You are on page 1of 13

MATA KULIAH : SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM

1. Apa yang dimaksud dengan pemikiran ? Jelaskan unsur-unsur


pemikiran, dan syarat-syarat pokok pemikiran dan penalaran untuk mendapatkan
kesimpulan yang benar !!!. (Dasar-dasar Logika: Jacobus Ranjabar).
Jawaban:
a. Pemikiran
Pemikir adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru
dengan perantara hal yang sudah diketahui. Sebenarnya yang beraksi disini bukan hanya
pikiran atau akal budi, yang beraksi sesungguhnya adalah seluruh manusia (manusianya).
Meskipun disini budi yang memegang pimpinan, tetapi jangan dilupakan bahwa
dorongan-dorongan yang bermukim pada diri manusia seperti cinta, perasaan suka tidak
suka, dan lain-lain sering dapat mempengaruhi jalanya pikiran, baik dalam arti yang baik
maupun dalam arti yang tidak baik. Maka hendaknya seseorang juga selalu kritis
terhadap warna-warna yang ada pada jalan pikiran atau isi pikiran. Selanjutnya proses
pemikir adalah suatu pengesahan mental dari satu hal menuju hal lain, dari apa yang
mudah diketahui ke hal yang belum diketahui, misalnya dari realistis dunia ini kita dapat
membuat pemikiran tentang eksistensi Tuhan, dari perbuatan-perbuatan kita, kita dapat
membuat pemikiran tentang kemerdekaan kehendak. Karena pemkiran merupakan suatu
gerak kemajuan, maka juga terjadilah urutan momen-momen, urutan sebelum dan
sesudahnya. Jadi, terdapat terminus aquo, yakni hal yang merupakan pangkalan, hal
yang sudah diketahui, dan terdapat terminus aquo (sasaran), yakni sesuatu yang
muncul dari pangkalan tadi.

b. Unsur-unsur pemikiran
Logika memang menyelidiki hukum-hukum pemikiran. Penyelidikan itu terjadi dengan
menguraikan unsur-unsur pemikiran tersebut. Penguraian unsur-unsur itu menunjukan
bahwa pemikiran manusia sebenarnya terdiri atas unsur-unsur yang berikut. Unsur
pertama adalah pengertian-pengertian. Unsur kedua adalah pengertian-pengertian itu
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi kepusan-keputusan itu disusun sedemikin
rupa sehingga menjadi penyimpulan-penyimpulan.
Namun demikian pemikiran manusia bukanlah suatu kegiatan yang terjadi di dalam batin
saja, pemikiran itu juga nampak dalam tanda-tanda lahiriah keputusan-keputusan
maupun kalimat-kalimat, dan akhirnya baik penyimpulan-penyimpulan maupun
pembuktian-pembuktianya. Oleh karena itu dalam pemikiran manusia (kegiatan akal
budi) terdapat tiga unsur yaitu:
1) Menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Artinya, menangkap sesuatu tanpa
mengakui atau memungkirinya.
2) Memberikan keputusan. Artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertian lainya atau memungkiri hubungan itu.
3) Merundingkannya. Artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian rupa,
sehingga dari satu keputusan atau lebih, dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.

c. Penalaran untuk mendapatkan kesimpulan yang benar


Agar penalaran untuk mendapatkan kesimpulan yang benar, ada tiga syarat pokok yang
harus dipenuhi:
1) Pemikiran harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya harus benar.
Suatu pemikiran yang meskipun jalan pikiranya logis, bila tidak berpangkal dari
kenyataan atau dalil yang benar, tentu tidak akan menghasilkan kesimpulan yang
benar (apalagi kesimpulan yang pasti). Kalau titik pangkal suatu pemikiran tidak
pasti, maka kesimpulan yang ditarik juga tidak akan pasti, bahkan mungkin salah.
2) Alasan-alasan yang diajukan harus tepat dan kuat
Kerapkali terjadi seorang mengajukan pernyataan atau pendapat, tetapi sama sekali
tidak dibuktikan atau didukung oleh alasan-alasan. Sering juga orang merasa pasti
dan yakin dalam menarik kesimpulan, padahal ia tidak memiliki cukup alasan, atau
alasan yang dikemukakan itu tidak kena, tidak kuat, tidak membuktikan apa-apa.
Ada hal-hal yang dapat dibuktikan hanya dengan menunjukan pada fakta atau
kenyataan (meskipun sering juga diperlukan penelitian yang seksama). Tetapi banyak
hal hanya dapat dibuktikan dengan suatu pemikiran, yang merupakan suatu rangkaian
langkah-langkah, disusun secara logis menjadi suatu jalan pikiran, anggapan yang
secara diam-diam dimasukan. Untuk menganalisis jalan pikiran seperti itu, langkah-
langkah dan alasan perlu dieksplisitkan dulu.
3) Jalan pikiran harus logis atau lurus (sah)
Jika titik pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran (urutan langkah-
langkahnya) tidak tepat, maka kesimpulan juga tak tepat dan benar. Jalan pikiran itu
mengenai pertalian atau hubungan antara titik pangkal/alasan/premis-premis dan
kesimpulan yang ditarik darinya. Jika hubungan tersebut tepat dan logis maka
kesimpulan disebut sah (valid).

2. Pemikiran dalam Islam terpolarisasi ==setidaknya== dalam empat kategori yaitu;


Pemikiran tentang teologi, pemikiran tentang tasawuf, pemikiran tentang hukum
dan pemikiran tentang filsafat. Jelaskan dengan memberi contohnya masing-
masing !! (Kapita Selekta Filsafat: Ayi Sofyan)
Jawaban:
a. Pemikiran tentang teologi
Perkembangan pemikiran teologi dalam Islam dapat dibagi dalam lima periode, yakni
periode Rasullulah SAW, Khulafa Ar-Rasyidin, bani Umayyah, bani Abbas, dan periode
setelah bani Abbas.
Pada masa Rasullulah SAW, pemikiran teologi dalam Islam merupakan pemikiran yang
murni karena mendasarkan hanya pada Rasullulah SAW. Pada periode ini, tidak ada
perselisihan pendapat dalam dasar-dasar ataupun kaidah-kaidah teologis.
Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, sebelum khalifah Utsman bin Affan, juga belum terjadi
perbedaan pendapat dalam teologi Islam. Hal ini karena praktik teologi Islam langsung
didasarkan pada Al Quran dan hadis menurut selera masing-masing golongan, bahkan
sebagian melakukan pemalsuan terhadap hadis untuk mendukung keberadaan dan
kebenaran kelompok tertentu.
Pada masa bani Umayah, perluasan wilayah Islam membawa konsekuensi penyerapan
tradisi-tradisi non Islam dalam budaya dan peradaban Islam. Berbagai aliran yang
muncul pada masa akhir khulafa ar-Rasyidin semakin memuncak. Pada masa ini,
segolongan umat Islam telah berbeda pendapat tentang qadar dan istitaah. Aliran-aliran
yang muncul dalam periode ini anatara lain:
1) Qodariyah. Mabad Al-Juhaniy, Ghailan Al-Dimasyqiy, dan Al-Jaad ibn Dirham
dikenal sebagai tokoh awal dari aliran Qadariyah. Salah satu pemikiran mereka yang
sangat kontroversial pada masa itu, bahwa Al Quran adalah mahluk, serta kehidupan
manusia dibentuk oleh manusia itu sendiri dan terlepas dari ketentuan tuhan. Aliran
qadariyah ini mendapatkan tantangan keras dari para sahabat Nabi SAW, seperti
Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik, Ibn Abbas dan Hurairah. Para sahabat ini
menganjurkan umat Islam untuk menjauhi diri dari golongan Qadariyah, tidak
memberikan salam kepada mereka, tidak mengunjungi mereka saat sakit, dan tidak
menshalatkan jenazah mereka.
2)Jabariah atau Mujbarah atau Muattilah atau Jahmiyah. Jaham ibn Safwan yang
merupakan tokoh awal dari aliran ini, diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah sebagai
berikut:
a) Manusia tidak mempunyai kebebasan dan ihktiar apa pun. Setiap perbuatannya,
yang baik dan yang buruk, semata-mata Allah yang menentukannya.
b) Manusia tidak mengetahui suatu apapun sebelum terjadi.
c) Ilmu Allah bersifat huduts (baru).
d) Iman cukup dalam hati saja, tanpa harus dilafazkan.
e) Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan mahluk ciptaan-Nya.
f) Surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya
karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
g) Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
h) Al Quran adalah mahluk dan bukan kalamullah.
3) Khawarij. Aliran ini muncul pada abad pertama hijriyah dan dikenal dengan
pemikirannya bahwa orang yang mengerjakan dosa besar adalah kafir. Berbagai
pemikiran mereka yang lain adalah sebagai berikut:
a. Segala perbuatan hamba mengikuti kehendak Allah semata-mata.
b. Menolak ijtihad dan berpegang dengan zahir Al-Quran.
c. Menolak taklif sebelum diutus Rasul.
d. Menolak adanya azab kubur.
e. Menolak sistem kekhilafahan bagi umat Islam karena tidak diperlukan.
f. Harus membunuh anak-anak dan wanita, dan pihak yang menyalahi mereka.
g. Pelaku dosa besar adalah kafir dan kekal dalam neraka.
h. Tidak sah menikah dengan orang yang tidak mengkafirkan Utsman dan Ali r.a.
i. Semua orang yang menyalahi mereka adalah kafir atau musyrik.
j. Orang yang tidak berhijrah pada mereka addalah kafir atau musyrik.
k. Wajib menguji kesetiaan orang yang berhijrah kepada
mereka dengan cara menyuruh orang itu membunuh tawanan. Jika tidak sanggup,
bermakna munafik dan mereka akan membunuhnya.
l. Anak-anak yang menyalahi mereka kekal dalam neraka.
m. Mengangap negeri orang yang menyakahi mereka
sebagai negeri kafir.
n. Menggugurkan hukum rajam atas pezina yang sudah beristri.
o. Memotong tangan pencuri sampai kebahu
p. dll
4) Ahlus Sunnah wal Jamaah. Aliran ini dipelopori oleh Hasan Al-Bashri dengan
pemikiran bahwa orang yang mengerjakan dosa besar hanya digolongkan dan masih
dinyatakan sebagai orang mukmin. Ciri Ahlus Sunnah wal Jamaah adalah sebagai
berikut.
a) Ahlus Sunnah adalah mereka yang berpegang teguh dengan tali Allah yang kokoh.
b) Mereka adalah teladan yang saleh yang memberikan petunjuk pada kebenaran dan
bimbingan ke jalan yang lurus.
c) Menempuh jalan tengah antara orang yang mengerasakan agama dan yang
meremehkannya, terutama tentang sifat-sifat Allah, hak para nabi, perkara halal
dan haram, penciptaan, perintah, janji, ancaman.
d) Bertindak sederhana tentang sunnah Rasul dan mengikutinya dengan sungguh
sekalipun banyak kelompok yang menjerumuskannya dari jalan yang benar.
5) Mutazilah. Dipelopori oleh Wasil ibn Atha, Mutazilah mempunyai asas dan landasan
yang disebut Al-Usul Al-Khamsah (lima landasan pokok), yaitu sebagai berikut:
a) At-Tauhid
b) Al-Adl (Keadilan)
c) Al-Wadu wa Al-Wa;id
d) Manzil bain Al-Manzilatain (suatu keadaan di antara dua keadaan)
e) Amar Maruf Nahi Munkar.
Ciri lain dari Mutazilah adalah:
a) Mendahulukan akal daripada Al-Quran, As-Sunah dan Ijma para ulama
b) Mengingkari azab kubur, syafaat Rasullulah untuk para pelaku dosa.
c) Vonis mereka terhadap salah satu dari dua kelompok yang terilbat dari
pertempuran Jamal dan Shiffin.
d) Meniadakan sifat-sifat Allah, dengan alasan bahwa menetapkannya merupakan
kesyirikan.

2. Pemikiran Tasawuf
Keistimewahan tasawuf sebagai salah satu institusi Islam adalah penekanan pada aspek
psikis spiritual dan cara hidupnya yang lebih mengutamakan aspek psikomotor dan
efeksi, lebih mengutamakan pengagungan Tuhan dan membebaskan diri dari egoisme.
Secara umum tasawuf terbagi menjadi tiga.
a. Tasawuf Akhlak
Menekankan pada pendalaman dan pengamalan spiritual untuk membangun ahlak mulia.
Salah satu tokohnya adalah Al-Ghazali. Untuk mencapai kesempurnaanya, ada beberapa
langkah yang harus ditempuh manusia menurut tasawuf, yaitu sebagai berikut:
a. Takhali, yakni pengosongan diri dari semua bentuk kemaksiatan dan melenyapkan
dorongan hawa nafsu.
b. Tahali, yakni upaya menghiasi diri dari kebiasaan, sikap dan perilaku yang baik. Ada
tujuh sikap yang harus menjadi hiasan bagi orang-orang yang menekuni jalan sufi
yaitu, tobat, cemas dan harap pada Allah, zuhud, fakir, sabar, rida, dan muraqabah.
c. Tajali, tahap ini merupakan tahap tertinggi, yaitu pengisian rasa cinta dan rindu
kepada Allah yang pada proses ini akan terbuka nur ilahi pada hati seorang sufi.
b. Tasawuf Amali
Jalan tasawuf yang harus dilakukan melalui bimbingan guru tasawuf. Hal ini mengingat
bahwa untuk menjalani kehidupan tasawuf, ada orang yang mampu melakukan sendiri
dan ada yang dibimbing oleh seorang ahli tasawuf. Dalam tasawuf amali dikenal sebagai
strata sebagai berikut.
a. Murid
b. Syekh/mursyid
c. Wali dan Qutb
c. Tasawuf Falsafi
Merupakan reaksi sebagaian kalangan tasawuf atas teori-teori teologi yang dikemukakan
para filsuf atau mutakallimin. Karena harus menyesuaikan diri dengan teori filsafat, para
filsuf atau mutakalimin ini menanggalkan sebagian sifat Tuhan. Secara garis besar,
konsep mereka dalam teologi Islam dapat dibagi tiga bagian yaitu konsep etika tentang
Tuhan menyatakan bahwa Dzat Tuhan merupakan kekuasaan, daya dan iradat yang
mutlak. Konsep estetika menyatakan bahwa antara Tuhan dan manusia terdapat jalur
timbal balik. Konsep kesatuan wuud dipelopori Ibn Arabi yang inti ajaranya adalah, alam
realitas (dunia fenomena) ini merupakan bayangan dari suprarealitas (Tuhan).

3. Pemikiran tentang Hukum


Sejarah perkembangan pemikiran hukum Islam dibagi atas enam periode:
a. Periode Rasullulah SAW. Pada periode ini, perkembangan pemikiran hukum Islam
belum terjadi karena persoalan hukum langsung dikembalikan kepada Rasullulah SAW.
b. Perode sahabat besar. Pada masa ini, istimbat hukum terbatas pada fatwa-fatwa yang
pernah dikeluarka oleh para sahabat. Para sahabat bersifat ihktiyat (berhati-hati) dalam
memutuskan sesuatu perkara hukum. Jika suatu persoalan hukum tidak didapati dalam
Al-Quran dan hadis serta fatwa para sahabat- dengan melakukan permusyawaratan
antara para sahabat-mereka kemudian mengandalkan qiyas. Dengan demikian pada
masa ini telah ada empat sumber hukum Islam, yakni Al-Quran, sunah, qiyas dan ijma
sahabat.
c. Periode sahabat kecil dan tabiin. Dalam hal pemikiran hukum Islam, pada masa ini
terjadi penggunaan rayu dengan cara mengambil illat dan tujuan pengambilan hukum-
hukum tertentu disyariatkan. Oleh sebab itu, kalangan ahlu rayi ini terkadang menolak
suatu hadis apabila bertentagan dengan pokok-pokok syariat apalagi jika hadis itu
bertentangan dengan hadis yang lain. Umumnya, primsip ahlu rayi dianut oleh
penduduk iran.
d. Periode awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 hijriah.
Hal utama yang muncul pada periode ini, antara lain penyusunan dan pembukuan hadis
berdasarkan klasifikasi masing-masing penyusunan dan pembukuan kitab-kitab fikih,
dan munculnya imam-imam besar dengan mazhab masing-masing.
Pada saat-saat awal terbentuknya pemikiran hukum Islam yang metodis (ilmu fikih),
dikenal dua kubu pengembangan pemikiran hukum Islam, yaitu kubu arab dan kubu
hijaz. Tokoh utama kubu kubu irak ialah imam abu hanifah, sedangkan tokoh utama
kubu hijaz adalah imam malik. Para ulama pendukung kubu irak dikenal sebagai ahl al-
ray yang lebih besar mengembangkan rasio dari penggunaan hadis, sedangkan para
ulama pendukung kubu hijaz dikenal sebagai ahl al-hadits penggunaan sumber hukum
hadits lebih besar daripada volume penggunaan rasio (dalam hal ini qiyas).
Dalam perkembangan pemikiran hukum Islam, istihsan ditempatkan sebagai sumber
hukum sekunder, dikalangan penganut aliran pemikiran mazhab hanafiyah. Kemudian
berkembang pula secara terbatas dalam aliran malikiyah dan hambaliyah, sekalipun
dengan istilah-istilah yang berbeda. Imam yang menolak menempatkan istihsan adalah
imam syafii. Dia berpendapat kaidah-kaidah interpretasi atas ketentuan-ketentuan
syariat (Al-Quran dan sunah) ditambahkan dengan analogi qiyas, sudah cukup, untuk
menampung segala perkembangan yang terjadi.
Istihsan merupakan suatu konsep dalam pemikiran hukum Islam yang menjadikan
mashlahah (kepentingan/kebutuhan manusia) yang sifatnya tidak terikat (mursalah)
menjadi sumber hukum sekunder. Karena itu konsep ini lebih dikenal dengan sebutan
al-maslah al-mursal atau al-masalih al-mursalah. Landasan pemikiran yang membentuk
konsep ini adalah kenyataan bahwa syariat Islam dalam berbagai pengaturan dan
hukumnya mengarah pada terwujudnya mashlahah (kepentingan dan kebutuhan
manusia dalam hidupnya dipermukaan bumi).
e. Periode mendirikan dan menguatkan mazhab
f. Periode keruntuhan Baghdad di tangan Hulagukan sampai sekarang.

4. Pemikiran Filsafat
Khazanah pemikira dalam Islam kaya dengan karya dan tradisi filsafat. Akan tetapi,
sangat tidak memungkinkan dalam rangkuman ini dipaparkan resume para tokoh dan
pemikiranya dalam bidang filsafat. Oleh sebab itu, dalam bab ini hanya dipapakan dua
tokoh utama yakni Ibn Rusyd mewakili pemikiran filsafat klasik Islam, dan Jamaluddin
Al-Afghani mewakili pemikiran filsafat modern.
a. Ibn Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)
Ibn Rusyd adalah model bagi kemandirian akal pikiran sekaligus model bagi keberanian
berpikir, khususnya dalam melawan pemikiran-pemikiran yang telah terlembaga dalam
institusi agama. Keberanianya mengkritisi kemapanan kekuasaan agama menginspirasi
orang-orang eropa pada abad ke-13 dan ke-14 untuk melakukan hal yang sama kepada
kuasa gereja yang pada saat itu mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan mereka.
Ibn Rusyd adalah pemikir yang berusaha menghidupkan tradisi pemikiran bebas yang
kemudian dikembangkan oleh para filsuf pencerahan di eropa. Dampak langsung dari
gagasan-gagasan Ibn Rusyd dapat ditelusuri pada mazhab pemikikiran yang dikenal
dengan sebutan Averoisme merupakan bentuk sinisme untuk merujuk pada pengikut
Ibn Rusyd.
Dari rangkuman sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam, tampak bahwa tradisi
keilmuwan melekat dalam diri umat Islam sejak agama lahir. Tradisi itu bukan hanya
pada tataran empirisme, melainkan jauh melesat ke alam metaempiris. Kebebasan dan
keberanian dunia pemikir Islam telah melahirkan kekayaan yang tidak ternilai dalam
khazanah ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu. Sayangnya, semua itu saat ini
tinggal kenangan. Dunia Islam kemudian tertinggal dalam ilmu pengetahuan.
Sejak akhir abad ke-19 hingga kini, salah satu persoalan besar yang diangkat para
pemikir muslim adalah sikap yang mesti diambil terhadap ilmu pengetahuan modern di
dunia barat. Perdebatan mereka dilatar belakangi kesadaran bahwa dunia Islam pernah
menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi zaman baru telah tertinggal jauh oleh dunia barat,
perbincangan tentang Islam dan ilmu pengetahuan sejak abad akhir ke-19 memiliki dua
aspek penting.
Pertama, periode tersebut ditandai banyak perkembangan baru dalam pemikir Islam.
Penyebab utamanya adalah kontak yang semakin intensif pada beberapa kasus, bahkan
berupa benturan fisik antara dunia Islam dan peradaban Barat. Gagasan seperti
kemodernan serta modernis, westernisasi atau pembaratan dan sekurelisme
menjadi objek utama perhatian para pemikir muslim. Demikianlah luasnya penyebaran
gagasan bau itu sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa pemikir baru Islam lahir
dari keinginan menanggapinya.
Kedua, sejak awal perkembangan Islam, ilmu berdasarkan pengamatan, wahyu atau
renungan para sufi sebagai induk ilmu pengetahuan selalu mendapatkan perhatian para
pemikir muslim. Bertemu dengan kecenderungan ini, perhatian tersebut mengambil
bentuk tanggapan terhadap perkembangan pesat ilmu pengetahuan modern didunia
barat., yang dianggap tidak menginduk pada suatu ilmu yang benar. Tanggapan itu,
kerena lebih merupakan reaksi dari usaha atau prakarsa sendiri, pada diri beberapa
pemikir dan aliran pemikir merupakan penyempitan wilayah wacana tentang ilmu dan
ilmu pengetahuan dibandingkan dengan periode sebelumnya, khususnya pada masa awal
perkembangan intelektual Islam.
Sejak abad ke-19, usaha untuk memberikan tanggapan itu melahirkan pemikiran tentang
perbedaan antara Islam dan ilmu pengetahuan yang amat beragam. Tanggapan tersebut
dapat berarti usaha apologetis untuk menegaskan bahwa ilmu pengetahuan yang
dikembangkan dibarat sebenarnya bersifat islami. Bisa pula, merupakan usaha
mengakomodasi sebagian nilai dan gagasan ilmu pengetahuan modern karena dianggap
islami, sambil menolak sebagian lain. Tidak pula bisa dilupakan usaha islamisasi
berbagai cabang ilmu pengetahuan dan penciptaan suatu filsafat ilmu pengetahuan
Islam. Akhirnya, ada upaya rekonstruksi pandangan dunia serta epistimologi Islam.

3. Dalam Islam dikenal adanya Aliran Kalam (Teologi) dan Pemikiran. Diantaranya;
Khawarij, Murjiah, Mutazilah, Asyariyah dan Maturidiyah. Terkait dengan hal
di atas, Saudara diminta untuk menjelaskan konsepsi/pemikiran mereka tentang:
Jawaban:
a. Khawarij
1) kekuasaan Tuhan
berpedapat bahwa tidak ada hukum, kecuali hukum Tuhan.
2) Nabi dan Rasul
Setia umat Muhammad yang terus menerus melakukan dosa besar hingga matinya
belum melakukan tobat, maka dihukumkan kafir serta kekal dineraka.
3) Akal dan Wahyu
Konsep dari pemikiran Khawarij ialah watak ekstrim dalam memutuskan persoalan-
persoalan kalam.
b. Murjiah
1) kekuasaan Tuhan
bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufuran secara
lisan, tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufur itu bertempat di dalam hati bukan
pada bagian lain dalam tubuh manusia.

c. Mutazilah
1) kekuasaan Tuhan
bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin berbuat zalim dengan memaksakan kehendak
kepada hamba-Nya kemudian mengharuskan hamba-Nya untuk menanggung akibat
perbuatannya, secara lebih jelas aliran Mutazilah mengatakan bahwa kekuasaan
sebenarnya tidak mutlak lagi. Itulah sebabnya Mutazilah menggunakan ayat 62 surat
Al-Ahzab.
2) Nabi dan Rasul
Menurut Mutazilah pengiriman rasul-rasul itu tidak begitu penting, sebab wahyu
yang dibawa oleh rasul itu hanya berfungsi untuk memperkuat atau menyempurnakan
apa-apa yang telah diketahui manusia oleh akalnya. Tanpa rasul manusia dapat
mengetahui tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban terhadap Tuhan, termasuk
kewajiban mengetahui hukum-hukum dan sifat-sifat Tuhan. Orang yang tidak
mengetahui hal-hal seperti itu berarti tidak berterimakasih kepada Tuhan dan akan
mendapatkan hukuman Tuhan.
3) Akal dan Wahyu
Mutazilah adalah aliran yang bersifat tradisional dan liberal dan juga dikenal dengan
kaum rasionalisme Islam. Bagi mutazilah akal maupun mengetahui keempat
persoalan pokok diatas, berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunya wahyu wajib,
mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat adalah wajib. Bagi kaum Mutazilah
daya akal kuat tapi fungsi wahyu penting yaitu memperkuat apa yang telah diketahui
akal, memang akal mengetahui yang baik dan yang jahat. Tapi tidak semua yang baik
itu baik dan yang jahat itu jahat seperti yang diketahui oleh akal.
d. Asyariyah
1) kekuasaan Tuhan
mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa perbuatan
Tuhan tidak mempunyai tujuan, yang mendorong Tuhan untuk berbuat sesuatu
semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan yang lain. Landasan surat al-Buruj ayat 16.
2) Nabi dan Rasul
3) Akal dan Wahyu
Bagi mereka akal hanya dapat mengetahui wujud Tuhan, dalam tiga pokok lainya
dapat diketahui manusia adanya wahyu. Oleh sebab itu, wahyu lebih banyak bersifat
informasi dari pada konfirmasi, karena akal menurut system teologi asyariyah lemah.
Tetapi pengiriman rasul bagi aliran ini jaiz, sesuai dengan konsep kehendak mutlak
Tuhan tidak ada kewajiban bagi Tuhan untuk mengutus rasul.
e. Maturidiyah
1) kekuasaan Tuhan
kehendak mutlak Tuhan, dibatasi oleh keadilan Tuhan, Tuhan adil mengandung arti
bahwa segala perbuatan-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat serta tidak
mengabaikan kewajiban-kewajiban hanya terhadap manusia. Adapun pendapat lain
bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak, Tuhan berbuat apa saja yang
dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya tidak ada yang menentang atau
memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.
2) Nabi dan Rasul
Berpendapat bahwa pengutusan Rasul ke tengah-tengah umatnya adalah kewajiban
Tuhan agar manusia berbuat baik dan terbaik dalam kehidupannya.
3) Akal dan Wahyu
Adapun bagi maturidiyah samarkand yang diketahui akal adalah mengetahui Tuhan,
mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan dan mengetahui mana yang baik
dan mana yang jahat. Selain itu hanya diketahui melalui petunjuk wahyu.
Maturidiyah bukhara derajat akal dan wahyu berimbang daya akal dapat mengetahui
dua persoalan pokok yaitu, mengetahui Tuhan dan mengetahui perbuatan yang baik
dan jahat. Tetapi yang berkaitan dengan kewajiban berterimakasih kepada Tuhan dan
kewajiban mengerjakan perbuatan yang jahat, keduanya ini diketahui manusia dengan
adanya wahyu.
4. Pemerintahan dengan sistem khilafah oleh sekelompok orang dianggap sebagai
sistem yang ideal karena para sahabat menggunakan sistem ini. Konsepsi tersebut
berimplikasi pada keinginan untuk melestarikan dan menerapkannya hingga
sekarang. Namun demikian, sistem tersebut oleh sekelompok orang dianggap
sebagai sistem yang sudah tidak relevan untuk diaplikasikan pada masa sekarang.
Apa komentar saudara ????
Jawaban :
Sistem pemerintahan khilafah bila ingin diterapkan di Indonesia khususnya akan ramai
diberbagai kalangan, telah kita ketahui sistem pemerintahan khilafah berarti sistem
pemerintahan Islam dan aturan dikembalikan kepada Al Quran dan Hadis sebagai
landasan menjalankan sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan khilafah tentunya harus
mempunyai fiqur yang baik ahlak dan iman atau bisa dikatakan orang yang benar-benar
mampu atau paham dalam agama, seperti contoh pada zaman awal pemerintahan khilafah
peminpin pada saat itu adalah Rasullulah SAW lalu dilanjut kepada para sahabat yang
sudah pasti ahlak dan paham keagamaannya sangat baik.
Bisa saja sistem pemerintahan khilafah di Indonesia diterapkan asal memiliki figur yang
memenuhi kriteria, selain itu juga masyarakat harus siap jika sistem pemerintahan tersebut
diterapkan, sebagai contoh ketika waktu shalat semua orang harus shalat tepat waktu dan
berjamaah kecuali yang berhalangan. Yang pada intinya ajaran atau syariat Islam akan
diterapkan sebagaimana mestinya. Serta sikap toleransi bagi penganut agama lain yang
ada di indonesia harus bisa melindungi dan mensejahtrakan kaum minoritas.
Benih ide khilafah sudah ada sejak awal kemerdekaan tahun 1945, baik bersifat
konstitusional, seperti majelis konstituante, atau bersifat militer, seperti dalam kasus
DI/TII, yang berusaha mendirikan negara Islam dan menolak pancasila. Di era awal
pembentukan NKRI perdebatan antara M. Natsir yang mewakili kubu religious dengan
Soekarno yang mewakili kubu nasionalisme telah mengerucut purna. Hasilnya adalah
kubu Islam menerima pancasila sebagai telah sesuai dengan prinsip amar makruf nahi
munkar dan hiratsah al-din wa siyasah al-dunya, Indonesia diterima sebagai negara
Islami. Sekarang bangsa ini telah menjadi plural, jelas sangat sensitif untuk mengganti
pancaila dengan sistem pemerintahan khilafah. Sementara dalam pancasila bila dikaitkan
dengan beberapa terjemah ayat Al Quran sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Katakanlah (Muhammad): "Dialah Allah, Yang Maha Esa. QS. Al-Ihklas Ayat 1
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Wahai Orang-Orang Beriman. Jadilah Kamu Penegak Keadilan, Menjadi Saksi Karena
Allah. QS An-Nisa Ayat 135
3. Persatuan Indonesia
Kemudian Kami Jadikan Kamu Berbangsa-Bangsa Dan Bersuku-Suku Agar Kamu
Saling Mengenal. QS Al-Hujarat Ayat 13
4. Permusyawaratan
Sedang Urusan Mereka (Diputuskan) Dengan Musyawarah Antar Mereka. QS Asy-
Syura Ayat 38
5. Keadilan Sosial
Sesungguhnya Allah Menyuruh (Kamu) Berlaku Adil Dan Berbuat Kebajikan. QS An-
Nahl Ayat 90.

You might also like