Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Tes Bahasa dan
Sastra Indonesia
oleh:
Kelompok 5
1. Aristia Fatmawati (0202515015)
2. Dwi Mardiyani (0202515029)
Rombel A Reguler
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut.
2
3
7. BAB II
8. PEMBAHASAN
9.
10.
2.1 Hakikat Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian
11. Evaluasi, pengukuran, dan penilaian merupakan alat untuk mengetahui tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik. Ketiga hal tersebut memiliki manfaat besar dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Osman (dalam Fatoni, 2013: 1), melalui evaluasi,
pengukuran, dan penilaian, pendidik dan peserta didik akan memperoleh panduan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Di sisi lain, bagi akademisi akan membantu saat seleksi staff dan
siswa baru. Sementara itu, bagi pembuat kebijakan, hasil ketiganya dapat membantu
mengevaluasi efisiensi sistem pendidikan yang berlaku. Untuk dapat memahami lebih lanjut
mengenai apa itu evaluasi, pengukuran, dan penilaian akan dipaparkan penjelasannya sebagai
berikut.
12.
2.1.1 Evaluasi
A. Pengertian
13. Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (Shadily dalam Oktaviandy, 2012: 3). Sementara secara luas,
menurut Gronlund (dalam Supriyadi, 2013: 4) evaluasi adalah suatu proses sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan pengajaran.
14. Pendapat tersebut sejalan dengan Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa
evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaannya.
15. Berbeda dengan pendapat Putra (2013:17) menjelaskan bahwa evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria judgement
atau tindakan dalam pembelajaran.
16. Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari
evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan
dengan hasil yang bisa dicapai.
4
5
17. Evaluasi juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan
kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus
evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui
evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai.
Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.
18. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa evaluasi
adalah serangkaian proses untuk melihat ketercapaian hasil dari sebuah program.
Ketercapaian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan maupun tingkat
efisiensi sebuah program.
19.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
20. Evaluasi memiliki beberapa tujuan seperti tercantum dalam Depdiknas
(2003:6), yaitu:
a. Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
b. Memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru.
c. Memperbaiki, menyempurnakan, dan mengembangkan program belajar mengajar.
d. Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar
dan mencarikan jalan keluar.
e. Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuan.
21. Sementara itu, fungsi evaluasi menurut Arifin (dalam Fatoni, 2013:6),
diantaranya:
a. secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya,sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan,
b. secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapatberkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakatdengan segala karakteristiknya,
c. secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalammenempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengankemampuan dan kecakapannya
masing-masing,
d. untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya,apakah ia termasuk
anak yang pandai, sedang atau kurang,
e. untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh programpendidikannya,
f. untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baikdalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikantingkat/kelas,secara
administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporantentang kemajuan peserta
6
umpan balik yamg mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan-
kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan
rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
e. Evaluasi Sumatif
29. Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang
dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode
pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada akhir semester atau akhir
tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan
bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
f. Ujian Akhir Nasional (UAN)/ UN
30. Ujian Akhir Nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar
tahap akhir Nasional ) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat
penentu kanaikan status siswa. Namun UAN dirancang untuk siswa yang telah menduduki
kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yakni sejak SD/MI dan seterusnya.
g. Evaluasi Penempatan
31. Evaluasi jenis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan setiap siswa,
sehingga guru dapat menempatkan siswa dalam situasi yang tepat baginya. Penempatan yang
dimaksud dapat berupa sebagai berikut:
a) Penempatan siswa dalam kelompok kerja
b) Penempatan siswa dalam kelas, siswa yang memerlukan perhatian lebih besar dalam
belajar ditempatkan di depan, misalnya siswa yang kurang baik pendengarannya. Atau
siswa yang rabun dekat maka ditempatkan di belakang.
c) Penempatan siswa dalam kepanitiaan di sekolah. Menempatkan siswa dalam program
pengajaran tertentu, misalnya memilih program pengajaran atau keterampilan yang
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
32.
33.
2.1.2 Pengukuran
A. Pengertian Pengukuran
34. Untuk memahami secara lebih mendalam berikut dikemukakan
beberapa pendapat para ahli, diantaranya yaitu menurut Sudijono (dalam, Fatoni,
2013:2) menyatakan bahwa pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan
membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Di sisi lain, Djuanda
(2012:1) menyatakan bahwa pengukuran ialah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan bila seorang siswa telah mencapai
karakteristik tertentu.
8
35. Pendapat Djuanda di atas hampir sama dengan Alwasilah et. al. (dalam
Oktafiandy, 2012: 4) yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan proses mendekripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian
rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan anka-angka.
36. Sama halnya dengan pendapat Putra (2013:17) menyatakan bahwa
pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Hill (dalam Yusuf, 2015: 10)
menyatakan bahwa measurement is the assignment of number to attributes of
objects, events, of people according to rules. Adapun Campbell (dalam Yusuf,
2015:10) merumuskan bahwa measurement as the assignment of numerals to
objects or events according to rules .
37. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disumpulkan bahwa sekurang-
kurangnya ada tiga konstruk atau konsep yang terdapat dalam pengertian pengukuran,
yaitu:
1. Angka atau simbol
38. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi secara
matematis, seperti 1,2,3, dan seterusnya; atau I, II, III dan seterusnya.
2. Penerapan
39. Suatu angka atau simbol itu diterapkan terhadap atribut objek atau kejadian
tertentu yang dimaksudkan.
3. Aturan
40. Aturan dimaksudkan sebagai patokan tentang benar atau tidaknya tindakan
yang dilakukan atau sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang. Umpama:
mengukur aturan yang berlaku, untuk mengukur tinggi seseorang digunakan satuan cm,
untuk berat satuan kg, untuk suhu badan satuannya adalah celcius.
41. Dengan demikian dapat dikatan bahwa pengukuran dalam pendidikan atau
pembelajaran merupakan suatu prosedur penerapan angka atau simbol terhadap atribut suatu
objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan-aturan tertentu.perlu diingat
bahwa prosedur pengukuran tidak membuat keputusan, dalam arti kata pemberian makna,
seperti naik kelas atau tidak naik kelas. Dengan melakukan pengukuran, seseorang dapat
menyediakan informasi dalam berbagai aspek yang relevan dengan keputusan yang akan
diambil. Kita juga tidak pernah mengukur benda, orang atau objek, tetapi yang diukuar
adalah kualitas atribut benda, orang atau objek. Karena itu, pengukuran itu dapat digunakan
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalam mengumpulkan informasi kuantitaif dengan
mengingat ketiga unsur (angka, penerapan, dan aturan). Pengukuran tidak semata-mata
9
tergantung pada tes sebagai alat ukur tetapi juga dapat digunakan cara lain, asal hasilnya
dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam bentuk angka).
42. Berdasarkan berbagai uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
pengukuran berkaitan dengan kegiatan pemberian angka terhadap hasil belajar siswa. Dalam
prosesnya, pengukuran berusaha membandingkan hasil tes dengan standar yang telah ada.
Pengukuran bersifat kuantitatif dan dinyatakan dengan angka. esensi dari pengukuran adalah
kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor.
B. Objek Pengukuran
43. Dalam sebuah pembelajaran, terdapat beberapa objek pengukuran, yaitu: 1)
prestasi atau hasil belajar siswa, 2) sikap, 3) motivasi, 4) intelegensi, 5) kecerdasan
emosional, 6) minat, dan (7) kepribadian.
44. Menurut teori pengukuran, substansi yang diukur harus satu dimensi.
Aspek bahasa, kerapian tulisan tidak diskor atau diperhitungkan bila tujuan
pengukuran adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu. Konstruksi alat ukur dapat ditelaah pada aspek materi, teknik penulisan soal,
dan bahasa yang digunakan. Pakar di bidangnya atau teman sejawat merupakan
penelaah yang baik untuk memberikan masukan tentang kualitas alat ukur yang
digunakan termasuk tes.
45. Kesahihan alat ukur juga bisa dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Kisi-kisi
ini berisi materi yang diujikan, bentuk dan jumlah soal, tingkat berpikir yang terlibat,
bobot soal, dan cara penskoran. Kisi-kisi yang baik adalah yang mewakili bahan ajar.
Untuk itu pokok bahasan yang diujikan dipilih berdasarkan kriteria: (1) pokok
bahasan yang esensial, (2) memiliki nilai aplikasi, (3) berkelanjutan, (4) dibutuhkan
untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Hal lain yang penting adalah lamanya
waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal ujian. Ada yang berpendapat, kisi-kisi
ini sebaiknya disampaikan kepada peserta didik.
46. Hasil pengukuran harus memiliki kesalahan yang sekecil mungkin.
Tingkat kesalahan ini berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Alat ukur yang baik
memberi hasil konstan bila digunakan berulang-ulang, asalkan kemampuan yang
diukur tidak berubah. Kesalahan pengukuran ada yang bersifat acak dan ada yang
bersifat sistematik. Kesalahan acak disebabkan situasi saat ujian, kondisi fisik-mental
yang diukur dan yang mengukur bervariasi. Kondisi mental termasuk emosi seseorang
10
bisa bersifat variatif, dan variasinya diasumsikan acak. Hal ini untuk memudahkan
melakukan estimasi kemampuan seseorang.
47. Kesalahan yang sistematik disebabkan oleh alat ukurnya, yang diukur,
dan yang mengukur. Ada guru yang cenderung membuat soal tes yang terlalu mudah
atau sulit, sehingga hasil pengukuran bisa underestimateatau overestimate dari
kemampuan yang sebenarnya. Setiap orang yang dites, teramsuk peserta didik, tentu
memiliki rasa kecemasan walau besarnya bervariasi. Apabila ada peserta didik yang
selalu memiliki tingkat kecemasan tinggi ketika dites, hasil pengukurannya cenderung
underestimate dari kemampuan yang sebenarnya.
C. Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran
48. Hasil suatu pengukuran akan ditentukan dengan kecanggihan alat ukur
atau instrumen yang dipakai, pengadministrasian yang tepat, serta pengolahan data
menurut aturan yang sudah ada dan disepakati. Hasil dari pengukuran adalah angka
atau simbol lain, yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Berkaitan dengan
pentingnya proses pengukuran ini, ada tiga langkah yang harus diperhatikan ketika
melakukan pengukuran, yaitu sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang akan diukur.
2. Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur atribut tersebut.
3. Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untuk menerjemahkan hasil pengukuran
ke dalam pernyataan atau data kuantitatif. Bagaimanapun juga dalam pengukuran,
pengkuantitatifan informasi adalah penting untuk membuat ketetapan hati/ kebulatan
tekad atau membedakan suatu etribut sehingga kesimpulan yang diambil tidak subjektif.
49. Pengukuran yang dilakukan hendaklah komprehensif dan dilakukan
dalam beberapa kali bukan hanya sekali saja, serta melakukan pengontrolan yang
terkendali selama kegiatan terhadap objek yang diukur. Oleh karena itu dalam
pendidikan khususnya pembelajaran, seorang guru dapat menggunakan tes hasil
belajar untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa di sekolah. Guru juga
dapat meminta bantuan tenaga ahli lain, kalau ingin mengetahui kemampuan dasar
atau IQ siswa, atau untuk minat, bakat, dan kepribadian siswa dapat bekerjasama
dengan ahli dibidangnya.
50.
2.1.3 Penilaian
A. Pengetian Penilaian
11
51. Bukti adanya pengukuran hasil belajar peserta didik tampak pada munculnya
berbagai macam penilaian yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian
adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana ketercapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian dapat
berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Oktafiandy, 2012: 3).
52. Pendapat Oktafiandy di atas didukung oleh pernyataan Djuanda (2012: 2)
yang menganggap bahwa penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
53. Berbeda dengan pendapat Putra (2013:17) yang menyatakan bahwa penilaian
dalam pembelajaran ialah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan, serta menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui kegiatan belajar.
54. Dengan demikian, penilaian dapat dikatakan sebagai kegiatan baik, kualitatif
maupun kuantitatif untuk mengetahui hasil belajar atau ketercapaian kompetensi peserta
didik.
55. Penilaian memiliki beberapa fungsi menurut Djuanda (2012: 3), diantaranya:
1. Menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai suatu kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembanagan kepribadian, maupun pemilihan jurusan.
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan siswa
serta sebagai alat diagnosis yeng membantu penyidik menentukan apakah seseorang
perlu mengikuti remedial maupun pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan
siswa.
B. Prinsip-Prinsip Penilaian
56. Pelaksanaan penilaian memiliki beberapa prinsip dalam
pelaksanaannya, yaitu:
1. Objektif, artinya penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi subjektivitas
penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian dilakukan pendidik secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, bermakna penilaian dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh pendidik ,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
4. Transparan menekankan pada proses penilaian yang dapat diakses oleh semua pihak,
mulai dari prosedur, kriteria, standar penilaian hingga dasar pengambilan keputusan.
12
a. Penilaian Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu
bidang studi tertentu:
60. Fungsi: Untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang
lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan atau rencana pembelajaran.
61. Tujuan: Untuk mengetahui hingga dimana penguasaan peserta
didik tentang materi yang diajarkan dalam satu rencana atau satuan pembelajaran.
62. Aspek penilaian: Aspek yang dinilai pada penilaian normatif
ialah hasil kemajuan belajar peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap
terhadap materi ajar yang disajikan pendidik.
b. Penilaian Sumatif, yaitu penilaian yang di lakukan terhadap hasil belajar peserta didik
yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan, semester atau akhir
tahun.
63. Fungsi: Untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik
setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan/semester.
64. Tujuan: Untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah melakukan program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester,
akhir tahun atau akhir suatu program pembelajaran pada suatu unit pendidikan tertentu.
65. Aspek Penilaian: Aspek yang dinilai ialah kemajuan hasil
belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang
materi pembelajaran yang diberikan. Dalam hal waktu pelaksanaan, penilaian ini
dilaksanakan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran permulaan atau peserta
didik tersebut baru akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertentu.
c. Penilaian Penempatan (placement) yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
66. Fungsi: Untuk mengetahui keadaan peserta didik sepintas lalu
termasuk keadaan seluruh pribadinya, peserta didik tersebut dapat di tempatkan pada
posisinya.
67. Tujuan: Untuk menempatkan peserta didik pada tempatnya
yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri
peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan dalam mengikuti
pembelajaran atau setiap program bahan yang di sajikan guru.
68. Aspek Penilaian: Aspek yang dinilai meliputi keadaan fisik
dan psikis, bakat, kemampuan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan aspek
lain yang di anggap perlu bagi kepentingan pendidikkan peserta didik selanjutnya,
kemungkinan penilaian ini dapat juga di lakukan setelah peserta didik mengikuti pelajaran
selama satu caturwulan, satu semester, satu tahun, sesuai dengan maksud lembaga
14
76.
15
n ntit
tertent atif
u
92. Pe 93. Mengambil 94. Pembe 95. De
nil keputusan rian skr
aia terhadap atribut ipsi
n sesuatu dengan terhad 96. Ber
ukuran baik ap sifa
atau buruk. hasil t
pengu kua
kuran lita
tif
97. Ev 98. Kegiatan yang 99. Penga 100.
alu meliputi dua mbila Keputu
asi unsur yaitu n san
pengukuran dan keputu ata
penilaian. san u
terhad Jus
ap tifi
hasil kas
penilai i
an
lulus/t
idak
101.
102. Evaluasi, pengukuran, dan penilaian memiliki keterkaitan erat. Tanpa
penilaian dan pengukuran, maka evaluasi tidak dapat berjalan. Sementara itu, melalui
penilaian, seorang pendidik dapat mengetahui kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
peserta didik yang dapat menjadi bahan ukuran tingkat keberhasilan pembelajaran.
103. Penjelasan singkat mengenai perbedaan pengertian evaluasi,
pengukuran, dan penilaian dapat dilihat dalam tabel berikut.
104.
105. Pes 106. Sko
107. Nilai 108. Predikat
erta r
109. Sis 112. Lulus amat
110. 85 111. B+
wa A baik
113. Sis 116. Lulus paling
114. 87 115. A-
wa B baik
117. Sis 118. 75 119. B 120. Lulus baik
17
wa C
121. Sis 124. Lulus sangat
122. 90 123. A
wa D baik
125. Sis
126. 80 127. B 128. Lulus baik
wa E
129. Sis 132. Lulus amat
130. 86 131. B+
wa F baik
133.
134. Keterangan :
- Skor merupakan hasil kegiatan pengukuran
- Kategori A, A-, B+, dan B adalah hasil kegiatan penilaian.
- Klasifikasi lulus baik, lulus amat baik, dan lulus sangat baik adalah hasil evaluasi.
135.
136.
137.
2.3. Bentuk-Bentuk Evaluasi, Pengukuran, dan Penilaian dalam Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
138. Dalam pelaksanaan evaluasi bahasa dan sastra Indonesia ada beberapa bentuk
penilaian yang dapat diterapkan oleh guru, diantaranya: penilaian tertulis, penilaian
portofolio, kinerja, proyek, dan unjuk kerja (Djuanda, 2012: 3).
139. Selain pendapat ahli masih banyak lagi bentuk-bentuk penilaian, diantaranya
sebagai berikut.
140. A. Penilaian Unjuk Kerja
a. Pengertian
141. Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, wujud penilaian unuk kerja, misalnya saja
tampak dalam praktik membacakan puisi bagi peserta didik di kelas VII dan VIII. Selain itu
bisa pula melalui kompetensi bermain drama. Penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan
kinerja dari suatu kompetensi.
b) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
d) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
e) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
142.
b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
18
143. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen yaitu: Daftar Cek (Check-list) dan Skala Penilaian (Rating Scale)
144.
145. B. Penilaian Sikap
a. Pengertian
146. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen
kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
147. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a) Sikap terhadap materi pelajaran.
b) Sikap terhadap guru/pengajar.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran.
d) Sikap berkaitan dengan nilai-nilai atau norma-norma tertentu berhubungan dengan suatu
materi pelajaran.
e) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan
mata pelajaran.
148.
b. Teknik Penilaian Sikap
149. Penilain sikap ini memiliki teknik yaitu sebagai berikut.
a) Observasi perilaku
150. Berkaitan langsung dengan siswa melalui pengamatan di kelas
b) Pertanyaan langsung
151. Menyusun pertanyaan terlebih dahulu kemudian dapat secara langsung
digunakan untuk bertanya kepada siswa.
c) Laporan pribadi
152. Menulis laporan untuk masing-masing siswa dengan indikator yang telah
ditentukan.
153.
154. C. Penilaian Tertulis
a. Pengertian
155. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan
tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
b. Teknik Penilaian
156. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a) memilih jawaban, yang dibedakan menjadi:
(a) pilihan ganda
157. contoh:
158. Musibah banjir dan tanah longsor yang sering terjadi membuat kita
harus lebih peduli pada lingkungan.
19
176. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3
(tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a) Kemampuan pengelolaan
b) Relevansi
c) Keaslian
177.
b. Teknik Penilaian Proyek
178. Penilaian cara ini dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama
pengerjaan tugas, dan terhadap hasil akhir proyek.
179.
180. E. Penilaian Produk
a. Pengertian
181. Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat
suatu produk dan kualitas produk tersebut.Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan
dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:
a) Tahap persiapan
b) Tahap pembuatan (produk)
c) Tahap penilaian (appraisal)
182.
b. Teknik Penilaian Produk
183. Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau
analitik.Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan
(tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk). Cara holistik, yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap
penilaian produk (appraisal). Contoh penilaian produk, misalnya: tugas pembuatan
slogan atau poster tentang kegiatan sekolah bagi peserta didik kelas VIII. Penilaian
dilakukan pendidik terhadap hasil karya peserta didik, seperti kesesuaian tema dengan
isi slogan atau poster, komposisi gambar dan warna (poster), maupun kalimat dalam
slogan.
184.
185. F. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
186. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
portofolio di sekolah, antara lain :
a) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
b) Saling percaya antara guru dan peserta didik
c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
21
f) Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa
melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
g) Lakukan tindakan lanjutan, antara lain guru memberikan balikan tertulis, guru dan siswa
membahas bersama proses dan hasil penilaian.
194. BAB III
195. PENUTUP
196.
3.1. Simpulan
197. Berdasarkan uraian tersebut maka dalam makalah ini dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
198. Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari
evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu
telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan
dengan hasil yang bisa dicapai. Ditinjau dari cakupannya, evaluasi ada yang bersifat makro
dan ada yang mikro.
199. Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek secara
sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu
objek. Pengukuran bersifat kuantitatif.
200. Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan tidak baik. Penilaian bersifat kualitatif. Dalam
pendidikan, penilaian dilakukan untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah
berlangsung sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, untuk mencari informasi apakah
terdapat kekurangan-kekurangan pada peserta didik selama proses pembelajaran, untuk
mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses pembelajaran
berlangsung, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah dimiliki
peserta didik. Penilaian ada beberapa jenis, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif,
penilaian penempatan (placement), dan penilaian diagnostik.
201. Hubungan antara evaluasi, pengukuran, dan penilaian bersifat hirarkis.
evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, bisa perilaku individu atau
lembaga. Sedangkan pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan criteria tertentu.
Penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran. Maka dalam suatu proses
pembelajaran terdapat ketiganya karena saling berkaitan satu sama lainnya.
202.
3.2. Saran
203. Saran dalam makalah ini yaitu bagi calon guru atau pendidik untuk lebih
memperhatikan kegiatan evaluasi, pengukuran, dan penilaian dalam pembelajaran. Dalam
23
24
25