You are on page 1of 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Bahan Baku
4.1.1.1 Analisis Kadar Air Bahan Baku
Tabel 4.1 Analisis Kadar Air Bahan Baku
Run Sampel Massa sampel (g) Massa kering (g) Kadar air (%)
I 2 0,85 57,50
II ampas tebu 2 0,65 62,50
III 2 1,02 49,00

4.1.1.2 Analisis Kadar Abu Bahan Baku


Tabel 4.2 Analisis Kadar Abu Bahan Baku
Run Sampel Massa sampel (g) Massa abu (g) Kadar abu (%)
I 2 0,02 1,00
II ampas tebu 2 0,07 9,33
III 2 0,15 7,50

4.1.1.3 Analisis Bilangan Kappa Bahan Baku


Tabel 4.3 Analisis Bilangan Kappa Bahan Baku
Sampel Volume titrasi sampel Volume titrasi blanko Bilangan
Run
(ml) (ml) Kappa
I 4,80 25,50 20,31
II Ampas tebu 32,50 52,50 19,58
III 34,00 55,20 21,03
4.1.2 Pulp
4.1.2.1 Analisis Kadar Air Pulp
Tabel 4.4 Analisis Kadar Air Pulp
Run Sampel Massa sampel (g) Massa kering (g) Kadar air (%)
I 2 0,38 81,00
II Pulp (ampas tebu) 2 0,67 66,55
III 2 0,36 82,00

4.1.2.2 Analisis Kadar Abu Pulp


Tabel 4.5 Analisis Kadar Abu Pulp
Run Sampel Massa sampel (g) Massa kering (g) Kadar abu (%)
I 2 0,02 1,00
II Pulp (ampas tebu) 2 0,05 7,50
III 2 0,01 0,50

4.1.2.3 Analisis Kadar Alfa, Beta dan Gamma Selulosa Pulp


Tabel 4.6 Analisis Kadar Alfa, Beta dan Gamma Selulosa Pulp
Volume Volume
Kadar
Run Sampel Analisis Pulp titrasi pulp titrasi
(%)
(ml) blanko (ml)
-selulosa 44 64,20 94,46
I -selulosa - - 4,19
-selulosa 43 52,80 1,34
-selulosa 79 86,00 98,08
II Pulp (ampas tebu)) -selulosa - - 1,23
-selulosa 87 82,00 0,68
-selulosa 33 64,20 96,31
III -selulosa - - 1,59
-selulosa 39 50,50 2,10

4.1.2.4 Analisis Bilangan Kappa Pulp


Tabel 4.7 Analisis Bilangan Kappa Pulp
Sampel Volume titrasi Volume titrasi Bilangan
Run
sampel (ml) blanko (ml) Kappa
I 11,50 26,50 15,90
II Pulp (ampas tebu) 36,50 52,50 15,66
III 9,00 25,50 15,90
4.2 Pembahasan
4.2.1 Bahan Baku
4.2.1.1 Analisis Kadar Air Bahan Baku

70
1:8
60 1:9
1:8
1 : 10
50 1:9
1:8
1:8 1 : 10
40 1:9
1:9 1 : 10
Kadar Air Bahan Baku (%)
30
Kadar Air (%) 1 : 10
20

10

0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit))

Gambar 4.1 Grafik Analisa Kadar Air Bahan Baku

Hasil analisis kadar air ampas tebu yang diperoleh dari percobaan run I, II,
dan III adalah berturut-turut sebesar 57,50 % ; 62,50 % ; 49,00 %.
Tujuan analisis kadar air adalah untuk mempermudah perhitungan bahan
kimia yang dibutuhkan dalam proses pemasakan. Dengan konsentrasi larutan
pemasak yang makin besar, maka jumlah larutan pemasak yang bereaksi dengan
lignin semakin banyak. Akan tetapi, pemakaian larutan pemasak yang berlebihan
tidak terlalu baik karena akan menyebabkan selulosa terdegradasi. Kadar air yang
tinggi membuat massa larutan pemasak menjadi lebih sedikit (Wibisono, dkk., 2011).
Berdasarkan teori, Ampas tebu memiliki kandungan air sebesar 14,3%.
Persyaratan kadar air maksimum dari bahan baku pembuatan pulp adalah sebesar
48%. Kadar air yang tinggi tidak baik untuk pulp sebab dapat mempengaruhi
viskositas pulp dan kualitas pulp menurun (Arioen, 2011).
Oleh karena itu, hasil analisis kadar air bahan baku dari sampel ampas tebu
belum memenuhi syarat untuk bahan baku pembuatan pulp.
4.2.1.2 Analisis Kadar Abu Bahan Baku

10
1:8
8 1:8 1:9
1 : 10
1:9
6
1 : 10
Kadar Abu Bahan Baku(%)
4
Kadar abu (%)
2

0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit))

Gambar 4.2 Grafik Analisa Kadar Abu Bahan Baku

Hasil analisis kadar abu ampas tebu yang diperoleh dari percobaan run I, II,
dan III adalah berturut-turut sebesar 1,00 % ; 7,50 % ; 9,33 %.
Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral, warna,
dan tekstur bahan baku. Kadar abu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan warna dan
tekstur bahan baku menjadi kurang bagus (Zakaria, dkk., 2013). Adapun karakteristik
bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pulp, yakni : Berserat, Kadar Alpa
Selulosa lebih dari 40%, Kadar Ligninnya kurang dari 25%, Kadar air maksimal
10%, Memiliki kadar abu maksimal 2% (Harsini dan Susilowati, 2010).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar abu pada run I tergolong rendah dari
standard kadar abu bahan baku pulp sehingga cocok sebagai bahan baku pembuatan
pulp sedangkan pada run II dan III diatas ambang standard sehingga kurang cocok
sebagai bahan baku pulp.
4.2.1.3 Analisis Bilangan Kappa Bahan Baku

21.5

21.0 1:8
1:9
20.5
1 : 10
20.0
Bilangan Kappa Bahan Baku
Bilangan
19.5Kappa (K)

19.0

18.5
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.3 Grafik Analisa Bilangan Kappa Bahan Baku

Dari percobaan analisis yang dilakukan diperoleh bilangan kappa dengan


bahan baku ampas tebu pada run I, II dan II berturut-turut sebesar 20,31; 21,03 dan
19,58
Tujuan analisis bilangan kappa adalah menentukan kandungan lignin dalam
pulp. Peningkatan bilangan kappa berhubungan dengan peningkatan kadar lignin dan
menurunnya bilangan kappa maka akan membutuhkan kondisi dan bahan kimia
proses pemutihan lebih lunak/sedikit (Fuadi dan Sulystya, 2008). Secara teori Ampas
tebu memiliki kandungan selulosa 52,7%, hemiselulosa 20,0%, dan lignin 24,2%
(Arioen, 2011).
Jika dikaitkan dengan pengolahan pulp, kayu dengan kadar lignin lebih dari
30% pembuatan bubur kayunya lebih baik menggunakan proses mekanik, sedangkan
jika kadar lignin kurang dari 30% lebih baik menggunakan proses semi kimia atau
kimia (Fuadi dan Sulystya, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ampas tebu
dapat digunakan dalam bahan baku pembuatan pulp dan lebih baik dilakukan dengan
proses kimia atau semi kimia.

4.2.2 Pulp
4.2.2.1 Analisis Kadar Air Pulp

90
1:8
75
1:9
60
1 : 10
45
Kadar Air Pulp (%)
30 Kadar Air (%)

15

0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.4 Grafik Analisa Kadar Air Pulp

Hasil analisis kadar air pulp (ampas tebu) pada run I, II, dan III berturut-turut
sebesar 81,00%,66,55 %, dan 82,00%.
Dengan kadar air ampas tebu pada run I, II, dan III sebesar 81,00%, 66,55%,
dan 82,00%. Semakin tinggi kadar air maka kualitas pulp akan semakin buruk. Kadar
air yang standar untuk pulp adalah berkisar 5 - 10% (Ahrens and Xu, 1999).
maka pulp yang dihasilkan masih jauh dari standar. Agar dapat memperoleh
kualitas pulp yang baik, maka sebelum digunakan pada proses selanjutnya (seperti
pembuatan kertas), pulp perlu dikeringkan agar kadar airnya menjadi lebih rendah.
4.2.2.2 Analisis Kadar Abu Pulp

8
1:8
7
6 1:9
5 1 : 10
4
Kadar Abu Pulp (%)
3 Kadar abu (%)
2
1
0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.5 Grafik Analisa Kadar Abu Pulp

Hasil analisis kadar abu pulp (ampas tebu) yang diperoleh dari percobaan
pada run I, II, dan III berturut-turut sebesar 1,00%, 7,50%, 0,50%.
Tujuan analisis kadar abu adalah untuk mengetahui nilai kadar abu, jika kadar
abu yang tinggi tidak diharapkan dalam pembuatan pulp karena dapat mempengaruhi
kualitas kertas. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas pulp yang
dihasilkan (Pasaribu, dkk, 2008).
Berdasarkan teori, Pulp memiliki kadar abu sebesar 0,06% hingga 0,09%
(TAPPI, 2002). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar abu dari pulp (ampas tebu)
yang dihasilkan tergolong tinggi dan tergolong kurang baik untuk digunakan sebagai
bahan baku pembuatan kertas.
4.2.2.3 Analisis Kadar Alfa, Beta, dan Gamma Selulosa Pulp
4.2.2.3.1 Analisis Kadar Alfa Selulosa Pulp

99
98 1:8
97 1:9
96 1 : 10
Kadar Alfa Selulosa Pulp 95
kadar alfa s
94
93
92
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.6 Grafik Analisa Kadar Alfa Selulosa Pulp

Hasil analisis kadar alfa selulosa pulp (ampas tebu) yang diperoleh dari
percobaan pada run I, II, dan III adalah sebesar 94,46%, 98,08%, dan 96,31%.
Selulosa - (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan derajat polimerisasi 600 -
1500. Selulosa - dipakai sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa
(Desriani, dkk., 2012). Selulosa merupakan komponen penting dari kayu yang
bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan kertas. Bahan baku yang berkadar
selulosa tinggi sangat diinginkan sebab dapat menghasilkan rendemen yang tinggi
serta memiliki fungsi membentuk jalinan antar serat dengan ikatan H atau gugus
hidroksil pada selulosa (Zulferiyenni, dkk., 2009).
Kandungan selulosa di bawah 40% kurang baik untuk digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Kandungan selulosa di atas 40%
memberikan gambaran positif sebagai bahan baku untuk pulp dan kertas dengan baik
(Sutiya, dkk., 2012) Selulosa- merupakan kualitas selulosa yang paling tinggi
(murni). Selulosa > 92% memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku
utama pembuatan propelan dan atau bahan peledak (Desriani, dkk., 2012). Maka
dapat disimpulkan bahwa kadar alfa selulosa yang dihasilkan mempunyai nilai yang
tinggi, sehingga sangat cocok digunakan dalam pembuatan pulp.
4.2.2.3.2 Analisa Kadar Beta Selulosa Pulp

5.0

4.0

3.0
Kadar Beta Selulosa Pulp 1:8
2.0
Kadar beta 1:9
1.0 1 : 10

0.0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.7 Grafik Analisa Kadar Beta Selulosa Pulp

Hasil analisis kadar beta selulosa pulp (ampas tebu) yang diperoleh dari
percobaan pada run I, II, dan III adalah sebesar 4,19%, 1,23%, dan 1,59%.
Beta selulosa merupakan bagian pulp yang larut dalam larutan NaOH dan bisa
diendapkan dengan larutan asam, merupakan bagian selulosa yang terdegradasi (SNI,
2009). Tingginya nilai beta selulosa menunjukkan bahwa jumlah selulosa yang
terdegradasi juga tinggi. Degradasi dapat berakibat rendahnya rendemen dan sifat
kekuatan pulp (Pasaribu, dkk, 2008).
Secara teori, kadar beta selulosa untuk pulp adalah 1,6% (Wolfrom, 1955).
Kadar beta selulosa pada run II dan III menunjukkan bahwa jumlah selulosa yang
terdegradasi adalah rendah sehingga sifat kekuatan pulp adalah baik dan dapat
digunakan sebagai pembuatan pulp dan kertas, Sedangkan pada run I nilai beta
selulosa yang tinggi, artinya degradasi selulosa yang terjadi juga tinggi, sehingga
pulp yang dihasilkan kurang baik untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
kertas.

4.2.2.3.3 Analisa Kadar Gamma Selulosa

1:8
1:9
1 : 10
2.5

2.0

1.5
Kadar Gamma Selulosa Pulp
1.0
gamma
0.5

0.0
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)

Gambar 4.8 Grafik Analisa Kadar Gamma Selulosa Pulp

Hasil analisis kadar gamma selulosa pulp (ampas tebu) yang diperoleh dari
percobaan pada run I, II, dan III adalah sebesar 1,34%,0,68 %, dan 2,10%.
Tujuan analisis kadar gamma selulosa adalah untuk mengetahui konsentrasi
awal selulosa pada kayu. Kadar gamma selulosa yang masih tinggi menunjukkan
bahwa jumlah hemiselulosa yang tertinggal masih tinggi. Sedangkan senyawa
hemiselulosa ini mengembang dalam air sehingga mempercepat fibrilisasi dan
berpengaruh penyerapan air pada waktu pemerasan. Jadi semakin tinggi kandungan
hemiselulosa maka akan mengurangi waktu dan daya yang dibutuhkan dalam
pemisahan serat (Pasaribu, dkk, 2008).
Secara teori, kadar gamma selulosa untuk pulp yang baik adalah 2,3%
(Wolfrom,1955). Sehingga dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kadar
gamma selulosa yang rendah pada semua percobaan, sehingga pulp yang dihasilkan
baik digunakan dalam bahan baku pembuatan kertas.

4.2.2.4 Analisis Bilangan Kappa Pulp

1:8
1:9
1 : 10

16.0

15.9

15.8

15.7
Bilangan Kappa Pulp
15.6 Bilangan Kappa (K)

15.5

15.4
120 150 180
Waktu Pemasakan (Menit)
Gambar 4.9 Grafik Analisa Bilangan Kappa Pulp

Dari percobaan analisis yang dilakukan diperoleh bilangan kappa dengan


bahan baku pulp (ampas tebu) pada run I, II dan II berturut-turut sebesar 15,90;
15,66 dan 15,90.
Kappa number merupakan pengujian kimia yang diperlakukan terhadap pulp
untuk menentukan tingkat delignifikasi, kekuatan relatif dari pulp dan kesanggupan
untuk diputihkan. Kappa number didefinisikan sebagai jumlah konsumsi
permanganat dalam sampel pulp yang mengandung lignin yang belum bereaksi.
Setelah beberapa waktu, permanganat bereaksi dengan pulp yang ditentukan dengan
metode titrasi (Yandha, 2014). Tingkat kematangan, daya terputihkan, dan derajat
delignifikasi digunakan untuk menentukan kualitas pulp (Rutpan, 2009). Tujuan
analisis bilangan kappa adalah menentukan kandungan lignin dalam pulp (Fuadi dan
sulystya, 2008).
%Lignin = Bilangan Kappa x 0,147 (Fuadi dan Sulystya, 2008)

Dari persamaan diatas, dapat ditentukan kadar lignin yang diperoleh dari
percobaan, yaitu masing untuk Run I, Run II, dan Run III adalah sebesar 2,33%;
2,30%; dan 2,33%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan maka kadar lignin pada
percobaan memiliki kadar lignin diatas rentang kadar yang rendah (1,25-1,75),
namun masih di bawah ambang batas sedang (3,12 - 4,45) (Fuadi dan Sulystya,
2008). Sehingga pulp yang dihasilkan pada percobaan kurang baik digunakan dalam
bahan baku pembuatan kertas karena kadar lignin masih diatas kadar rendah.

You might also like