 2. Mudah untuk dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam arti absolut, Sebagai contoh, ROI dibawah 10% dikatakan rendah dalam skala absolut, dan ROT diatas 30% dikatakan tinggi. 3. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, diluar besar dan jenis usaha. 4. Selain itu, data ROT dapat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan, Sedangkan menurut Homgren, Foster & Datar (2001:824), setidaknya terdapat tiga kelebihan dalam penggunaan ROT. 1. Merupakan pendekatan yang paling popular dalam menggambarkan ukuran kkinerja dari keseluruhan investasi yang telah dilakukan. 2. Memiliki pendekatan konseptual karena dapat menggabungkan semua unsur profitabilitas (revenue, costs, and investment) ke dalam satu persentase. 3. Dapat diperbandingkan dengan menggunakan tingkat rata-rata pengembalian investasi antar divisi perusahaan atau dengan perusahaan lain yang sejenis. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan analisis ROI adalah sebagai berikut 1. Rasio ROI bersifat menyeluruh, artinya apabilaperusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik, maka manajemen dengan menggunakan teknik analisis ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produksi, dan efisiensi penjualan, 2. Apabi maka dengan analisis ROI dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal perusahaan memiliki data industri sehingga diperoleh rasio industri, kerja pada perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. 28 3. Analisis ROL dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang, dilakukan oleh divisi atau bagian-bagian perusahaan, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya adalah untuk dapat membandin; an efisiensi suatu bagian dengan bagian lain di dalam perusahaan, 4. Analisis ROT dapat digunakan untuk mengukur profitabititas dari masing- masing produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. 5. ROT berguna untuk kepentingan perencanaan, misalnya ROI digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan melakukan ekspansi 2.5.1.4 Kelemahan Anal sis Return On Investment (ROT) Disamping memililki kelebihan, analisis ROI juga memiliki beberapa Kelemahan. Menurut Mulyadi (2001:450), kembalian investasi sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan memiliki dua kelemahan, diantaranya: 1. ROT mendorong manajer untuk melakukan investasi dalam proyek yang akan berakibat menurunkan kembalian investasi, meskipun proyek tersebut dapat menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. 2. ROI mengakibatkan manajer memusatkan pethatinnya hanya pada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjangnya Menurut Anthony & Govindarajan (2000:262), keterbatasan ROI adalah: 1. Pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi diantara uni unit usaha. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang kini memiliki ROI 30% akan cenderung untuk tidak melakukan ekspansi kecuali jika ia dapat meneapai ROI 30% atau lebih untuk tambahan assetnya, return yang kurang dari itu akan mengurangi ROI keseluruhan yang telah dicapai sekarang. 2. Keputusan-keputusan. yang meningkatkan ROL suatu pusat inves dapat menurunkan keseluruhan labanya, 3. ROI memiliki korelasi yang negatif terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan, 29 Menurut Homgren, Foster & Poter (2001:825), dua aspek negatif yang sering dihubungkan dengan ROT antara lain 1. Dengan menggunakan pendekatan ROI maka para manajer hanya akan berkosentrasi pada bagaimana meningkatkan persentase rate of return dan ‘mengesampingkan jumlah nominal (Rp) yang diperolehnya. 2. Memacu manajer untuk mementingkan keuntungan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang. Dari pendapat beberapa para abli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelemahan analisis ROI adalah sebagai berikut: 1. Kesulitannya membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, Karena praktek akuntansi yang digunakan oleh perusahaan berbeda-beda 2. Adanya fluktuasi nilai mata uang (daya beli), hal ini akan mempengaruhi dalam perhitungan investment turnover dan profit margin. 3. Dengan menggunakan analisis rate of return atau ROT saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan. 2.5.2. Konsep Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (ENA) sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan, sebenarnya telah menjadi salah satu bagian alat ekonomi yang telah sunakan lebih dari 200 tahun yang lalu, Bentuk sederhana dari EVA adalah residual income, Dimana untuk memperoleh tingkat pengembalian investasi yang memadai, maka besamya tingkat pengembalian tersebut harus lebih besar daripada risiko yang dihadapinya. Dengan demikian tingkat pengembalian investasi adalah nol (0) jika besamya pengembalian investasi perusahaan tersebut sama dengan besamya risiko yang dihadapi perusahaan, Jika beban modal suatu investasi keel, maka untuk apa seorang manajer membayar mahal untuk menanamkan modalnya. 30 2.5.2.1 Pengertian Economic Value Added (EVA) Stern & Stewart Co. telah mempopulerkan konsep EVA ini menjadi trademark bagi perusahaannya, mereka mengenalkan EVA dengan konsepnya yaitu mengurangi beban modal (capital investment dikalikan dengan cost of capital) dari Keuntungan bersih finansial suatu investasi. Konsep ini dianggap dapat memberikan jawaban terhadap kemampuan perusahaan untuk menambah kekayaan investor atau shareholders. Stewart (1990:137) mendefinisikan EVA sebagai berikut: VA measures whether the operating profit is enough compared to the total cost of capital employed, EVA as net operating profit after tax (NOPAT) substracted with a capital charge”. Dengan rumusnya sebagai berikut: EVA = NOPAT - CAPITAL COST EVA =NOPAT - (COST OF CAPITAL x CAPITAL EMPLOYED) EVA = (RATE OF RETURN ~ COST OF CAPITAL) x CAPITAL Dimana: Rate of return NOPAT/CAPITAL Capital total balance sheet dikurangi non-interest bearing debt awal tahun Cost of Capital (cost of equity x proportion equity from capital) + (cost of debt x proportion of debt from capital) x (1 — tax rate) Sedangkan Anthony & Govindarajan (2000:248) mendefinisikan EVA sebagai berikut: *Nilai tambah ekonomi (EVA) adalah jumlah wang, bukan rasio. EVA dapat diperoleh dengan mengurangkan beban modal (capital charge) dati aba bersih operasi (net operating profit)”. Al Ehrbar (1998:1) mendefinisikan EVA sebagai berikut “EVA an acronym for economic value added, is aneasure of corporate performance that differs from most others by including a charge against profit for the cost of all the capital a company employs”. 31 2.5.2.2 Perhitungan Economic Value Added (EV A) Ada empat langkah yang harus ditempuh dalam menghitung EVA, diantaranya yaitu: 1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Menghitung total invested capital Menentukan cost of capital Menghitung EVA = NOPAT — WACC % * (TC) 2.5.2.3 Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Menurut G. Bennet Stewart (1991:86) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) didefinisikan sebagai berikut: ‘NOPAT is the profit derived from company’s after taxes but before Financing costs and non cash-bookeeping entries. As such, NOPAT also is the total poll of profits available to provide a cash return to all financing providers of capital to the firm. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laba bersih dari operasi setelah pajak atau NOPAT adalah laba yang didapatkan dari operasi perusahaan setelah pajak tetapi sebelum membiayai biaya-biaya (costs) dan memasukkan pembukuan yang bukan tunai, Dengan demikian, NOPAT adalah jumlah taba yang tersedia untuk memberikan pengembalian (refurn) tunai kepada semua penyedia dana untuk modal perusahaan. 32 Format umum untuk menghitung NOPAT, berikut penyesuaian yang diperlukan adalah sebagai berikut: Income available to common. + Imerest expense after tax. + Minority interest provision... Increase (decrease) in equity equivalent (EE) + Deffered tax reserves. + LIFO reserves. xxx + Goodwill amortization... + (Net) capitalized intangibles... XXX + Full cost reserves. + Unusual gain (loss) fixed asset. xxx Other reserves, such as + Penstun fund... xxx + Bad debt reserves. NOPAT. XX 2.5.2.4 Capital Dalam konsep EVA, nilai capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ekuitas dan cadangan) ditambah utang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari pasiva neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang; acrued expenses). Terhadap nilai Kapital tersebut, sebelumnya dilakukan penyesuaian yaitu dengan menambahkan apa yang disebut dengan Equity Equivalent (EE) sehingga diperoleh Economic Book Value (EBV) of equity, seperti biaya Research and Development (R&D), akumulasi amortisasi goodwill, cadangan piutang ragu- ragu, LIFO reserve dan pajak terutang, 33 Format umum dalam menghitung capital berikut penyesuaiannya adalah sebagai berikut: Common equity. Debr + Short term debt... Long term debt + Current portion LID... + Senior LTD, xxx + Minority interest Equity Equivalent (EE): + Deffered tax reserves, + LIFO reserves. XXX + Cummulated goodwill amortization XXX + Unrecorded goodwill. XXX + (Net) Capitalized Intangibles xxx + Full cost XXX + Inventory obsolescence reserves xxx + Warranty reserves XXX + Deffered income reserves. Xxx Capital. xxx 2.5.2.5 Rate Of Return (r) Adapun yang dimaksud dengan rate of return (r) dalam konsep EVA menurut G. Bennet Stewart (1991-85) adalah sebagai berikut “Rate of return is the return that should be used to assets corporate performance. Computed by dividing a firm’s net operating profit after tax (NOPAT) by the total capital employed in operating”. Dari definisi diatas, rate of return (r) dibitung dengan cara membagi laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan total modal yang digunakan dalam operasi perusahaan. Rate of return ini mengukur produktivitas modal yang digunakan tanpa memandang metode pembiayaan dan terbebas dari distorsi 34 akuntansi yang timbul dari pencatatan akuntansi accrual, dan kecenderungan untuk menilai modal terlalu rendah. Formulanya adalah sebagai berikut: NOPAT "Capital 2.5.2.6 Equity Equivalent (EE) Equity Equivalent (EE) atau yang disebut juga penyesuian akuntansi digunakan pada penggunaan EVA sehingga pengukuran kinerja untuk menjadikan buku akuntansi mendekati nilai buku ekonomis (economic book value), Untuk memperbaiki praktik laporan keuangan standar yang tidak memadai, beberapa pengguna dari_nilai tambah ekonomis menyesuaikan laba yang, disiapkan dibawah prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) dengan harapan penyesuian tersebut akan menghasilkan angka-angka EVA yang, dapat lebih diandalkan. Tujuan umum dari EE adalah untuk = memperbaiki bias atau pemutarbalikan yang timbul Karena Kecenderungan dari manajer untuk mempermainkan angka-angka akuntansi atau karena kekurangan dalam model GAAP, seperti kegagalan untuk melaporkan dengan benar investasi dalam modal intelektual, Penyesuian akuntansi dirancang terutama untuk 1. Mengubah bias dalam AP yang diwajibkan akuntansi_ “upaya Keberhasilan” (succesfiil effort accounts) dan mengeluarkan biaya research and development (R&D). 2. Membuat akuntansi pengembalian atas modal suatu wakil lebih baik bagi tingkat pengembalian ekonomis, intemal dengan mengganti “sinking fund” dan penyusutan ekonomis untuk amortisasi dan penyusutan dengan metode garis lurus. Mengakui biaya tunai periode mendatang pada suatu basis nilai sekarang. 3. Meningkatkan akuntabilitas untuk dana pemegang saham dengan menghapuskan pencadangan dari akuntansi bunga, mengakui utang diluar neraca, mengakui opsi sham sebagai suatu biaya bisnis. 4. Membatasi kemampuan manajemen untuk “mengelola” pendapatan dengan menghapuskan accrual untuk piutang ragu-ragu dan jaminan, 5. Menghapuskan beban bukan tunai seperti amortisasi goodwill dan biaya pajak yang ditangguhkan, 6. Membuat EVA sekarang sebagai suatu pengukuran dari nilai pasar dengan mengkapitalisasi restrukturisasi dan beban Kkhusus lainnya, mengeluarkan pendapatan dan aktiva non-operasi, serta mengkapitalisasi bagian dari beban modal Tabel 2.1 Equity Equivalent (EI Add to Capital Add to NOPAT Equity Equivalent (EE) Increase in Equity Equivalent (EE) 1. Deffered Tax Reserves 1. Increase in Deffered Tax Reserves 2. LIFO Reserves 2_Increase in LIFO Reserves 3. Cummulative Goodwill Amortization 3. Goodwill Amortization 4. Unrecorded Goodwill 4. Increase in (net) Capitalized Intangibles 5. (Net) Capital Intangibles 5. Increase Full Cost 6. Full Cost Reserves 6. Unusual gain (loss) 7. Cummulative Unusual gain (loss) 7 Increase in Other Reserves 8. Other Reserves, such a a. Bad Debt Reserves 1b. Inventory Obsolescence Reserves c. Warrably Reserves d._Deffered Income Reserves Berikut adalah penjelasan untuk setiap Equity Equivalent (EE): 1. Deffered Tax Reserves Pajak yang ditangguhkan timbul dari perbedaan waktu antara pendapatan yang dikenai pajak dan pendapatan buku yang diakui di bawah GAAP. Sumber terbesar dari pajak yang ditangguhkan dalam kebanyakan perusahaan adalah penyusutan, tetapi setiap perbedaan sementara dalam pendapatan pajak dan pendapatan buku dapat memberikan kenaikan kepada pajak yang, di fangguhkan 36 Dengan menambahkan kembali peningkatan pajak tertunda ke pendapatan, NOPAT hanya dikurangi pajak yang sebenarnya dibayar tanpa memperhitungkan penagguhan pajak akuntansi. 2. LIFO Reserves Metode LIFO menawarkan keuntungan pajak penting diatas pendekatan lain dalam kenaikan harga dan juga menghasilkan angka harga pokok penjualan yang lebih mendekati perkiraan penggantian biaya persediaan, menghasilkan suatu penyeimbang dari penghasilan dan biaya. Akan tetapi, LIFO memiliki satu kelemahan serius. Ketika persediaan meningkat dalam tahun manapun, suatw “lapisan LIFO” dari harga produk lama tertinggal dibelakang. Lapisan LIFO meneiptakan dua masalah untuk EVA. Pertama, persediaan dapat dengan serius yatakan kurang dari yang sebenamya, yang pada gilirannya juga menyatakan Kurang dari sebenarnya aktiva bersih dan modal yang diinvestasikan, Kedua, ketika lapisan LIFO lama dihapuskan, yang terjadi manakala persediaan menurun dari satu tahun ke tahun berikutnya, baik pendapatan operasi dan EVA dinyatakan terlalu besar dari sebenamya, Pernyataan terlalu besar ini disebabkan oleh penyamaan harga pokok produk lama terhadap penghasilan sekarang. Jadi LIFO reserves adalah perbedaan nilai inventory antara FIFO dan LIFO. 3. Cummulative Goodwill Amortization Goodwill yang diamortisasi untuk periode tertentu menyebabkan laba yang porkan lebih rendah sehingga pihak manajemen enggan melakukan aku isi yang dapat menguntungkan. Oleh karena goodwill adalah bukan tunai dan tidak dapat mengurangi pajak, maka ia harus ditambahkan kembali ke laba yang ilaporkan. Kumulatif amortisasi goodwill harus ditambahkan ke modal agar konsisten. 4. Unrecorded Goodwill Masalah pengukuran yang serius dan mungkin terjadi jika goodwill tidak diperhitungkan sama sekali, Hal ini terjadi jika metode aku 1g. diterapkan adalah polling of interest. Biaya yang dicatat oleh pembeli adalah nilai buku akuntansi penjual, Dari sudut pandang pemegang saham pembeli perusahaan, biaya akrual akuisisi adalah nilai pasar dari efek yang ditawarkan untuk 37 ‘mewujudkan perjanjian jual tersebut. Perbedaan antara nilai buku pasar ini disebut unrecorded goodwill. 5. Intagibles Prinsip dasar dari penyesuian ini adalah untuk mengkapitalisasi setiap biaya operasi yang tidak dimaksudkan untuk menciptakan pendapatan dalam periode sekarang tetapi dirancang untuk meneiptakan pendapatan dimasa mendatang. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan (Research and Development) harus dikapitalisasi ke neraca sebagai EE dan diamortisasikan ke pendapatan baru dan pemasaran untuk merebut market share juga harus dikapitalisasi dan diamortisasi. 6. Succesfill Effort to Full Cost Akuntansi upaya bethasil (succesfull effort to accounts) adalah berdasarkan gagasan bahwa neraca seharusnya hanya memasukkan investasi yang berhasil. Upaya yang tidak berhasil seharusnya dihapuskan, Hal ini biasanya dianut oleh perusahaan-perusahaan penghasil Sumber Daya Alam (SDA), sehingga mereka menyatakan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Seharusnya tingkat pengembalian dinyatakan kembali dengan akun fill cost. 7. Other Equity Equivalent and Reserves Cadangan berjaga-jaga mengaburkan timing sebenamya dari penerimaan tunai dan pengeluaran tunai, Cadangan untuk Kredit macet, inventory yang Kadaluarsa, jaminan dan pendapatan tertunda harus dihitung sebagai EE jika merupakan kejadian rutin dalam bisnis. Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut, distorsi akuntansi dapat dikurangi sehingga NOPAT dihitung berdasarkan aliran tunai yang sebenamya Hasil dari penyesuaian tersebut diatas adalah terjadinya dua macam neraca, Pertama, adalah neraca yang berdasarkan nilai buku akuntansi sebelum dilakukan penyesuaian dan yang kedua adalah neraca atas dasar nilai buku ekonomis setelah penyesuaian (equity equivalent) terhadap capital. Tabel 2.2 Nereca Berdasarkan Nilai Buku Akuntansi (sebelum dilakukan penyesuaian) Kas Utang jangka_ Pendek Piutang + Persediaan + Pembayaran Di Muka NIBL Janka Pendek Utang, Jangka Panjang Utang jangka Panjang Lainnya Aktiva Tetap Ekuitas Pemegang Saham Gamber: Young & 0 Byme, 200741) Tabel 2.3 Neraca Berdasarkan Nilai Buku Ekonomis (EVA) (setelah dilakukan penyesuaian) Kas Utang, Jangka Pendek wer Utang, Jangka Panjang Aktiva Tetap 38 39 Utang Jangka Panjang Lainnya Ekuitas Pemegang Sham Gmber Young & 0 Byme, 200141) 2.5.2.7 Biaya Modal (Cost of Capital) Konsep cost of capital dimaksudkan untuk dapat menentukan besamya fa riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana untuk Kemudian menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana yang digunakan di dalam perusahaan yang merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan (the firm's cost of capital), Biaya modal suatu perusahaan merupakan opportunity cost yaitu total pengembalian yang diharapkan oleh penanam modal perusahaan jika wang mereka diinvestasikan dalam saham dan obligasi yang memiliki risiko sebanding. Biaya modal didasari oleh trade off antara risiko dan keuntungan, Semakin besar risiko perusahaan yang ditanggung investor, semakin besar pula tingkat pengembalian ‘yang harus dicapai. Macam-macam biaya modal menurut Weston & Brigham (1993:589) adalah sebagai berikut: 1. Cost of Debt (Kd) Biaya penggunaan utang (cost of debt) adalah tingkat bunga yang harus dikeluarkan oleh perusahaan bila mendapatkan dana dengan melakukan pinjaman dari pihak lain. Untuk menghitung besarnya biaya penggunaan utang (Kd), maka kita harus meneari nilai Kb (cost of debt before tar) dari persamaan sebagai beriku ct : Kb= > maka Kd= Kb - 5) Dimana: Kb : biaya utang sebelum pajak t : tingkat pajak Ct : besamya bunga yang harus dibayar pertahun M. : nilai jatuh tempo dari utang 40 Kd : biaya bunga setelah pajak Cost of Common Stock (Ks) Cost of Common Stock untuk perusahaan-perusahaan yang normal dalam arti tidak mengalami pelonjakan harga saham yang. signifikan, menggunakan rumus Capital Asset Pricing Mode! (CAPM) sebagai berikut: Ks=Rf+6 (Rm-R) Dimana: Ks required return of common stock RE tingkat bunga investasi bebas risiko Rm perkiraan tingkat harga minimum dalam pasar secara keseluruhan 8 koefisien beta Untuk perusahaan yang mengalami lonjakan harga saham yang signifikan (booming), rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Ks = i +g Dimana: D1: dividen yang harus dibayar P- : harga pasar saham g. : tingkat pertumbuhan dividen . Cost of Preffered Stock (Kp) Saham preferen memiliki karakteristik campuran antara utang dengan saham biasa. Seperti halnya utang, saham preferen mengandung kewajiban yang tetap mengadakan pembayaran secara periodik dan apabila_perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham preferen memiliki hak yang didahulukan sebelum para pemegang saham biasa Cost of Preffered Stock (Kp) dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana Kp : cost of prefered stock aL Dp : dividen yang dibayar Np : net proceed (penerimaan bersih dari penjuatan saham preferen) 4. Cost of Retained Earning (Kr) Apabila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari Taba ditahan (retained earning), maka biaya modalnya adalah sebesar rate of return yang diharapkan akan diterima oleh para investor saham biasa apabila mereka menginvestasikan sendiri dana tersebut atau sebesar rate of return yang mereka harapkan dari sahamnya. 2.5.2.8 Weighted Average Cost of Capital WACC) Para investor membutuhkan pengembalian lebih tinggi untuk pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika mereka memberikan pinjaman karena yang terdahulu lebih berisiko. Oleh karenanya, biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing itu dimiliki struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata_tertimbang (WACC) dari perusahaan tersebut yang dihitung dengan rumus sebagai berikut WACC= Wad + Ws.Ks + WpKp Dimana: wacc biaya modal rata-rata tertimbang wa bobot utang jangka panjang dalam struktur modal Kd cost of debt Ws bobot jumlah saham dalam struktur modal Ks cost of common stock Wp bobot jumlah saham preferen dalam struktur modal Kp cost of preffered stock 42 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah kinerja keuangan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) yang diukur dengan menggunakan metode ROI dan EVA. Dalam penelitian ini penulis menganalisis apakah “Terdapat Perbedaan Antara Metode Return on Investment (ROT) dengan Metode Economic Value Added (EVA) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan”. 3.1.1 Gabaran Umum Perus 1. PT Inti (Persero) haan PT Industri Telekomunikasi (Persero) atau PT Inti, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) Pada mulanya PT Inti berada di bawah naungan Departemen Pariwisata dan Telekomunikasi_ yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1974 dan surat keputusan No. 171/MK/1V/1974. Pada tanggal 16 Desember 1989, PT Inti diserahterimakan kapada Badan Pengelola Industri Strategis berdasarkan Keppres No. 44 tahun 1989 mengenai pengelolaan industri strategis. Sejak didirikan pada tahun 1926 sampai sekarang Kantor pusat PT Inti berkedudukan di komplek laboratorium Pos, Telepon dan Telegraf (PTT) di daerah Tegalega, yang sekarang jalan Moh. Toha No. 77 Bandung, sedangkan pabriknya berlokasi di jalan Dayeuh Kolot No, 225 Bandung. Pada awal tahun pendirian tersebut, PT Inti merupakan laboratorium Pos, Telepon, dan Telegraf (PTT). Kemudian pada tahun 1929 didirikan laboratorium radio serta pusat perlengkapan radio, Selanjutnya laboratorium. ini merupakan bagian terpenting untuk penelitian perkembangan_ pertelekomunikasian di Indonesia. 43 Setelah perang dunia II berakhir, laboratorium PTT di Tegalega ini ditingkatkan kedudukannya menjadi laboratorium telekomunikasi yang mencakup seluruh bidang telepon, telegram dan radio. Sedangkan laboratorium radio dan pusat perlengkapan radio diubah menjadi Laboratorium pusat telekomunikasi. Bedasarkan peraturan pemerintah No. 240 tahun 1961, PTT diubah status hukumnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN POSTEL). Di bawah struktur organisasinya antara lain tercantum bahwa bagian penelitian di bawah Direktorat Riset dan Perancangan. Sedangkan bagian perbengkelan dan Kendaraan bermotor di bawah Direktorat Perlengkapan Kantor. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 300 organisasi PN POSTEL, digabung dan berganti nama menjadi Lembaga Administrasi Bagian Penelitian dan Bagian Produksi. Pada tanggal 20 Mei 1969, PN. Telekomunik mulai_mengadakan kerjasama dengan perusahaan asing, yaitu Siemens AG yang pelaksanaannya dibebankan kepada Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi (LPP POSTEL). Untuk merealisasikan kerjasama tersebut, maka pada tanggal 17 Februari 1968 dalam oraganisasi LPP POSTEL dibentuk suatu pabrik bagian telepon. Karena ada unsur industri LPP POSTEL berubah nama menjadi Lembaga Penelitian, Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi (LPPI POSTEL), yang berpangkal pada bagian pabrik telepon, diresmikan pembukuannya oleh presiden RI, yang diwakili oleh Menko Ekuin pada tanggal 22 Juni 1969. Pada tanggal 1-3 Oktober 1970, diadakan rapat kerja pos dan Jakarta, Berdasarkan hasil rapat tersebut dihasifkan antara lain telekomunikasi LPP POSTEL diberikan waktu kurang lebih empat tahun untuk mempersiapkan diri agar dapat berdiri sendiri di bidang keuangan, kepegawaian dan peralatan. Pada tahun 1971, dilakukan pemisahan tugas pokok sehubungan dengan perkembangan perusahaan terutama dalam bidang penelitian dan pengembangan indu stri, yaitu sebagai berikut 1. Lembaga penelitian dan pengembangan POSTEL yang mempunyai tugas pokok dalam bidang pengujian, penelitian dan pengembangan sarana pos-pos telekomunikasi, baik dari segi teknologi maupun operasional. 44 2. Lembaga industri sebagai badan hukum yang berdiri sendiri dengan tugas pokok mempreduksi alat-alat telekomunikasi Berdasarkan pemisahan fungsi tersebut, pada tahun 1972 didirikan proyek industri telekomunikasi yang berasal dari lembaga industri. Kemudian berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI No, 177/MK/12/1974 tanggal 28 Desember 1974, serta akta notaris Abdul Latief di Jakarta No. 322, proyek industri telekomunikasi Indonesia dibentuk menjadi PT Inti (Persero) mulai tanggal 30 Desember 1974. Pada tanggal 19 Oktober 1989, PT Inti yang sebelumnya berada di bawah, departemen pariwisata, pos dan telekomunikasi diserahkan kepada Bagian Pengelola Industri Strategis (BPIS). Pemeliharaan kendaraan tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1989 mengenai BPIS. Adapun i, Falsafah PT Inti (Persero) adalah sebagai berikut Visi: “Menjadi perusahaan penyedia solusi infokom yang terkemuka di Indonesia serta berkemampuan untuk berkompetisi global”. Misi Menyediakan produk dan jasa engineering untuk memberikan fofal solution di bidang infokom. 2. Memberikan kepuasan bagi pelanggan, pemegang saham dan karyawan. 3. Meraih sukses melalui penguasaan teknologi, pemberdayaan SDM, dan ngkan. menjalin kemitraan yang saling mengunt Falsafah: Demi mewujudkan visi dan misi perusahaan, maka falsafah PT Inti (Persero) adalah “Keberhasilan, melalui kreativitas, kesungguhan dan kerjasama” “Nilai bersama: 1) Menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan transparansi; 2) Kerjasama sebagai tim, prestasi bersama lebih penting dari prestasi sendiri-sendiri; 3) Menyukai inovasi dan perubahan; 4) Menempatkan kepentingan pelanggan, pemegang saham dan karyawan sebagai proiritas kerja yang tertinggi; 5) Menyukai hal-hal baru dan mengembangkan keingintahuan”, 2. PT Kereta Api (Persero) Keberadaan Kereta Api di Indonesia tidak terlepas dari peran Raja-raja di Jawa, dengan surat Raja (diperkirakan Raja Mataram) No, 270 tanggal 28 Mei 1842, mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda agar membangun jaringan Kereta Api. Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhimya pada tahun 1971, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bose menyusun Raneangan Undang-Undang. (RUU) pembuatan jalan Kereta Api Pemerintah di Jawa, yang disyahkan pada tanggal 6 April 1875, hal ini menandai Iahimya Kereta Api di bumi Nusantara secara de jure. Sedangkan secara de facto, jalan Kereta Api di Indonesia dibangun oleh perusahaan swasta, Nederlandsch Indische Spoorweg Mi (NISM) yang membangun jaringan Kereta Api dari Ken n-Tanggung, Jawa Tengah, sepanjang 26 kilometer. Pembangunan jalan Kereta Api ditandai dengan pencangkulan pertama pembuatan badan jalan rel oleh Gubenur Jenderal Belanda Mr. L.AJ Baron Sloet Van De Beele tanggal 17 Juni 1864. Empat tahun Kemudian, tanggal 17 Juni 1868 Kereta Api lintas Kemijen-Tanggung dapat dioperasikan, yang kemudian secara berturut-turut dilanjutkan dengan pembangunan j gan Kereta Api diseluruh Jawa, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sulawesi, sebelum dipindahkan ke Birma saat penjajahan Jepang yang dikenal dengan Romusha. Sejalan dengan perjalanan sejarah, berkat rahmat Allah SWT dan perjuangan rakyat Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dapat dikumandangkan yang diikuti pengambilalihan (Nasionatisasi) secara resmi perusahaan-perusahaan penjajah oleh Bangsa Indonesia. Nasionalisasi perusahaan Kereta Api terjadi pada tanggal 28 September 1945, yang untuk selanjutnya dijadikan sebagai “Hari Kereta Api”. Dengan Nasionalisas tersebut, maka berdirilah perusahaan Kereta Api pemerintah di Indonesia dengan bentuk Perusahaan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Kepala Djawatan Kereta Api (DDKA). Ir. Mohamad Efendi Saleh, 46 Setelah berjalan hampir delapan tahun, kepemimpinan tersebut digantikan oleh Ir, R. Abuprayitno, bentuk perusahaan berubah menjadi Djawatan Kereta Api (DKA), hingga akhirnya pada tahun 1963, melalui Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963, Perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Karena situasi politik pada tahun 1965 hingga 1967 cukup genting dengan pecahnya pemberontakkan PKI, maka kepemimpinan dipegang oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dengan Brigjen Sentot Iskandardinata sebagai pemimpinnya, yang pada tahun 1968 digantikan oleh Ir. R. Soemali. Tahun 1971, dengan PP No, 61 tahun 1971, status perusahaan kembali mengalami perubahan, PNKA diganti menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PIKA). Selanjutnya secara berturut-turut pimpinan PIKA dijabat oleh Ir. Pantiarso (1978-1981), Ir. Soedjono Kramadibrata (1981-1986), Ir. Soearso (1986-1989), Ir. Harbani (1989-1991), Drs. Anwar Suprijadi, MSc, (dengan sebutan Kaperjanka). Pada tanggal 2 Januari 1991, dengan ditandainya dengan pembacaan ikrar Karyawan-karyawati Perumka, status perusahaan berubah lagi menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dengan PP 57 tahun 1990 tanggal 1 Oktober 1990, dengan direktur utamanya Drs. Anwar Suprijadi MSc. (1991-1995), Kemudian, tahun 1995 Direktur Utama Perumka dipimpin oleh Ir. Soemitro Eko Saputro (1995-1998). Kemudian, pada tanggal 31 Juli 1998 Dirut Perumka digantikan oleh Drs. Edie Haryoto. Pada masa kepemimpinan Drs. Haryoto ini, status perusahaan kembali mengalami perubahan, Bentuk perusahaan yang semula Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), melalui PP No. 19 tahun 1998 tanggal 3 Februari 1998, berubah status menjadi PT Kereta Api (Persero). Selain itu, melalui Keputusan Presiden No. 38 tahun 1999, tentang pengecualian perusahaan perseroan tertentu yang dapat dikecualikan dari pengalihan, tugas, dan kewenagan Menteri Keuangan selaku pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS) kepada Menteri Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ditetapkan bahwa PT Kereta Api tetap a7 dibawah naungan Departemen Pethubungan. Keppres yang ditandatangani Presiden Baharudin Yusuf Habibie tersebut, ditandatangani pada tanggal 17 Mei 1999, menandai mulai diberlakukannya status PT Namun demikian, secara efektif baru diberlakukannya pada tanggal 1 Juni 1999 melalui upacara, sebagai tanda peresmian pengalihan status dati Perumka menjadi PT Kereta Api (Persero) di Kantor Pusat Bandung. Dalam pelaksanaan operasionalnya PT Kereta Api (Persero) dibagi kedalam sepuluh daerah operasi yang terdapat di pulau Jawa, yaitu. sebagai berikut 1, Daerah Operasi 1 berkedudukan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Daerah Operasi 2 berkedudukan di Bandung Daerah Operasi 3 berkedudukan di Cirebon Daerah Operasi 4 berkedudukan di Semarang Daerah Operasi 5 berkedudukan di Purwokerto Daerah Operasi 6 berkedudukan di Yogyakarta Daerah Operasi 7 berkedudukan di Madiun Daerah Operasi 8 berkedudukan di Surabaya Daerah Operasi 9 berkedudukan di Jember 10. Daerah Operasi_ JABOTABEK —(Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) yang khusus mengurus angkutan perkotaan di Jakarta yang tidak termasuk ke dalam Daerah Operasi 1 Jakarta. 3. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten’ Sejak masa penjajahan Belanda sampai_permulaan tahun 1942 di Indonesia telah dikenal suatu badan atau perusahaan yang menyediakan tenaga listrik, baik milik Pemerintah, Daerah Otonom (Gemete) maupun Swasta ataupun Patungan antara Pemerintah dan Swasta. Di Jawa Barat (khususnya kota Bandung) perusahaan yang mengelola penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, yaitu Bandoengsche Electriciteit Maatschappi (BEM), yang berdiri pada tahun 1905. pada tanggal 1 Januari 1920 berdirilah Perusahaan Perseroan Gemeenschappeliik Ekectriciteit 48 Bedrijf Voor Bandoeng (GEBO) yang menggantikan BEM dengan Akte Pendirian Notaris Mr. Andrian Hendrik Van Ophuisen No, 213 tanggal 31 Desember 1919. Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), pendistribusian tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha dengan wilayah kerja di seluruh pulau Jawa, Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, di Indonesia mengalami periode perjuangan fisik sampai tiba saatnya penyerahan kedaulatan RI dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1957 merupakan titik tolak dan awal dari pengelolaan dan penguasaan pelistrikan di seluruh Indonesia yang dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia, karena pada tahun tersebut dimulai adanya nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia. Maka pada tanggal 27 Desember 1957 GEBO diambil alih oleh Pemerintah RI yang dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No. 86 tahun 1958 Jo Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1959 tentang Penentuan Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda yang pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPI - PLN), sebagai wadah kesatuan Pimpinan PLN. Kemudian istilah PLN Bandung diganti dengan nama PLN Exploitasi XI sebagai kesatuan BPU — PLN di Jawa Barat kecuali DKI Jakarta dan Tangerang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, menyebutkan bahwa status PLN menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri PUTL No. 013/PRT/1957 tanggal 8 September 1975 tentang organisasi dan tata kerja Perusahaan Umum, Listrik Negara, maka PLN mengadakan reorganisasi menyangkut nama, tugas dan wilayah kerja di daerah, Kemudian berdasarkan Pengumuman PLN Exploitasi XI No. 05/DIII/Sek/1975 tanggal 14 Juli 1975, PLN Exploitasi XI diubah nam: menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No, 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum Listrik 49 menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO), maka bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan sebutan PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA BARAT sejak tanggal 30 Juli 1994 sesuai akte pendirian. Dengan keluamya Peraturan Pemerintah No, 23 Tahun 1994, tanggal 16 Juni 1994, maka PLN yang semula berbentuk Perusahaan Umum (Perum) berubah bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero) dengan nama PT Perusahaan Listrik Negara disingkat PT PLN (Persero) yang bertujuan: 1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan, 2. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dengan jumlah dan mutu yang memadai dengan tujuan untuk: a, Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi b. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat, 3. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik. 4. Menyelengarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan tenaga listrik sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku. Sejalan dengan maksud dan tujuan tersebut PT PLN (Persero) mengemban misi sebagai beriku 1. Fungsi Bisnis atau Memupuk Keuntungan Sebagai badan usaha, melakukan kegiatan usaha berdasarkan kaidah bisnis yang sehat guna menjamin keberadaan dan pengembangannya dalam jangka panjang. ‘osial atau Agen Pembangunan Sebagai pelaksana pembangunan, melakukan kegiatan baik yang bersifat program pembangunan sebagaimana layaknya, maupun yang, bersifat sosial dan perintis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sekalipun kegiatan tersebut tidak mendatangkan keuntungan, 50 Abad 21 yang diwamai dengan perubahan yang semakin cepat, menuntut kompetisi yang semakin ketat. Persaingan tidak lagi terbatas dengan perusahaan sejenis dalam negeri, melainkan juga harus mampu menghadapi_persaingan global, Oleh Karena itu, sebagai perusahaan, PLN memiliki visi kedepan: maju, modern dan madiri. Maju dengan pengertian harus mempunyai wawasan bisnis yang, ‘mencerminkan unsur-unsur kompetitif, efisien dan produktif. Modern ‘memanfaatkan teknologi maju untuk mendukung efisiensi dan cfektivitas kerja, Mandiri ‘mampu menentukan arah dan kebijakan untuk melaksanakan misi yang diiembannya, Dengan wawasan tersebut PLN akan survive menghadapi tantangan masa depan, Berdasarkan visi diatas PLN menyusun rencana dan strategis jangka menengah dan jangka panjang. Rencana ini secara bertahap direalisasikan melalui rencana Kerja jangka pendek dalam wujud Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RK AP) setiap tahun anggaran, 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode komparatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode tertentu. Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto. Artinya, data cumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia. Keunggulan metode ini adalah sebagai berikut 1. Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental karena beberapa alasan a. Jika sukar diadakan kontrol terhadap salah satu faktor yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan sebab-akibatnya; 31 b. Apabila teknik untuk mengadakan variabel kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi seeara normal; c. Penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik karena kendala teknik, keuangan, maupun etika, dan normal. 2. Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat statistik yang lebih maju, membuat penelitian komparatif’ dapat mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan kausal secara lebih efektif. Di samping keunggulan-keunggulan, penelitian komparatif’ mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain sebagai berikut: 1, Karena penelitian komparatif' bersifat ex post facto, maka penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas. Peneliti hanya berpegang pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa kesempatan mengatur kondisi ataupun mengadakan manipulasi terhadap beberapa variabel. 2. Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab suatu hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan. 3. Karena faktor-faktor penyebab bukan bekerja secara merdeka tetapi saling berkaitan antara satu dengan yang lain, maka interaksi antar faktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau akibat terjadinya suatu fenomena sukar diketahui. 4. Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya hubungan, tetapi belum tentu hubungan yang diperlihatkan adalah hubungan sebab-akibat 5. Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi (misalnya, dalam demokrasi dan otoriter, pandai bodoh, tua muda, dan sebagainya) untuk tujuan perbandingan, dapat menjurus kepada pengambilan keputusan dan kesimpulan yang salah akibat kategori-kategori dikhotomi yang dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samr-samar, menghendaki value judgment, dan tidak kokoh. Langkah-langkah pokok dalam studi komparatif adalah sebagai berikut 1. Rumuskan dan definisikan masalah, 2. Jejaki dan telti literatur yang ada, 52 3. Rumuskan kerangka teoritis dan hipotesis-hipotesis serta asumsi-asumsi yang dipakai 4, Buatlah raneangan penelitian: a. Pilih subjek yang digunakan dengan teknik pengumpulan data yang diinginkan; b. Kategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan, untuk memudahkan analisis sebab-akibat. 5. Uji hipotesis, buat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik statistik yang tepat. 6. Buat generalisasi, kesimpulan, serta implikasi kebijakan. 7. Susun laporan dengan cara penulisan ilmiah. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian dititik beratkan pada pengukuran kinerja keuangan perusahaan dikaitkan dengan metode Return on Investment (ROT) dan Economic Value Added (EVA) sebagai metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Untuk keperluan penelitian, penulis membagi menjadi dua bagian, yaitu: Metode ROI sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. 2. Metode EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, akan diperoleh 2 kelompok data mengenai pengukuran tingkat kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya, kedua kelompok data yang jperoleh akan dibandingkan dan diyji secara statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan yang iukur dengan metode ROI dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode EVA. 3.2.1 Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul skrip Antara Return on Investment (ROI) dengan Economic Value Added (EVA) yang dipilih, yaitu “Analisis Perbandingan Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan”, maka dapat diidentifikasikan 2 variabel penelitian, yaitu sebagai berikut: 53 1. Variabel X; adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode ROL 2. Variabel X; adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode EVA. Perhitungan tingkat kinerja Keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode ROT dapat dirumuskan sebagai berikut: _ Laba Setelah Pajak © Total Aktiva Sedangkan perhitungan tingkat kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode EVA dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA = (r- *) x Capital , atau EVA = NOPAT - (c* x Capital) r rate of return (tingkat pengembatian modal) weight average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) Capital nilai buku net capital yang telah disesuaikan (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) NOPAT Net Operating Profit After Tax (ditambah atau dikurangi dengan equity equivalent) Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel Utama Indikator Sifat Data_[ Pengukuran Data Kinerja_ Keuangan | Besamya perbandingan | Kontinu Rasio perusahaan yang | antata laba setelah pajak diukur dengan | dengan total aktiva metode ROI (X:) Kinerja Keuangan | Selisih antara NOPAT|Kontinu | Rasio perusahaan yang | dengan biaya modal diukur dengan metode EVA (2) 54 3.2.2 Raneangan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara metode ROI dengan metode EVA sebagai pengukur kinerja Keuangan perusahaan, Rancangan pengujian hipotesis akan meliputi langkah- langkah sebagai berikut: 1. Penetapan hipotesis, Pemilihan dan perhitungan uji statistik Penetapan tingkat signifikansi Pengujian hipotesis Penarikan kesimpulan 3.2.2.1 Penetapan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua variabel. Hipotesis nol (Ho) pada umumnya diformulasikan untuk ditolak. Apabila ditolak, maka hipotesis pengganti (Ha) dapat diterima, Hipotesis pengganti ini merupakan_hipotesis penelitian, yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diyji. Adapun penetapan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Ho: 1 = Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode ROI sama jika dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan yang divkur dengan metode EVA. Ha: wh # be Kinerja kewangan perusahaan yang diukur dengan metode ROI berbeda jika dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode EVA. 3.2.2.2 Pemilihan dan Perhit ingan Uji Statistik Dalam menguji hipotesis, akan digunakan teknik statistik parametrik Karena variabel- variabel dalam penelitian ini sudah merupakan data kuantitatif sehingga tidak diperlukan penjabaran kedalam dimensi lain. Selain itu, teknik statistik ini menyediakan uji statistik untuk sample kecil (n < 30) sehingga teknik statistik ini sesuai bagi penulis, karena sampel yang penulis miliki juga merupakan sampel keeil (n= 24). Uji statistik yang dimaksud adalah uji dengan satu pihak. Alasan digunakannya teknik statistik ini adalah karena sampel dalam penelitian ini merupakan sampel keeil dan jenis distribusi dari populasi yang diambil adalah berdistribusi normal. Dengan uji statistik ini, hipotesis yang dirumuskan akan diyji berkaitan dengan kinerja Keuangan perusahaan berbeda jika diukur dengan menggunakan metode EVA dan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode ROL Kriteria: ‘tags = ta Ho ditolak jika than # tate Gambar 3.1 Daerah penerimaan dan penolakan Gaerah penerimaan daerah pegolakan 0 a) 3.2.2.3 Penetapan Tingkat Signifikansi 56 Tingkat signifikansi (1) untuk pengujian hipotesis yang dipilih adalah 0,05 yang berarti kemungkinan benar dari hasil penarikan Kesimpulan- mempunyai probabilita 95% atau toleransi kesalahannya adalah 5%. Hal ini dipitih karena dinilaicukup ketat untuk mewakili hubungan antara kedua variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial 3.2.2.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji satu pihak karena alternatif’ tesis berapa persediaan yang negatif dengan asumsi sebagai berikut: 1. Derajat kebebasan (df) = n -1 2. Kaidah keputusan: Ho diterima jika ature = taba Ho ditolak jika twas # tte, 3.2.2.5 Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilaksanakan berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil pengujian hipotesis sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah dikemukakan, serta didukung oleh teori yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti 3.2.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Pengamatan data tertulis Cara ini dilakukan dengan mengamati dokumen-dokumen dan catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan penelitian. 2. Studi kepustakaan Dilakukan melalui penelaahan fiteratur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk mendapatkan landasan teoritis dan. gambaran, yang benar dari tgori pendukung. 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara metode Return on Investment (ROD dan metode Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja Keuangan perusahaan, maka penulis melakukan penelitian di beberapa Badan Usaha Milik Negara diantaranya yaitu, PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) dengan hasil penelitiannya sebagai berikut: 4.1.1 Perhitungan Return on Investment (ROD) Rumus Return on Investment (ROD) yang digunakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: , _ Laba Sebelum Palak Total Aktiva Berdasarkan rumus diatas, maka ROI PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) untuk periode tahun 1994 sampai dengan tahun 2001 adalah sebagai berikut: ‘Tabel 4.1 PT Inti (Persero) Return on Investment (ROT) (dalam jutaan rupiah) Tahun 1994 1995 1996 1997 Laba Sebelum Pajak 34.412.5 48.861,6_| 101.324.2 111.704.6 Total Aktiva 366.021,0 | 492.178,0 | 722.497,7 | 1.061.490,0 ROL 9.4% 9.9% 14% 10.7% Tahun 1998 1999 2000 2001 Laba Sebelum Pajak | 125.151,7 | 67.0045 | 48.9705 | 65.1848 Total Aktiva 1.073.423.4 | _732.630,3 1.032.924.9 | 781.886.2 ROL 11,8% 91% 4.7% 8.3% Tabel 4.2 PT Kereta Api (Persero) Return on Investment (ROY) Tahun 1994 1995 ‘Laba Sebelum Pajak 5.161.139.632 15.427.989.590 Total Aktiva 1.795.375.450.956 | 2.069.647.130.663 ROL 0.29% 0.75% Tahun 1996 1997 Laba Sebelum Pajak 16.798.261.734 30,370,195. 589 ‘Total Aktiva 2.194.730.634.942 | 2.815.414.979.176 ROL 0.7% 1.08% ‘Tahun 1998, 1999 Laba Sebelum Pajak [537.719.349.668 414.268.082.539 58. ‘Total Aktiva 3.199.909.161.002 | 2.703.658.358.772 ROI 1.8% 1.64% Tahun 2000 2001 Taba Sehelum Pajak | _39.337.792,192 17,562.921.642 Total Aktiva 3.031.604.006.474 | _3.571.532.242.906 ROI 1.29% 0.49% Tabel 4.3 PT PLN (Persero) Return on Investment (ROD) (dalam ribuan rupiah) Tahun 1994 1995 1996 Laba Sebelum Pajak | _582.933.258 | 193.932.387 | _234.876.655 Total Aktiva 1,387.606.120 | 1.751.259.261 | 1.947.163.255 ROL 42% 10.5% 12,06% Tahun 1997 1998 1999 Laba Sebelum Pajak 315.528.777_|_988.118.856 | (609.107.700) Total Aktiva 2.309.482.854 | 1.637.163.487 | _2.655.495.216 ROL 13.66% 37.47% (22,94)% 59 Tahun 2000 2001 Laba Sebelum Pajak | (961,741,050) | 399.131.653 Total Aktiva 3.196.611.298 | 3.173.905.288 ROI (26.96)%. 12.57% 4.1.2 Perhitungan Economic Value Added (EV A) Untuk menghitung EVA digunakan rumus sebagai berikut EVA =(—c*) x Capital Dimana: r rate of return ct biaya modal rata-rata tertimbang, Capital nilai buku net capital Berdasarkan rumus tersebut, maka perhitungan EVA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut 1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT). Menghitung Capital 2. i buku net capital yang telah disesuiakan), 3. Menghitung tingkat pengembalian (r). 4. Menghitung biaya modal dan kemudian dihitung rata-rata tertimbang, dari biaya modal tersebut (c*). Menghitung EVA. 1. Perhitungan NOPAT Data yang digunakan untuk menghitung NOPAT diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang kemudian diolah kembali, dilakukan berbagai penyesuaian untuk menghilangkan distorsi finansial dan distorsi_akuntansi sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab terdahulu. Untuk menghitung pajak dari biaya bunga, tingkat pajak yang dikenakan oleh pemerintah adalah tarif pajak progresif dan diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 20 tahun 1994, Karena Penghasilan Kena Pajak (PKP) perusahaan berada diatas Rp. 50.000,000,00 maka tari pajak yang dikenakan adalah scbasar 30%, 60 Berdasarkan format perhitungan NOPAT yang telah dijelaskan pada bab terdahulu (Tinjauan Pustaka), maka dapat diketahui NOPAT PT Inti Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) untuk periode tahun 1994 sampai dengan tahun 2001 adalah sebagai berikut Tabel 44 PT Inti (Persero) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) (dalam jutaan rupiah) Tahun 1994 1995 1996 Tucome Available to common 18.782,1 38.4592, 70.43.35 Interest Expenses Afier Tax 10.9413 7.2816 21.6166 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 673144 61.7542 36.242.6 NOPAT 97.0378, 113.495.0[ 148.495.5 Tahun 1997 1998 1999 Income Available to common 79.6578 89.7949 40.020.1 Interest Expenses After Tax 22.4328 24.749.8 18.889.0 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 61.7497 148.357.0_|_ 149.3374 NOPAT, 163.840.3 262.9017 | 208.286.5 Tahun 2000 2001 Tncome Available to common 28.5851 46.376,1 Interest Expenses After Tax 14.712.8 13.166,0 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 73.7326 117.7578 NOPAT, 117.0305 177.2999 Tabel 4.5 PT Kereta Api (Persero) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Tahun 1994 1995 Tacome Available to common 406.147.2040 17.194.413.409 Interest Expenses After Tax Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles (7.127.054.507) (925.047.450) NOPAT (261.921.7553) 16.269.365.959 61 Tahun 1996 1997 Income Available to common 17.925.428.740 28.500.953.496 Interest Expenses After Tax Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 1.884,546.287 643,807.188 NOPAT 19.809.975.027 29.144.760.684 Tahun 1998 1999 Income Available to common 537.720.764.378 27,578,835. 708 Interest Expenses After Tax Increase (decrease) in (Net) Capitalized Intangibles (042,499,143) 477. 754.476 NOPAT 356.778.265.235 728.056.590.184 Tahun 2000 2001 Tncome Available to common 23.856.438.459, (820.162.037) Interest Expenses After Tax 1.466.411.7354 2.805.355.357 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 6.853.799.161 (7.181.538.983) NOPAT 32.176.648.374 (5.196.345.663) Tabel 4.6 PT PLN (Persero) Net Operating Profit After Tax (NOPAT) (al m ribuan rupiah) Tahun, 1994 1996 Income Available to common 582.993.258 | 183.932.387 | 234.876.655 Interest Expenses After Tax Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 14.481.930_|"19.152.002_[ 8.151.769 NOPAT 597.475.188 | 203.084.389 | 243.028.424 ‘Tahun 1997 1999 Income Available to common 315.528.9777 | 988.118.856 |" (609.107.700) Interest Expenses After Tax 8.064.633,5 | 32.203.523.1 | 31.209.726.6 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 7.309.187 2.545.197 5.940.477 NOPAT 330.902.597.5 | 1.022.867.576.1 | (571.957.496.4) Tahun 2000 2001 Income Available to common | (861,741,050) | 399.131.653 Interest Expenses After Tax 49.204.387.4 | 58,188.736,.2 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 11310448 [31478631 NOPAT (801.226.214.6) | 488.799.020.2 2. Perhitungan Capital 62 Nilai Capital terdiri atas ekuitas (nilai buku ckuitas dan cadangan) ditambah utang berbunga yang diambil dari pasiva Neraca (tidak termasuk utang dagang dan biaya terutang). ‘Terhadap nilai Capital tersebut sebelumnya dilakukan penyesuaian terlebih dahulu yaitu dengan menambahkan yang disebut dengan Equity Equivalent (EE), Berdasarkan format pethitungan Capital yang telah dijelaskan pada Bab II (Tinjauan Pustaka), maka pethitungan Capital PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) untuk periode tahun 1994-2001 adalah sebagai berikut: ‘Tabel 4.7 PT Inti (Persero) Capitat (dalam jutaan rupiah) ‘Tahun 1994 1995 1996 ‘Common Equity 366.021,0_| 492.178,0_|_722.497.7 ‘Short Term Debt 134.6711 _|_248.487,2 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles (135.109.5) | (247.619.8) | (407.056.1) Capital 231.349,9 | 248.4872 [315.4416 Tahun 1997 1998 1999 ‘Common Equity 1,061.490.4 | 1.073.423.4 | 732.6303 ‘Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles (685.768.4) | (625.2269) | (272.741.2) Capital 375.722.0 | 448.196.5 | 459.889.1 Tahun 2000 2001 ‘Common Equity 1.032.924.9 |" 781.886,2 ‘Short Term Debt 160.889 | 93.214,2 Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles (302.004,1) | (108.783.6) Capital 891.805,1 | 766.3168 Tabel 48 PT Kereta Api (Persero) Capitat Tahun 1994 1995 Common Equity 1.178.983.373.938 1.226.378.336.357 ‘Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 18.703.121.124 (21.440,698.268) Capital 1.197.686.495,062 1.204,937.638,089. Tahun, 1996, 1997, Common Equity 1.303.691.202.916 1.418, 160.454.688 ‘Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles (2.036.998.233) 407.740.476 Capital 1.301.634.204,683 1.418,568.195.164 Tahun 1998, 1999 Common Equity 1,529.735.102 2.234.997.973.285 Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 3.941.893.877 10.627.891.146 Capital 1,533.676.996.376 | 2.24 §.625.964.431 Tahun 2000 2001 Common Equity 2.257.839.819.159 2.329.542.747.793 ‘Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles 24.228.918.802 (62.763.704.305) Capital 2.282.068.737.961 2.266.779.043.488 63 64 Tabel 4.9 PT PLN (Persero) Capital (alam ribuan rupiah) Tahun 1994 1995 1996 ‘Common Equity 748.458.882_| 988,299,055 _| 1.045.899.736 Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles_| 270.803.7985 | (8.330.921) | (92.324.487) Capital 1.019.262.677 | 979.968.134 | 953.575.249 Tahun 1997 1998 1999 ‘Common Equity 1.188.021.500 1.459,958.878 1.480.421.221 ‘Short Term Debt Increase (decrease) in EE (Net) Capitalized Intangibles_|80.476.534 | 104.179.674_| (127.056.421) Capital 1.268,498.034 | 1.564.138.552 | 1.353.364.800 Tahun 2000 2001 ‘Common Equity 1.950,674.089 1.779.779.621 Short Term Debt Increase (decrease) in EE. (Net) Capitalized Intangibles (81.694.072) (56.297.580) Capital 1,.868.980.017 1.732.820.041 3. Perhitungan Rate of Return (x) Setelah dilakukan perhitungan terhadap NOPAT dan Capital, maka Iangkah selanjutnya kita dapat menghitung rate of return dengan rumus sebagai berikut: NOPAT "~ Capital Berikut adalah perhitungan rare of return PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) untuk periode tahun 1994-2001 Tabel 4.10 PT Inti Pers Rate of Return (¥) 0) (dalam jutaan rupiah) Tahun, 1994 1995 1996 1997 NOPAT 97.0378 113.495,0 148.495,5 163.840,3 Capital 231.349.9 248.487,2 315.4416 375.7220 r 0.42 0.46 0.47 0.44 Tahun 1998 1999 2000 2001 NOPAT 262.901.7, 208.286,5 117.030.5 177.2999 Capital 448.196,5 459.889.1 '891.805.1 766.316.8 r 0.42 0.46 0.47 0.44 Tabel 4.11 PT Kereta Api (Persero) Rate of Return (v) Tahun 1994 1995 1996 NOPAT (261.921.7535) | 16.269.365.959_| _19.809.975.027 Capital 1,197.686.495,062 | 1.204.937.638.089 | 1.301.634.204.683 r (0,001) 0.013 0.015 Tahun 1997 1998 1999 NOPAT 29,144.760.684 | 536.778.265.235 | 28.056.590.184 Capital L.AI8.568.195.164 | 1.533.676.996.376 | 2.245.625.864.431 r 0.20 0,037 0.012 Tahun 2000 2001 NOPAT 32.176.648.374 | (5.196.345.663 Capital 2.282.068.737.961 | 2.266.779.043 488 r 0.014 (0,002) 66 Tabel 4.12 PT PLN (Persero) Rate of Return (v) (alam ribuan rupiah) hun 1994 1995 1996 1997 NOPAT_[_597.475.188_|~ 203.084.389 | 243.028.424 [330.902.5975 Capital | _1.019.262.677_ | 979.968.134 | 953.575.249 | 1.268.498.034 r 0.59) 021 0.25 0.26 Tahun 1998 1999, 2000 2001 NOPAT [| 1.022.867.5761 | (571.957.4964) | (801.226.214,6) | 488.799.020.2 Capital [_1.564.138.552_| 1.353.364.800 | 1.868.980.017 [| 1.723.820.041 r 0.65 (61) (0.43) 0.28 4. Perhitungan Biaya Modal (Cost of Capital Untuk menghitung Cost of Capital perusahaan, terlebih dahulu dihitung cost dari masing-masing komponen Capital, yaitu Cost of Debt (Kd) dan Cost of Common Stock (Ks). a. Cost of Debt (Kd) Dalam. pethitungan EVA, utang yang dipethitungkan adalah interest bearing debt, yaitu utang yang dibebani bunga. Karena biaya bunga dari utang bersifat_ mengurangipajak, maka dibutuhkan penyesuaian pajak schingga iperoleh biaya utang setelah pajak dengan rumus sebagai berikut: Kd =Kb (1-0 Dimana: Kd: biaya bunga setelah pajak Kb: suku bunga pinjaman t tingkat pajak (30%) 67 Dengan menggunakan rumus tersebut, Kd PT Inti (Persero), PT Kereta Api (Persero), dan PT PLN (Persero) dapat dihitung untuk setiap tahunnya dan hasilnya sebagai berikut Tabel 4.13 PT Inti (Persero) Cost of Debt (Ka) Tahun |_Kb t Kd 1994 | 22% [30% | 0.16 1995 | 46% | 30% | 0.32 2000 | 6% | 30% [0.04 2001 | 10% | 30% [0.07 Tabel 4.14 PT Kereta Api (Persero) Cost of Debt (Ka) Tahun |_Kb t Kd 2000 | 2% | 30% [0.01 2001 | 4% | 30% [0.03 Tabel 4.15 PT PLN (Persero) Cost of Debt (Kd) Tahun | Kb t Kd 1997 _| 1.43% | 30% [0.01 1998 | 4.29% | 30% [0.03 1999 [4.29% | 30% | 0,03 2000 | 5.71% | 30% | 0.04 2001 | 7.14% | 30% [0.05 Periode tahun yang tidak memiliki Kd merupakan keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkan tambahan modal melalui pinjaman dari sehingga biaya penggunaan utang (Kd) hanya dihitung untuk periode mendapatkan tambahan modal melalui pinjaman dari pihak lain. 68 b. Cost of Common Stock (Ks) Cost of Common Stock (Ks) dapat dihitung dengan menggunakan rumus. CAPM untuk lebih mencerminkan tingkat risiko yang ditanggung oleh investor karena menanamkan dananya dalam perusahaan. Cost of Common Stock (Ks) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Ks -Rf + BiRm-RD Dimana: Ks: required return on common stock RE: tingkat bunga investasi bebas risiko Rm__: perkiraan harga minimum dalam pasar secara keseluruhan B —-: koefisien beta Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh Ks sebagai berikut: Tabel 4.16 PT Inti (Persero) Cost of Common Stock (Ks) Tahun [Rf [Rm B 1994 [0.06 | 0.64 | 155 | 0.95 1995 | 0.06 | 0.07 | 155 | 0.07 1996 [0.06 | 1.07 1.63 1997_[ 0.06 | (@.02) (0.06) 1998 [0.06 | (0.07) (@.14) 1999 [0.06 | 0.14 0.18 2000 | 0.06 | 0.15 0.19 2001 | 0.06 [0.60 0.89 Dikarenakan pada PT Kereta Api (persero) dan PT PLN (Persero) tidak ‘menyertakan saham didalam komponen modalnya, maka pada kedua perusahaan tersebut komponen biaya modalnya hanya terdiri dari cost of debt (Kd) saja 69 Setelah mengetahui besamya Komponen-komponen biaya modal, maka Jangkah selanjutnya adalah menghitung besarya biaya modal rata-rata tertimbang (WACC/e*) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: WACC = (Wd x Kd) + (WsxKs) Dimana: Wd: bobot utang jangka panjang dalam struktur modal Kd: cost of debt Ws: bobot jumlah saham dalam struktur modal Ks: cost of common stock Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh c sebagai berikut: Tabel 4.17 PT Inti (Persero) WACC (c*) ‘Tahun Wa Kd Ws Ks WACC 1994 0.04 0.16 0.12 0.95 0.12 1995 0,02 0,32 0,05 0.07 0,01 1996 0.12 1.63 0,20 1997 0.17 (0.06) (0.01) 1998 0.14 (0.14) (0,02) 1999 O11 0.18 0,02 2000 0.01 0.04 0.10 0.19 0.02 2001 0.02 0.07 0.09 0,89 0.09 Tabel 4.18 PT Kereta Api (Persero) WACC (c*) Tahun Wa Kd Ws Ks WACC 2000 0.10 0.01 0.001 2001 0.06 0.03 0.002 70 Tabel 4.19 PT PLN (Persero) WACC (c*) Tahun Wa Kd Ws Ks WACC 1997 0.112 0.01 0.001 1998 0.100 0,03 0.003 1999 0,065 0.03 0,002 2000 0.061 0.04 0,002 2001 0.055 0,05 0.003 Setelah semua komponen EVA dihitung, maka besarmya EVA dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut Tabel 4.20 PT Inti (Persero) Economic Value Added (EN A) (dalam jutaan rupiah) Tahun r * Capital EVA 1994 0.42 0.12 231.349,9 70.3304 1995 0.46 0.01 248.487.2 110.8514 1996 0.47 0.20 315.4116 83.994.1 1997 0.44 (0.01) 375.722,0 166.519.1 1998 0.59 (0.02) 448.196.5 270.9348 1999 0.45 0.02 459.889.1 197.660.3 2000 0.17 0.02 691.805.8 104.047.6 2001 0,23 0,09 766.3168 110,502,9 Tabel 4.21 PT Kereta Api (Persero) Economic Value Added (EV A) Tahun, r * Capital EVA 1994 (0,001) 1.197.686.495,062_|_(1.197.686.495) 1995 0.013 1.204.937.638.089 | 153.664.189.295 1996 0.015 1.301.634.204.683 | 19.524.513.070 1997 0,200) 1.418,568,195.164 | 2.837.136,390.328 1998 0,037 1,533.676.996.376 | 56.746.048.866 1999 0,012, 2.245.625.864.431 | 26.947.510.373 2000 0,014 0,001 |" 2.282.068.737.961 | 29.666.893.593 2001 (0,002) 0,002 | 2.266.779.043.488 | (9.067.116.174) n Tabel 4.22 PT PLN(Persero) Economic Value Added (ENA) (alam ribuan rupiah) ‘Tahun r e Capital EVA 1994 0.59) 1.019.262.677 | 601.364.979.4 1995 0.21 979.968.134 | 205.793.308.1 1996 0.25 953.575.2049 [238.393.8123 1997 0.26 0,001__[1.268.498.034 | 328.540.990.8 1998 0.65 0,003 [1.564.138.552 | 1.011.997.643 1999 (61) 0,002 | 1.353.364.800 | (2.181.624.058) 2000 (0.43) 0,002 | 1.868.980.017_| (807.399.3673) 2001 0.28 0,003 [_1.723.820.041 | 477.498.1514 Berdasarkan hasil perhitungan antara kedua metode (ROI dan EVA) maka dapat kita lihat perbandingannya dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.23 PT Inti (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (ROD Tahun | ROI yang dicapai | ROT standar | Kinerja Keunagan Perusahaan 1994 Kurang Baik 1995 Kurang Baik 1996 Baik 1997 Baik 1998 Baik 1999 ‘Kurang Baik 2000 Kurang Baik 2001 Kurang Baik Tabel 4.24 PT Kereta Api (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (ROD Tahun | ROT yang dicapai [ ROT standar | Kinerja Keunagan Perusahaan 1994 0.29%. 10% Kurang Baik 1995) 0.75% Kurang Baik 1996 0.77% Kurang Baik 1997 1.08% Kurang Baik nR 1998 1,80% 10% Kurang Baik 1999 1,64% 10% Kurang Baik 2000 1,29% 10% Kurang Baik 2001 0.49% 10% Kurang Baik Tabel 4.25 PT PLN (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (ROD) ‘Tahun | ROT yang dicapai | ROTstandar | Kinerja Keunagan Perusahaan 1994 42% 10% Baik 1995 10.0 10% Baik 1996 12.06% 10% Baik 1997 13.66% Baik 1998 TAT, Baik 1999 (22,94)%6 10% Kurang Baik 72000 (26,96) 10% Kurang Baik 2001 12.57% 10% Baik Tabel 4.26 PT Inti (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (EVA) (dalam jutaan rupiah) Tahun | EVA yang dicapai | EVA standar | Kinerja Keunagan Perusahaan 1994 70.3304 Positif Baik 1995 110.8514 Positif Baik 1996 $3.994.1 Positif Baik 1997 166.519.8 Positif Baik 1998 270.934.8 Posit Baik 1999 110.502.9 Positif Baik 2000 104.047.6 Positif Baik 2001 197.660.3 Positif Baik Tabel 4.27 PT Kereta Api (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (EVA) Tahun | EVA yang dicapai | EVA standar | Kinerja Keunagan Perusahaan 1994 | (1.197.686.495) Positi Kurang Baik 1995 | 15.664.189.295 Positif Baik 1996 | 19.524.513.070 Positif Baik B 1997_| 2.837.136.390.328 | __ Positif Baik 1998 |" $6.746.048.866 Positif Baik 1999 26.947.510.373 Positif” Baik 2000 29.666.893.593 Positif Baik 2001 (9.067.116.174) Positif” Kurang Baik Tabel 4.28 PT PLN (Persero) Kinerja Keuangan Perusahaan (EVA) (dalam ribuan rupiah) ‘Tahun | EVA yang dicapai | EVA standar | Kinerja Keunagan Peru 1994 601.364.979.4 Positif Baik 1995 205.793.308,1 Positif Baik 1996 | 238.393.8123, Positif Baik 1997 328.540.990.8 Positif Baik 1998_[1.011.997.643 Positif Baik 1999 (2.181.624.058) Positif Kurang Baik 2000_|(807.399.367,3) Positif Kurang Baik 2001 4TT.A98.15 1.4 Positif Baik 4.2 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada umumnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode ROI kurang baik, walaupun ada beberapa periode ) ng mengalami kenaikan nilai ROL, Sedangkan berdasarkan metode EVA, perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik Karena telah mampu_menciptakan_nilai untuk perusahaan, meskipun terdapat beberapa periode yang menghasilkan nilai EVA yang negatif. Kinerja keuangan perusahaan apabila diukur dengan menggunakan metode ROI, maka berikut ini adalah penjelasannya: 1. PT Inti (Persero) Tabel 4.29 PT Inti (Persero) Perbandingan ROI dan EVA Tahun ROL EVA 1994 | Kurang Baik, Baik 1995_| Kurang Baik, Baik v v Ye 14 1996 Baik Baik 1997 Baik Baik 1998 Baik Baik 1999 [Kurang Baik Baik 2000 | Kurang Baik Baik 2001 | Kurang Baik Baik Pada tahun 1994, perusahaan mencapai ROI sebesar 9,4%. Berdasarkan standar penilaian ROI (10%), maka pada tahun ini kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik Tahun 1995, perusahaan berhasil menaikkan ROL nya menjadi 9,9%. Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan total aktiva usaha yang diikuti oleh kenaikan aba. Untuk tahun ini kinerja keuangan dinilai kurang baik. Tahun 1996, ROT perusahaan berhasil ditingkatkan kembali menjadi 14%. Kenaikan yang cukup tinggi ini disebabkan adanya penambahan persediaan sebesar Rp. 211.109,2 juta yang diiku oleh kenaikan Iaba yang dicapai dengan cara menaikkan total penjualan serta menurunkan biaya lain-lain sebesar 67,2. Peningkatan ROT ini menyebabkan perusahaan dapat mencapai inerja yang baik. ROT perusahaan kembali mengalami penurunan pada tahun 1997 yaitu hanya mencapai 10,7%, Namun meskipun mengalami penurunan, kinerja perusahaan masih dinilai baik. Penurunan ini sebagai akibat dari adanya peningkatan aktiva lanear (current assets) sebesar 30% yang hanya diikuti oleh kenaikan laba usaha sebesar 5%. Pada tahun 1998, perusahaan berhasil menaikkan total penjualannya kembali sebesar Rp. 260,680 juta, akibatnya ROI perusahaan berhasil ditingkatkan Kembali. Pada tahun ini kinerja perusahaan dinilai baik, yaitu dengan ROL sebesar 11,8%. Penurunan ROI tidak dapat dihindarkan pada tahun 1999, hal ini disebabkan adanya penurunan aktiva usaha yang berpengaruh pada penurunan laba. Pada tahun ini perusahaan mengurangi persediannya sebesar hampir 50%. Keadaan nenyebabkan penurunan pada total penjualan tahun iu sebesar 62% dibandingkan dengan total penjualan tahun Ialu, Oleh karena itu, kinerja perusahaan di ilai Kurang baik, yaitu dengan ROI sebesar 9,1%, v Penurunan ROI yang cukup tajam terjadi pada tahun 2000, Perusahaan hanya mampu mencapai ROT sebesar 4,7%%, oleh karena itu. pada tahun ini kinerja perusahaan dinilai Kurang baik. Pada tahun ini terjadi kenaikan total aktiva usaha yang disebabkan oleh adanya piutang yang direstruturisasi sebesar Rp. 359.684,3 juta yang diikuti oleh penurunan laba usaha. > Pada tahun 2001, ROI perusahaan dapat ditingkatkan kembali menjadi 83% sehingga kinerja perusahaan dapat dinilai Kembali schat. Pada tahun ini perusahaan menurunkan total aktiva usahanya dengan cara mengurangi persediaan sebesar 46% dan bethasil meningkatkan total penjualannya sebesar Rp. 516.1814 juta, ROI pada tahun ini menyebabkan kinerja perusahaan Kembali dinilai kurang baik. 2. PT Kereta Api (Persero) Tabel 4.30 PI Kereta Api (Persero) Perbandingan ROT dan EVA Tahun ROI 1994 | Kurang Baik 1995 |_Kurang Baik 1996 | _Kurang Baik Baik 1997 | Kurang Baik Baik 1998 | Kurang Baik Baik 1999 |_Kurang Baik, Baik 2000 | Kurang Baik Baik 2001 [Kurang Baik | Kurang Baik Berdasarkan standar penilaian ROI, maka pada tahun yang diteliti tersebut (1994-2001) kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik. Hal itu dikarenakan perusahaan lebih terfokuskan kepada pelayan sosial terhadap kebutuhan jasa angkutan kepada masyarakat kelas menengah kebawah dan hanya sebagian kecil saja yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan, 16 3. PT PLN (Persero) v v iS Tabel 4.31 PY PLN (Persero) Perbandingan ROI dan EVA Tahun ROL EVA 1994 Baik Baik 1995) Baik Baik 1996. Baik Baik 1997, Baik Baik 1998 Baik Baik 1999 | Kurang Baik | Kurang Baik 2000 | Kurang Baik | Kurang Baik 2001 Baik Baik Pada tahun 1994, perusahaan mencapai ROI sebesar 42%. Berdasarkan standar penilaian ROL, maka kinerja keuangan perusahaan pada tahun. ini dinilai sangat baik karona dapat melebihi 30%. Tahun 1995, ROI perusahaan mengalami penurunan yang tajam, yaitu hi sebesar 10,5%, Namun demikian kinerja keuangan perusahaan masih dapat dinilai baik, hal itu dikarenakan timbulnya biaya ¢ransfer tenaga listrik yang, pada tahun sebelumnya tidak ada, Tahun 1996, ROI perusahaan dapat ditingkatkan menjadi 12,06%, Kenaikan tersebut diakibatkan adanya peningkatan penjulan tenagalistrik dan pendapatan biaya penyambungan. Tahun 1997, ROT perusahaan kembali mengalami peningkatan menjadi 13,66%. Peningkatan ini Kembali diakibatkan oleh adanya_ peningkatan penjulan tenaga listrik dan pendapatan biaya penyambungan yang_diikuti dengan peningkatan biaya operasi yang relatif lebih keeil yaitu sebesar 12,46%. Tahun 1998, ROI perusahaan berhasil ditingkatkan kembali menjadi 37.47%, Kenaikan yang cukup tinggi ini disebabkan adanya peningkatan dalam penjualan tenaga listrik yang diiringi dengan peningkatan yang relatif’ kecil terhadap biaya operasi perusahaan yang hanya sebesar 0,04%. Peningkatan ROT ini menyebabkan perusahaan dapat mencapai kinerja yang sangat baik 7 iS Tahun 1999, ROI perusahaan mengalami penurunan, bahkan bernilai negatif yaitu sebesar (22,94)%, Hal ini lebih diakibatkan adanya peningkatan biaya operasi perusahaan yang cukup tinggi yaitu sebesar 49,09%, sedangkan pendapatan operasinya hanya meningkat sebesar 10.16%. Sehingga kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik, v Tahun 2000, ROT perusahaan kembali mengalami penurunan sebesar 4,02% menjadi (26,96)%, Penurunan ini Kembali disebabkan oleh meningkatnya biaya operasi sebesar 29.21%. Penurunan ini menyebabkan kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik. > Tahun 2001, ROT perusahaan berhasil ditingkatkan kembali bahkan dapat langsung bernilai positif, yaitu sebesar 12,57%. Peningkatan yang cukup tajam i diakibatkan oleh meningkatnya pendapatan operasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 22,47%, Sehingga pada tahun ini kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai baik kembali dikarenakan ROL yang dicapai melebihi 10%. Kinerja keuangan perusahaan apabila diukur dengan menggunakan metode EVA, maka berikut ini adalah penjelasannya: 1. PT Inti (Persero) > Tahun 1994, EVA perusahaan mencapai Rp 70.330.4 juta. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi dari pada biaya modal yang artinya pada tahun ini perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. v Pada tahun 1995, perusahaan berhasil meningkatkan nilai EVA sebesar Rp 40.321 juta yaitu menjadi Rp 110.651,4 juta, Hal ini disebabkan adanya kenaikan pada laba operasi bersih perusahaan sebesar Rp 164.572 juta. Pada tahun ini perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, dan jai sudah baik. inerja keuangan perusahaan > Tahun 1996 EVA perusahaan menurun sebesar 24%, Hal ini disebabkan oleh adanya kenaikan yang cukup tinggi pada nilai Capital yang, diikuti kenaikan yang kurang berarti pada nilai NOPAT, Namun demikian, kinerja keuangan perusahaan masih dinilai baik karena telah mampu meneiptakan nilai EVA. yang positif. 78 > EVA perusahaan kembali meningkat pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 82.525 jufa, Kenaikan yang cukup tinggi ini dipicu oleh adanya kenaikan Taba operasi bersih. Kenaikan EVA ini mengartikan bahwa kinerja keuangan perusahaan, semakin membaik. Kenaikan EVA bethasil diraih perusahaan pada tahun 1998 sebesar 63%. Hal v ini disebabkan adanya kenaikan pada tingkat pengembalian sebagai akibat dari kenaikan pada nilai Capétal, Pada tahun ini kinerja keuangan perusahaan pun dini jai semakin membaik. > Tahun 1999, EVA menurun sebesar Rp 73.247,5 juta. Penurunan yang cukup besar ini dipengaruhi oleh penurunan tingkat pengembalian perusahaan yang disebabkan oleh adanya penurunan laba operasi bersih sebesar Rp $4.615,2 juta. Meskipun terjadi penurunan pada nilai EVA, kinerja keuangan perusahaan dinilai cukup baik Karena mampu mencapai nilai EVA yang positif, Pada tahun 2000, EVA perusahaan Kembali menurun sebesar 47.4%, v Penurunan nilai EVA ini dipengaruhi oleh adanya penurunan tingkat pengembalian sebesar 62,6%. Keadaan kinerja perusahaan pada tahun ini din fai masih cukup baik. % Tahun 2001, EVA perusahaan kembali mengalami kenaikan sebesar Rp 6.455,3 juta. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan tingkat pengembalian yang lebih besar dari kenaikan biaya modal. Keberhasilan perusahaan menaikkan kembali nilai EVA menandakan bahwa pada tahun ini perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dan perusahaan mampu menciptakan ai tambah bagi perusahaan. 2. PT Kereta Api (Persero) v Tahun 1994, EVA perusahaan bemnilai negatif yaitu sebesar Rp 1.197.686.495,00. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih kecil daripada biaya modalnya, yang artinya bahwa perusahaan belum bisa menciptakan nilai tambah bagi perusahaan., iS Tahun 1995, perusahaan berhasil meneiptakan nilai bagi _perusahaan dikarenakan dapat mencapai nilai EVA yang positif yaitu sebesar Rp v vy v iS 79 15.664.189.295,00. Hal ini disebabkan adanya penjualan asset yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 1.133.391.574,00. Tahun 1996, perusahaan berhasil_meningkatkan EVA sebesar Rp 3.857.323.780,00 yaitu menjadi Rp 19.524.513.070,00. Hal ini disebabkan adanya kenaikan pada aba operasi_bersihperusahaan — sebesar Rp13.811.692.645,00. Pada tahun ini perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, dan kinerja keuangan perusahaan dinilai sudah baik, Tahun 1997, pada tahun ini perusahaan mengalami peningkatan EVA yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 2.817.611.877.258,00 menjadi Rp i diakibatkan adanya 2.837.136.390.328,00. Kenaikan yang cukup tinggi peningkatan laba operasi_ perusahaan sebesar Rp 41.643.340.234,00. ‘Tampaknya pada tahun ini kinerja keuangan perusahaan dinilai semakin baik. Tahun 1998, EVA perusahaan kembali mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 56.746.048.866,00. Penurunan ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan pada nilai Capital yang diikuti dengan kenaikan yang kurang berarti pada nilai NOPAT. Namun meskipun demikian, kinerja keuangan perusahaan masih dinilai baik karena telah mampu menciptakan nilai EVA yang positif. Tahun 1999, nilai EVA kembali mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 29.799.538.493,00 menjadi Rp 26.947.510.373. Hal ini dikarenakan oleh adanya penurunan tingkat pengembalian perusahaan yang disebabkan oleh adanya penurunan laba operasibersih sebesar Rp 38.612.010.279,00. Meskipun demikian, kinerja keuangan perusahaan dinilai cukup baik karena mampu mencapai EVA yang positif. Tahun 2000, EVA perusahaan kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 29,666.893.593,00. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya peningkatan nilai NOPAT yang diikuti dengan kenaikan yang kurang berarti pada nilai Capital. Keberhasilan perusahaan dalam menaikkan nilai EVA mengartikan bahwa pada tahun ini perushaan memiliki kinerja keuangan yang baik dan perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, Tahun 2001, pada tahun ini nilai EVA mengalami penurunan yang cukup tajam bahkan mencapai_ nilai yang negatif, yaitu. sebesar Rp 80 (9.067.116.174,00). Penurunan ini dikarenakan perusahaan mengalami kerugian yang disebabkan oleh adanya beban pajak yang harus dibayar olch perusahaan. Dengan nilai EVA yang negatif, maka kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini dinilai kurang baik dan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. 3. PT PLN (Persero) > Tahun 1994, EVA perusahaan meneapai Rp 601.364.979.4 ribu, Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi daripada biaya modal, yang artinya pada tahun ini perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. > Tahun 1995, EVA perusahaan mengalami penurunan scbesar 65,78%, Penurunan yang cukup tinggi tinggi pada nilai NOPAT yang di disebabkan adanya penurunan yang cukup ‘uti dengan penurunan yang kurang berarti pada nilai Capital, Meskipun demikian, kinerja keuangan perusahaan masih dinilai baik karena telah mampu menciptakan nilai EVA yang positif. > Tahun 1996, pada tahun ini perusahaan berhsail meningkatkan nilai EVA yaitu sebesar Rp 32.600.504,2 ribu. Kenaikan ini dipicu oleh adanya kenaikan aba operasi bersih perusahaan, Kenaikan nilai EVA ini menunjukkan bahwa kkinerja keuangan perusahaan semakin baik. v Tahun 1997, EVA perusahaan kembali mengalami peningkatan sebesar 37,8%, Hal ini disebabkan adanya kenaikan pada tingkat pengembalian sebagai akibat dari kenaikan nilai Capital. Tampaknya pada tahun inerja keuangan perusahaan dinilai semakin baik. v Tahun 1998, pada tahun ini perusahaan berhasil menaikkan nil lai EVA yang cukup tinggi yaitu lebih dari 100% menjadi Rp 1.011.977.643 ribu. Kenaikan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada laba operasi bersih perusahaan sebesar 31.41%. Kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini kembali dinilai semakin membaik. vy Namun pada tahun 1999, EVA perusahaan mengalami penurunan yang cukup tajam bahkan bernilai negatif yaitu menjadi (Rp 1.181.624.058) ribu. Penurunan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh adanya penurunan pada nilai 81 NOPAT, yang diikuti dengan penurunan yang kurang berarti pada nilai Capital, Pada tahun ini kinerja keuangan perusahaan dinilai kurang baik dan tidak mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan, v Tahun 2000, nilai EVA kembali mengalami kenaikan sebesar 62.9%. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya kenaikan pada laba bersih operasi perusahaan sebesar Rp 24.279.507 ribu. Meskipun mengalami peningkatan pada nilai EVA, namun kinerja keuangan perusahaan masih dinilai Kurang. baik dikarenakan nilai EVA nya bemilai negatif. > Tahun 2001, pada tahun ini nilai EVA perusahaan kembali_mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 1.284.897.578,7 ribu menjadi Rp 477.498.157.4 ribu, Peningkatan yang cukup tinggi ini dipicu oleh adanya peningkatan pada tingkat pengembalian modal yang disebabkan oleh adanya kenaikan pada laba bersih operasi perusahaan, Kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini kembali dapat dinilai baik dan dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dikarenakan nilai EVA nya kembali positf. 43 Analisis dan Pengujian Hipotesis Sebelum peneliti mengadakan analisis terhadap hopotesis, terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang cocok digunakan untuk data yang dimiliki Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis tersebut, yaitu metode statistika parametrik atau metode non parametrik. Metode statistik parametrik digunakan jika data yang dimiliki memenuhi asumsi kenormalan atau berasal dari populasi yang berdistribusi normal, jika tidak maka harus digunakan metode statistik non parametrik atau statistika tanpa distribusi, untuk menentukan apakah data yang dimiliki memenuhi asumsi kenormalan, terlebih dahulu peneliti melakukan uji kecocokan distribusi normal yang lebih sering disebut dengan uji normalitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki berasal dari distribusi tertentu. Dalam statistik parametrik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa data sampel yang dikumpulkan berasal dari populasi yang, berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data, maka peneliti menggunakan uji 82 keeocokan Kolmogorov-Smirnov. Uji kecocokan tersebut akan menggunakan media perangkat lunak SPSS. Data yang dihasilkan akan terdiri dari dua macam yaitu. jika tingkat signifikansi data lebih keeil dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal, dan bila lebih besar dari 0,05 data tersebut berdistribusi normal. Alasan peneliti menggunakan uji kecocokan Kolmogorov-Smirnov adalah karena sampel yang dimiliki adalah sampel kecil (n = 24). Tabel 4.32 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test xi x2 Ww 24 24 Notmal Parameters(a,b) Mean 0883 280077743795,1667 Std. Deviation 14314 412504907714, 32800 Most Exteme Absolute 241 259 Differences Positive 225, 259 Negative 2241 ~:242 Koimogorov-Smimov Z 1.178 1,268 Asymp. Sig, tailed) 124 080 2 Test dstibution & Normal bb Calculated from data, Dari analisis tersebut_membuktikan bahwa data tersebut_berdistribusi normal, maka kita akan dapat menggunakan anal Setelah tik parame data tersebut terbukti berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hipotesis berdasarkan identifikasi masalah pada Bab I, yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran kinerja keuangan kan dilakukan dengan menggunakan metode ROI dan metode EVA, dibawah i pengujian statistik mengenai hal tersebut. Hipotesis yang diuji adalah: Ho: wl =y2 Ho: wl 4 u2 Selanjutnya berdasarkan data-data dari perhitungan sebelumnya, maka akan dilakukan uji t dengan menggunakan media perangakat Iunak SPSS, yaitu Paired T-Test Samples Statistic. Table 4.33 83 Paired Samples Statistics Mean N__| sta, Deviation Si6_ Enos Mean Part x1 ],0683 24] 14314 02022 x2 280077743795,1667_|24 | 412504307714,32800 | 84202080216,67680_ Paired Samples Correlations u Couelaion | Si Part 1x2 [24 74 416 Paired Samples Test Paired Differences ‘95% Confidence Intewal of the Difference Lower | Upper Par? X1-X2 | 28007774 ~A5426308 | 10580045 41250430714 | 84202069 3795,0964 6488,9990 | 11236574 30800 21667170 o o o t # Sig, (tailed) “3.306 28 (008 Dari perhitungan statistik diatas, maka diperoleh jumlah nila dari tyne sebesar -3,326. Berdasarkan daftar tabel dengan df = 3, tingkat signifikansi (a) = 0,05 maka diperoleh nilai tabel sebesar 1,717. Menurut kriteria pengujian, yaitu: Ho diterima jika tn — tea Ho ditolak jika toe ea Sehingga hipotesis altemnatif (Ha) diterima atau hipotesis nol (Ho) ditolak, arena tina tidak sama dengan twa (3,326 4 1,717), yang berarti kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode ROI berbeda jika dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode EVA. Untuk menjawab identifikasi masalah ketiga yaitu apakah terdapat perbedaaan antara metode ROI dengan metode EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusshaan, Maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis ditunjukkan 84 bahwa metode ROI berbeda dengan metode EVA sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena metode EVA secara eksplisit memasukkan pethitungan biaya modal atau cost of capital dalam perhitungannya dan melakukan penyesuaian terlebih dahulu terhadap distorsi finansial dan distorsi akuntansi (suatu penyimpangan dari laporan keuangan yang disajikan dengan memutar balik data-data atau tidak mengungkapkan data-data sebagaimana mestinya) sebelum menghitung tingkat pengembalian, serta memaksimalkan tingkat pengembalian modal dengan biaya yang minimum. Dengan demikian dari uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulakan bahwa metode yang relevan dan tepat dalam mengukur kinerja Keuangan perusahaan adalah metode Economie Value Added (EVA). BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan serta teori yang melandasi penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode ROI menunjukkan peningkatan yang fluktuatif, Penurunan ROI yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya faktor tingginya peningkatan biaya operasi perusahaan yang diringi oleh peningkatan yang kurang berarti pada pendapatan operasional perusahaan, Selain itu faktor krisis ekonomi yang, menimpa Indonesia juga ikut andil dalam penurunan nilai ROI yang berimbas pada meningkatnya Harga Pokok Penjualan (HPP) dan menyebabkan perusahaan harus melakukan pinjaman jangka pendek keluar. 2. Pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara stabil, artinya secara umum perusahaan telah mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan manajemen mampu menyelaraskan kepentingan antara investor dan manajemen terhadap risiko dan imbalan. Penurunan EVA yang terjadi lebih disebabkan karena adanya penurunan pada nilai NOPAT yang cukup tinggi yang diikuti dengan penigkatan nilai Capital serta semakin tingginya biaya modal yang harus ditanggung perusahaan 3. Setelah melalui pengujian hipotesis dan perhitungan statistik, temyata pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode ROL dan EVA menunjukkan hasil hipotesa yang berbeda, Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa penyebab terjadinya perbedaan diantara kedua metode tersobut, dikarenakan metode EVA secara eksplisit memasukkan perhitungan biaya modal atau cost of capital dalam perhitungannya, -malakukan penyesuaian terlebih dahulu terhadap distorsi finansial dan distorsi akuntansi (suatu penyimpangan dari laporan keuangan yang disajikan dengan memutar 86 balik data-data atau tidak mengungkapkan data-data sebagaimana mestinya) sebelum menghitung tingkat pengembalian atau rate of return, dan memaksimalkan tingkat pengembalian dengan meminimalkan biaya modal sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan 5.2 Saran Adapun saran-saran yang peneliti coba ajukan untuk dapat dijadikan bahan masukan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Perusahaan > Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, terlihat bahwa metode EVA dapat diterapkan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan secara lebih akurat dibandingkan metode penilaian kinerja keuangan perusahaan yang telah ada. Hal itu dikarenakan salah satu keuntungan penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan metode EVA ini adalah bahwa metode ini tidak perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis ataupun dengan standar industri, hal ini berlaku jika perusahaan tidak mengetahui kondisi pesaing, vy Perusahaan juga sebaiknya dapat mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dikarenakan oleh faktor-faktor eksternal perusahaan seperti tingkat bunga yang berlaku, kondisi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro dan lain sebagainya. 2. Peneliti Selanjutnya > Sebaiknya yang dijadikan objek penelitiannya adalah perusahaan- perusahaan swasta yang telah go public serta mengambil sampel penelitian yang lebih besar. v Sebaiknya melakukan persiapan terhadap data-data dan leteratur-literatur ‘yang diperlukan untuk menerapkan metode EVA pada badan usaha yang akan diteliti vy Sebaiknya melakukan penelitian terhadap kelompok industri yang sejenis seeara cross sectional untuk dapat lebih meyakinkan apakah penelitian selanjutnya mendukung atau menolak hipotesis yang telah ada atau dengan v 87 kata Jain untuk melakukan Komparasi dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan penulis pada penelitian kali ini. Juga diharapkan dapat meyakinkan kelompok industri lain mengenai manfaat dari penggunaan metode EVA dibandingkan dengan metode ROT yang telah lazim digunakan pada sebagian besar perusahaan di Indonesia, Sebaiknya penelitian yang dilakukan tidak hanya melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan perusahaan, tetapi peneliti diharapkan lebih mengarahkan pada penerapan metode EVA diperusahaan yang belum menerapkan metode tersebut, DAFTAR PUSTAKA Adig Suwandi 2001. Arah Privatisasi BUMN, Usahawan. Anthony & Govindarajan, 2000. Management Control System. Nith Edition. New Jersey, Prentice Hall Ine. Enrbar, Al, 1998. £1 America, The Real Key to Creating Wealth. United States of Gibson, A Charles, 1992. Financial Statement Analysis, Fifth Edition, New York. South Westem Publishing. Hongren, Foster, and Datar, 2001. Cost Accounting a Managerial Emphasis. 10" Edition. New York: Prentice Hall Intemational Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta’ Salemba Empat Kaplan, § Robert, Norton, 1996. Balance Scorecard: Translating Strategy Into Action, Harvard Business School Press. Mamduh M Hanafi, Drs, MBA, Abdul Halim, Drs, MBA, Akt, 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Nazir Moh., Ph.D., 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima, Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Yogyakarta: STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara. Munawir §, Drs, SAk, 2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Empat, Yogyakarta: Liberty. Sartono, R. Agus, Drs. M.B.A., 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.. Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE. Sidharta Utama, 1997. EVA: Pengukur Penciptaan Nilai Perusahaan. Usahawan, Harahap, Sofyan Safti, 2003. Teori Akuntansi. Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Persada. Stewart, G Bennet, 1991, The Quest for Value. Harper Cillins Ine, Stem Stewart, Economic Value Added. http:/www.sternstewart.com. Weston, J. Fred & Copeland, E. Thomas, Alih Bahasa Oleh Joko Wasana & Kribandoko, 1992. Financial Management. Edisi Ke Delapan. Jakarta: Erlangga. Widjaja, Lusy, 2001. BVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta: Salemba Empat Young, S. David, Stephen F. O’Bryne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Edisi Empat, Jakarta: Salemba Empat.

You might also like