Professional Documents
Culture Documents
Prakiraan Usia Individu Melalui Pemeriksaan Gigi Untuk Kepentingan Forensik Kedokteran Gigi
Prakiraan Usia Individu Melalui Pemeriksaan Gigi Untuk Kepentingan Forensik Kedokteran Gigi
Korespondensi (correspondence): Adisty Setyari Putri, Mahasiswa Program Magister Ilmu Kedokteran Gigi DasarForensik Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia. E-mail: disty.setyari@gmail.com
ABSTRACT
Background: In forensic cases where an individual cannot be visually identified in cases of decomposed, mutilated, incinerated,
or skeletal remains, it is necessary to use other methods of identification. Age estimation is one of forensic examinations that
assist the identification of an individual by narrowing down the search data. As the hardest and the most resistant body structure
to external influences, tooth can be used as a medium to estimate age. That is because tooth constantly undergoes development
and degenerative changes with age. Purpose: The purpose of this paper is to describe the advantages, limitations, and application
of the various methods of age estimation through teeth that best suits each forensic dentistry case. Several methods of age estimation
through tooth are by clinical, radiographic, histological, and biochemical methods. Review: Things that need to be considered in
selecting the method include the individual status (living or deceased), age category, type of case (single case or mass disaster),
the condition of tooth and supporting tissues, the location of the case, the availability of supporting facility and equipment, as
well as the culture and religion of the identified individuals. Conclusion: The success of age estimation through dental examination
is determined by the appropriate selection and the correct application of the method according to forensic dentistry case.
atau pemerkosaan.3,4 Pembuktian hukum akan usia serta perubahan degeneratif yang terjadi pada usia
penting untuk menentukan apakah individu tersebut tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai indikator
masih dalam kategori anak atau sudah dewasa, prakiraan usia individu dari sejak usia intrauterin
berkaitan dengan adanya perbedaan proses hukum sampai usia dewasa.9,10 Tahap pertumbuhan dan
atau peradilan pada anak dengan orang dewasa.6 perkembangan gigi sebagai indikator prakiraan usia
Prakiraan usia juga merupakan pembuktikan yang lebih dikendalikan oleh faktor genetik dibandingkan
berharga ketika akta kelahiran tidak ada atau dengan faktor lingkungan seperti nutrisi dan
diragukan keasliannya.7,8 sosioekonomi.10,11,12 Sehingga usia dental menunjukkan
Bagian tubuh yang umumnya dipakai untuk variasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang
memprakiraan usia adalah skeletal dan gigi. Kematangan atau bagian tubuh lain.11 Selain itu, gigi merupakan
skeletal sebagai media prakiraan usia memiliki struktur tubuh yang paling keras dan resisten terhadap
keterbatasan karena hanya dapat memprakirakan usia pengaruh eksternal, serta mengalami perubahan
pada rentang usia tertentu dengan simpangan baku usia biologis yang paling sedikit sehingga dapat digunakan
yang besar. Sedangkan gigi sebagai media prakiraan usia walaupun tubuh telah mengalami dekomposisi,
memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah mutilasi, terbakar, ataupun menjadi sisa rangka.3,13 Gigi
dapat memprakirakan usia pada individu usia pranatal dapat menyediakan informasi mengenai identitas
sampai usia dewasa.9,10 Prakiraan usia melalui gigi dapat seorang individu karena cirinya yang khas.13
dilakukan dengan metode pemeriksaan klinis, radiografis, Terdapat beberapa metode digunakan untuk
histologis, atau biokimiawi.1 Tujuan penulisan ini adalah menentukan usia dari gigi yaitu metode klinis,
untuk memaparkan dan menganalisis keunggulan, radiografis, histologis, dan biokimiawi.1 Pemilihan
keterbatasan, dan penerapan berbagai metode metode tersebut berdasarkan pertimbangan status
prakiraan usia melalui gigi agar dapat dipilih metode individu (hidup atau mati), kategori usia, jenis kasus
yang paling sesuai dengan kasus yang terjadi. (tunggal atau bencana massal), kondisi gigi dan jaringan
pendukung, lokasi kasus, ketersediaan fasilitas dan
Metode prakiraan usia melalui gigi peralatan penunjang, serta agama dan budaya yang
Gigi digunakaan sebagai media yang bermanfaat dianut individu tersebut. Berbagai metode prakiraan
dalam prakiraan usia karena berbagai keunggulannya. usia beserta cara pengaplikasiannya disajikan dalam
Gigi mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan, Tabel 1.
a. Metode Radiografis 5 bulan intrauterin - Gigi sulung dan Kalsifikasi, erupsi, Membandingkan
Atlas Schour and Masseler (1941) 35 tahun (22 diagram) permanen regio kanan resorpsi akar radiograf panoramik
rahang atas dan bawah atau oblik lateral
dengan atlas.
Atlas Schour and Masseler (1941) 28 minggu intrauteri - Gigi sulung dan Kalsifikasi, resorpsi Membandingkan
23 tahun (31 diagram) permanen regio kanan akar,dan erupsi gigi radiograf panoramik
rahang atas dan atau oblik lateral
bawah dengan atlas
Atlas Blenkin -Taylor (2012) Prenatal 25 tahun Gigi sulung dan Kalsifikasi, resorpsi Membandingkan
(18 diagram) permanen regio akar, dan erupsi gigi radiograf panoramik
kanan rahang atas atau oblik lateral
dan bawah dengan atlas
Diagram Gustafson dan Koch (1974) Intrauteri 16 tahun Gigi sulung dan Kalsifikasi dan erupsi Membandingkan tahap
permanen regio kiri gigi dalam 4 tahap kalsifikasi gigi dari
rahang atas dan radiograf panoramik
kanan rahang bawah atau periapikal dengan
diagram
Scoring Demirjian, et al (1973) 3 16 tahun 7 gigi permanen Kalsifikasi gigi Menentukan tahap
rahang bawah dalam 8 tahap kalsifikasi gigi dari
radiograf panoramik
atau periapikal dengan
gambar tahap
kalsifikasi gigi yang
dikonversi menjadi
skor maturitas untuk
mendapatkan usia
dental dari skala
horizontal atau tabel
usia.
Metode Apikal Terbuka oleh Cameriere 5 sampai 15 tahun 7 gigi rahang bawah L = Panjang gigi (L1, Menggunakan
permanen kiri L2), A = Jarak antara radiografi panoramik,
bagian dalam apikal jumlah dari apikal
terbuka (A1, A2) terbuka (s) dan
jumlah gigi dengan
perkembangan akar
lengkap (N0).
dimasukkan kedalam
rumus:
Age = 8.971 + 0.375g
+ 1.631 x 5 + 0.674 N0 - 1.034 s
- 0.176 s.N0
(g = 1 untuk laki-laki
dan g = 0 untuk
perempuan)
Gambar 6. Pengukuran apikal oleh Cameriere3, 18
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
59
Metode rasio pulp-to-tooth oleh Kvaal et al 6 gigi rahang atas panjang pulp-root Menggunakan
dan bawah, seperti (R), panjang pulp- radiografi periapikal
I1 dan I2 rahang tooth (P), panjang intraoral, hitung nilai
atas, P2 rahang atas, tooth-root (T), lebar rata-rata dari semua
I2 rahang bawah, C pulp-root pada CEJ rasio selain T (M),
rahang bawah, dan (A), lebar pulp-root nilai rata-rata lebar
P1 di pertengahan akar rasio B dan C (W) dan
(C) dan lebar pulp- nilai rata-rata panjang
root pada titik rasio P dan R (L)
tengah antara C dan dimasukkan pada
A (B) rumus
Age = 129.8 - (316.4 x M)
(6.8 x (W - L))
Metode Index coronal pulp cavity oleh Gigi premolar dan panjang (mm) Melalui radiograf
Drusini molar rahang bawah mahkota gigi (CL, panoramik, hitung CL
coronal length) dan dan CPCH, kemudian
panjang (mm) dari masukkan ke dalam
rongga pulpa rumus :
koronal (CPCH, CPCH x 100
coronal pulp cavity TCL =
CL
height)
CL
CPCH
D M
Perkembangan molar ketiga dengan 15.8 +/- 1.4 tahun Gigi molar ketiga Panjang gigi z Stage 1 = 15.8 +/- 1.4
metode Harris and Nortje3 sampai dengan 19.2 rahang bawah tahun, 5.3 +/- 2.1 mm
+/- 1.2 tahun z Stage 2 = 17.2 +/- 1.2
tahun, 8.6 +/- 1.5mm
z Stage 3 = 17.8 +/- 1.2
tahun, 12.9 +/- 1.2 mm
z Stage 4 = 18.5 +/- 1.1
tahun, 15.4 +/- 1.9 mm
z Stage 5 = 19.2 +/- 1.2
tahun, 16.1 +/- 2.1 mm
Metode Klinis
Perhitungan Jumlah Gigi Erupsi20 6.8 bulan (SD 1.56) Seluruh gigi sulung Gigi sulung yang Menghitung jumlah
28.21 bulan (SD sudah erupsi ke gigi sulung di dalam
4.47) dalam rongga mulut mulut. Lalu
dimasukkan ke dalam
tabel berdasarkan
jumlah gigi dan rata-
rata usia
Metode Atrisi Gigi oleh Miles (1962)14 Sejak gigi M1 Gigi molar pertama, Permukaan insisal Tentukan tahap atrisi :
permanen erupsi kedua, dan ketiga dan oklusal gigi 1. Enamel belum
terpakai atau belum
atrisi
2. Permukaan enamel
yang sangat atrisi
karena pemakaian
3. Paparan dentin
yang progresif
4. Dentin sekunder
atau ruang pulpa
Metode Histologi
Metode Biokimiawi
Rasemisasi asam aspartat22 Dentin, enamel, dan Rasio asam Teknik kromatografi
sementum gigi aspartat D/L pada gas (GC) maupun High
gigi Performance Liquid
Chromatography
(HPLC). Rasio D/L
diukur dalam tiga
fraksi yaitu TAA (total
amino acid),
SP (soluble peptide),
dan IC (insoluble
collagen).
Kategori usia dewasa (21 tahun keatas) dimana banyak di daerah pedalaman, maka pemeriksaan
telah terjadi perubahan struktur gigi, metode yang sesuai adalah secara biokimiawi atau histologis
prakiraan usia individu yang sesuai adalah dengan pada satu gigi yang diekstraksi untuk dibawa dan
pemeriksaan histologis dengan melihat perubahan dilakukan pemerikasaan di tempat yang
struktur gigi oleh Gustafson ataupun Johanson, dan memungkinkan tersedianya sarana dan peralatan
pemeriksaan secara biokimiawi dengan rasemisasi identifikasi, karena tidak dimungkinkannya
asam aspartat apabila gigi dapat diekstraksi atau membawa perangkat radiografis ataupun membawa
pada individu mati. 21,22 Pada individu hidup, seluruh skeletal. Pada kasus dimana tidak ada sarana
pemeriksaan yang sesuai adalah pemeriksaan pemeriksaan secara radiografis, histologis, dan
radiografis dengan penilaian volume gigi oleh biokimiawi, maka satu-satunya metode yang dapat
Drusini maupun Kvaal karena pada usia tersebut digunakan adalah metode klinis dengan perhitungan
sudah terjadi perubahan pada volume gigi jumlah erupsi gigi dan pola erupsi gig pada individu
permanen, dan metode klinis dengan melihat pola usia anak sampai remaja, dan metode pola dan
dan derajat atrisi gigi oleh Miles.3,14,19 derajat atrisi pada individu usia dewasa.14,20
Pertimbangan lainnya dalam pemilihan metode Pertimbangan selanjutnya adalah budaya dan
prakiraan yang sesuai adalah jumlah individu yang agama yang dianut individu yang akan
akan diidentifikasi dan jenis kasus yang terjadi diidentifikasi. Apabila budaya dan agama tidak
(tunggal atau bencana massal). Pada kasus tunggal memperbolehkan ekstraksi gigi pada individu yang
dimana hanya satu individu yang akan telah mati, maka pemeriksaan secara histologis dan
diidentifikasi, maka dapat dilakukan beberapa biokimiawi pada satu gigi yang memerlukan
metode pemeriksaan sekaligus karena cukupnya prosedur ekstraksi tidak dapat dilakukan. Pilihan
waktu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. metode prakiraan yang sesuai pada kondisi ini
Pada kasus bencana masal dimana individu yang adalah dengan metode non-invasif seperti
akan diidentifikasi dalam jumlah banyak, maka pemeriksaan klinis dan radiografis.
harus dipilih satu metode yang paling sesuai dan Ketersediaan gigi dan jaringan pendukungnya
memungkinkan dengan waktu yang tersedia. juga merupakan hal yang penting untuk
Contohnya pada kasus bencana alam gunung dipertimbangkan. Pada kasus dimana rahang
meletus atau kecelakaan kapal laut, maka dapat individu tidak utuh atau hanya terdapat 1 atau
menggunakan pemeriksaan radiografis atau klinis beberapa gigi saja, contohnya pada kasus bom
yang lebih sederhana dan memakan waktu lebih terorisme atau kecelakaan pesawat, maka metode
singkat dibandingkan metode histologis dan prakiraan usia yang sesuai adalah dengan
biokimiawi yang memerlukan persiapan khusus pemeriksaan secara histologis dan biokimiawi pada
dan memakan waktu lebih lama. Disamping itu, satu gigi, atau pemeriksaan radiografis metode
teknologi radiografi digital juga memungkinkan penilaian volume gigi pada satu gigi yang
penyingkatan waktu pemerikasaan karena tidak ditemukan. 21,3,22
memerlukan pencucian film. Apabila pada individu yang akan diidentifikasi
Ketersediaan sarana dan perangkat prakiraan tidak ada gigi yang tersisa atau tersedia, maka dapat
usia serta lokasi kasus dimana individu diidentifikasi dilakukan metode prakiraan usia lainnya
juga merupakan pertimbangan yang penting. Saat berdasarkan skeletal seperti melalui derajat
ini sudah tersedia pesawat sinar-X portable yang penutupan sutura, bersatunya epifisis dengan
dapat dibawa untuk pemeriksaan radiografis diafisis pada tulang panjang, osifikasi tulang pipa,
intraoral sehingga dapat digunakan dilokasi morfologi simfisis pubis, morfologi aurikularis
manapun contohnya untuk metode penilaian volume pubis yang disesuaikan dengan skeletal yang
gigi atau metode perkembangan molar ketiga yang ditemukan.9
menggunakan radiograf intraoral.3,19 Namun, untuk Apabila memungkinkan, lebih baik
pemeriksaan radiografis ekstraoral belum ada menggunakan lebih dari satu metode prakiraan usia
perangkat radiografi portable sehingga apabila di berdasarkan gigi atau kombinasi metode prakiraan
lokasi tidak tersedia perangkat tersebut atau tidak berdasarkan gigi dan skeletal. Aspek yang penting
dimungkinkan membawa individu ataupun skeletal dalam prakiraan usia berdasarkan gigi adalah
ke tempat pemeriksaan radiografis, maka harus penerapan sejumlah metode yang berbeda dan
menggunakan metode lainnya. Contohnya pada melakukan pengukuran atau penilaian berulang
kasus identifikasi sisa rangka manusia dalam jumlah dalam rangka meningkatkan reproduksibilitas dan
Putri dkk : Prakiraan usia individu melalui pemeriksaan gigi untuk kepentingan forensik kedokteran gigi
Jurnal PDGI 62 (3) Hal. 55-63 2013
63
reabilitas prakiraan usia. 23 Tidak menutup 9. Indriati E. Antropologi forensik: identifikasi rangka
kemungkinan, adanya hal lain yang menjadi manusia, aplikasi antropologi biologis dalam konteks
pertimbangan dalam pemilihan metode prakiraan hukum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press;
usia saat dihadapkan pada kasus tertentu misalnya 2010. p. 59-78.
jumlah sumber daya manusia sebagai investigator, 10. Sarkar S, Kailasam S, Mahesh Kumar P. Accuracy of
kemampuan dokter gigi forensik, ketersediaan estimation of dental age in comparison with
chronological age in Indian population e A
dana dan waktu, dan lain sebagainya. comparative analysis of two formulas. J Forensic and
Dapat disimpulkan bahwa masing-masing Legal Medicine 2012; 1-4.
metode prakiraan usia berdasarkan gigi memiliki 11. Krzog Z, Ceyhan D. Accuracy of different dental
keunggulan, keterbatasan, dan indikasi penerapan age estimation methods on Turkish children. Forensic
yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing Science International 2012; 216: 617.
kasus forensik kedokteran gigi. Akurasi dan 12. Jeevan MB, Kale AD, Angadi PV, Hallikerimath S. Age
ketepatan hasil prakiraan usia bergantung dari estimation by pulp/tooth area ratio in canines:
pemilihan metode yang tepat dan penerapan Camerieres method assessed in an Indian sample
sejumlah metode yang berbeda apabila using radiovisiography. Forensic Science International
2011; 204: 209.e1-09.e5.
memungkinkan. Saat ini, berbagai penelitian
13. Blenkin M. Forensic dentistry and its application in
mengenai prakiraan usia melalui gigi telah banyak
age estimation from the teeth using a modified
dilakukan, maka seorang dokter gigi forensik harus Demirjian system . The University of Sydney; 2005.
terus mengIkuti dan mempelajari jurnal ilmiah 113-68.
yang melaporkan penelitian baru agar dapat 14. Meinl AM. The application of dental age estimation
menambah kemampuan dalam memprakirakan methods: comparative validity and problems in
usia sehingga didapatkan hasil yang maksimal. practical implementation. University of Vienna; 2007.
1-8.
15. AlQahtani S J, Liversidge HM, Hector MP. Atlas of
DAFTAR PUSTAKA tooth development and eruption. American Journal
of Physical Anthropology 2010; 143(3): 481-90.
1. Harschaft EE, Alder ME, Ord DK, Rawson RD, Smith
16. Blenkin M, Taylor J. Age estimation charts for a
ES. Manual of forensic odontology. 4th ed. American modern Australian population. Forensic Science
Society of Forensic Odontology 2007; 53-74.
International 2012; 221: 106-12.
2. Rajan SY, Nandita M, Prabhuraj BK, Vikas P. Age
17. Liversidge HM. The assessment and interpretation of
estimation based on chronological stages of Demirjian, Goldstein and Tanners dental maturity.
mandibular third molar development. Annals and
Annals of Human Biology 2012; 39(5): 412-13.
Essences of Dentistry 2010; 2(4): 239-43.
18. Cameriere R, Ferrante L, Cingoloni M. Age estimation
3. Panchbhai AS. Dental radiographic indicators, a key in children by measurement of open apices in teeth.
to age estimation. Dentomaxillofacial Radiology 2011;
Int J Legal Med 2006; 120: 4952.
40: 199-212.
19. Drusini AG. The coronal pulp cavity index: A forensic
4. Cameriere R, Ferrante L, Belcastro M. Age estimation tool for age determination in human adults. Cuad
by pulp/tooth ratio in canines by periapical X-rays. J
Med Forensic 2008; 53-54(235-249).
Forensic Sci 2007; 52: 166-170.
20. Nystroma M, Peckb L, Kleemola-Kujala E, Evalahti
5. Interpol interpol DVI Form Post-Mortem (pink) 2002. M, Kataja M. Age estimation in small children:
http://www.interpol.int/INTERPOL-expertise/
reference values based on counts of deciduous teeth
Forensics/DVI-Pages/Forms.
in Finns. Forensic Science International 2000; 110:179-
6. Republik Indonesia. Undang-Undang Negara 88.
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
21. Stavrianos C, Mastagas D, Stavrianou I, Karaiskou O.
Pengadilan Anak. Lembaran Negara Republik
Dental Age Estimation of Adults: A Review of
Indonesia Tahun 1997 Nomor 3. Jakarta: Sekretariat Methods and Principals. Res J Med Sci 2008; 2(5): 258-
Negara RI; 1997.
68.
7. Maber M, Liversidge HM, Hector M.P. Accuracy of
22. Kumar KK. Dental age estimation using amino acid
age estimation of radiographic methods using racemization. Indian J Dent Res 2008; 19(2): 172-74.
developing teeth. Forensic Science International 2006;
159: 68-73. 23. Senn DR, Stimson PG. Forensic dentistry second
edition: CRC Press; 2010. 263-304.
8. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang 24. AlQahtani SJ, Hector MP, Liversidge HM. Brief
Perlindungan Anak. Lembaran Negara Republik communication: the London atlas of human tooth
Indonesia Tahun 2002 Nomor 109. Jakarta: Sekretariat development and eruption. American Journal of
Negara RI; 2002. Physical Anthropology 2010;142: 481-90.