You are on page 1of 25

MAKALAH

EVALUASI, PENGUKURAN, DAN PENILAIAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Tes Bahasa dan
Sastra Indonesia

oleh:
Kelompok 5
1. Aristia Fatmawati (0202515015)
2. Dwi Mardiyani (0202515029)

Rombel A Reguler

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan evaluasi, pengukuran, dan penilaian. Ketiga
hal tersebut menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran. Selain itu, dapat pula menjadi
pedoman pendidik untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Meski demikian, hingga saat
ini masih banyak pendidik yang mengalami kebingungan tentang konsep evaluasi,
pengukuran, danpenilaian. Banyak pula yang mengartikan ketiga kata tersebut dengan
pengertian yang sama. Inilah yang menjadi sebab munculnya kegiatan, baik evaluasi,
pengukuran, maupun penilaian yang belum terarah dan kurang efektif.
Hal yang sama terjadi pula dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Konsep
evaluasi, penilaian, dan pengukuran seringkali tercampur bahkan salah dalam pengaplikasian
terhadap peserta didik. Alhasil, data hasil evaluasi, pengukuran, maupun penilaian terhadap
kompetensi peserta didik pun kurang akurat. Kondisi ini tentu memerlukan solusi yang tepat.
Berkaitan dengan paparan di atas, dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep
evaluasi, pengukuran, dan penilaian, khususnya pada pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Pembahasan juga meliputi prinsip-prinsip, jenis-jenis, dan bentuk-bentuk evaluasi,
pengukuran, maupun penilaian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa hakikat evaluasi, pengukuran, dan penilaian?
2. Apa perbedaan dari evaluasi, pengukuran, dan penilaian?
3. Bagaimana bentuk-bentuk evaluasi, pengukuran, dan penilaian dalam mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.

2
3

1. Memaparkan hakikat evaluasi, pengukuran, dan penilaian?


2. Memaparkan perbedaan dari evaluasi, pengukuran, dan penilaian?
3. Memaparkan bentuk-bentuk evaluasi, pengukuran, dan penilaian dalam mata
pelajaran bahasa dan sastra Indonesia?
4.
1.4 Manfaat
5. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya
wawasan pembaca sehingga dapat mengerti lebih jauh tentang evaluasi, pengukuran,
dan penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik konsep, prinsip-
prinsip, jenis-jenis, hingga bentuk-bentuk penilaian.
6.
4

7. BAB II
8. PEMBAHASAN
9.
10.
2.1 Hakikat Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian
11. Evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan alat untuk mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik. Ketiga hal tersebut memiliki manfaat besar dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Osman (dalam Fatoni, 2013: 1), melalui evaluasi,
pengukuran, dan penilaian, pendidik dan peserta didik akan memperoleh panduan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Di sisi lain, bagi akademisi akan membantu saat seleksi staff dan
siswa baru. Sementara itu, bagi pembuat kebijakan, hasil ketiganya dapat membantu
mengevaluasi efisiensi sistem pendidikan yang berlaku. Untuk dapat memahami lebih lanjut
mengenai apa itu evaluasi, pengukuran, dan penilaian akan dipaparkan penjelasannya sebagai
berikut.
12.
2.1.1 Evaluasi
A. Pengertian
13. Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (Shadily dalam Oktaviandy, 2012: 3). Sementara secara luas,
menurut Gronlund (dalam Supriyadi, 2013: 4) evaluasi adalah suatu proses sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran.
14. Pendapat tersebut sejalan dengan Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa
evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaannya.
15. Berbeda dengan pendapat Putra (2013:17) menjelaskan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria judgement
atau tindakan dalam pembelajaran.
16. Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari
evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan
dengan hasil yang bisa dicapai.

4
5

17. Evaluasi juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus
evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui
evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai.
Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.
18. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa evaluasi
adalah serangkaian proses untuk melihat ketercapaian hasil dari sebuah program.
Ketercapaian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan maupun tingkat
efisiensi sebuah program.
19.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
20. Evaluasi memiliki beberapa tujuan seperti tercantum dalam Depdiknas
(2003:6), yaitu:
a. Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
b. Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.
c. Memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan program belajar mengajar.
d. Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar
dan mencarikan jalan keluar.
e. Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuan.
21. Sementara itu, fungsi evaluasi menurut Arifin (dalam Fatoni, 2013:6),
diantaranya:
a. secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya,sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan,
b. secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapatberkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakatdengan segala karakteristiknya,
c. secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalammenempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengankemampuan dan kecakapannya
masing-masing,
d. untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya,apakah ia termasuk
anak yang pandai, sedang atau kurang,
e. untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh programpendidikannya,
f. untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baikdalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikantingkat/kelas,secara
administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporantentang kemajuan peserta
6

didik kepada pemerintah, pimpinan/kepalasekolah, guru/instruktur, termasuk peserta


didik itu sendiri.
22.
C. Jenis Evaluasi
23. Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang
mikro. Evaluasi makro cenderung menggunakan sampel dalam menelaah suatu program dan
dampaknya. Sasaran evaluasi yang bersifat makro adalah program pendidikan, yaitu program
yang direncanakan untuk memperbaiki program pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan
di tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Pencapaian belajar ini bukan hanya yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua
potensi yang ada pada peserta didik. Jadi. Sasaran evaluasi mikro adalah program
pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk tingkat
sekolah, dan dosen untuk tingkat perguruan tinggi.
24. Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
berkesinam-bungan. Oleh karena itu, macam-macamnya pun banyak, mulai yang sederhana
sampai yang paling kompleks. Diantara macam-macam evaluasi tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Pre-test dan Post-test
25. Kegitan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai
penyajian materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa
mengenai materi yang akan disajikan. Evaluasi ini seringkali berlangsung singkat dan tidak
memerlukan instrumen tertulis.Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan
evaluasi yang dilaksanakan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk
mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.
b. Evaluasi Prasyarat
26. Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk
mengetahui penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran
perkalian bilangan.
c. Evaluasi Diagnostik
27. Evaluasi jenis ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran
dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Evaluasi
jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat
kesulitan.
d. Evaluasi Formatif
28. Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada
setiap akhir penyajian suatu pelajaran atau modul. Tujuannya adalah untuk memperoleh
7

umpan balik yamg mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan-
kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan
rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
e. Evaluasi Sumatif
29. Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang
dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode
pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada akhir semester atau akhir
tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan
bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
f. Ujian Akhir Nasional (UAN)/ UN
30. Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar
tahap akhir Nasional ) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat
penentu kanaikan status siswa. Namun UAN dirancang untuk siswa yang telah menduduki
kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yakni sejak SD/MI dan seterusnya.
g. Evaluasi Penempatan
31. Evaluasi jenis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan setiap siswa,
sehingga guru dapat menempatkan siswa dalam situasi yang tepat baginya. Penempatan yang
dimaksud dapat berupa sebagai berikut:
a) Penempatan siswa dalam kelompok kerja
b) Penempatan siswa dalam kelas, siswa yang memerlukan perhatian lebih besar dalam
belajar ditempatkan di depan, misalnya siswa yang kurang baik pendengarannya. Atau
siswa yang rabun dekat maka ditempatkan di belakang.
c) Penempatan siswa dalam kepanitiaan di sekolah. Menempatkan siswa dalam program
pengajaran tertentu, misalnya memilih program pengajaran atau keterampilan yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
32.
33.
2.1.2 Pengukuran
A. Pengertian Pengukuran
34. Untuk memahami secara lebih mendalam berikut dikemukakan
beberapa pendapat para ahli, diantaranya yaitu menurut Sudijono (dalam, Fatoni,
2013:2) menyatakan bahwa pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan
membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Di sisi lain, Djuanda
(2012:1) menyatakan bahwa pengukuran ialah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan bila seorang siswa telah mencapai
karakteristik tertentu.
8

35. Pendapat Djuanda di atas hampir sama dengan Alwasilah et. al. (dalam
Oktafiandy, 2012: 4) yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan proses mendekripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian
rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan anka-angka.
36. Sama halnya dengan pendapat Putra (2013:17) menyatakan bahwa
pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Hill (dalam Yusuf, 2015: 10)
menyatakan bahwa measurement is the assignment of number to attributes of
objects, events, of people according to rules. Adapun Campbell (dalam Yusuf,
2015:10) merumuskan bahwa measurement as the assignment of numerals to
objects or events according to rules .
37. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disumpulkan bahwa sekurang-
kurangnya ada tiga konstruk atau konsep yang terdapat dalam pengertian pengukuran,
yaitu:
1. Angka atau simbol
38. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi secara
matematis, seperti 1,2,3, dan seterusnya; atau I, II, III dan seterusnya.
2. Penerapan
39. Suatu angka atau simbol itu diterapkan terhadap atribut objek atau kejadian
tertentu yang dimaksudkan.
3. Aturan
40. Aturan dimaksudkan sebagai patokan tentang benar atau tidaknya tindakan
yang dilakukan atau sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang. Umpama:
mengukur aturan yang berlaku, untuk mengukur tinggi seseorang digunakan satuan cm,
untuk berat satuan kg, untuk suhu badan satuannya adalah celcius.
41. Dengan demikian dapat dikatan bahwa pengukuran dalam pendidikan atau
pembelajaran merupakan suatu prosedur penerapan angka atau simbol terhadap atribut suatu
objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan-aturan tertentu.perlu diingat
bahwa prosedur pengukuran tidak membuat keputusan, dalam arti kata pemberian makna,
seperti naik kelas atau tidak naik kelas. Dengan melakukan pengukuran, seseorang dapat
menyediakan informasi dalam berbagai aspek yang relevan dengan keputusan yang akan
diambil. Kita juga tidak pernah mengukur benda, orang atau objek, tetapi yang diukuar
adalah kualitas atribut benda, orang atau objek. Karena itu, pengukuran itu dapat digunakan
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalam mengumpulkan informasi kuantitaif dengan
mengingat ketiga unsur (angka, penerapan, dan aturan). Pengukuran tidak semata-mata
9

tergantung pada tes sebagai alat ukur tetapi juga dapat digunakan cara lain, asal hasilnya
dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam bentuk angka).
42. Berdasarkan berbagai uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
pengukuran berkaitan dengan kegiatan pemberian angka terhadap hasil belajar siswa. Dalam
prosesnya, pengukuran berusaha membandingkan hasil tes dengan standar yang telah ada.
Pengukuran bersifat kuantitatif dan dinyatakan dengan angka. esensi dari pengukuran adalah
kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
B. Objek Pengukuran
43. Dalam sebuah pembelajaran, terdapat beberapa objek pengukuran, yaitu: 1)
prestasi atau hasil belajar siswa, 2) sikap, 3) motivasi, 4) intelegensi, 5) kecerdasan
emosional, 6) minat, dan (7) kepribadian.
44. Menurut teori pengukuran, substansi yang diukur harus satu dimensi.
Aspek bahasa, kerapian tulisan tidak diskor atau diperhitungkan bila tujuan
pengukuran adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu. Konstruksi alat ukur dapat ditelaah pada aspek materi, teknik penulisan soal,
dan bahasa yang digunakan. Pakar di bidangnya atau teman sejawat merupakan
penelaah yang baik untuk memberikan masukan tentang kualitas alat ukur yang
digunakan termasuk tes.
45. Kesahihan alat ukur juga bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi
ini berisi materi yang diujikan, bentuk dan jumlah soal, tingkat berpikir yang terlibat,
bobot soal, dan cara penskoran. Kisi-kisi yang baik adalah yang mewakili bahan ajar.
Untuk itu pokok bahasan yang diujikan dipilih berdasarkan kriteria: (1) pokok
bahasan yang esensial, (2) memiliki nilai aplikasi, (3) berkelanjutan, (4) dibutuhkan
untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Hal lain yang penting adalah lamanya
waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal ujian. Ada yang berpendapat, kisi-kisi
ini sebaiknya disampaikan kepada peserta didik.
46. Hasil pengukuran harus memiliki kesalahan yang sekecil mungkin.
Tingkat kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Alat ukur yang baik
memberi hasil konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan kemampuan yang
diukur tidak berubah. Kesalahan pengukuran ada yang bersifat acak dan ada yang
bersifat sistematik. Kesalahan acak disebabkan situasi saat ujian, kondisi fisik-mental
yang diukur dan yang mengukur bervariasi. Kondisi mental termasuk emosi seseorang
10

bisa bersifat variatif, dan variasinya diasumsikan acak. Hal ini untuk memudahkan
melakukan estimasi kemampuan seseorang.
47. Kesalahan yang sistematik disebabkan oleh alat ukurnya, yang diukur,
dan yang mengukur. Ada guru yang cenderung membuat soal tes yang terlalu mudah
atau sulit, sehingga hasil pengukuran bisa underestimateatau overestimate dari
kemampuan yang sebenarnya. Setiap orang yang dites, teramsuk peserta didik, tentu
memiliki rasa kecemasan walau besarnya bervariasi. Apabila ada peserta didik yang
selalu memiliki tingkat kecemasan tinggi ketika dites, hasil pengukurannya cenderung
underestimate dari kemampuan yang sebenarnya.
C. Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran
48. Hasil suatu pengukuran akan ditentukan dengan kecanggihan alat ukur
atau instrumen yang dipakai, pengadministrasian yang tepat, serta pengolahan data
menurut aturan yang sudah ada dan disepakati. Hasil dari pengukuran adalah angka
atau simbol lain, yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Berkaitan dengan
pentingnya proses pengukuran ini, ada tiga langkah yang harus diperhatikan ketika
melakukan pengukuran, yaitu sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang akan diukur.
2. Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur atribut tersebut.
3. Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untuk menerjemahkan hasil pengukuran
ke dalam pernyataan atau data kuantitatif. Bagaimanapun juga dalam pengukuran,
pengkuantitatifan informasi adalah penting untuk membuat ketetapan hati/ kebulatan
tekad atau membedakan suatu etribut sehingga kesimpulan yang diambil tidak subjektif.
49. Pengukuran yang dilakukan hendaklah komprehensif dan dilakukan
dalam beberapa kali bukan hanya sekali saja, serta melakukan pengontrolan yang
terkendali selama kegiatan terhadap objek yang diukur. Oleh karena itu dalam
pendidikan khususnya pembelajaran, seorang guru dapat menggunakan tes hasil
belajar untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa di sekolah. Guru juga
dapat meminta bantuan tenaga ahli lain, kalau ingin mengetahui kemampuan dasar
atau IQ siswa, atau untuk minat, bakat, dan kepribadian siswa dapat bekerjasama
dengan ahli dibidangnya.
50.
2.1.3 Penilaian
A. Pengetian Penilaian
11

51. Bukti adanya pengukuran hasil belajar peserta didik tampak pada munculnya
berbagai macam penilaian yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana ketercapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian dapat
berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Oktafiandy, 2012: 3).
52. Pendapat Oktafiandy di atas didukung oleh pernyataan Djuanda (2012: 2)
yang menganggap bahwa penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
53. Berbeda dengan pendapat Putra (2013:17) yang menyatakan bahwa penilaian
dalam pembelajaran ialah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui kegiatan belajar.
54. Dengan demikian, penilaian dapat dikatakan sebagai kegiatan baik, kualitatif
maupun kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar atau ketercapaian kompetensi peserta
didik.
55. Penilaian memiliki beberapa fungsi menurut Djuanda (2012: 3), diantaranya:
1. Menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembanagan kepribadian, maupun pemilihan jurusan.
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa
serta sebagai alat diagnosis yeng membantu penyidik menentukan apakah seseorang
perlu mengikuti remedial maupun pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan
siswa.
B. Prinsip-Prinsip Penilaian
56. Pelaksanaan penilaian memiliki beberapa prinsip dalam
pelaksanaannya, yaitu:
1. Objektif, artinya penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi subjektivitas
penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian dilakukan pendidik secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, bermakna penilaian dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh pendidik ,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
4. Transparan menekankan pada proses penilaian yang dapat diakses oleh semua pihak,
mulai dari prosedur, kriteria, standar penilaian hingga dasar pengambilan keputusan.
12

5. Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah


maupun eksternal.
6. Edukatif, artinya penilaian dapat memotivasi dan mendidik bagi pendidik maupun
peserta didik.
57. Sementara itu, Supriyadi (2013: 48) menambahkan beberapa prinsip
lain dalam penilaian bahasa dan sastra Indonesia, diantaranya:
1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini berarti
penilaian berdasarkan sampel prestasi yang cukup banyak, baik macam maupun jenisnya.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Penskoran adalah
proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam
hubungannya dengan kedudukan persoalan siswa tersebutdalam skala tertentu, dalam
penskoran perhatian utama ditujukan pada kecermatan dan kemantapan, sementara
penilaian fokus pada validitas dan kegunaan.
3. Dalam proses penilaian, hendaknya diperhatikan dua macam orientasi, yaitu
58. Penilaian Norm-referenced dan criterion-referenced. Norm-referenced
evalution adalah penilaian yang diorentasikan kepada suatu kelompok tertentu; jadi, hasil
evaluasi perseorangan siswa atau mahasiswa dibandingkan dengan prestasi
kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijadikan patokan dalam menilai siswa
secara perseorangan.
4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar-
mengajar. Ini berarti bahwa tujuan penilaian, di samping untuk mengetahui status siswa
dan menaksirkan kemampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran,
juga digunakan sebagai feedback (umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi
guru atau pengajar. Dari hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan
siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang
diperbuatnya.
5. Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya, setelah tahap pengukuran yang
menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang
sama harus memperoleh nilai yang sama pula. Atau, jika dilihat dari segi lain, penilaian
harus dilakukan secara adil, jangan sampai terjadi peng-anakemasan. Penilaian yang
tidak adil mudah menimbulkan frustasi pada siswa, yang selanjutnya dapat merusak
perkembangan psikis mereka sehingga pembentukan afektif ikut terpengaruh.
C. Jenis-Jenis Penilaian
59. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat beberapa
jenis penilaian yang dapat kita terapkan, yaitu:
13

a. Penilaian Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu
bidang studi tertentu:
60. Fungsi: Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang
lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
61. Tujuan: Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta
didik tentang materi yang diajarkan dalam satu rencana atau satuan pembelajaran.
62. Aspek penilaian: Aspek yang dinilai pada penilaian normatif
ialah hasil kemajuan belajar peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap
terhadap materi ajar yang disajikan pendidik.
b. Penilaian Sumatif, yaitu penilaian yang di lakukan terhadap hasil belajar peserta didik
yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan, semester atau akhir
tahun.
63. Fungsi: Untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik
setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan/semester.
64. Tujuan: Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester,
akhir tahun atau akhir suatu program pembelajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
65. Aspek Penilaian: Aspek yang dinilai ialah kemajuan hasil
belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang
materi pembelajaran yang diberikan. Dalam hal waktu pelaksanaan, penilaian ini
dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran permulaan atau peserta
didik tersebut baru akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertentu.
c. Penilaian Penempatan (placement) yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
66. Fungsi: Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu
termasuk keadaan seluruh pribadinya, peserta didik tersebut dapat di tempatkan pada
posisinya.
67. Tujuan: Untuk menempatkan peserta didik pada tempatnya
yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri
peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan dalam mengikuti
pembelajaran atau setiap program bahan yang di sajikan guru.
68. Aspek Penilaian: Aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik
dan psikis, bakat, kemampuan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan aspek
lain yang di anggap perlu bagi kepentingan pendidikkan peserta didik selanjutnya,
kemungkinan penilaian ini dapat juga di lakukan setelah peserta didik mengikuti pelajaran
selama satu caturwulan, satu semester, satu tahun, sesuai dengan maksud lembaga
14

pendidikan yang bersangkutan. Di waktu pelaksanaan, penilaian ini sebaiknya


dilaksanakan sebelum peserta didik menduduki kelas tertentu sewaktu penerimaan murid
baru atau setelah naik kelas.
d. Penilaian Diagnostik, yaitu penilaian yang di lakukan terhadap hasil penganalisaan
tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang di
temui dalam proses pembelajaran.
69. Fungsi: Untuk mengetahui masalah-masalah yang di derita
atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan
atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang studi.
Kesulitan peserta didik tersebut di usahakan pemecahannya.
70. Tujuan: Untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan
yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang
studi atau keseluruhan program pembelajaran.
71. Aspek Penilaian: Aspek yang di nilai, termasuk hasil belajar
yang di peroleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran.
72. Waktu Pelaksanaan: Pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan
pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
para peserta didiknya.
73.
74.
2.2 Perbedaan Evaluasi, Penilaian, dan pengukuran.
75. Evaluasi, penilaian, dan pengukuran pada dasarnya memiliki satu hubungan
sebelum melihat pengertian masing-masing secara mendalam. Untuk menjelaskan hubungan
tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut ini.

76.
15

77. Berdasarkan gambar hubungan di atas, dapat diketahui bahwa tes


merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian
dilakukan proses untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan
testing. Setelah dilakukan testing, maka menghasilkan hasil tes atau lembar kerja.
Langkah berikutnya, dilakukan pengukuran. Pengukuran merupakan proses
membandingkan hasil tes dengan standar ukuran tertentu. Pengukuran bersifat
kuantitatif karena hasil dari perbandingan menghasilkan angka atau skor. Langkah
selanjutnya adalah penilaian Penilaian merupakan proses untuk memberikan atribut
atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil pengukuran yang berupa
angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari penilaian berupa
deskripsi. Berikutnya muncul evaluasi. Evaluasi adalah justifikasi atau pengambilan
keputusan atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik atau
tidak.
78. Selanjutnya juga akan dijelaskan apa perbedaan dari istilah-istilah
tersebut. Untuk lebih memudahkan pemahaman perhatikan tabel perbedaan berikut.

79. Isti 80. Definisi 81. Proses 82. Ha


lah sil
83. Tes 84. Alat ukur untuk 85. Testin 86. Ha
mengukur g sil
kemampuan tes
seseorang ata
u
le
mb
ar
ker
ja
87. Pe 88. Proses untuk 89. Memb 90. An
ng menentukan anding gka
uk kuantitas kan ata
ura sesuatu yang hasil u
n menghasilkan tes sko
angka. denga r
n 91. Ber
standa sifa
r t
ukura kua
16

n ntit
tertent atif
u
92. Pe 93. Mengambil 94. Pembe 95. De
nil keputusan rian skr
aia terhadap atribut ipsi
n sesuatu dengan terhad 96. Ber
ukuran baik ap sifa
atau buruk. hasil t
pengu kua
kuran lita
tif
97. Ev 98. Kegiatan yang 99. Penga 100.
alu meliputi dua mbila Keputu
asi unsur yaitu n san
pengukuran dan keputu ata
penilaian. san u
terhad Jus
ap tifi
hasil kas
penilai i
an
lulus/t
idak
101.
102. Evaluasi, pengukuran, dan penilaian memiliki keterkaitan erat. Tanpa
penilaian dan pengukuran, maka evaluasi tidak dapat berjalan. Sementara itu, melalui
penilaian, seorang pendidik dapat mengetahui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
peserta didik yang dapat menjadi bahan ukuran tingkat keberhasilan pembelajaran.
103. Penjelasan singkat mengenai perbedaan pengertian evaluasi,
pengukuran, dan penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut.
104.
105. Pes 106. Sko
107. Nilai 108. Predikat
erta r
109. Sis 112. Lulus amat
110. 85 111. B+
wa A baik
113. Sis 116. Lulus paling
114. 87 115. A-
wa B baik
117. Sis 118. 75 119. B 120. Lulus baik
17

wa C
121. Sis 124. Lulus sangat
122. 90 123. A
wa D baik
125. Sis
126. 80 127. B 128. Lulus baik
wa E
129. Sis 132. Lulus amat
130. 86 131. B+
wa F baik
133.
134. Keterangan :
- Skor merupakan hasil kegiatan pengukuran
- Kategori A, A-, B+, dan B adalah hasil kegiatan penilaian.
- Klasifikasi lulus baik, lulus amat baik, dan lulus sangat baik adalah hasil evaluasi.
135.
136.
137.
2.3. Bentuk-Bentuk Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian dalam Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
138. Dalam pelaksanaan evaluasi bahasa dan sastra Indonesia ada beberapa bentuk
penilaian yang dapat diterapkan oleh guru, diantaranya: penilaian tertulis, penilaian
portofolio, kinerja, proyek, dan unjuk kerja (Djuanda, 2012: 3).
139. Selain pendapat ahli masih banyak lagi bentuk-bentuk penilaian, diantaranya
sebagai berikut.
140. A. Penilaian Unjuk Kerja
a. Pengertian
141. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, wujud penilaian unuk kerja, misalnya saja
tampak dalam praktik membacakan puisi bagi peserta didik di kelas VII dan VIII. Selain itu
bisa pula melalui kompetensi bermain drama. Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan
kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
142.
b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
18

143. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen yaitu: Daftar Cek (Check-list) dan Skala Penilaian (Rating Scale)
144.
145. B. Penilaian Sikap
a. Pengertian
146. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen
kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
147. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a) Sikap terhadap materi pelajaran.
b) Sikap terhadap guru/pengajar.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran.
d) Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu
materi pelajaran.
e) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
mata pelajaran.
148.
b. Teknik Penilaian Sikap
149. Penilain sikap ini memiliki teknik yaitu sebagai berikut.
a) Observasi perilaku
150. Berkaitan langsung dengan siswa melalui pengamatan di kelas
b) Pertanyaan langsung
151. Menyusun pertanyaan terlebih dahulu kemudian dapat secara langsung
digunakan untuk bertanya kepada siswa.
c) Laporan pribadi
152. Menulis laporan untuk masing-masing siswa dengan indikator yang telah
ditentukan.
153.
154. C. Penilaian Tertulis
a. Pengertian
155. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan
tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
b. Teknik Penilaian
156. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a) memilih jawaban, yang dibedakan menjadi:
(a) pilihan ganda
157. contoh:
158. Musibah banjir dan tanah longsor yang sering terjadi membuat kita
harus lebih peduli pada lingkungan.
19

159. Persamaan kata yang bercetak miring adalah.


a. cobaan c. ujian
b. bencana d. kesusahan
(b) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
160. contoh: Tentukan pernyataan di bawah ini fakta atau opini dengan
memberikan tanda (F) atau (O)!
161. ( ) Menurut Presiden, reshuffle kabinet tidak akan terjadi selama
pemerintahan beliau
162. ( ) Museum Ronggowarsito termasuk salah satu museum yang berada
di kota Semarang.
163.
(c) menjodohkan
164. contoh: Tentukan makna dari istilah dalam kolom A pada kolom B di
bawah ini!
165. A B
166. Reboisasi bencana
167. Ventilasi usaha penanaman pohon kembali
168. Musibah sistem pergantian udara
169.
(d) sebab-akibat
170. contoh: Mengapa musibah banjir bisa terjadi?
171.
b) mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
(a) isian atau melengkapi, contoh: Ayah membeli ikan pasar.
(b) jawaban singkat atau pendek, contoh: Setiap akhir tahun, banyak pusat
perbelanjaan yang memberikan diskon bagi pembeli. Makna kata bercetak miring
ialah.
(c) soal uraian, contoh: Buatlah sebuah puisi tentang keindahan alam di sekitar
kalian!
172. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
b) materi, misalnya kesesuian soal dengan Standar Kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator pencapaian pada kurikulum.
c) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
d) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
173.
174.
175. D. Penilaian Proyek
a. Pengertian
20

176. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3
(tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a) Kemampuan pengelolaan
b) Relevansi
c) Keaslian
177.
b. Teknik Penilaian Proyek
178. Penilaian cara ini dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek.
179.
180. E. Penilaian Produk
a. Pengertian
181. Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat
suatu produk dan kualitas produk tersebut.Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan
dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:
a) Tahap persiapan
b) Tahap pembuatan (produk)
c) Tahap penilaian (appraisal)
182.
b. Teknik Penilaian Produk
183. Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik.Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan
(tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk). Cara holistik, yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap
penilaian produk (appraisal). Contoh penilaian produk, misalnya: tugas pembuatan
slogan atau poster tentang kegiatan sekolah bagi peserta didik kelas VIII. Penilaian
dilakukan pendidik terhadap hasil karya peserta didik, seperti kesesuaian tema dengan
isi slogan atau poster, komposisi gambar dan warna (poster), maupun kalimat dalam
slogan.
184.
185. F. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
186. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
portofolio di sekolah, antara lain :
a) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
b) Saling percaya antara guru dan peserta didik
c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
21

d) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru


e) Kepuasan
f) Kesesuaian
g) Penilaian proses dan hasil
h) Penilaian dan pembelajaran
b. Teknik Penilaian Portofolio
187. Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi
digunakan juga oleh peserta didik sendiri, dan dapat dinilai dengan uang (mempunyai
nilai jual bagi mata diklat produktif).
b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
e) Tentukan aspek-aspek yang akan dinilai dari sampel portofolio beserta pembobotannya
bersama para peserta didik sebelum mereka membuat karyanya
f) Mintalah peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g) Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya belum memuat Standar Kompetensi
Lulusan, maka peserta didik dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi.
188. Adapun contoh penilaian portofolio, misalnya saja tugas kliping puisi, artikel
bertema tertentu, maupun cerpen.
189.
190. G. Penilaian Diri
a. Pengertian
191. Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau
acuan yang telah disiapkan. Ada beberapa jenis penilaian diri, diantaranya:
a) Penilaian Langsung dan Spesifik
b) Penilaian Tidak Langsung dan Holistik
c) Penilaian Sosio-Afektif
192.
b. Teknik Penilaian
193. Teknik penilaian diri dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut.
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
b) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
d) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau
skala penilaian.
e) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
22

f) Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
g) Lakukan tindakan lanjutan, antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru dan siswa
membahas bersama proses dan hasil penilaian.
194. BAB III
195. PENUTUP
196.
3.1. Simpulan
197. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam makalah ini dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
198. Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari
evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan
dengan hasil yang bisa dicapai. Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro
dan ada yang mikro.
199. Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara
sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu
objek. Pengukuran bersifat kuantitatif.
200. Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan tidak baik. Penilaian bersifat kualitatif. Dalam
pendidikan, penilaian dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah
berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, untuk mencari informasi apakah
terdapat kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran, untuk
mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran
berlangsung, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki
peserta didik. Penilaian ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif,
penilaian penempatan (placement), dan penilaian diagnostik.
201. Hubungan antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian bersifat hirarkis.
evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa perilaku individu atau
lembaga. Sedangkan pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan criteria tertentu.
Penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran. Maka dalam suatu proses
pembelajaran terdapat ketiganya karena saling berkaitan satu sama lainnya.

202.
3.2. Saran
203. Saran dalam makalah ini yaitu bagi calon guru atau pendidik untuk lebih
memperhatikan kegiatan evaluasi, pengukuran, dan penilaian dalam pembelajaran. Dalam

23
24

204. pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, pendidik hendaknya melakukan


kegiatan evaluasi, pengukuran, maupun penilaian sesuai dengan tuntutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya saja, aspek mendengarkan, maka
instrumen penilaian yang digunakan pendidik juga harus berkaitan dengan
kegiatan mendengarkan, bukan membaca ataupun menulis. Dengan demikian,
pendidikan akan mengalami peningkatan seiring dengan terus meningkatnya
kualitas kegiatan pembelajaran. Peningkatan pendidikan tentu akan menyebabkan
kompetensi yang dimiliki siswa akan lebih baik pula.
205. DAFTAR PUSTAKA
206.
207. Djuanda, Dadan. 2012. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Diunduh dari http://www.academia.edu tanggal 26 Maret 2016
208. Fatoni, Fanni. 2013. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. Diunduh dari
http://www.academia.edu tanggal 25 Maret 2016
209. Oktafiandy, Navel. 2012. Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran Dalam
Dunia Pendidikan. Diunduh dari
https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/14/pengertian-evaluasi-
pengukuran-dan-penilaian-dalam-dunia-pendidikan/tanggal 25 Maret 2016
210. Putra, Sitiatava R. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja.Yogyakarta:
Diva Press.
211. Supriyadi. 2013. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Gorontalo
212.
213. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
214.
215. Yusuf, Muri.A. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia
Group.
216.

25

You might also like