You are on page 1of 143

PENGALAMAN KEPALA PERAWAT RUANGAN DALAM

PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM DI RUMAH SAKIT

SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
YOGA TEGUH GUNTARA
NIM: 1110104000024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, July 2014
Yoga Teguh Guntara, ID Number: 1110104000024
Experience Room Head Nurse in Implementing Islamic Leadership Style
A Study at Syarif Hidayatullah Hospital
Xviii + 83 pages + 1 draft + 1 Table + 7 appendixes

ABSTRACT
Islamic leadership style is model of leadership style applied by the Prophet
Muhammad SAW. Islamic leadership style is applied, namely Syura (deliberation), Adl bil
qisth (justice, with equality), dan Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with
the values of Islam in the Islamic leadership style.

This research aims to gain an overview of the meaning of meaning Head Nurse
experience in the application of Islamic leadership style. This research is a qualitative one
with descriptive phenomenology design through in-depth interviews. Participants were
occupied as Head Nurse at the Hospital room Syarif Hidayatullah, set directly (purposive)
with the principle of suitability (appropriateness) and sufficiency (adequacy). Retrieval of
data and research conducted during the month of June 2014. Data collected in the form of
recording in-depth interviews and analysis with Collazi method.

This research identified four themes Syura (deliberation);Adl bil qisth (justice, with
equality); Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with the values of Islam in
the Islamic leadership style. The results of this research can provide a picture of the room
Head Nurse experience in the application of Islamic leadership style at Syarif Hidayatullah
Hospital already skilled leadership during the process, but the application is still not
maximized. Required further research on in-depth exploration of how to get more
comprehensive results from room Head Nurse experience in the application of Islamic
leadership style, as well as subsequent researchers can choose a wider scope and complex so
get more complete data.

Keywords: Experience, Islamic Leadership Style, Room Head Nurse


Reference: 59 (1990-2014)

iii
FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2014
Yoga Teguh Guntara, NIM: 1110104000024
Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di
Rumah Sakit Syarif Hidayatullah
Xviii + 83 halaman + 1 bagan + 1 Tabel + 7 lampiran

ABSTRAK
Gaya kepemimpinan Islam merupakan model gaya kepemimpinan yang diterapkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Gaya kepemimpinan Islam yang diterapkan yaitu Syura
(permusyawaratan), Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam
(kebebasan berekspresi) dan disertai dengan nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan
Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari arti pengalaman
Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara
mendalam. Partisipan meliputi yang menjabati sebagai Kepala Perawat Ruangan di Rumah
Sakit Syarif Hidayatullah ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Pengambilan data dan penelitian dilakukan
selama bulan Juni 2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalam
dan analisis dengan metode Collazi.

Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu Syura (Permusyawaratan); Adl bil
qisth (Keadilan, disertai kesetaraan); Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi); dan Nilai-
nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam. Hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran kepada Kepala Perawat Ruangan mengenai pengalaman Kepala Perawat Ruangan
dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah sudah
terterapkan selama proses kepemimpinannya, akan tetapi dalam penerapannya masih belum
maksimal. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam mengenai
cara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam
penerapan gaya kepemimpinan Islam, serta peneliti selanjutnya dapat memilih ruang lingkup
yang lebih luas dan kompleks sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap.

Kata Kunci: Pengalaman, Gaya Kepemimpinan Islam, Kepala Perawat Ruangan


Daftar Bacaan: 59 (1990-2014)

iv
M
RIWAYAT HIDUP

Nama : Yoga Teguh Guntara

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 07 April 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa Lundang, Jorong Panampuang Kecamatan Ampek Angkek,


Kab. Agam, Sumatra Barat

No Hp : 0857-1453-6223

Email : yogateguhguntara@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 11 Bonjol Alam (1998-2004)


2. MTs Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2004-2007)
3. MA Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2007-2010)
4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014)

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota Organisasi Pondok Pesantren Modern Diniyyah (OPPMD) (2007-2008)


2. Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIK (2012-2013)
3. Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (2013-2014)

Pengalaman Seminar dan Training :

1. Seminar Nursing as partner Society and delivering Public health 2011


2. Seminar Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi
Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global 2012
3. Workshop Keperawatan Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic
Reasoning 2012
4. Training Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) 2013
5. National Leadership Training World No Tobacco 2013
6. Kegiatan Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba Di Perguruan Tinggi melalui
Mahasiswa FISIP DKI Jakarta oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 2014

viii
Skripsi Ini Penulis Persembahkan

Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta,
ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah
yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Lukman: 27)

Alhamdulillah. dengan ridha-Mu ya Allah..


Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah. Cinta telah ku gapai, namun itu
bukan akhir dari perjalanan ku, melainkan awal dari sebuah perjalanan.

Ibu Ayah
Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayang ayahanda dan ibundaku
Setulus hatimu bunda, searif arahanmu ayah
Doamu hadirkan keridhaan untukku, Petuahmu tuntunkan jalanku
Pelukmu berkahi hidupku, di antara perjuangan dan tetesan doa malammu
Dan sebait doa telah merangkul diriku, Menuju hari depan yang cerah
Kini diriku telah selesai dalam studiku
Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah,
Kupersembahkan skripsi ini untuk yang termulia, Ayahanda

Ibunda dan Adik-adikku ..,


Terima kasih atas cintanya, semoga karya ini dapat mengobati beban kalian
walau hanya sejenak, semua jasa-jasa kelian tak kan dapat kulupakan.
Semoga Allah berserta kita semua
Untuk tulusnya persahabatan yang telah terjalin, spesial buatnya

Sahabat-sahabatku, ,
Terima kasih. Semoga persahabatan kita menjadi persaudaraan yang abadi
selamanya, Bersama kalian warna indah dalam hidupku, suka dan duka berbaur dalam
kasih, Serta terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan bantuan dan doa
dari awal hingga akhir yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan, bukan juga suatu kebanggaan,
Hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan
Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya

Amiin

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,

hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penyusunan

skripsi yang berjudul Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan

Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidyatullah dapat

diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya

wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,

banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan

penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberi bantuan, dorongan, dan doa serta kerjasama. Penulis menyadari tidak

akan mampu membalas jasa-jasa tersebut, hanya lantuanan doa semoga Ar-

Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke

pintu ridho dan Surga-Nya. Terkhusus kepada:

1. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

x
3. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku

Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku

dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar

memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis

selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep.

dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku Dosen Penguji Skripsi, terima

kasih sebesar-besarnya atas saran dan masukan yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh staf Dosen pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

Ilmunya dan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada Orang tua tercinta, Ibunda Delli Yanti dan Ayahanda tercinta

Yurdial Yannu, yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam

menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

8. Kepada Direktur dan Seluruh staf Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yang

telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di RS Syarif Hidayatullah

xi
9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, khususnya

teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan

2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam

mencapai cita-cita.

10. Kepada teman-teman SEFTer yang berhati LOGOS senantiasa membantu,

mendukung dan memberikan Doa serta CS3-nya dalam proses pembuatan

skripsi ini Siti Maryam M, Hilma Azmi, Andry Septian S, Laras Ayunda

Pratama, Rustiana, Adelina Vidya, Awalia Bella Rizky P, Siti Nina

Inayah, Nurnafidah, dan Agnes Virgianti L.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis

berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis khususnya.

Ciputat, 10 Juli 2014

Yoga Teguh Guntara

xii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.............................................................................................. i

Lembar Pernyataan....................................................................................... ii

Abstrak......................................................................................................... iii

Lembar Persetujuan...................................................................................... v

Lembar Pengesahan...................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup.................................................................................. viii

Persembahan................................................................................................. ix

Kata Pengantar.............................................................................................. x

Daftar Isi....................................................................................................... xiii

Daftar Bagan................................................................................................. xvii

Daftar Tabel.................................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 5

C. Pertanyaan Penelitian................................................................... 6

D. Tujuan.......................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

1. Bagi Rumah Sakit.................................................................... 6

2.Bagi Kepala Ruangan............................................................... 6

xiii
3.Bagi Perkembangan Institusi Keperawatan.............................. 6

4.Bagi Peneliti.............................................................................. 6

F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman.................................................................................. 8

B. Kepemimpinan............................................................................. 8

1.Pengertian Kepemimpinan........................................................ 8

2.Teori-Teori Kepemimpinan...................................................... 10

3.Gaya Kepemimpinan................................................................. 12

C. Kepala Perawat Ruangan............................................................. 15

D. Kepemimpinan Islam................................................................... 17

1 Pengertian Kepemimpinan Islam.............................................. 17

2.Rasulullah Muhammad SAW................................................... 19

3.Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah).................................. 22

4.Karakter Pemimpin Islam......................................................... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep......................................................................... 41

B. Definisi Istilah.............................................................................. 42

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian.................................................................. 43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 44

C. Pengumpulan Data....................................................................... 44

D. Informan Penelitian...................................................................... 47

xiv
E. Tehnik Pengumpulan Data........................................................... 48

F. Validasi Data................................................................................ 49

G. Tehnik Analisis Data.................................................................... 52

H. Etika Penelitian............................................................................ 53

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian......................................... 55

B. Hasil Penelitian............................................................................ 55

1.Karakteristik Partisipan............................................................. 55

2.Hasil Analisis Tematik.............................................................. 56

Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................ 56

Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)................. 58

Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi).................. 60

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam..... 62

BAB VI PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi..................................... 71

Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................ 71

Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)............... 74

Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi).................. 76

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.... 78

B. Keterbatasan Penelitian................................................................ 81

xv
BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................... 82

B. Saran............................................................................................. 83

1.Institusi Keperawatan................................................................ 83

2.Peneliti Selanjutnya................................................................... 83

3.Pelayanan Keperawatan............................................................ 83

Daftar Pustaka

Lampiran

xvi
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

3.1 Konsep pikir 41

xvii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

5.1 Matriks Analisis Tematik 65

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang

konstruktif untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah

direncanakan. Maka, pemimpin itu harus mahir melaksanakan kepemimpinannya, jika

dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya (Kartono, 2011 dalam Warouw.,

dkk, 2013). Kepemimpinan dalam keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Perawat

Ruangan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf

keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan

melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien

(Putri, 2011).

Kepala Perawat Ruangan merupakan seorang tenaga perawatan profesional

yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang 2013).

Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi

kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2001).

1
2

Pimpinan keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan,

mendesak dan membujuk stafnya untuk melakukan sesuatu pada kapan klien dan

rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka

tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan

keperawatan (Putri, 2011).

Kepemimpinan diikuti oleh gaya kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan erat

hubungannya dengan kematangan dalam bidang pekerjaan maupun dalam bidang

psikologis, maka dalam memimpin seseorang akan mempunyai gaya yang berbeda-

beda dengan seorang pemimpin lainnya. Selain itu, gaya kepemimpinan seseorang

bukanlah semata-mata bergantung pada watak seorang pemimpin saja, tetapi ada

kecendrungan dari seseorang pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan

yang berbeda dalam menghadapi bawahan yang beraneka ragam tingkat

kedewasaannya (Moeljono, 2008).

Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan antara

individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi kehidupan

ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi, memerintah.

Tapi lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka mempunyai intuisi

pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin sukses menjadi pemimpin,

maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership Rasulullah Muhammad SAW

(shallallhu 'alaihi wa sallam). Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi,

membawahi, meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada

manusia maupun kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang

dibimbing oleh wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah

melahirkan keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).
3

Nabi Muhammad SAW (shallallhu 'alaihi wa sallam) memberi teladan

melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu selangkah di depan untuk diikuti yang

lain beliau melakukannya tanpa menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan

keberanian tetap rendah hati. Dalam prosesnya beliau, dipandang sebagai manusia

yang memilki integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

Beliau, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam: Syura (permusyawaratan),

Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan

berekspresi). Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima

ajaran yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-

syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

Failiyyah al-qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau perilaku

etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan spiritual.

Karateristik yang ada pada pribadi Nabi Muhammad SAW, melambangkan jenis

kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin. Keagungan kepemipinan Nabi

Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang berpengaruh,

baik itu negarawan, raja, komandan dan militer, maupun pemipin politik (Noor, 2011).

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al-Ahzab [33] :21).
4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saipul (2009) didapatkan bahwa

kecendrungan gaya kepemimpinan situasional yang diterapakan di Rumah Sakit Islam

Banyuwangi. Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit Kelas A

di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam literatur yaitu

model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional, visioner dan servant

leadership mendukung terbentuknya rancangan model kepemimpinan keperawatan

Indonesia yang dapat merupakan alternatif model kepemimpinan untuk diterapkan

kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

Hasil penelitian penilaian empiris prinsip-prinsip kepemimpinan Islam oleh

Ahmad dan Ogunsola OK (2011) pada fungsi kepemimpinan seperti yang diadopsi

oleh administrator akademik dalam International Islamic University, Malaysia

didapatkan bahwa, administrator akademik dijiwai dengan prinsip-prinsip

kepemimpinan Islam. Penelitian juga menunjukkan bahwa, pendekatan

kepemimpinan lebih disukai digunakan dalam hubungannya dengan transaksional

alternatif dan gaya transformasional, sedangkan sumber pengetahuan dari Quran dan

Sunnah diberi prioritas tertinggi sebagai sumber pengembangan prinsip-prinsip

kepemimpinan.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

Syarif Hidayatullah, bahwa Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan Rumah

Sakit yang bernuansa Islami sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dalam bidang

keperawatan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, terdapat 5 orang Kepala Perawat

Ruangan sebagai pemimpin dalam keperawatan dan 2 orang Supervisi Kepala

Perawat Ruangan.
5

Berdasarkan dari ulasan diatas, dikarenakan masih belum banyaknya riset atau

penelitian mengenai penerapan atau aplikasi gaya kepemimpinan Islam oleh kepala

perawat ruangan di Rumah Sakit. Maka, peneliti tertarik ingin meneliti tentang

Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan

Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

B. Rumusan Masalah

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan

bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan

dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai

tujuan bersama secara efektif dan efisien (Putri, 2011). Kepala Perawat Ruangan

bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi kegiatan pelayanan dan

asuhan keperawatan (Swanburg, 2000 dalam Simanullang 2013).

Gaya kepemimpinan Islam yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW

dan nilai-nilai islam yang ditanamkan oleh beliau dapat dijadikan sebagai inspirasi

bagi para pemimpin termasuk pemimpin dalam keperawatan. Sehingga, dengan model

gaya kepemimpinan Rasulullah yaitu: Syura (permusyawaratan), Adl bil qisth

(keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan

nilai- nilai Islam yang ditanamkan oleh beliau dalam gaya kepemimpinannya dapat

memotivasi dan mempengaruhi lingkungan dan orang lain dan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan oleh suatu kelompok atau organisasi (Noor, 2011).

Peneliti ingin meneliti, pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam

penerapan gaya kepemimpinan Islam yang mengandung nilai-nilai Islam seperti yang

diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW (shallallhu 'alaihi wa sallam), di Rumah

Sakit Syarif Hidayatullah.


6

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah ?

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan di Rumah

Sakit.

2. Bagi Kepala Perawat Ruangan

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan oleh

Kepala Perawat Ruangan terhadap stafnya di Rumah Sakit.

3. Bagi perkembangan Institusi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya Manajemen Dalam

Keperawatan mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna

untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.


7

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk

mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan

Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

Jenis penelitian ini adalah dengan metode pendekatan fenomenologi deskriptif

yang tujuannya untuk memahami dan mendapatkan informasi mendalam dari pengalaman

gaya kepemimpinan Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan

Islam. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Perawat Ruangan dan Supervisor

Kepala Perawat Ruangan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Penelitian ini dilakukan

pada bulan Juni 2014.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses melakukan, melihat dan memiliki hal-hal yang

terjadi, keterampilan atau pengetahuan yang didapatkan melalui sesuatu dan lamanya

waktu yang telah dihabiskan melakukan sesuatu pada diri seseorang (www.merriam-

webster.com).

B. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

Kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha

untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok

(Umar, 2000). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

kelompok demi tercapainya tujuan organisasi (Khoir, 2011). Kepemimpinan

merupakan seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita dan

meyakinkan orang lain. Atau dengan kata lain, kepemimpinan adalah proses untuk

mempengaruhi (Manz dan Charles, dalam Dwiwibawa dan Riyanto 2008).

8
9

Kepemimpinan memegang peranan sangat penting dalam manajemen

organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-

keterbatasan tertentu pada diri manusia. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam

ciri-ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,

kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk

mencapai tujuan yang antusias (David, 1985 dalam Baihaqi 2010).

Menurut Ariani (2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan

proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut

yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan

intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk

memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan.

Menurut Wahjosumidjo (1987, dalam Tim Pengembang Ilmu Pedidikan

FIP-UPI 2007) menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai

kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna:

a. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang

berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality), kemampuan

(Ability), dan kesanggupan (capability).

b. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak

dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya dan perilaku pemimpin

itu sendiri.

c. Kepemipinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara

pemimpin, pengikut dan situasi.


10

Kepemimpinan adalah tentang kekuasaan. Kekuasaan adalah kapasitas

untuk mempengaruhi, membujuk, dan mengilhami orang lain (Harari, 2005).

Kepemimpinan dalam keperawatan (kepala ruangan) merupakan penerapan

pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk

menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan

tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pimpinan

keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, dan mendesak dan

membujuk stafnya untuk melakukan tetapi pada kapan klien dan rekan kerja

memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada

apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan

(Putri, 2011).

Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit

Kelas A di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam

literatur yaitu model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional,

visioner dan servant leadership mendukung terbentuknya rancangan model

kepemimpinan keperawatan Indonesia yang dapat merupakan alternatif model

kepemimpinan untuk diterapkan kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

2. Teori-teori Kepemimpinan

Nursalam (2011) menjelaskan berbagai teori-teori kepemimpinan sebagai

berikut:

a. Teori Bakat (Trait Theory)

Teori bakat menentukan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin

dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik


11

tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut

juga sebagai Great Man Theory.

b. Teori Perilaku

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan

bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, kepribadian seseorang cenderung sangat bervariasi dan

berbeda-beda akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.

c. Teori Kontigensi dan Situasional

Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang

melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara faktor bawaan, perilaku,

dan situasi.

d. Teori Kontemporer

Teori ini menekankan pada keempat komponen penting dalam suatu

pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta

lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang

pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai

tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh

motivasi, interaksi, dan teori transfomasi.

e. Teori Interaktif

Menurut Schein (1970, dalam Nursalam 2011) menekankan bahwa staf atau

pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi

dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap

suatu sistem yang terbuka jika terjadi adanya perubahan energi dengan

lingkungan asumsi teori ini sebagai berikut:


12

1) Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka

mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan.

2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu

3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula

4) Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang

harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.

5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana

seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan

mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat

menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2006).

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan

perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 dalam Setiawan 2010). Menurut Rivai

(2002, dalam Lingga 2011) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang

mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus

dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang

diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode

pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan

strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.


13

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan otoriter:

1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan

2) Keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan

3) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

4) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahan dilakukan secara ketat

5) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat

7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif

8) Lebih banyak kritik dari pada pujian

9) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

10) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

11) Cendrung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

12) Kasar dalam bersikap

13) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan

bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cendrung bermoral

tinggi, dapat berkerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

mengerahkan diri sendiri.


14

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan demokratis:

1) Wewenang pimpinan tidak mutlak

2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

3) Keputusan dibuat besama antara pimpinan dan bawahan

4) Komunikasi berlangsung timbal balik

5) Pengawasan dilakuakan secara wajar

6) Prakarsa dapat datang dari bawahan

7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan

8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada

instruktif

9) Pujian dan kritik seimbang

10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas

masing- masing

11) Pemimpin meminta kesetian bawahan dengan wajar

12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling

menghargai

14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama

c. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laisses Faire)

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur

organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan

adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta

bawahan.
15

Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

kepemimpinan Bebas (Laisses Faire):

1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

2) Pimpinan hanya lebih banyak dibuat oleh bawahan

3) Kebijakan kebanyakan dibuat oleh bawahan

4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan

6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan

7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan

8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.

C. Kepala Perawat Ruangan

Kepala Perawat Ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional

yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang

2013). Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan

mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000

dalam Simanullang 2013), meliputi :

1. Struktur Organisasi

Struktur Organiasi terdiri dari: struktur, bentuk, dan bagan. Berdasarkan

keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi untuk

menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal

maupun horizontal.
16

2. Pengelompokan Kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk

memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki serta sesuaikan dengan kebutuhan klien.

Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi

klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer,

dan metode moduler.

3. Koordinasi Kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama

yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana

kerja yang kondusif. Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua

tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan.

4. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala Ruang berkewajiban untuk

memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu

diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar

penampilan kerja.

5. Kelompok Kerja

Kegiatan diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok,

hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam

kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan

dan asuhan keperawatan.


17

Menurut Marquis dan Huston (2010, dalam Simanullang 2013), kepala

ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan perawat, sosialisasi

perawat, dan mengadakan pelatihan untuk perawat. Kepala Ruangan haruslah

menunjukkan bahwa ia memilki kemampuan bekerja harmonis, bersikap objektif

dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan,

dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala Ruangan harus

peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan

bantuan orang lain dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial

(Mininjaya, 2004 dalam Simanullang 2013).

D. Kepemimpinan Islam

1. Pengertian Kepemimpinan Islam

Kepemimpinan di dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta

merupakan salah satu subsistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek

kehidupan secara prinsipal. Islam mengatur niat, amal, tujuan sekaligus sumber

kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku dan tujuan

hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai

keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilakasanakan melalui prinsip

kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh rasa

tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi

yang dipimpin (Feisal, 1995 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI

2007).

Menurut Shihab dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007)

menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah

nama, diantaranya imamah (imam), imarah (pengatur), dan wilayah (wali), yang

semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab).


18

Menurut Celik (2002) kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada

kepercayaan dan menekankan ketulusan, integritas dan kasih sayang. Hal ini dianggap

sebagai kontrak psikologis antara pemimpin dan pengikutnya menjamin bahwa ia akan

mencobanya terbaik untuk membimbing mereka, untuk melindungi mereka, dan

memperlakukan mereka dengan adil. Kepemimpinan dalam Islam berakar dalam

keyakinan dan patuh kepada Sang Pencipta (Allah SWT). Ini berpusat pada melayani

Sang Pencipta. Ini berarti bahwa seorang pemimpin muslim bertindak sesuai dengan

perintah dari Sang Pencipta dan Rasul-Nya , dan harus mengembangkan karakter moral

Islam.

Kepemimpinan dalam Islam erat kaitannya dengan model kepemimpinan

yang diterapkan oleh Rasulullah. Rasulullah Muhammad SAW (shallallhu

'alaihi wa sallam) memberi teladan melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu

selangkah di depan untuk diikuti yang lain beliau melakukannya tanpa

menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan keberanian tetap rendah hati. Dalam

prosesnya Nabi Muhammad SAW, dipandang sebagai manusia yang memilki

integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal pokok bagi kepribadian islami

dan sudah banyak diberi contoh oleh Nabi Muhammad SAW (shallallhu 'alaihi

wa sallam), yang telah menjadikan dirinya sebagai Daiyah (seseorang yang

melakukan dakwah) untuk menjadi seorang pemimpin, baik secara de jure

maupun de facto, dalam membimbing orang lain menuju jalan yang lurus

(Ihdinasshiratal mustaqim) (Noor, 2011).

Suatu kepemimpinan dalam Islam, haruslah mempunyai kekuatan iman

atau keyakinan untuk mencapai tujuan, keuletan, dan ketabahan untuk dapat

mencapai berbagai target yang telah dicanangkan melalui beberapa individu yang
19

berpegang teguh pada ajaran agama mereka dan memahami tugas dan

tanggungjawab yang diamananahkan kepada mereka (Fathi, 2009).

2. Rasulullah Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW (shallallhu 'alaihi wa sallam) adalah manusia

fenomenal dalam sepanjang sejarah kehidupan dan peradaban manusia. Ia adalah

manusia biasa, namun memiliki keistimewaan-keistimewaan yang langsung

diberikan Allah kepadanya (Gulen, 2002).

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,

tetapi ia adalah utusan (rasul) Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al-ahzab [33]: 40).

Nabi Muhammad lahir 12 Rabiul Awwal tahun 570 M, putra Abdullah,

saudagar miskin dari keluarga terhormat dalam suku Quraisy yang berkuasa. Nabi

Muhammad menjadi yatim piatu ketika berumur 6 tahun, kemudian dibesarkan

oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu pamannya, Abu Thalib. Pada umur 24 tahun

beliau berkerja untuk seorang janda kaya, Khadijah dan kemudian mereka

menikah. Mereka dikaruniai 6 orang anak, tetapi dua putra mereka meninggal

ketika kecil. Menerima wahyu pertama kali di Gua Hira, melalui perantara

malaikat jibril. Allah mengutus Rasulullah untuk membimbing manusia menuju

kebenaran dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Orang-orang yang

dicerahkan oleh Rasulullah menemukan jalan menuju Kehadiran Ilahi dan

mendapat derajat kemanusiaan tertinggi (Adair, 2010).


20

Rasulullah dikenal sebagai orang yang benar dan jujur bahkan sebelum

Islam datang. Penduduk Mekkah, bahkan kaum kafir sekalipun, menyebutnya Al-

amin (yang dapat dipercaya) (Gulen, 2002). Beliau dalam semua sisi

kehidupannya adalah teladan yang agung dan utama bagi manusia sebab

kesempurnaan dalam segala sesuatu. Inilah sisi yang akan kita paparkan dalam

pasal ini untuk menjelaskan pada kita bahwa tidak ada kesempurnaan bagi

manusia seperti apapun hebatnya dalam segala keadaan kecuali dengan mengikuti

contoh Rasullah. Ini adalah bukti bahawa ia adalah utusan-Nya (Hawwa, 2007).

Menurut Hawwa (2007), Setiap Rasul Allah wajib memiliki empat sifat

asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban Risalah Ilahi:

a. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam

segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan

kenyataan, baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun

ketika bernubuat.

b. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan

apa yang ia serukan, sebagai wakil Allah. Tugas sebagai Rasul adalah

menyampaikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada

mereka

c. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan

kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu

daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghadapi dakwahnya. Juga,

istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menyeleweng dari-

Nya.
21

d. Al-Aqlul Azhim atau intelegensi yang cemerlang. Manusia tidak tunduk dan

mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agar

mereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah.

Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan

mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa. Oleh karena itu,

seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,

paling bijak, dan paling sempurna pengetahuannya dibandingkan manusia lain,

sehingga keberadaan dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang

ia sampaikan.

Menurut Alwi (2009) Nabi Muhammad SAW selalu tersenyum dan ketika

menyendiri beliau selalu bertafakur. Lebih sering melihat kebawah. Tidak pernah

memotong pembicaraan lawan bicaranya dan memperlakukan orang lain sebagai

yang paling mulia dalam padangannya. Dalam kehidupan ditengah kaumnya, Nabi

Muhammad SAW selalu baik hati, riang, dan sopan terhadap semua orang. Rasul

selalu lebih dahulu memberikan salam. Rasulullah tidak suka menjadi pemimpin

yang pasif, tidak mau hanya tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Bagi

beliau kehadirannya untuk melayani, bukan untuk dilayani.

Menurut Al-Aqqad dalam Alwi (2009), sejarah hidup nabi itu sendiri

terdapat suri teladan yang baik. Makna uswatun hasanah ini tidak terbatas dalam

beberapa segi, melainkan dalam segala kehidupan Rasulullah. Seorang pemimpin

dapat mengambil pelajaran dari kepemimpinan Rasulullah.


22

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS Al-Ahzab[33] :21).

3. Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah Muhammad SAW)

Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan

antara individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi

kehidupan ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi,

memerintah. Tapi beliau lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka

mempunyai intuisi pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin

sukses menjadi pemimpin, maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership

Rasulullah. Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi, membawahi,

meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada manusia maupun

kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang dibimbing oleh

wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah melahirkan

keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).

Nabi Muhammad SAW, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam:

Syura (permusyawaratan), Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan

Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) (Noor, 2011). Berikut penjelasan dari

setiapnya:

a. Syura (permusyawaratan)

Syura merupakan model dasar pengambilan keputusan, dan dalam melakukan

hal ini Al-quran menyerukan kepada para pemimpin muslim agar

bermusyawarah dengan mereka yang berpengaruh atau yang lebih memiliki

pengetahuan dan lebih paham tentang persoalan yang sedang dihadapi Syura

adalah sebuah metode yang menerapkan musyawarah diantara para pemimpin


23

dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting terutama jika masalahnya

bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak (Noor, 2011).

Gaya kepemimpinan ini tampak jelas dari perintah Al-quran dalam sebuah

surah membahas perintah ini. Nabi Muhammad SAW sendiri diperintah dalam

Al-quran untuk bermusyawarah dengan shahabah (sahabat) beliau mengenai

urusan kenegaraan dan dalam pelaksanaan berbagai urusan umat pada

umumnya. Dalam hal ini, beliau menunjukkan keterbukaan dan keagungan

dalam berurusan dengan berbagai umat dan keyakinan dibawah yuridikasi

beliau. Perlu kiranya disampaikan bahwa Allah SWT (Subhanahu wata'ala)

mewajibkan syura kepada semua hamba-Nya karena Dia telah menyejajarkan

dengan kewajiban beribadah melalui shalat, zakat, dan amal shaleh (Noor,

2011).

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan

mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputusakan) dengan musyawarah

antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan

kepada mereka (QS As-Syura [42]: 38).

Menurut Asy-syawi dalam Mohammad (2008), Syura bukanlah demokrasi,

amal maruf nahu munkar pertama kali harus diterapkan dengan tujuan

mencegah kemungkaran yang timbul dari perbuatan penguasa atau dari mereka

yang berkerja untuk kepentingannya. Sebagai pedoman, syura menjadi

kewajiban jika seorang pemimpin memahami ruang lingkup operasi syura

(Noor, 2011) :
24

1) Semua fungsi administratif dan eksekutif harus menjadi hak prerogatif

pemimpin dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang bertanggung

jawab akan memastikan bahwa ia telah memberikan pertimbangan bijak

atas semua faktor yang relavan sebelum mengambil keputusan.

2) Masalah-masalah penting yang membutuhkan keputusan mendesak harus

dipikirkan oleh pemimpin, tetapi disajikan kepada tim untuk

dipertimbangkan dalam pertemuan tatap muka langsung atau melalui

teleconference dan video conference, seperti pada zaman sekarang.

Hasilnya harusalah berbentuk keputusan atau solusi yang disepakati.

3) Semua halaqah atau anggota tim harus bebas menyetujui, menolak, atau

mengubah usulan pemimpin tanpa merasa terkekang, selama niatnya adalah

untuk memberi manfaat. Ketidakcocokan atau perbedaan apapun tidak

boleh ditumpahkan atau dibawa ke luar ruang rapat.

4) Berbagai kebijakan, keputusan sinergis, dan rencana jangka panjang harus

dirumuskan melalui musyawarah, yang akan memperkuat integritas

pemimpin di mata para pengikutnya.

Tanpa adanya keimanan bahwa syura merupakan mekanisme baru (inovatif)

yang menjauhkan manusia dari perilaku hewani, maka bentuk perdamaian atau

seruan apaun akan sia-sia saja, kita harus meyakini bahwa syura bukanlah

kekayaan ide yang bersifat temporal dalam kehidupan orang mukmin, tetapi ia

adalah way of life yang dibuat untuk dirinya, dan ia akan berupaya untuk

merealisasikannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain

(Syahrur, 2003).
25

Menurut Qumaihah (1990) bahwa musyawarah merupakan pertemuan antara

pemimpin dan bawahan, menurut tema permasalahan, dapat dibagi pada dua

macam:

1). Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan masalah-

masalah pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pedapat sebagian

sahabat tentang masalah Aisyah setelah tersebarnya berita bohong.

2). Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat atau

orang banyak.

Musyawarah merupakan prinsip dasar dalam kehidupan kaum muslimin yang

harus diterapkan dalam perilaku mereka, dalam berbagai kegiatan kolektif dan

administratif organisasi. Islam mengharuskan pemimpin tersebut mengambil

keputusan sesuai dengan hasil musyawarah para anggota (Fathi, 2009).

Menurut Qumaihah (1990) dalam bermusyawarah akan terjadi tukar menukar

pemikiran. Pemikiran orang banyak tentu akan lebih baik dengan pemikiran

seorang. Paling berbahaya kalau suatu masalah hanya diserahkan kepada satu

orang saja.

Menurut Fathi (2009), Kepemimpinan dalam Islam bukanlah pemberian

kekuasaan yang memungkinkan seorang pemimpin mengembil keputusan

sorang diri dalam berbagai ketetapan dan tidak menyerahkannya kepada para

bawahannya atau orang-orang kepercayaannya yang ahli dalam bidang

masing-masing, akan tetapi Islam telah mengharuskan kaum muslimin untuk

bermusyawarah. tujuan dari nilai musyawarah merupakan kekuatan bagi umat

Islam dan memperkokoh hubungan mereka, mampu menopang kebersamaan


26

pemikiran dalam kerja kolektif dan saling memahami, serta memperkuat

hubungan persaudaraan.

Menurut Asy-syawi (1997) tujuan syura itu sendiri yakni melahirkan

ketetapan jamaah, agar mencegah pemimpin jangan sampai mengeluarkan

ketetapan-ketetapan penting untuk jamaah secara sendirian. Melindungi

kebebasan berjamaah dalam haknya menentukan nasib dan memelihara

wewenangnya dalam mengatur urusan-urusannya, baik dikerjakan sendiri

maupun dengan perantara orang-orang-orang yag dipilih untuk itu, serta

memelihara haknya dalam membatasi wewenang para pemimpin dengan apa

yang lazim untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka. Musyawarah

merupakan watak substanasial kehidupan Islam dan berbagai indikator

istimewa yang dipilih sebagai teladan bagi umat lain. Musyawarah merupakan

sifat yang harus dimiliki dari sekian sifat keteladanan (Quthb, 2008).

b. Adl Bil Qisth (keadilan, disertai kesetaraan)

Adl merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Pemimpin muslim harus

berurusan dengan berbagai macam orang, tetapi terutama dengan umatnya,

dengan rasa keadilan dan keterbukaan tak peduli apa suku, keyakinan,

kebangsaaan, atau keimanannya. Al-quran memerintahkan kepada kaum

muslim agar bersikap adil dan tidak pandang bulu, bahkan kepada mereka

yang menantang (Noor, 2011).


27

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri

atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa itu) kaya ataupun

miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu

memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan, menjadi saksi, maka sesungguhnya

Allah adalah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan (QS An-Nisa [4]:

135).

Keadilan bermakna meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau meletakkan

sesuatu pada tempat yang tepat, atau menempatkanya dalam perspektif yang

benar. Keadilan juga berarti melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa

besar maupun kecilnya. Dalam konteks Islam, hal ini pada puncaknya

mengimplikasikan bahwa Allah SWT, melakukan segala sesuatunya dengan

benar. Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tak

pernah diragukan lagi. Beliau bertindak penengah pihak-pihak yang bertikai

sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan. Dalam penerapan kesetaraan,

Nabi Muhammad SAW, selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama

kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul (Noor,

2011).

Menurut Al Badri (2001), Suatu keadilan yang menjamin hak-hak keadilan

manusia sebagai mahluk yang mulia, mewujudkan kesejahteraan dan

ketenangan jiwa yang lengang dan hakiki, serta kabahagiaan hidup dan

terpelihara urusan mereka. Menurut Muthahhari (2009) mengatakan bahwa

keadilan merupakan persamaan dan penafian terhadap deskriminasi dalam

bentuk apa pun, memandang semua individu secara sama rata, tanpa
28

melakukan perbedaan dan pengutamaan. Seorang pemimpin tidak

diperkenankan untuk membela dan fanatik terhadap seseorang tertentu dan

membenci yang lain: ia harus mempunyai hubungan yang sama atau sederajat

dengan semua orang, yaitu hubungan yang dilandasi dengan objektifitas dan

keadilan (Fathi, 2009).

Keadilan berarti kesamaan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, tapi

juga kesamaan dalam hak-hak dan kesempatan, serta kesamaan dalam dasar-

dasar bagi penghormatan diri (Rasuanto, 2005). Menurut Muthahhari (2009),

pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada setiap objek yang

layak menerimanya. Menurut Koehn (2000), keadilan dipikirkan sebagai

mempertahankan atau memulihkan keseimbangan atau proporsional. Orang-

orang mempunyai hak dalam hubungan satu sama lain untuk kedudukan

tertentu yang relatif sama.

c. Hurriyyah Al-kalam (kebebasan berekspresi)

Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk

menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang

memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Muhammad

SAW, cakap dalam hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan

beliau. Bahkan sesi halaqah, Nabi mendengarkan pandangan orang lain

dengan sungguh-sungguh, dengan tubuh dicondongkan ke arah orang itu,

sebelum berkomentar, memberi nasihat, dan mengambil keputusan (Noor,

2011).

Kebebasan berekspresi amat erat kaitannya dengan praktik syura, yang

memungkinkan adanya padangan yang setuju dan menentang. Begitulah

praktik syura, memberi kebebasan berekspresi tapi harus sejalan dengan etika
29

dalam perbedaan pendapat (adab al-ikhtilaf) sehingga bisa memunculkan

solusi terbaik, memberi gambaran kepada pemimpin tentang bagaimana cara

menangani perselisihan semacam itu. Di dalamnya terkandung hak asasi

individu, sepanjang hak tersebut tidak melanggar hak orang lain (Noor, 2011).

Kebebasan manusia dalam mengekspresikan pendapatnya tidak diukur dengan

ukuran bahwa pendapatnya itu dapat menunjukkannya pada kebenaran, akan

tetapi dikukr dengan adanya kebebasan orang lain dalam mengekspresikan

pendapatnya. Karena asas kehidupan Islam adalah kebebasan dan kebolehan,

maka manusia dapat mengeskpresikan pendapatnya. Inilah yang kami katakan

sebagai kebebasan mengekspresikan pendapat yang merupakan satu-satunya

jalan kehidupan yang mampu mengungkap konflik-konflik intern dan

pengaruh interaksi timbal balik internal maupun eksternal (Syahrur, 2003).

Kebebasan berekspresi bisa menjadi pendorong hal yang positif atau

katakanlah bisa dijadikan ukuran bagi kemajuan kelompok. Kalau kelompok

ingin maju atau ingin cepat maju, maka kebebasan berekspresi harus dibuka

lebih lebar. Kebebasan itu bukan hanya dalam bentuk jaminan-jaminan

hukum terhadap kebebasan berekspresi itu sendiri, tapi institusi yang mereka

miliki untuk mendukung kebebasan itu (Basyaib, 2006). Menurut Syahrur

(2003) kebebasan berekspresi merupakan kehendak sadar manusia untuk

memilih antara menafikan dan menetaokan sebuah eksistensi dalam kehidupan,

kebebasan seseorang harus diwujudkan berupa pilihan antara ya dan tidak.

Menurut Asifudin (2004), mengaktualisasi diri, mempunyai need for

achievement tinggi, yang layak diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat

memainkan peranan penting bagi terbentuknya manusia unggulan berkenaan

dengan kerja. Hak anggota untuk memperoleh kebebasan berekspresi dan


30

kewajiban pemimpin untuk terbuka menerima kritik atau pendapat anggotanya

(Chapra, 2006).

Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima ajaran

yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-

syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

Failiyyah al-qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau

perilaku etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan

spiritual (Noor, 2011). Dengan penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

1) Al-akmal asy-syakhshi (integritas pribadi)

Integritas (akhlaq) merupakan tonggak yang memproyeksikan sisi spiritual

kepemimpinan. Integritas merupakan sebuah prinsip berbasis nilai diletakkan

pada karakter dan keyakinan dan bukannya pada teknik dan teknologi.

Integritas pada dasarnya tercermin pada kemampuan sang pemimpin

memenuhi janji dan menjaga kepercayaan dan Islam menekankan hal ini.

Perjanjian dengan Allah, umat, dan setiap orang yang berinteraksi di dalam

masyarakat manusia plural. Integritas memiliki kekuatan batin besar sebagai

sumbernya. Integritas bergantung pada kemampuan pemimpin dalam

membimbing, mengarahkan, dan memengaruhi orang berdasarkan prinsip

moral dan nilai etis. Sifat seperti itu, yang dilengkapi dengan keshalehan, sifat

bisa dipercaya dan wawasan ke depan, secara bersama-sama membentuk orang

dan cita-cita.

Integritas pribadi merupakan pribadi sebagai suatu keseluruhan yang utuh

tidak terbagi atau juga bukan pribadi yang sebagian saja (Riyanto, 2006).

Menurut Adair dalam Kartakusumah (2006), Integritas menunjukkan


31

seseorang yang secara utuh berpegang pada kode etik, norma artistik atau

nilai-nilai tertentu, terutama terhadap nilai kebenaran.

2) Tawiyah al-shilah (perbaikan hubungan)

Nabi Muhammad SAW, membagi waktu sehari menjadi tiga dimensi: satu

dimensi untuk Allah SWT (Subhanahu wata'ala), satu dimensi untuk keluarga,

dan satu dimensi untuk diri sendiri. Waktu untuk diri sendiri dibagi lagi

dengan waktu untuk umat. Namun, ketiga dimensi tersebut dilakukan demi

Allah. Beliau tidak melakukan sesuatu untuk diri sendiri sebelum menimbang

kebutuhan umat. Beliau cenderung memilih orang-orang berguna dan

memberikan perhatian lebih kepada mereka yang unggul dalam Din (agama).

Beliau selalu memerhatikan kesejahteraan mereka. Umat manusia diminta

untuk berinteraksi dan meningkatkan hubungan dalam skala global.

3) Failiyyah al-qiyadiyyah (daya kepemimpinan)

Daya berarti memberikan hasil yang dikehendaki. Daya mengisyaratkan

adanya kekuatan atau kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan. Ketika

mendorong untuk berpindah dari kegelapan hidup menuju cahaya, tidak cukup

bagi seorang pemimpin hanya menyampaikan pidato-pidato penggugah

semangat. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa para pengikutnya akan tergerak

oleh perbuatan dan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata. Para pemimpin

besar tahu bahwa mereka akan ditiru. Oleh karena itu, memimpin melalui

teladan berarti bagaiamana pemimpin sejati menciptakan visi, aspirasi, dan

nilai-nilai yang tahan lama. Mereka memberikan bukti objektif komitmen

pribadi. Tujuan dari sebuah kepemimpinan itu sendiri usaha untuk mencapai

tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada baik yang

memimpin maupun yang dipimpin secara bersama-sama, dinamis dan


32

harmonis. Daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut membentuk

watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan tersebut (Al-banjari, 2008).

4) Makarim al-akhlaq (perilaku etis)

Etika adalah seperangkat prinsip moral dalam kaitannya dengan apa yang

benar dan salah. Etika mencerminkan karakter individu, kelompok negara

bangsa. Etika mencakup: karakter individu dan aturan-aturan sosial yang

mengatur perilaku manusia. Etika mengimplikasikan kepatuhan pada standar

moral. Dalam situasi organisasi modern, etika merujuk pada ketaatan terhadap

aturan profesional. Etika Islam melampaui dunia materi ke dalam wilayah

moral dan spiritual demi mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Etika Islam

merupakan pemahaman akan benar dan salah untuk dipraktikkan, bukan

sebagai pengetahuan semata. Etika merupakan padanan Akhlak dalam Islam.

5) Tahzib al-akhlaq (peningkatan moral)

Kekuatan inspirasi yang mungkin berasal dari wahyu atau pengetahuan tidak

mengenal batas. Sumber Ilahiah peningkatan atau pengangkatan semangat,

yang menghasilkan peningkatan besar dalam hal standar perilaku sosial politik.

Pengetahuan spiritual diiperoleh dari kitabullah dan diterjemahkan dalam

praktik melalui sunnah nabi. Pemimpin maupun pengikut membutuhkan

pedoman moral untuk menghasilkan perubahan dan kemajuan.

4. Karakter Pemimpin Islam

Karakater dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap

sebagai ciri atau karaktersitik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang

bersumber dan bentukan-bentukan yang diterima lingkungan (Koesoema, 2007).


33

Menurut (Fathi, 2009) seorang pemimpin sebagai individu yang menjadi

bagian dari mereka haruslah mempunyai keyakinan atau keimanan yang sama

dengan kelompok yang dipimpinnya, dan mengharuskan dirinya untuk mengikuti

kehendak rakyatnya. Agar semua ini dapat terwujud dengan baik, maka seorang

pemimpin Islam yang baik haruslah mempunyai beberapa karakter dasar yang

menghiasi dirinya. Karakter-karakter tersebut antara lain:

a. Beriman

Enam perkara yang merupakan rukun iman ini, merupakan pokok-pokok yang

menjadi tujuan diutusnya pemimpin pertama Rasulullah. Keimanan seorang

pemimpin tidak dapat dikatakan sempurna kecuali keimanannya itu telah

menyampaikan orang tersebut untuk meyakini keenam masalah pokok tersebut.

Dalam sebuah hadist yang mengisahkan tentang malaikat Jibril, ketika

menghadap kepada Rasulullah dalam wujud seorang badui yang bertanya

kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Al-ikhsan atau kebaikan, maka beliau

menjawab tentang Iman, Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaknya

kamu beriman dengan qadha dan qadar Allah, yang baik dan buruk. Keenam

tersebut adalah:

1) Beriman kepada Allah

2) Beriman kepada para palaikat

3) Beriman kepada Nabi dan Rasul

4) Beriman kepada kitab-kitab Allah

5) Beriman terhadap hari akhir

6) Beriman kepada Qadha dan Qadar Allah


34

b. Ikhlas

Ikhlas pada hakekatnya merupakan kekuatan Iman dan pergulatan jiwa yang

mendorong pelakunya sebagai pemimpin untuk menjauhkan dirinya dari

mementingkan diri sendiri dan menghindarkannya dari tujuan-tujuan pribadi

atau golongan, dan amal perbuatan yang dilakukannya dan cintanya hanyalah

untuk Allah SWT semata. Ia tidak mengharapkan balasan apa pun dibalik amal

perbuatannya tersebut kecuali dari Allah SWT semata.

Apabila seorang pemimpin selalu berusaha bersungguh-sungguh untuk

mengalahkan godaan-godaan setan, membungkam jiwa yang selalu membujuk

manusia untuk melakukan kejahatan, maka keikhlasan tersebut akan menjadi

etika dan kebiasaannya dalam bekerja, dan bahkan semua perbuatan yang

dilakukannya akan keluar dari dirinya secara ikhlas dan hanya mengharap

ridha Allah SWT.

Dari Abu Umamah dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda,

Sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang kecuali yang dilakukan

dengan ikhlas dan hanya akan mencari ridha-Nya.

c. Yakin dan Tawakal

Seorang pemimpin hendaknya tidak memandang tawakal kepada Allah SWT

dalam segala tingkah laku dan perbuatanya sebatas kewajiban etis belaka,

melainkan harus menganggapnya sebagai kewajiban agama dan

menjadikannya sebagai bagian dari akidah Islam. Sebagaimana firman Allah:


35

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang

Allah telah memberi nikmat atas keduaya: Serbulah mereka dengan melalui

pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan

menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu

benar-benar orang yang beriman (QS Al-Maidah [5]: 23)

Bertawakal secara mutlak merupakan bagian dari keyakinan seorang

pemimpin yang beriman kepada Allah SWT (Subhanahu wata'ala). Ketika

seorang pemimpin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan bertawakal

kepada-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan-Nya, maka hal ini

tidak bisa dipahami bahwa tawakal hanyalah kata yang diucapkan mulut, yang

tidak dicerna oleh hati dan tidak dimengerti oleh akal. Atau dengan kata lain

keluar dari hukum sebab akibat, meninggalkan usaha, dan puas dengan segala

keridhaan-Nya dibawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan puas dengan

segala keridhaan-Nya di bawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan ridha

terhadap ketentuan yang telah ditetapkan-Nya .

d. Berilmu Pengetahuan dan Mau Belajar

Ilmu pengetahuan bagi seorang pemimpin, mau belajar, dan mengajarkan

pengetahuannya kepada orang-orang kepercayaannya merupakan dasar-dasar

kesuksesan seorang pemimpin dalam mewujudkan tugasnya yang telah

ditentukan dan yang dituntut dirinya. Tugas ini akan dapat dilaksanakannya

dengan baik dan dibantu oleh orang-orang kepercayaannya secara bersama-

sama.

Pada prinsipnya, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk belajar, melatih

dan mengembangkan kemampuan diri terlebih dahulu, kemudian mentransfer

pengetahuan dan keterampilannya tersebut kepada bawahannya dan para


36

pengikutnya. Bukti dari pernyataan ini adalah usaha para Nabi dan Rasul, serta

para pengikut mereka untuk selalu memuliakan ilmu, belajar, dan

mengajarkannya kepada orang lain.

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang

beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut

kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,

Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui? (QS Az-Zumar [39]: 9).

e. At-tarbiyyah atau Berpendidikan atau Berjiwa Pendidik

Pendidikan, seorang pemimpin akan menjadi orang yang adil, dapat dipercaya,

dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin haruslah dapat mengantarkan para

pengikutnya mempunyai kepribadian yang benar dalam akidah dan ibadahnya,

sehat badannya, kuat tubuhnya, luas pemikirannya, teratur dalam mencapai

tujuan, selalu menjaga waktunya dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan

bertumpu pada beberapa prinsip, yang diantaranya adalah:

1) Membangkitkan hati dan menghidupkan jiwa, serta memantapkan poros-

poros penopang akidah.

2) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh

dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.

3) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh

dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.


37

4) Berusaha terus menerus, memberikan kontribusi yang berkesinambungan,

dan selalu rela berkorban.

f. Al-Hilm (murah hati atau santun)

Bermurah hati atau santun merupakan akhlak yang paling mulia yang harus

menjadi perhiasan seorang pemimpin. Karena murah hati merupakan

keutamaan bagi orang-orang yang berakal. Karena di dalamnya terdapat jiwa

yang selamat, tubuh yang sehat, dan mendatangkan banyak pujian. Imbalan

pertama yang akan diperoleh seorang pemimpin yang bermurah hati adalah

bahwasanya orang-orang akan mendukunganya, mengikutinya, dan setia

terhadapnya.

g. Berkelakuan Baik

Seorang pemimpin merupakan contoh dan teladan. Seseorang yang akan

memegang tumpuk kepemimpinan haruslah sadar dengan kenyataan ini dan

hendaknya kebaikan akhlak ini dijadikan sebagai dasar utama bagi

pengembangan sifatnya yang lain. Apabila seorang pemimpin baik akhlaknya,

maka banyak pengikut dan pendukungnya, serta sedikit musuh dan

penentangnya. Akhlak yang baik merupakan salah satu poros penopang

kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan yang bijak menurut

Islam. Allah SWT berfirman:


38

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kajahatan itu) dengan

cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan antara dia ada

permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia (QS

Fushshilat [41]: 34).

h. Memiliki Kasih Sayang dan Keramahan

Ar-rahmah adalah keramahan dan kasih sayang. Seorang pemimpin haruslah

mempunyai sifat kasih sayang. Kasih sayang hendaklah menjadi bagian dari

akhlaknya. Seorang pemimpin yang selalu berbuat baik, beramal shaleh, dan

jauh dari kejahatan akan selalu memiliki kebersihan hati dan kesucian jiwa.

Barang siapa yang mempunyai karakter seperti ini, maka hatinya akan selalu

memancarkan kelembutan dan kasih sayang.

Kasih sayang mempunyai pengaruh yang besar bagi ketokohan seorang

pemimpin. Kebengisan, acuh tak acuh, kasar, dan tidak berbelas-kasihan

dalam perilaku seorang pemimpin, akan mengakibatkan keruntuhan kelompok

yang dipimpinnya dan tim kerjanya dengan cepat serta para bawahannya pun

akan menentangnya dan merongrong kekuasanya.

i. Berkeadilan

Pemimpin harus melihat keadilan sebagai salah satu kewajiban dan keharusan,

sebab semua orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapannya, sehingga

keadilan haruslah ditegakkan kepada mereka dalam satu derajat dan tingkatan,

mulai dari rakyat jelata hingga para pembesar di antara mereka. Dalam hal ini,

tidak ada tempat untuk memperlakukan seseorang secara istimewa dan

berbeda dengan orang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman

Allah melalui ucapan Rasulullah :


39

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai

mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka

dan katakanlah: Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan

aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal

kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan

kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)

(QS Asy-Syura [42]: 15).

Seorang pemimpin tidak diperkanankan untuk membela dan fanatik terhadap

seseorang atau satu golongan tertentu dan membenci yang lain, ia harus

mempunyai hubungan yang sama atau sederajat dengan semua orang yang

dilandasi dengan objektifitas dan keadilan.

j. Bersabar dan Mampu Menahan Penderitaan

Sabar merupakan salah satu akhlak dalam diri seseorang, yang dapat mecegah

orang tersebut untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak terpuji.

Sabar merupakan salah satu kekuatan jiwa yang dapat memperbaiki dirinya

dan menopang urusannya. Seorang pemimpin dituntut untuk bisa bersabar

dalam mewujudkan berbagai tujuan dan target-target tertentu, dan mampu

berkerja dalam berbagai situasi dan kondisi, rintangan, dan berbagai, ancaman

yang bertubi-tubi yang mengalangi perjalannnya dalam mewujudkan tujuan-

tujuan dan target-target tersebut. Dalam menghadapi berbagai situasi, kondisi,


40

rintangan, dan ancaman ini tentulah membutuhkan kesabaran. Sebagai mana

disebutkan dalam firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesunguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al-

Baqarah [2]: 153)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, Kepala Perawat Ruangan

merupakan pemimpin bagi staf keperawatan lainya di rumah sakit. Sehingga, setiap

pemimpin menerapkan gaya kepemimpinannya masing-masing terhadap staf

bawahannya yang dipimpinnya. Rasulullah merupakan contoh tauladan yang baik dan

sosok pemimpin yang ideal bagi umat manusia, Rasulullah menerapkan tiga gaya

kepemimpinan Islam dan nilai-nilai Islam penting yang dapat di terapkan oleh para

pemimpin terhadap bawahanya. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka pikir yang

akan dilakukan peneliti di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

Syura (permusyawaratan)

Pengalaman Kepala Perawat Adl bil qisth (keadilan,


Ruangan dalam penerapan disertai kesetaraan)
gaya kepemimpinan Islam
(Muhammad SAW) Hurriyyah al-kalam
(kebebasan berekspresi)

Nilai- nilai Islam

Bagan 3.1: Konsep Pikir

41
42

B. Definisi Istilah

1. Pengalaman: Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani,

dirasai, ditanggung).

2. Kepala perawat ruangan: seorang tenaga perawatan professional yang diberi

tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan pelayanan

keperawatan di satu ruang rawat.

3. Kepemimpinan: kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian

tujuan.

4. Gaya kepemimpinan: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat

seorang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat.

5. Gaya kepemimpinan Islam: suatu pendekatan yang digunakan untuk suksesnya

kepemimpinan sesuai dengan apa yang telah diterapkan dan dicontohkan oleh

Nabi Muhammad SAW dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan

fenomenologi. Metode pendekatan fenomenologi merupakan proses pembelajaran

serta untuk pembuatan makna dari pengalaman melalui dialog intensif dengan orang-

orang yang memiliki pengalaman terhadap sesuatu.

Tujuannya peneliti adalah untuk memahami arti dari pengalaman yang dialami

oleh informan. Arti ditempuh melalui proses wawancara sederhana dan membutuhkan

kehadiran bijaksana dari partisipan. Pertanyaan yang memandu penelitian

fenomenologi bertanya tentang beberapa pengalaman dari seseorang. Itu memandu

peneliti untuk bertanya kepada informan tentang beberapa pengalaman masa lalu atau

sekarang (Wood, 2006).

Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang memanfaatkan

wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan

perilaku individu atau kelompok bersamaan dengan kondisi yang relevan (Kuswarno,

2009; Moleong, 2010). Pada penelitian ini menggunakan desain fenomenologi

deskriptif dimana peneliti ingin mengeksplorasi, menganalisis, dan mendeksripsikan

fenomena secara khusus. Peneliti mengidentifikasi tiga langkah untuk menelaah

fenomena yaitu : intuiting, analyzing, dan describing (Streubert & Carpenter, 2003).

Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai berinteraksi dan

memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali

fenomena yang ingin diketahui dari informan mengenai pengalaman Kepala Perawat

Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Pada tahap ini peneliti

43
44

menghindari kritik, evaluasi atau opini tentang hal-hal yang disampaikan oleh

partisipan dan menekankan pada fenomena yang diteliti, sehingga mendapat

gambaran yang sebenarnya dari responden. Pada langkah ini, peneliti berperan

sebagai instrument dalam proses pengumpulan data.

Langkah kedua adalah analyzing, pada tahap ini peneliti mengidentifikasi arti

dari fenomena yang telah digali dan mengeksplorasi hubungan serta keterkaitan antara

data dengan fenomena yang ada (Streubert & Carpenter, 2003). Data yang penting

dianalisis secara seksama dengan mengutip pernyataan yang signifikan,

mengkategorikan dan menggali instisari dari data, sehingga peneliti memperoleh

pemahaman terhadap fenomena yang diteliti.

Langkah ketiga adalah phenomenology describing. Peneliti

mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang

didasarkan pada pengklafikasian dan pengelompokan fenomena. Pada tahap ini,

peneliti mendapat pemahaman yang mendalam tentang fenomena gaya kepemimpinan

Islam, sehingga ditemukan makna dari pengalaman Kepala Ruangan dalam penerapan

gaya kepemimpinan Islam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah karena

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan

Rumah Sakit yang mengedepankan nilai-nilai Islam pada visi dan misinya. Penelitian

ini dilakasanakan pada bulan Juni 2014.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


45

1. Wawancara

Pedoman wawancara mendalam berbentuk pertanyaan dengan alat

pencatat dan tape recorder. Wawancara merupakan percakapan dengan maksud

tertentu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).

Wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu 30-45 menit dan

pewawancara perlu melakukan kontrak waktu serta tempat dengan partisipan

supaya dapat memperoleh jawaban yang valid dan akurat. Peneliti dalam

melakukan wawancara harus bertindak netral, yaitu tidak memihak pada pendapat

dan peristiwa tertentu. Peneliti juga tidak boleh mempengaruhi jawaban dari

partisipan yang diwawancarai. Peneliti sebagai pewawancara hendaknya

mengembangkan kemampuan mendengar yang baik, akurat, dan tepat agar apa

yang didengarnya tepat dan benar sehingga bisa menunjang tujuan penelitian

(Moleong, 2007).

Langkah-langkah yang dipenuhi dalam wawancara fenomenologi

(Kuswarno, 2009):

a. Memberitahu identitas dengan jelas dan tujuan penelitian.

b. Melakukan pencatatan secara cepat dan lengkap selama wawancara

berlangsung.

c. Mengingat pertanyaan dan tidak banyak bicara atau menanggapi pernyataan

yang keluar dari tujuan penelitian.

d. Merekam isi pembicaraan wawancara dalam bentuk tape recorder atau video

sebagai keakuratan data.

e. Membuat jadwal tersendiri bagi masing-masing partispan.


46

f. Mengecek pertanyaan dengan tingkat pengalaman partisipan dan

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

g. Menciptakan suasana yang nyaman dan melakukan wawancara dengan

kemampuan yang baik.

h. Tidak melenceng dari pertanyaan pedoman wawancara namun bisa

dikembangkan saat wawancara berlangsung.

i. Mendengarkan dengan seksama dan menanyakan dengan pertanyaan yang

tepat.

j. Memperlihatkan daftar pertanyaan sebelum wawancara.

k. Antisipasi jika jawaban melenceng dari tujuan penelitian dan mampu

mengendalikan emosi yang meningkat selama wawancara.

l. Mengucapkan terima kasih di akhir wawancara dan meminta kesediaannya

jika hasil wawancara dipublikasikan.

m. Meminta keterserdiaan partisipan jika diperlukan wawancara tambahan.

n. Menanyakan dengan tepat dan bergantung pada partisipan ketika

mendiskusikan makna dari peristiwa yang mereka alami.

2. Observasi

Metode ini merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan

peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,

pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Dengan

metode ini peneliti mendapat informasi langsung dari informan (Moleong, 2007).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang

dibuat dalam bentuk catatan lapangan untuk mencatat hal-hal penting yang

terkaait dengan permasalahan penelitian yang tidak didapatkan dari wawancara.

Catatan berisi kondisi fisik, penampilan diri subjek, sikap, ekspresi verbal maupun
47

non verbal, hambatan yang muncul, dan kejadian yang terjadi selama wawancara.

Proses ini dilakukan bersamaan dengan wawancara yang sudah direncanakan

(Moleong, 2007; Budiarti, 2010). Peneliti juga perlu berlatih bagaimana

menuliskan hasil observasi secara deskriptif, dan mengembangkan kedisiplinan

mencatat kejadian lapangan secara lengkap dan mendetail (Poerwandari, 2009).

3. Catatan Lapangan (Field Note).

Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biken (dalam Moleong, 2007)

adalah catatan yang tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian kualitatif. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat

dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi, pembicaraan atau

pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lain-lain.

Langkah-langkah penulisan catatan lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan awal, dilakukan bersamaan dengan wawancara dengan

menuliskan kata kunci pada buku nota.

b. Pembuatan catatan lengkap setelah pulang dan dilakukan dalam suasana

tenang dan tidak ada gangguan.

c. Langkah ketiga apabila kembali lagi ke lapangan penelitian, hal yang belum

dicatat dan teringat dapat dimasukkan lagi ke catatan lapangan (Moleong,

2007)

D. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)

dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).

Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data mengenai pengalaman Kepala


48

Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif

Hidayatullah . Dengan kriteria:

1. Terdata sedang menjabati sebagai Kepala Perawat Ruangan di Rumah Sakit Syarif

Hidayatullah

2. Beragama Islam

3. Dapat bekomunikasi dengan baik.

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Pengumpulan data

dilakukan oleh peneliti langsung.

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Tahap pesiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus surat izin penelitian,

selanjutnya akan mengadakan pertemuan dengan informan di rumah sakit

untuk menjelaskan tujuan penelitian, kriteria, prosedur, jumlah informan yang

dipilih dan menyesuaikan jadwal.

b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan

penelitian, ada beberapa teknik, cara, metode yang dilakukan oleh penelitian

kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data.

1) Wawancara

Wawancara merupakan sarana untuk mentrasmisikan pengalaman dari

informan pada pewawancara (Holstein dan Gubrium, 1997 dalam

Daymon dan Holloway 2008). Menurut Easterby Smith, Thorpe dan

Lowe dalam Daymon dan Holloway (2008) wawancara adalah metode


49

yang tepat ketika Anda ingin memahami konstruk-kontrsuk yang

digunakan orang-orang yang diwawancarai sebagai dasar untuk

pendapat dan keyakinan mereka mengenai situasi, isu, atau produk

tertentu. Mann dan Stewart (2000 dalam Daymon dan Holloway, 2008)

menyatakan, sebelumnya sebaiknya perlu menjabarkan tujuan dan

prosedur riset sejelas mungkin, kemudian mengingatkannya terus

selama riset berproses.

Berdasarkan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara tidak

berstruktur (Daymon dan Holloway, 2008) yaitu tidak ada pertanyaan

yang ditentukan sebelumnya, ketika anda memulai wawancara dengan

melontarkan pertanyaan umum terlebih dahulu. Karena wawancara

tidak terstruktur membutuhkan keterlibatan besar partisipan, maka

dalam wawancara, kita perlu menimbang betul bagaimana memotivasi

pertisipan untuk terlibat dlam percakapan dan melanjutkannya.

2) Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk

cross check data dan memperkaya informasi penelitian.

3) Catatan lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat kejadian selama

berinterkasi dengan informan, dan untuk memperkaya informasi

penelitian.

F. Validasi Data

Validasi data merupakan suatu proses penentuan apakah suatu wawancara

dalam survei atau observasi yang dilakukan dengan benar dan bebas dari bias

(Hermawan, 2009).
50

Data penelitian yang diperoleh dalam penelitian kualitatif perlu diuji validitas

dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan datanya. Beberapa uji keabsahan dalam

penelitian kualitatif diantaranya: uji credibility, transfersability, dependability, dan

confirmability (Moleong, 2007). Berbagai tekhnik ini dapat dipilih salah satu atau

lebih untuk mecapai keabsahan data. Oleh karena keabsahan ini yang paling tahu

hanya peneliti sendiri, maka peneliti seharusnya menampilkan kejujuran. Manipulasi

data akan membuat data akan membuat keabsahan data menjadi berkurang kadar

keilmiahannya.

1. Kredibilitas

Kredibilitas pada penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan

mengeksplorasi masalah dan menjamin bahwa penelitian diidentifikasi dan

dideskripsikan secara akurat (Bungin, 2008).

Langkah-langkah untuk meningkatkatkan kredibilitas penelitian:

a. Memperpanjang cara observasi, agar dapat mengenal responden,

lingkungannya, dan kegiatannya sekaligus mengecek informasi dari responden

dan membangun kepercayaan responden.

b. Pengamatan terus menerus, agar penelitian dapat dilakukan dengan cermat,

terinci, mendalam, dan berfokus pada hal yang sedang diteliti.

c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data sebagai pengecekan atau pembanding data tersebut, dapat

berupa pengumpulan data dari berbagai sumber.

d. Peer debriefing yaitu membicarakan masalah penelitian dengan orang lain

dalam bentuk diskusi atau tanya jawab tentang hasil yang diperoleh baik

dengan teman sejawat maupun dengan orang yang ahli dalam bidang kualitatif.
51

e. Mengadakan member check, yaitu mengklarifikasi dan mengulangi setiap

akhir wawancara supaya tidak ada data yang berbeda (Bungin, 2008;

Endraswara, 2006).

Penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti menggunakan kredibilitas

peer debrifieng dan triangulasi. Pertama, peneliti mengumpulkan data yang akan

dibuatkan transkrip, setelah itu transkrip data yang sudah selesai dibicarakan dan

didiskusikan ke pembimbing tentang hal-hal yang dialami partisipan. Kedua,

peneliti memanfaatkan catatan lapangan yang dibuat ketika wawancara

berlangsung.

2. Dependabilitas

Dependabilitas merupakan konsistensi, atau setidaknya ada kesamaan

hasil bila dilakukan oleh peneliti lain.

Untuk menguji hal ini dilakukan:

a. Pengamatan oleh dua orang atau lebih terhadap fenomena

b. Cheking data dilakukan dengan mencari data dari orang lain

c. Audit trail dimana pembimbing memeriksa proses

Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat,

maksud, tujuan, proses, dan hasil penelitian. Peneliti menggunakan audit trail

dimana pembimbing sebagai auditor eksternal untuk menguji keakuratan data

melalui pemeriksaan data mentah (catatan lapangan, hasil rekaman, foto, dan

dokumen).

3. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas mengandung pengertian bahwa hasil penelitian dapat

dibuktikan kebenarannya yakni sesuai dengan data yang dikumpulkan dalam

laporan lapangan dan mendapat persetujuan dari pihak-pihak lain terhadap


52

pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang (Streubert & carpenter, 2003).

Dalam melakukan uji konfirmabilitas hampir sama dengan melakukan uji

defendabilitas sehingga pengujian ini bisa dilakukan bersama (Budiarti, 2010).

Pada penelitian ini, hasil penelitian dikoreksi oleh pembimbing untuk menjamin

apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang

dibuat peneliti, dan menelaah dalam melakukan keabsahan data (Octavia, 2013).

4. Transferabilitas

Transfersabilitas diartikan sejauh mana hasil penelitian dapat

diterapkan atau diberlakukan pada orang lain dan di tempat lain pula (Moleong,

2007; Budiarti, 2010). Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas

tinggi bilamana pembaca memahami gambaran yang jelas tentang konteks dan

fokus penelitian (Bungin, 2008). Peneliti dalam hal ini tidak melakukan proses

Transferabilitas, dikarenakan sulitnya dalam pelaksanaanya.

G. Tehnik Analisis Data

Proses analisa data kualitatif dilakukan setelah pengumpulan data selesai dari

setiap partisipan. Pada penelitian ini menggunakan tekhnik analisa menurut Collazi

(1978 dalam Streubert & Carpenter, 2003), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peneliti mendeskripsikan tentang fenomena yang diteliti, yaitu pengalaman

Kepala Ruangan dalam gaya kepemimpinan Islam.

2. Mengumpulkan deskripsi fenomena yaitu melalui pendapat atau gambaran yang

disampaikan pada wawancara dengan Kepala Ruangan.

3. Membaca data secara keseluruhan yang telah disampaikan partisipan, kemudian

membuat kata kunci dan catatan penting yang kemudian diberi tanda.

4. Membaca transkrip secara berulang-ulang dan menemukan catatan penting atau

kata kunci untuk membuat tema.


53

5. Mengatur kumpulan makna yang telah dirumuskan ke dalam kelompok tema

dengan membuat kategori-kategori.

6. Peneliti kemudian menggabungkan tema yang memiliki kesamaan arti dalam

bentuk klaster tema.

7. Menuliskan hasil analisis dalam bentuk deskriptif, dimana peneliti merangkai

tema yang ditemukan selama proses analisis data dan menuliskannya dalam

bentuk deskripsi yang terkait pengalaman dan pengetahuan Kepala Ruangan

tentang gaya kepemimpinan Islam.

8. Peneliti menemui partisipan untuk melakukan validasi data. Validasi dilakukan

untuk mengklarifikasi data hasil penelitian yang telah disusun sesuai dengan

pengalaman partispan.

9. Menggabungkan data hasil validasi ke dalam deskripsi analisis setelah dilakukan

validasi (Streubert & Carpenter, 2003).

H. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan telah mendapatkan izin dari Direktur Utama Rumah

Sakit Syarif Hidayatullah melalui surat pengantar dari Pembantu Dekan bidang

Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Peneliti melindungi hak-hak

calon informan untuk mengambil keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi pada

penelitian ini maupun tidak berpartisipasi, tidak ada paksaan informan untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kerahasiaan untuk menjaga rasa aman dan nyaman informan dibuat dengan

lembar persetujuan (informed consent). Dengan informed consent tersebut informan

memahami tentang penelitian yang dilakukan dan menyatakan setuju untuk

berpartispasi di dalam penelitian (Dempsey, 2002 dalam Firanika 2010).


54

Formulir persetujuan yang diberikan untuk pasrtisipan berisi tentang

penjelasan: tujuan penelitian, kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan, manfaat

penelitian, persetujuan mendapat jawaban dari informan, persetujuan partisipan dapat

mengundurkan diri kapan saja dan jaminan anominitas serta kerahasiaan (Pollit &

Hungler, 2001 dalam Firanika 2010).

Penggunaan alat perekam seperti tape recorder dilakukan setelah mendapat

persetujuan dari informan dan telah dijelaskan tujuan penggunaannya.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Rumah Sakit Syarif Hidayatullah adalah rumah sakit swasta yang telah melayani

masyarakat sejak tahun 1961. Berawal dari sebuah klinik kecil di lingkungan UIN

(IAIN) yang kemudian berkembang menjadi Rumah Sakit swasta pratama di tahun 2007.

Lokasi Rumah Sakit sangat strategis terletak di Jl. Ir. H. Juanda No.95, Pisangan, Ciputat

Timur-Tangerang Selatan, Indonesia. Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan

Rumah Sakit swasta bernuansa Islam yang mengedepankan nilai-nilai Islam pada visi

dan misinya. Gedung Rumah Sakit yang terdiri dari 5 lantai, Lantai 1 terdapat pelayanan

administrasi, UGD, laboratorium, apotik dan lainnya. Lantai 2 terdapat pelayanan rawat

jalan poli umum, gigi, THT, penyakit dalam, paru dan rawat inap. Lantai 3 terdapat

rawat inap. Lantai 4 terdapat rawat inap kebidanan dan ruang operasi. Lantai 5 terdapat

perkantoran karyawan Rumah Sakit.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Sebanyak enam partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua partispan

berkerja di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah. Adapun karakteristik dari partisipan

sebagai berikut:

Partisipan pertama (P1) Ibu S, menjabati sebagai Supervisor Mutu Asuhan

Keperawatan mengatur rawat inap lantai 2,3 dan 4.

55
56

Partisipan kedua (P2) Ibu A, menjabati sebagai Kepala Ruangan Rawat Inap lantai 2

dan 3 dengan mengepalai 24 orang anggota staf.

Partisipan ketiga (P3) Ibu Y, menjabati sebagai Kepala Ruangan Kebidanan lantai 4

dengan mengepalai 8 orang anggota staf.

Partisipan keempat (P4) Ibu B, menjabati sebagai Supervisor Pengembangan

Keperawatan mengatur di SDM (Sumber Daya Manusia), Diklat (Pendidikan dan

Pelatihan), UGD (Unit Gawat Darurat) dan HCU (High Care Unit).

Partisipan kelima (P5) Bapak C, menjabati sebagai Kepala Ruangan Unit Gawat

Darurat (UGD) dengan mengepalai 12 orang anggota staf.

Partisipan keenam (P6) Ibu F, Wakil Kepala Ruangan Ruang Operasi (OK) dengan

mengepalai 4 orang anggota staf.

2. Hasil Analisis Tematik

Hasil analisis tematik ini menjelaskan empat tema yang didapatkan pada

penelitian ini. Berbagai tema yang ditemukan terkait pengalaman Kepala Perawat

Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam sebagai berikut: a) Syura

(Permusyawaratan); b) Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan); c) Hurriah al-

kalam (Kebebasan berekspresi); d) Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.

Tema 1. Syura (Permusyawaratan)

Makna syura atau permusyawaratan bagi Kepala Perawat Ruangan sangat

beragam. Pertanyaan dalam wawancara ini adalah terkait dengan pengalaman Anda

dalam mengelola dan memimpin keperawatan, dapatkah Anda menceritakan

pengalaman Anda dengan gaya kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan)?.


57

Makna syura yang didapatkan dari hasil wawancara ini meliputi 1) Langsung

bertemu; 2) Sharing (Berbagi); 3) Seperti cerita; 4) Memberikan kesempatan

bertanya; 5) Terbuka; 6) Mencapai mufakat.

1) Langsung bertemu

Makna syura diungkapkan oleh salah satu partisipan dari enam partisipan

bahwa syura itu sama dengan langsung bertemu, seperti ungkapan partisipan

berikut ini:

Pasien juga Sugi langung coaching, ketemu. Trus ke perawatnnya juga sama.
Jadi misalkan ada perawat atapun staf saya, yang merasa terlihat tampak kurang
bersemangat, saya langsung ketemu. Kita panggil. Panggipun berdua aja,
kendalanya apa... (P1)

2) Sharing (Berbagi) kapan berikut ini

Dua dari enam partisipan memaknai syura sebagai sebuah sharing (berbagi),

seperti seperti ungkapan salah satu partisipan berikut ini:

Kita berbagi ya, kalo yang namanya musyawarah itu kan kita berbagi, berbagi
pendapat, kita sharing gitu... (P2)

...adakah pendapat-pendapat yang bisa kita tampung, kalau masalah sharing-


sharing(P6)

3) Seperti cerita

Salah satu partisipan memahami dan memaknai syura merupakan suatu

proses seperti cerita, adapun ungkapannya partisipan sebagai berikut:

Musyawarah itu kan menurut saya, kaya model cerita ya, curhat ya... (P3)

4) Memberikan Kesempatan Bertanya

Salah satu partisipan memahami syura sebagai proses untuk memberikan

kesempatan bertanya, seperti ungkapan partisipan berikut ini:

Kalau musyawarah biasanya sebelum melakukan program kerja, membuat


program kerja biasanya saya menanyakan dulu ke temen-temen kebutuhan
pelatihannya itu apa? (P4)
58

5) Terbuka

Salah satu partisipan memahami gaya kepemimpinan syura sebagai gaya

kepemimpinan terbuka, adapun ungkapan partisipan tersebut sebagai berikut:

Gaya kepemimpinan saya ngomong lebih seneng terbuka...(P5)


6) Mencapai mufakat

Salah satu partisipan memaknai syura sebagai suatu cara untuk mencapai

mufakat, seperti ungkapan partisipan berikut:

Ya musyawarah untuk mencapai mufakat ya, dengan rapat, ngikutin semua anak
buahnya, kumpulin dan ditampung, adakah pendapat-pendapat yang bisa kita
tampung... (P6)

Tema 2. Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan)

Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua

partispian didapatkan beberapa makna Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan).

Pertanyaan dalam wawancara ini adalah terkait dengan pengalaman Anda dalam

mengelola dan memimpin keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman

Anda dengan gaya kepemimpinan Islam Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan)?.

Makna yang didapatkan meliputi: 1) Sama rata; 2) Tidak ada perbedaan; 3)

Membandingkan hal yang diutamakan; 4) Memberikan kepada yang lebih pantas; 5)

Tidak pilih kasih; 6) Saling berbagi.

1) Sama rata

Empat dari enam partispian memaknai Adl bil qisth sebagai sesuatu yang

sama rata,seperti ungkapan salah satu partisipan berikut ini:

Adilnya saya itu ya pendekatan, kalo ya pendakatan, kalo yang kedua ya apa
yang kita tetapkan ya kita jalankan gitu. Jadi semuanya ngikutin gitu, g keluar
jalur.. Jadi semua rata gitu... (P1)

Eee..untuk pengalaman yang adil ya, kalau adil itu berarti harus semuanya rata
ya, kan tidak ada anak kakak, anak tiri, anak asuh dan anak kandung istilahnya
seperti itu (P2)
59

Adilnya yaitu misalkan orang dijadwal, salah satu enak aja shifnya, atau milih
temen siapa g bisa. Saya pukul sama rata semua. Demi stabilitas di UGD saat
dinas gitu(P5)

...ya berbagi temen satu lagi dua kali, jangan dia dia terus yang di on call gitu.
Adil itu kan berlaku sama rata, g yang pilih kasih, sama rata (P6)

2) Tidak ada perbedaan

Dua dari enam partisipan memaknai Adl bil qisth sebagai suatu perbuatan

tidak ada perbedaan, seperti salah satu ungkapan partisipan berikut ini:

...Jadi, memang harus bener-bener bisa memposisikan adil itu harus, ya kan.
Tidak ada perbedaan antara si A si B. Ooh saya suka dengan si A jadi saya harus
mendekati si A, tidak seperti itu (P2)

Kalau menurut saya tidak membeda-bedakan, tidak pilih kasih, semua sama
dimata saya. Semua temen sejawat saya... (P5)

3) Membandingkan hal yang diutamakan

Makna Adl bil qisth dipahami oleh salah satu partisipan sebagai bentuk

membandingkan hal yang diutamakan, seperti ungkapan partisipan sebagai berikut:

Dalam sebulan itu, misalkan dia ada request tiga kali, yang satu request cuman
dua kali, aku perbandingin kan maksudnya biar aku adil gitu, salah satu aja yang
paling penting mana dia, nah itu yang diutamakan (P3)

4) Memberikan kepada yang lebih pantas

Salah satu partispan memahami dan memaknai Adl bil qisth sebagai suatu

upaya memberikan kepada yang lebih pantas, berikut ungkapan dari partisipan:

Dalam penjadwalan asistensi itu saya harus berusaha untuk adil, untuk adil
disini adalah ada yang asisten berat, bagus seperti dokter Dini malam sampai jam
12 malam. Saya memberikan kepada orang-orang yang sekiranya itu kuat (P4)

5) Tidak pilih kasih

Dua dari partisipan memahami makna dari Adl bil qisth sebagai suatu

perbuatan yang tidak pilih kasih, sebagaimana ungkapan partisipan berikut:

Kalau menurut saya tidak membeda-bedakan, tidak pilih kasih, semua sama
dimata saya. Semua temen sejawat saya (P5)
60

Adil itu kan berlaku sama rata, g yang pilih kasih, sama rata. Dalam pembagian
shift... (P6)
6) Saling berbagi.

Salah satu partispian memaknai dan memahami dari Adl bil qisth sebagai

suatu saling berbagi, seperti ungkapan partisipan sebagai berikut:

Kalau adil misalkan dari on call. Kalau on call dapet fee kan?. Ya kita berbagi
aja, bapak ini sudah pernah on call berapa kali, misalkan hari ini dia sudah on
call dua kali, ya berbagi temen satu lagi dua kali, jangan dia dia terus yang di on
call gitu... (P6)

Tema 3. Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi)

Berbagai makna Hurriah al-kalam bagi Kepala Perawat Ruangan sangat

beragam. Pertanyaan dalam wawancara ini adalah terkait dengan pengalaman Anda

dalam mengelola dan memimpin keperawatan, dapatkah Anda menceritakan

pengalaman Anda dengan gaya kepemimpinan Hurriah al-kalam (kebebasan

berekspresi)?. Makna yang didapatkan meliputi 1) Mengeluarkan pendapat bebas; 2)

Ada yang boleh dilakukan ada yang tidak boleh dilakukan; 3) Mengarah yang ke

positif; 4) Aktualisasi diri; 5) Keterbukaan; 6) Mengutarakan langsung.

1) Mengeluarkan Pendapat Bebas

Dua dari enam partisipan memaknai Hurriah al-kalam sebagai sesuatu cara

mengeluarkan pendapat bebas, seperti ungkapan salah satu partisipan berikut:

Kebebasan ekspresi dalam brieffing ya itu, bisa mengeluarkan pendapat bebas,


bisa mengkritik, mengkritik dalam arti,ee.. pelayanan kita gimana, masukannya,
ataupun atasannya atau pun fasilitas disini. Membuka care aja, ayo kita perbaiki
bareng-bareng (P1)

Kalo ada misalkan ada pendapat atau sesuatu yang mengganjal yang tidak suka
dari cara saya, atau apa silahkan ngomong saya lebih seneng karna apa, kalo
selama itu kritikannya bagus dan membangun kenapa tidak gitu (P5)
61

2) Ada yang boleh dilakukan ada yang tidak boleh dilakukan

Salah satu partisipan memahami Hurriah al-kalam merupakan sesuatu ada

hal yang boleh dilakukan ada yang tidak boleh dilakukan, seperti ungkapan

berikut:

Kebebasan berekspresi, kalau rawat inap kan yang penting gini ya, kalau
misalkan kebebasan berekspresi kita kan mau ngapain aja, gitu kan ya. Aaa kan
kita kan disini ada hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakuakan(P2)

3) Mengarah kepada yang positif

Salah satu partisipan mendapatkan makna dari Hurriah al-kalam sebagai

cara mengarahkan kepada yang positif, seperti ungkapan salah satu partisipan

berikut:

Akhirnya sekarang ekspresinya itu yang full itu aku arahin ke arah-arah yang
positif (P3)

4) Aktualisasi diri

Makna Hurriah al-kalam oleh salah satu partisipan merupakan sebuah

aktualisasi diri, seperti ungkapan partisipan berikut:

Memang kalo untuk aktualisasi diri itu, saya itu suka menjadi pusat perhatian
gitu lho. Dalam artian apa. Keperawatan adalah seni, seni dimana seni itu bisa
berubah-ubah...(P4)

5) Keterbukaan

Hurriah al-kalam dimaknai oleh salah satu partisipan sebagai suatu cara

untuk keterbukaan, seperti ungkapan partisipan berikut:

Ada tempatnya, ada waktunya ada wadahnya. Tempatnya yaitu pas rapat unit
ada misalkan kalo memang mau berpendapat g mesti harus nunggu rapat unit,
penggil saya, ketemu sama saya. Kita berdua ngobrol, apa yang menjadi ganjalan,
apa pendapat anda, saya terima orangnya terbuka, selama itu untuk kemajuan
UGD dan kebaikan kita bersama ya, itu aja sih sama saya (P5)
62

6) Mengutarakan Langsung

Salah satu partisipan memahami dan memaknai Hurriah al-kalam sebagai

cara untuk mengutarakan langsung, seperti ungkapan salah satu partisipan berikut:

Ke temen-temen yang sudah berkeluarga, mereka ada masalah langsung


utarakan, gitu. Kalau misalkan yang diserahin ke saya belum ada jawaban mereka
bakal utarakan lagi pas rapat YKM, kan ada supervisor ada manajer, nah nanti
mereka minta jawaban (P6)

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam

Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua

partispian didapatkan beberapa makna nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan

Islam oleh Kepala Perawat ruangan. Pertanyaan dalam wawancara ini adalah terkait

dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin keperawatan, dapatkah

Anda menceritakan pengalaman Anda dengan dengan nilai- nilai Islam yang

ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?. Makna yang didapatkan meliputi:

1) Kekeluargaan; 2) Melakukan pendekatan kepada staf; 3) Menciptakan kerukunan

dan kenyamanan; 4) Berdoa sebelum memulai kegiatan; 5) Menjadi contoh yang baik;

6) Berakhlak baik

1) Kekeluargaan

Dua dari enam partisipan memaknai nilai Islam dalam gaya kepemimpinan

Islam yaitu kekeluargaan, seperti ungkapan partisipan berikut:

Sugi selalu bilang ke temen-temen anggaplah pasien seperti keluarga kita sendiri,
Sugi selalu saya bilang begitu. Kalau udah seperti itu InsyaAllah dari ramah,
sopan, tanggung jawab semunya. Dari hati dulu. Jangan karna tugas (P1)

Jadi dia masuk kesini itu dengan polos ibarat kertas putih. Bisa aja disini coret-
coretnya seperti apa tergantung si atasannya ini. Gimana membawa dan
membimbing temen-temennya gitu. Ya.. pengennya ya itulah menciptakan suasana
kekeluargaan (P3)
63

2) Melakukan Pendekatan kepada staf

Salah satu partisipan memaknai nilai Islam dalam gaya kepemimpinan

Islam yaitu melakukan pendekatan kepada staf, seperti ungkapan partisipan

berikut:

...Jadi kan kita mendekati, apa sih kekurangannya apa sih yang bisa yang belum
bisa ya. Kalau misalkan gini kalau orang baru, pasti kita harus mendekati dia, kita
harus melakukan pendekatan, biar dia juga tidak merasakan saya selalu baru,
saya ini selalu disuruh-suruh (P2)

3) Menciptakan kerukunan dan kenyamanan

Makna nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam oleh salah satu

partisipan adalah menciptakan kerukunan dan kenyamanan, seperti ungkapan

partisipan berikut:

Menurut aku ya, kerukunan kali ya, terus menjadi kan sesuana kerja itu jadi
nyaman, kemudian hubungan silaturahmi g hanya sebatas partner kerja ya, tapi
jadinya saudara gitu, kekeluargaan. Jadi istilahnya menganggap tempat kerja ini
rumah kedua ya (P3)

4) Berdoa sebelum memulai kegiatan

Salah satu partisipan memahami dan memaknai nilai Islam dalam gaya

kepemimpinan Islam yaitu dalam bentuk berdoa sebelum memulai kegiatan, seperti

ungkapan partisipan berikut:

Kita jangan lupa kalau mau memulai itu berdoa ya. Berdoa pada saat operan
shift. Misalkan kita ucapkan Bismillah ya. Tapi saya membudayakan temen-temen
berdoa sebelum kegiatan. Lalu kalau saya misalkan ada temen yang berbuat salah
ya, salah kembalikan lagi mau berkerja semaunya sendiri. Saya bilang berkerja itu
amanah, ada Allah yang mengawasi kalian (P4)

5) Menjadi contoh yang baik

Partisipan memaknai nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam yaitu

untuk menjadi contoh yang baik, seperti ungkapan berikut:


64

Saya sebagai kepala ruangan saya harus lebih dari pada mereka kan, dari segi
kedisipilinan, trus kinerja, pengetahuan otomatiskan terus menggali kan ya.
Sekarang gini, pemimpinnya seperti itu, gimana mau ditiru sama anak buahnya
kan, diri kita nya dulu harus bener, kalo pengen di ikutin sama temen-temen
sejawatnya. Saya nya dulu harus bener, gitu. Karna dengan sendirinya kita punya
tanggang jawab . Kita ditunjuk jadi kepala ruangan, kita punya beban, kita pnya
tanggung jawab, punya kewajiban juga (P5)

6) Memilki akhlak baik

Salah satu partisipan memahami dan memaknai nilai Islam dalam gaya

kepemimpinan Islam yaitu untuk memilki akhlak baik, seperti ungkapan berikut:

Untuk seorang Kepala Ruangan ya berlaku adil, apa namanya ya...jujur dan
terbuka. Terbuka atas masukan temen-temen. Terbuka atas apa masalah yang
datang. Berfikir positif aja. Kalau misalkan kita ada masalah, kita rumat puyeng
gimana malah puyeng sendiri hehe. Lalu sabar (P6)

Tabel berikut ini menjelaskan sintesa dari hasil wawancara :


65

Tabel 5.1 Matriks Analisis Tematik

No Statement Sub Kategori Kategori Tema

1 Pasien juga Sugi langung coaching, Melakukan syura dengan metode langsung Syura (Permusyawaratan)
ketemu. Trus ke perawatnnya juga kepada individunya, pada saat individu Dilakukan pada saat salah satu
sama. Jadi misalkan ada perawat atapun tersebut tampak kurang semangat atau ada Langsung bertemu anggotanya sedang mangalami suatu
staf saya, yang merasa terlihat tampak masalah. masalah
kurang bersemangat, saya langsung
ketemu. Kita panggil. Panggipun berdua
aja, kendalanya apa.
2 Kita berbagi ya, kalo yang namanya Melakukan syura dengan cara sharing atau Syura (Permusyawaratan)
musyawarah itu kan kita berbagi, berbagi pengalaman dan masalah kepada Sharing (Berbagi) Dilakukan secara rutin pada setiap
berbagi pendapat, kita sharing gitu. teman-teman sejawatnya. operan shift kerja perawat

3 Musyawarah itu kan menurut saya, kaya Melakukan syura seperti cerita, tidak Syura (Permusyawaratan)
model cerita ya, curhat ya. hanya dengan berkumpul secara formal, Hal ini dilakukan lebih nyaman pada
tapi cerita juga di luar perkumpulan formal Seperti Cerita saat di luar pertemuan-pertemuan
agar teman-temannya merasa nyaman. formal agar pendekatan lebih baik

4 Kalau musyawarah biasanya sebelum Melakukan syura dengan menanyakan Syura (Permusyawaratan)
melakukan program kerja, membuat dahulu kepada bawahan dari setiap Memberikan Dilakukan pada saat ada pembuatan
program kerja biasanya saya membuat program kerja Kesempatan rencana program kerja perawat maka
menanyakan dulu ke temen-temen Bertanya dikumpulkan para staf untuk
kebutuhan pelatihan itu apa?. pembahasannya untuk membuat
keputusan
5 Gaya kepemimpinan saya ngomong Melakukan syura dengan keterbukaan Syura (Permusyawaratan)
antara atasan dengan bawahan dalam Terbuka Dilakukan pada saat pertukaran shift
lebih seneng terbuka.
penyampaian masalah kerja perawat dan dibahas secara
terbuka dari permasalahan yang ada
dilapangan
66

6 Ya musyawarah untuk mencapai Melakukan syura demi untuk mencapai Syura (Permusyawaratan)
mufakat ya, dengan rapat, ngikutin mufakat (kesamaan pendapat) dari setiap Mencapai Mufakat Dilakukan hal ini pada ketika rapat
semua anak buahnya, kumpulin dan permasalahan yang dihadapi. formal untuk pembahasan perkerjaan
ditampung, adakah pendapat-pendapat dilapangan
yang bisa kita tampung,
7 Adilnya saya itu ya pendekatan, kalo ya Melakukan Adl bil qisth pada saat Adl bil qisth (Keadilan, disertai
pendekatan, kalo yang kedua ya apa pembagian jadwal dinas dan cuti pada kesetaraan)
yang kita tetapkan ya kita jalankan gitu. bawahan, dengan membuat request jadwal. Dilakukan ketika para stafnya sedang
Jadi semuanya ngikutin gitu, g keluar Sama Rata ada permasalahan dengan melakukan
jalur.. Jadi semua rata gitu. pendekatan secara personal untuk lebih
mengetahui permasalahan secara rinci
sehingga dapat diperlakukan adil sesuai
fakta yang ada
8 Jadi, memang harus bener-bener bisa Melakukan Adl bil qisth tidak melihat dari Adl bil qisth (Keadilan, disertai
memposisikan adil itu harus, ya kan. individunya, adil itu tidak hanya dalam kesetaraan)
Tidak ada perbedaan antara si A si B. perlakuan tapi juga dalam pengambilan Tidak Ada Melakukan hal ini dengan melihat
Ooh saya suka dengan si A jadi saya keputusan. Perbedaan dahulu secara keseluruhan dari
harus mendekati si A, tidak seperti itu. permasalahan yang ada dan
mendapatkan informasi yang akurat dari
masalah
9 Dalam sebulan itu, misalkan dia ada Melakukan Adl bil qisth untuk Adl bil qisth (Keadilan, disertai
request tiga kali, yang satu request membandingkan mana keperluan yang kesetaraan)
cuman dua kali, aku perbandingin kan lebih utama pada saat pemberian request Hal ini dilakukan pada ketika
maksudnya biar aku adil gitu, salah satu jadwal dinas. pembagian jadwal shift kerja perawat
aja yang paling penting mana dia, nah Membandingkan hal dengan memberlakukan memberikan
itu yang diutamakan yang diutamakan kesempatan request jadwal kerja shift
terlebih dahulu
67

10 Dalam penjadwalan asistensi itu saya Melakukan Adl bil qisth pada saat Adl bil qisth (Keadilan, disertai
harus berusaha untuk adil, untuk adil pemberian jadwal asistensi dokter, kesetaraan)
disini adalah ada yang asisten berat, diberikan kepada yang lebih layak dan kuat Memberikan kepada Dilakukan hal ini pada ketika dilakukan
bagus seperti dokter Dini malam sampai menerima tugas tersebut. yang lebih pantas pembagian jadwal shift kerja perawat
jam 12 malam. Saya memberikan
kepada orang yang sekiranya itu kuat.
11 Kalau menurut saya tidak membeda- Melakukan Adl bil qisth pada saat Adl bil qisth (Keadilan, disertai
bedakan, tidak pilih kasih, semua sama pemberian sanksi hukuman pada saat kesetaraan)
dimata saya. Semua temen sejawat saya. melakukan kesalahan dan pemilihan Tidak Pilih Kasih Dilakukan ketika dilakukan dalam
anggota setiap shift kerja. pengambilan suatu keputusan

12 Kalau adil misalkan dari on call. Kalau Melakukan Adl bil qisth pada saat Adl bil qisth (Keadilan, disertai
on call dapet fee kan?. Ya kita berbagi pembagian tugas kerja di lapangan, dengan Saling Berbagi kesetaraan)
aja, bapak ini sudah pernah on call saling berbagi sama rata. Dilakukan dalam pembagian tugas kerja
berapa kali, misalkan hari ini dia sudah berdasarkan banyak tugas yang sudah
on call dua kali, ya berbagi temen satu dilakukan
lagi dua kali, jangan dia dia terus yang
di on call gitu.
13 Kebebasan ekspresi dalam brieffing ya Melakukan Hurriah al-kalam disaaat ada Mengeluarkan Hurriah al-kalam (Kebebasan
itu, bisa mengeluarkan pendapat bebas, rapat membahas tentang pelayanan dan Pendapat Bebas berekspresi)
bisa mengkritik, mengkritik dalam lainnya. Dilakukan pada saat briefing pertukaran
arti,ee.. pelayanan kita gimana, shift kerja perawat
masukannya, ataupun atasannya atau
pun fasilitas disini. Membuka care aja,
ayo kita perbaiki bareng-bareng.
14 Kebebasan berekspresi, kalau rawat Melakukan Hurriah al-kalam, boleh bebas Hurriah al-kalam (Kebebasan
inap kan yang penting gini ya, kalau dalam melakukan tindakan, asalkan sesuai Ada yang boleh berekspresi)
misalkan kebebasan berekspresi kita dengan aturan dan SOP yang ada. dilakukan ada yang Dilakukan pada saat kegiatan kerja
kan mau ngapain aja, gitu kan ya. Aaa tidak boleh lapangan langsung perawat dalam
kan kita kan disini ada hal yang boleh dilakukan tindakan kerjanya
dilakukan dan tidak boleh dilakuakan.
68

15 Akhirnya sekarang ekspresinya itu yang Melakukan Hurriah al-kalam dengan Mengarahkan Hurriah al-kalam (Kebebasan
full itu aku arahin ke arah-arah yang mengarahkan kepada hal yang positif kepada yang positif berekspresi)
positif. Dilakukan ketika ada salah satu
anggotanya yang belum bisa
mengontrol dirinya pada saat berkerja
dilakukanlah pengarahan berbasis bebas
yang beretika
16 Memang kalo untuk aktualisasi diri itu, Melakukan Hurriah al-kalam merupakan Hurriah al-kalam (Kebebasan
saya itu suka menjadi pusat perhatian aktualisasi diri dalam melakukan tindakan berekspresi)
gitu lho. Dalam artian apa. Keperawatan keperawatan, karena keperawatan itu seni. Aktuaslisasi diri Dilakukan untuk menunjukkan
adalah seni, seni dimana seni itu bisa kemampuan diri dalam berkerja
berubah-ubah.
17 Ada tempatnya, ada waktunya ada Melakukan Hurriah al-kalam selama Hurriah al-kalam (Kebebasan
wadahnya. Tempatnya yaitu pas rapat sesuai dengan situasi dan kondisi, dan berekspresi)
unit ada misalkan kalo memang mau diterima terbuka atas semua pendapat dan Dilakukan dengan langsung
berpendapat g mesti harus nunggu rapat kritikan menyampaikan permasalahan dan
unit, penggil saya, ketemu sama saya. pendapat kepada Kepala Ruangan jika
Kita berdua ngobrol, apa yang menjadi Keterbukaan ada masalah
ganjalan, apa pendapat anda, saya
terima orangnya terbuka, selama itu
untuk kemajuan UGD dan kebaikan kita
bersama ya, itu aja sih sama saya

18 Ke temen-temen yang sudah Melakukan Hurriah al-kalam dengan Hurriah al-kalam (Kebebasan
berkeluarga, mereka ada masalah memberikan kesempatan untuk berekspresi)
langsung utarakan, gitu. Kalau misalkan mengutarakan langsung dari problem- Dilakukan dengan penyampaian
yang diserahin ke saya belum ada problem yang ada Mengutarakan langsung dan dilanjutkan pembahasan
jawaban mereka bakal utarakan lagi pas langsung masalah disebuah rapat dengan atasan
rapat YKM, kan ada supervisor ada
manajer, nah naanti mereka minta
jawaban.
69

19 Sugi selalu bilang ke temen-temen Melakukan dari nilai-nilai Islam dalam Nilai-nilai Islam dalam Gaya
anggaplah pasien seperti keluarga kita berprilaku etis dengan menganggap staf Kepemimpinan Islam
sendiri, Sugi selalu saya bilang begitu. dan pasien seperti keluarga sendiri Dilakukan penerapan ini kepada seluruh
Kalau udah seperti itu InsyaAllah dari sehingga muncul sifat-sifat yang baik. Kekeluargaan staf, pasien dan keluarganya
ramah, sopan, tanggung jawab
semunya. Dari hati dulu. Jangan karna
tugas

20 Jadi kan kita mendekati, apa sih Melakukan dari nilai-nilai Islam dalam Nilai-nilai Islam dalam Gaya
kekurangannya apa sih yang bisa yang bentuk melakukan pendekatan untuk Kepemimpinan Islam
belum bisa ya. Kalau misalkan gini perbaikan hubungan agar setiap Melakukan Dilakukan kepada staf baru khususya
kalau orang baru, pasti kita harus anggotanya baik yang baru dan yang lama Pendekatan kepada agar nyaman dalam perkerjaan dan
mendekati dia, kita harus melakukan saling mengayomi satu sama lainnya staf tercipta hubungan yang baik dengan
pendekatan, biar dia juga tidak seluruh staf yang ada
merasakan saya selalu baru, saya ini
selalu disuruh-suruh

21 Menurut aku ya, kerukunan kali ya, Melakukan dari nilai-nilai Islam dengen Nilai-nilai Islam dalam Gaya
terus menjadi kan sesuana kerja itu jadi menciptakan kerukunan antar atasan dg Kepemimpinan Islam
nyaman, kemudian hubungan staf dan sesama staf Menciptakan Dilakukan dalam setiap kegiatan
silaturahmi g hanya sebatas partner kerukunan dan diperkerjaan agar setiap orang nyaman
kerja ya, tapi jadinya saudara gitu, Kenyamanan dengan perkerjaannya
kekeluargaan. Jadi istilahnya
menganggap tempat kerja ini rumah
kedua ya.
22 Kita jangan lupa kalau mau memulai itu Melakukan dari nilai-nilai Islam dengan Nilai-nilai Islam dalam Gaya
berdoa ya. Berdoa pada saat operan selalu berdoa sebelum memulai kerja Kepemimpinan Islam
shift. Misalkan kita ucapkan Bismillah Berdoa Sebelum Dilakukan pada ketika pergantian shift
ya. Tapi saya membudayakan temen- Memulai Kegiatan kerja perawat dan tindakan keperawatan
temen berdoa sebelum kegiatan. Lalu
kalau saya misalkan ada temen yang
berbuat salah ya, salah kembalikan lagi
70

mau berkerja semaunya sendiri. Saya


bilang berkerja itu amanah, ada Allah
yang mengawasi kalian.
23 Saya sebagai kepala ruangan saya harus Melakukan dari nilai-nilai Islam dengan Nilai-nilai Islam dalam Gaya
lebih dari pada mereka kan, dari segi menjadi contoh yang baik dahulu kepada Kepemimpinan Islam
kedisipilinan, trus kinerja, pengetahuan anggotanya dan selalu selangkah lebih Dilakukan oleh Kepala ruangan sendiri
otomatiskan terus menggali kan ya. depan dari pada bawahannya. selaku pemimpin bagi para anggotanya
Sekarang gini, pemimpinnya seperti itu, dalam setiap tindakan dan perilakunya
gimana mau ditiru sama anak buahnya Menjadi Contoh agar menjadi contoh
kan, diri kita nya dulu harus bener, kalo yang Baik
pengen di ikutin sama temen-temen
sejawatnya. Saya nya dulu harus bener,
gitu. Karna dengan sendirinya kita
punya tanggang jawab . Kita ditunjuk
jadi kepala ruangan, kita punya beban,
kita pnya tanggung jawab, punya
kewajiban juga.
24 Untuk seorang Kepala Ruangan ya Melakukan dari nilai-nilai Islam dengan Nilai-nilai Islam dalam Gaya
berlaku adil, apa namanya ya...jujur dan mengedepankan akhlak-akhlak prilaku Kepemimpinan Islam
terbuka. Terbuka atas masukan temen- yang baik dalam setiap perkerjaannya Menerapkan dan mengarahkan staf
temen. Terbuka atas apa masalah yang Memiliki akhlak untuk memilki perilaku yang baik
datang. Berfikir positif aja. Kalau Baik dalam setiap kondisi perkerjaan
misalkan kita ada masalah, kita rumat
puyeng gimana malah puyeng sendiri
hehe. Lalu sabar.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi

Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana seseorang

pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya

dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya

secara efektif dan efisien (Purwanto, 2006). Penelitian ini diangkat empat tema, memiliki

sub tema dan kategori makna tertentu. Tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan

penelitian. Berikut penjelasan secara rinci untuk masing-masing tema yang didapatkan

dari penelitian ini:

Tema 1. Syura (Permusyawaratan)

Syura memiliki makna yang begitu luas, yang mencakup dari penilaian dan

pemahaman seseorang. Pada penelitian ini makna syura dipersepsikan bervariasi oleh

para partisipan. Hasil penelitian ini terdapat berbagai makna syura berdasarkan

pengalaman yang diterapkan oleh Kepala Perawat Ruangan. Makna syura atau

permusyawaratan bagi Kepala Perawat Ruangan sangat beragam. Makna syura meliputi

langsung bertemu, sharing (Berbagi), seperti cerita, memberikan kesempatan bertanya,

terbuka dan mencapai mufakat.

Syura merupakan model dasar pengambilan keputusan, dan dalam melakukan hal

ini Al-quran menyerukan kepada para pemimpin muslim agar bermusyawarah (Noor,

2011). Tanpa adanya keimanan bahwa syura merupakan mekanisme baru (inovatif) yang

menjauhkan manusia dari perilaku hewani, maka bentuk perdamaian atau seruan apapun

71
72

akan sia-sia saja, kita harus meyakini bahwa syura bukanlah kekayaan ide yang bersifat

temporal dalam kehidupan orang mukmin, tetapi ia adalah way of life yang dibuat untuk

dirinya, dan ia akan berupaya untuk merealisasikannya baik untuk dirinya sendiri

ataupun untuk orang lain (Syahrur, 2003).

Dalam penelitian ini didapatkan bermacam-macam makna dari syura berdasarkan

pengalaman dari Kepala Perawat Ruangan seperti langsung bertemu. Dalam hal ini

didapatkan bahwa salah satu dari partisipan memaknai syura dalam penerapannya

dengan metode bertemu langsung dengan para staf dan pasien secara langsung dalam

menghadapi masalah yang sedang dihadapi. Karena menurut Ibu S yang mengelola rawat

inap lantai 2,3 dan 4, penerapan syura dengan bertemu langsung ini lebih baik dan dalam

menggali masalah yang ada, sehingga mudah didapatkan solusi dari masalah tersebut.

Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Qumaihah (1990) bahwa

musyawarah merupakan pertemuan antara pemimpin dan bawahan, menurut tema

permasalahan, dapat dibagi pada dua macam:

1. Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan masalah-masalah

pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pedapat sebagian sahabat tentang

masalah Aisyah setelah tersebarnya berita bohong.

2. Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat atau orang

banyak.

Musyawarah merupakan prinsip dasar dalam kehidupan kaum muslimin yang

harus diterapkan dalam perilaku mereka, dalam berbagai kegiatan kolektif dan

administratif organisasi. Islam mengharuskan pemimpin tersebut mengambil keputusan

sesuai dengan hasil musyawarah para anggota (Fathi, 2009).


73

Dua dari enam partisipan yaitu Ibu A dan Ibu F memaknai syura sebagai sharing

atau berbagi, dalam hal ini sharing saling bertukar pikiran segala hal seperti pendapat

dan masalah-masalah lainnya yang terjadi dilapangan. Hal ini sejalan dengan teori yang

disampaikan oleh Qumaihah (1990) dalam bermusyawarah akan terjadi tukar menukar

pemikiran. Pemikiran orang banyak tentu akan lebih baik dengan pemikiran seorang.

Paling berbahaya kalau suatu masalah hanya diserahkan kepada satu orang saja. Menurut

Fathi (2009), Kepemimpinan dalam Islam bukanlah pemberian kekuasaan yang

memungkinkan seorang pemimpin mengembil keputusan sorang diri dalam berbagai

ketetapan dan tidak menyerahkannya kepada para bawahannya atau orang-orang

kepercayaannya yang ahli dalam bidang masing-masing, akan tetapi Islam telah

mengharuskan kaum muslimin untuk bermusyawarah.

Ibu Y memahami dan memaknai syura sebagai seperti cerita atau curhat, karena

menurutnya dengan model seperti cerita ini agar bawahannya atau sejawatnya yang lain

dapat mengeluarkan pendapat dan mengutarakan masalah dengan lebih nyaman. Hal ini

sejalan dengan Fathi (2009), dimana tujuan dari nilai musyawarah merupakan kekuatan

bagi umat Islam dan memperkokoh hubungan mereka, mampu menopang kebersamaan

pemikiran dalam kerja kolektif dan saling memahami, serta memperkuat hubungan

persaudaraan.

Menurut partisipan yang berbeda syura dimaknai sebagai sesuatu yang terbuka

dan untuk mencapai mufakat. Syura yaitu mengeluarkan ketetapan-ketetapan bersama,

mengeluarkan ketetapan mengenai urusan-urusan yang bersifat umum. Hal terbuka ini

sejalan dengan tujuan syura itu sendiri yakni melahirkan ketetapan jamaah, agar

mencegah pemimpin jangan sampai mengeluarkan ketetapan-ketetapan penting untuk

jamaah secara sendirian. Melindungi kebebasan berjamaah dalam haknya menentukan

nasib dan memelihara wewenangnya dalam mengatur urusan-urusannya, baik dikerjakan


74

sendiri maupun dengan perantara orang-orang-orang yag dipilih untuk itu, serta

memelihara haknya dalam membatasi wewenang para pemimpin dengan apa yang lazim

untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka (Asy-syawi, 1997). Musyawarah

merupakan watak substanasial kehidupan Islam dan berbagai indikator istimewa yang

dipilih sebagai teladan bagi umat lain. Musyawarah merupakan sifat yang harus dimiliki

dari sekian sifat keteladanan (Quthb, 2008). Allah berfiman, untuk memerintahkan dalam

melakukan musyawarah:

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan mendirikan

shalat, sedang urusan mereka (diputusakan) dengan musyawarah antara mereka dan

mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan kepada mereka (QS As-Syura

[42]: 38).

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menurut peneliti penerapan gaya

kepemimpinan Islam model syura oleh Kepala Perawat Ruangan selama memimpin dan

mengelola keperawatan sudah terterapkan dalam proses kepemimpinannya, akan tetapi

dalam penerapannya belum maksimal.

Tema 2. Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan)

Keadilan bermakna meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau meletakkan sesuatu

pada tempat yang tepat, atau menempatkanya dalam perspektif yang benar. Keadilan

juga berarti melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa besar maupun kecilnya

(Noor, 2011). Menurut Al Badri (2001), Suatu keadilan yang menjamin hak-hak keadilan

manusia sebagai mahluk yang mulia, mewujudkan kesejahteraan dan ketenangan jiwa

yang lengang dan hakiki, serta kabahagiaan hidup dan terpelihara urusan mereka.
75

Empat dari enam orang partisipan memaknai adil berdasarkan pegalamannnya

dilapangan sebagai memperlakukan sesuatu atau seseorang dengan sama rata. Salah satu

partisipan memaknai adil sebagai memperlakukan sesuatu dengan tidak ada perbedaan

satu sama lainnya. Partisipan lainnya memaknai adil sebagai suatu tindakan yang tidak

pilih kasih. Hal pernyataan antara partisipan memperlakukan sama rata, tidak ada

perbedaan dan tidak pilih kasih memiliki suatu makna yang sama. Ketiga pernyataan dari

partisipan ini sejalan dengan pernyataan Muthahhari (2009) mengatakan bahwa keadilan

merupakan persamaan dan penafian terhadap deskriminasi dalam bentuk apa pun,

memandang semua individu secara sama rata, tanpa melakukan perbedaan dan

pengutamaan. Seorang pemimpin tidak diperkenankan untuk membela dan fanatik

terhadap seseorang tertentu dan membenci yang lain: ia harus mempunyai hubungan

yang sama atau sederajat dengan semua orang, yaitu hubungan yang dilandasi dengan

objektifitas dan keadilan (Fathi, 2009).

Berbicara pengutamaan tadi hal ini bertolak belakang atau tidak sejalan dengan

pernyataan partisipan Ibu Y yang memahami dan memaknai adil berdasarkan

pengalamannya sebagai untuk membandingkan hal yang utama dalam menetapkan

keputusan bagi stafnya. Dalam hal ini partisipan menerapkan adil disertai dengan

kesetaraan dengan mencontohkan dalam hal memberikan mana yang lebih utama dan

lebih penting menurut Kepala Perawat Ruangan dalam pembagian request cuti libur

untuk seluruh stafnya. Jika tidak dilakukan hal tersebut akan mengakibatkan ketidak

seimbangan dalam pembagian jadwal kerja staf perawat. Dan keputusan mutlak diambil

oleh Kepala Ruangan selaku pemimpin bagi para stafnya.

Salah satu partisipan yaitu Ibu B berdasarkan pengalamannya dalam mengelola

pengambangan keperawatan, SDM, diklat, UGD dan HCU memaknai adil sebagai

memberikan kepada yang lebih pantas, dalam hal ini partisipan mencontohkan yang
76

pernah diterapkan yaitu penjadwalan asistensi dokter yag diberikan kepada yang lebih

pantas untuk mengemban tugas tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian keadilan

menurut Muthahhari (2009), pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada

setiap objek yang layak menerimanya.

Partisipan Ibu F memahami makna adil sebagai untuk saling berbagi antar staf

dalam pembagian tugas. Saling berbagi dalam tugas agar tercipta keseimbangan antara

satu dan lainnya. Hal ini sepaham dengan Koehn (2000), keadilan dipikirkan sebagai

mempertahankan atau memulihkan keseimbangan atau proporsional. Orang-orang

mempunyai hak dalam hubungan satu sama lain untuk kedudukan tertentu yang relatif

sama. Allah berfirman, dimana Dia memerintahkan kepada kita untuk berbuat adil:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi

kepada kaum kerabat. (QS An-Nahl [16]: 90)

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, didapatkan sangat beragam makna dari adil

disertai dengan kesetaraan oleh Kepala Perawat Ruangan. Dalam hal ini penerapan

model gaya kepemimpinan Islam Adl bil qisth sudah terterapkan oleh Kepala Perawat

Ruangan cukup baik selama proses kepemimpinannya terhadap stafnya.

Dan hendaknya kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang

berlaku adil. (QS Al-Hujurat [49]: 9).

Tema 3. Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi)

Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk

menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang

memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya (Noor, 2011). Kebebasan

berekspresi merupakan ruang bersama (melting pot) sekaligus ruang proses (melting
77

process), bagi pengolahan berbagai pendapat dan ide yang terkumpul di dalamnya

(Syahrur, 2003)

Salah satu partisipan memakanai hurriah al-kalam sebagai sesuatu untuk

mengutarakan secara langsung dari permasalaan yang ada. Disaat yang sama dua dari

enam partisipan memahami makna terhadap hurriah al-kalam yaitu mengeluarkan

pendapat yang bebas. Hal ini juga sejalan dengan Syahrur (2003), Kebebasan manusia

dalam mengekspresikan pendapatnya tidak diukur dengan ukuran bahwa pendapatnya itu

dapat menunjukkannya pada kebenaran, akan tetapi diukur dengan adanya kebebasan

orang lain dalam mengekspresikan pendapatnya. Karena asas kehidupan Islam adalah

kebebasan dan kebolehan, maka manusia dapat mengeskpresikan pendapatnya. Inilah

yang kami katakan sebagai kebebasan mengekspresikan pendapat yang merupakan satu-

satunya jalan kehidupan yang mampu mengungkap konflik-konflik intern dan pengaruh

interaksi timbal balik internal maupun eksternal (Syahrur, 2003).

Berbeda dengan makna yang ditemukan oleh partisipan lainnya, yaitu memahami

makna hurriah al-kalam sebagai sesuatu ada yang boleh dilakukan ada yang tidak boleh

dilakukan. Hal ini seiring dengan pendapat Syahrur (2003), Kebebasan berekspresi

merupakan kehendak sadar manusia untuk memilih antara menafikan dan menetapkan

sebuah eksistensi dalam kehidupan, kebebasan seseorang harus diwujudkan berupa

pilihan antara ya dan tidak atau boleh dan tidak boleh.

Partisipan lainnya memaknai hurriah al-kalam sebagai sesuatu mengarahkan ke

yang positif. Hal ini sejalan menurut Basyaib (2006), kebebasan berekspresi bisa menjadi

pendorong hal yang positif atau katakanlah bisa dijadikan ukuran bagi kemajuan

kelompok. Kalau kelompok ingin maju atau ingin cepat maju, maka kebebasan

berekspresi harus dibuka lebih lebar. Kebebasan itu bukan hanya dalam bentuk jaminan-
78

jaminan hukum terhadap kebebasan berekspresi itu sendiri, tapi institusi yang mereka

miliki untuk mendukung kebebasan itu (Basyaib, 2006).

Dua dari parsipan memaknai hurriah al-kalam sebagai sebuah aktualisasi diri

dan keterbukaan. Hal ini sejalan dengan pendapat, aktualisasi diri meliputi

pengembangan diri, mengembangkan potensi dan keterampilan baru (Dewi, 2007).

Menurut Asifudin (2004), mengaktualisasi diri, mempunyai need for achievement tinggi,

yang layak diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat memainkan peranan penting bagi

terbentuknya manusia unggulan berkenaan dengan kerja. Hak anggota untuk

memperoleh kebebasan berekspresi dan kewajiban pemimpin untuk terbuka menerima

kritik atau pendapat anggotanya (Chapra, 2006).

Peneliti menilai berdasarkan dari hasil penelitian ini, Kepala Perawat Ruangan

dengan model gaya kepemimpinan Islam hurriah al-kalam sudah terterapkan akan tetapi

dalam penerapannya masih belum maksimal dan masih butuh proses lebih lanjut.

Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.

Lima ajaran yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-

akmal asy-syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

Failiyyah al-qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau perilaku etis,

dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan spiritual (Noor, 2011).

Hasil penelitian ini didapatkan masing-masing dari penerapan nilai-nilai Islam dalam

gaya kepemimpinan Islam berdasarkan yang diterapkan oleh Kepala Perawat Ruangan.

Salah satu partisipan memaknai nilai Islam dalam gaya kepemimpina Islam

dalam bentuk kekeluargaan. Dalam hal ini partisipan menerapkan dan mengajarkan nilai

ini kepada stafnya dalam praktek agar menganggap pasien dan sejawat seperti layaknya

keluarga sendiri. Hal ini sejalan dengan makna Al- akmal asy-syakhshi atau integritas
79

pribadi, Integritas bergantung pada kemampuan pemimpin dalam membimbing,

mengarahkan, dan memengaruhi orang berdasarkan prinsip moral dan nilai etis.

Kepala Perawat Ruangan dalam hal ini mempengaruhi para stafnya dengan

sebuah nilai etis yaitu dengan menganggap teman sejawat dan pasien sebagai layaknya

keluarga sendiri. Sifat seperti itu, yang dilengkapi dengan keshalehan, sifat bisa

dipercaya dan wawasan ke depan, secara bersama-sama membentuk orang dan cita-cita

(Noor, 2011). Integritas pribadi merupakan pribadi sebagai suatu keseluruhan yang utuh

tidak terbagi atau juga bukan pribadi yang sebagian saja (Riyanto, 2006). Menurut Adair

dalam Kartakusumah (2006), Integritas menunjukkan seseorang yang secara utuh

berpegang pada kode etik, norma artistik atau nilai-nilai tertentu, terutama terhadap nilai

kebenaran.

Dua partisipan lainnya memaknai nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan

Islam ini yaitu melakukan pendekatan kepada staf dan menciptakan kerukunan dan

kenyamanan. Dalam hal ini Kepala Ruangan menerapkan berdasarkan dilapangan dalam

bentuk seperti pendekatan kepada staf yang baru agar tidak merasa yang asing

dibandingkan dengan staf yang sudah berkerja lama dan berusaha menyatukan keduanya.

Begitu juga dengan menciptakan kerukunan dan kenyamanan agar silaturahmi

terwujudkan sehingga berkerja tidak hanya sebatas partner kerja bahkan jauh lebih

seperti saudara. Hal ini sejalan dengan salah satu nilai Islam dalam gaya kepemimpinan

Islam yaitu Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan seperti yang dicontohkan oleh

Nabi Muhammad SAW, membagi waktu sehari menjadi tiga dimensi: satu dimensi untuk

Allah SWT (Subhanahu wata'ala), satu dimensi untuk keluarga, dan satu dimensi untuk

diri sendiri. Waktu untuk diri sendiri dibagi lagi dengan waktu untuk umat (Noor, 2011).
80

Partispan lain menerapkan dalam hal yang berbeda dari nilai-nilai Islam dalam

gaya kepemiminan Islam yakni dalam bentuk meminta stafnya berdoa dalam setiap akan

memulai suatu kegiatan. Hal ini sejalan dengan nilai Islam yaitu Tahzib al-akhlaq atau

peningkatan moral kekuatan inspirasi yang mungkin berasal dari wahyu atau

pengetahuan tidak mengenal batas. Sumber Ilahiah peningkatan atau pengangkatan

semangat, yang menghasilkan peningkatan besar dalam hal standar perilaku (Noor, 2011).

Salah satu partisipan menerapkan nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam

yaitu menjadi contoh yang baik untuk stafnya, dimana dalam hal ini Kepala Perawat

Ruangan selalu berupaya memulai mendisiplinkan diri dengan datang tepat waktu dan

peningkatan kinerja. Hal ini sejalan dengan nilai Islam yaitu Failiyyah al-qiyadiyyah

atau daya kepemimpinan.

Daya berarti memberikan hasil yang dikehendaki. Daya mengisyaratkan adanya

kekuatan atau kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan, tidak cukup bagi seorang

pemimpin hanya menyampaikan pidato-pidato penggugah semangat. Para pemimpin

besar tahu bahwa mereka akan ditiru. Oleh karena itu, memimpin melalui teladan berarti

bagaiamana pemimpin sejati menciptakan visi, aspirasi, dan nilai-nilai yang tahan lama.

Mereka memberikan bukti objektif komitmen pribadi (Noor, 2011). Tujuan dari sebuah

kepemimpinan itu sendiri usaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan daya

pengaruh, potensi yang ada baik yang memimpin maupun yang dipimpin secara

bersama-sama, dinamis dan harmonis. Daya yang ada atau timbul dari seseorang yang

ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan tersebut (Al-banjari,

2008).

Partispan yang berbeda dalam pengalamannya terhadap nilai Islam dalam gaya

kepemimpinan Islam yaitu berakhlak yang baik dengan berlandaskan etika. Hal ini

sejalan dengan nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam yaitu Makarim al-akhlaq
81

atau perilaku etis. Etika adalah seperangkat prinsip moral dalam kaitannya dengan apa

yang benar dan salah. Etika mencerminkan karakter individu dan kelompok Etika

mengimplikasikan kepatuhan pada standar moral. Dalam situasi organisasi modern, etika

merujuk pada ketaatan terhadap aturan profesional. Etika Islam melampaui dunia materi

ke dalam wilayah moral dan spiritual demi mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Etika

Islam merupakan pemahaman akan benar dan salah untuk dipraktikkan, bukan sebagai

pengetahuan semata. Etika merupakan padanan akhlak dalam Islam (Noor, 2011).

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan

nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam oleh Kepala Perawat Ruangan sudah

terterapkan dengan sangat baik, dan hal ini harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.

B. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa keterbatasan

dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Lamanya mendapatkan perizinan waktu untuk melakukan penelitian dari pihak

Rumah Sakit.

2. Wawancara dilakukan disela-sela kesibukan partisipan dalam bertugas.

Partispan merupakan sebagai Kepala Perawat Ruangan, dimana sebagai

pemimpin bagi anggota stafnya yang membimbing, mengawasi dan juga

sebagai pelaksana keperawatan kepada pasien langsung, sehingga waktu yang

diperlukan untuk bertemu masih kurang.

3. Partisipan yang didapatkan sedikit sehingga diambil partisipan dari 4 orang

kepala perawat ruangan dan 2 orang supervisor keperawatan.

4. Penelitian penerapan gaya kepemimpinan Islam yang serupa belum banyak

dilakukan membuat peneliti kekurangan referensi, sehingga dalam proses

melakukan pembahasan belum begitu lengkap dan detail.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan arti pengalaman Kepala Perawat

Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Tema yang diangkat ada empat

yaitu 1) Syura (Permusyawaratan); 2) Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan); 3)

Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi); 4) Nilai-nilai Islam dalam gaya

kepemimpinan Islam.

Makna syura bagi Kepala Perawat Ruangan yaitu meliputi, langsung bertemu,

sharing (Berbagi), seperti cerita, memberikan kesempatan bertanya, terbuka dan

mencapai mufakat. Makna makna Adl bil qisth (Keadilan, disertai kesetaraan) oleh

Kepala Perawat ruangan yang meliputi sama rata, tidak ada perbedaan,

membandingkan hal yang diutamakan, memberikan kepada yang lebih pantas, tidak

pilih kasih dan saling berbagi.

Makna Hurriah al-kalam bagi Kepala Perawat Ruangan sangat beragam.

Makna Hurriah al-kalam meliputi mengeluarkan pendapat bebas, ada yang boleh

dilakukan ada yang tidak boleh dilakukan, mengarah yang ke positif, aktualisasi diri,

keterbukaan dan mengutarakan Langsung. Makna nilai-nilai Islam dalam gaya

kepemimpinan Islam oleh Kepala Perawat ruangan yang meliputi, kekeluargaan,

melakukan pendekatan kepada staf, menciptakan kerukunan dan kenyamanan, berdoa

sebelum memulai kegiatan, menjadi contoh yang baik dan berakhlak baik.

82
83

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan Islam sudah

diterapkan oleh Kepala Perawat Ruangan Rumah Sakit Syarif Hidayatullah terhadap

anggota stafnya yang dipimpin, akan tetapi dalam pelakasanaanya masih belum

maksimal terutama pada aspek syura (permusyawaratan) dan hurriah al-kalam

(kebebasan berekspresi) . Dan hal ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan Islam

diaplikasikan dalam kemanajerialan dan kepemimpinan keperawatan di rumah sakit

dengan makna-makna yang mereka pahami, akan tetapi hanya saja belum mengetahui

jenis dan nama gaya kepemimpinan apa yang diterapkan tersebut.

B. Saran

1. Institusi Keperawatan

Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi landasan

dalam mengembangkan keilmuan keperawatan terkhususnya manajemen

keperawatan dan dapat mengembangkan kompetensi pembelajaran pada

mahasiswa mengenai pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

kepemimpinan Islam.

2. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan

serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam, mengenai cara untuk

mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam

penerapan gaya kepemimpinan Islam.

3. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat menambah dan

memperkaya perkembangan ilmu kemanajerialan dan kepemimpinan keperawatan

mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam oleh Kepala Perawat Ruangan di

Rumah Sakit.
Daftar Pustaka

Adair, Jhon. (2010). Kepemimpinan Muhammad. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ahmad, K & Ogunsola O.K. (2011). An empirical assessment of Islamic leadership


principles, International Journal of Commerce and Management, Vol. 21 Iss: 3,
pp.291 318. http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1949666 diunduh
pada 20 Maret 2014

Al Badri, Abdul Aziz. (2001). Hidup Sejahtera Dalam Naungan Islam. Jakarta: Gema Insani
Al-Banjari, Rachmad Ramadhana. (2008). Prophetic Leadership: Membentuk Kepribadian
Para Pemimpin Berbasis Spiritualitas, Menumbuhkan Potensi dan Karisma
Kenabian dalam Diri Para Pemimpin. Yogyakarta: Penerbit Diva Press
Alwi, H. (2009). Uswatun Hasanah Meneladani Rasul Meraih Cinta Allah. Jakarta: Penerbit
Hikmah

Asifudin, Ahmad Janan (2004). Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiah University
Press
Asy-syawi, Taufiq. (1997). Syura Bukan Demokrasi. Jakarta: Gema Insani Press
Basyaib, Hamid. (2006). Membela Kebebasan : Percakapan Tentang demokrasi Liberal.
Jakarta: Freedom Institute
Budiarti, A. (2010). Pengalaman Seksualitas Perempuan Selama Masa Kehamilan.
http://journal.ui.ac.id/index.php/jkepi/article/view/2417/1863 diunduh pada 14
Desember 2013

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Celik. G, Yalan. (2002). Fethullah Gullen As A Servant Leader.


www.fethullahgulenconference.org/dallas/proceedings/GCelik%26YAlan.pdf
diunduh pada 29 Oktober 2013

Chapra, M Umer. (2006). Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani

Daymon, C & Holloway Immy. (2008). Metode-metode Riset Kualitaif: dalam Public
Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta : Penerbit Bentang

Dewi, Rani Anggraeni. (2007). Menjadi Manusia Holistik. Jakarta: Penerbit Hikmah

Dwiwibawa, F.R & Riyanto T. (2008). Siap Jadi Pemimpin?: Latihan Dasar Kepemimpinan.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Fathi, Muhammad. (2009). The Art Of Leadership in Islam: Meneladani Kepemimpinan Nabi
& Khulafa Rasyidin. Jakarta: KHALIFA

Firanika, Rayuni. (2010). Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Bulalak
Kota Bogor Tahun 2010. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Gulen, F. (2002). Versi Terdalam: Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada

Harari, O. (2005). The Leadership Secrets of Colin Powell: Sebuah Paradigma Baru
Kepemimpinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hawwa, S. (2007). Ar-rasul Shallallahualaihi wa sallam. Jakarta: Gema Insani Press

Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Grasindo

Kartakusumah, Berliana. (2006). Pemimpin Adiluhung: Genelogi Kepemipinan Kontemporer.


Jakarta: PT Mizan Republika
Khoir, A M. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja
Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.
http://www.gobookee.org/get_book.php?u= diunduh pada 22 Oktober 2013-11-11

Koehn, Daryl. (2000). Landasan Etika Profesi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius


Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Grasindo

Kresno, S. (2006). Aplikasi Penelitian Kualitaif Dalam Pemantauan Dan Evaluasi Program
Kesehatan. Jakarta: FKM UI

Kuswarno, Prof. Dr. Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi.


Bandung: Widya Padjajaran

Lingga, R (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29271/1/Appendix.pdf diunduh pada 25
Oktober 2013.
Moeljono, D. (2008). More About Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama

Mohammad, H. (2008). 44 Teladan kepemimpinan Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Moleong, Prof. Dr. Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Muthahhari, M. (2009). Keadilan Ilahi: Asas Pandangan Dunia Islam. Bandung: Penerbit
Mizan
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
Noor, I. (2011). Manajemen Kepemimpinan Muhammad: Mencontoh Teladan Kepemimpinan
Rasul Untuk Kesempurnaan Manajemen Modern. Bandung: PT Mizan Pustaka

Octavia, Rafita. (2013). Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang
Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan. Skripsi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara
Yogyakarta

Purwanto, D. (2006). Komunikasi Bisnis Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Poerwandari, E. Kristi. (2009). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.


Jakarta: LPSP3 UI.

Putri, S B. (2011). Hubungan Gaya Kepemimpin Kepala Ruangan Dengan Stres Kertja
Perawat Pelaksana Di ICU RSUP DR. M. DJAMIL Padang tahun 2010.
http://repository.unand.ac.id/18134/1/HUBUNGAN%20GAYA%20KEPEMIMPIN
AN%20KEPALA%20RUANGAN%20DENGAN%20STRES%20KERJA%20PER
AWAT%20PELAKSANA%20DI%20ICU%20RSUP%20DR.%20M.%20DJAMIL
%20PADANG%20TAHUN%202010.pdf diunduh pada 26 November 2013

Qumaihah, Jabir. (1990). Beroposisi Menurut Islam. Jakarta : Gema Insani Press
Quthb, Sayyid. (2008). Tafsir Fi Zhilalil Quran Jild 10. Jakarta: Gema Insani Press
Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.
Jakarta: PT Grasindo

Rasuanto, Bur. (2005). Keadilan Sosial: Pandangan Deontologis Rawls dan Habermas, Dua
Teori Filsafat Politik Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Riyanto,Theo. (2006). Jadikan Dirimu Bahagia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Saipul. (2009). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja (Studi pada pegawai
Rumah Sakit Islam Banyuwangi).
http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-s1-
2009-saipul0461-16713&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985
diunduh pada 26 November 2013

Salusu, J. (2004). Pengambilan Keputusan Stratejik: Untuk Organiasi Publik dan Organisasi
Nonproit. Jakarta: Grasindo

Setiawan, RB. (2010). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pada PT.
PLN (Persero) Kantor Wilayah Sumatra Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19465/5/Chapter%20I.pdf. Diunduh
pada 26 November 2013

Streubert, Helen J & Dona Rinaldi carpenter, (1999). Qualitative Research in Nursing. 2nd
ed. Lippincot.

Suarli &dan Bahtiar, Y. (2010). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga


Simanullang, M H. (2013). Analisis Peran Kepala Ruangan dalam Pelaksanaan Fungsi
Manajemen Keperawatan; Persepsi Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39138 diunduh pada 19 November
2013

Swansburg, Russel C. 2001. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk


perawat klinis. Jakarta: EGC

Syahrur, Muhammad. (2003). Tirani Islam: Genealogi Masyarakat dan Negara. Yogyakarta:
Penerbit LkiS Yogyakarta
Taufiq, A M. (2004). Praktik Manajemen Berbasis Al-quran. Jakarta: Gema Insani Press

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama

Umar, H. (2000). Business An Introduction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Warouw, H. Hana Yulianti M. Hendry P. (2013). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan


Menurut Persepsi Perawat Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang
Intalasi Rawat Inap F BLU RSUP PROF. Dr. R.D Kandou Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2185 diunduh pada 22 Oktober
2013

Wood, Geri Lobiondo, Judith Haber. (2006). Nursing Research Methods and Critical
Appraisal for Evidence-Based Practice. United Stated of America: Mosby Elsevier

Yuswanto, Tri Johan Agus. (2013). Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan Di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Kelas A Di Indonesia.
http://www.fik.ui.ac.id/content/promosi-doktor-tri-johan-agus-yuswanto diunduh
pada 26 November 2013

_________________. (2014). An Encyclopedia Britannica Company. http://www.merriam-


webster.com/dictionary/experience diunduh pada 12 Mei 2014
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan


Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

Partisipan yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Yoga Teguh Guntara

NIM : 1110104000024

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang Pengalaman Kepala
Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit
Syarif Hidayatullah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menggali secara


mendalam pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya
kepemimpinan Islam. Selain itu, penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 saya di Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Besar harapan saya agar Anda bersedia menjadi partisipan dalam penelitian
saya dan mengungkapkan pengalaman serta pendapat terkait penelitian yang akan
dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk wawancara selama kurang
lebih 30-45 menit dan bila dibutuhkan informasi tambahan sekiranya dimohon
kesediaan Anda untuk wawancara tambahan.

A. Prosedur Penelitian

Apabila Anda bersedia berpasrtisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta


menandatangani lembar persetujuan ini. Prosedur selanjutnya adalah:

1. Anda diminta mengisi identitas yang terdapat di lembar biodata.

2. Peneliti akan melakukan wawancara dengan Anda selama kurang lebih 30-45
menit.
3. Bila diperlukan wawancara tambahan, diharapakan kesediaan waktu
partisipan di lain waktu.

4. Partisipan diperkenankan mengundurkan diri bila dirasa tidak nyaman atau


keberatan ketika dilakukan penelitian.

B. Kewajiban partisipan

Sebagai subyek penelitian, Anda berkewajiban mengikuti aturan dan petunjuk


penelitian seperti yang tertulis diatas, bila belum jelas dapat bertanya langsung
kepada peneliti.

C. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden akan dirahasiakan


dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan
tanpa identitas asli partisipan.

D. Informasi tambahan

Anda dapat menanyakan hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini
atau mengenai kontrak waktu dan tempat untuk dilakukan wawanncara, Anda
dapat menghubungi saya Yoga Teguh Guntara pada no hp. 085714536223
PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN

Kepada Yth,

Partisipan Bapak/Ibu

Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Yoga Teguh Guntara

NIM : 1110104000024

Status : Mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN Jakarta

Dengan ini memohon kepada Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi partisipan pada
penelitian yang saya lakukan yang berjudul PENGALAMAN KEPALA PERAWAT
RUANGAN DALAM PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM DI
RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH

Demikian Saya sampaikan, atas perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu saya ucapkan
terimakasih.

Hormat Saya,

Yoga Teguh Guntara


LEMBAR PERSETUJUAN

Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang


penelitian yang akan dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan
menghormati hak-hak dan kerahasiaan saya sebagai partsipan. Dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani
lembar persetujuan untuk menjadi partisipam pada penelitian ini.

Jakarta, ....2014

Tanda Tangan dan Nama Jelas Responden


PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI PARTISIPAN

Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimipinan


Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah

A. Petujuk Umum

1. Tahap perkenalan

2. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang telah

diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

3. Menjelaskan maksud dan tujuan

4. Mengisi identitas partisipan

5. Membuat kontrak dan waktu

B. Petunjuk Wawancara Mendalam

a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan

komentar

c. Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiaannya

f. Peneliti akan merekam semua hasil wawancara dengan tape recorder

untuk membantu pencatatan hasil wawancara dan menggunakan sebuah

catatan sebagai field note untuk membantu percakapan agar tidak ada

pernyataan yang terlewat dari partisipan


C. Identitas Pewawancara

Pewawancara :

Tanggal wawancara :

Waktu wawancara :

Tempat wawancara :

D. Identitas Partisipan

1. Nama Partisipan :

2. Tanggal lahir/Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Perkerjaan/Jabatan :

5. No Tlpn/Hp :

E. Pertanyaan Wawancara

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
F. Fase wawancara

No Kegiatan Respon sasaran Waktu

1. Pra Interaksi 10menit


- Memberi Salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri, kontrak - Mendengarkan dengan atensi
waktu. dan memberi respon
- Menjelaskan tujuan, prosedur - Mengisi lembar identitas dan
penelitian informed consent
- Mengisi lembar identitas dan
informed consent
- Memastikan kondisi ibu hamil
saat ini
2. Interaksi (Wawancara) 25menit
1. Terkait dengan pengalaman Anda Mendengarkan pertanyaan,
dalam mengelola dan memimpin menceritakan pengalaman yang
keperawatan, dapatkah Anda Kepala Perawat Ruangan Ketahui
menceritakan pengalaman Anda
dengan gaya kepemimpinan Islam
Syura (permusyawaratan) ?
2. Terkait dengan pengalaman Anda
dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda
menceritakan pengalaman Anda
dengan gaya kepemimpinan Islam
Adl bil qisth (keadilan, disertai
kesetaraan) ?
3. Terkait dengan pengalaman Anda
dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda
menceritakan pengalaman Anda
dengan gaya kepemimpinan Islam
Hurriyyah al-kalam (kebebasan
berekspresi) ?
4. Terkait dengan pengalaman Anda
dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda
menceritakan pengalaman Anda
dengan nilai- nilai Islam yang
ditanamkan di dalam gaya
kepemimpinan Islam ?

3. Terminasi 10
- Memvalidasi apa yang telah menit
- Merespon apa yang
disampaikan
disampaikan
- Membuat kotrak waktu dan
- Menjawab salam
tempat bila diperlukan
wawancara tambahan
- Mengucapkan terimakasih atas
kesediaan waktunya.
- Mengucapkan salam
LEMBAR OBSERVASI

Subjek :

Tanggal :

Waktu : sd

Tempat :

Catatan Lapangan

1. Proses atau kegiatan selama wawancara berlangsung

2. Kondisi tempat wawancara atau lingkungan kerja

3. Benda yang ada disekitar subjek

4. Penampilan informan saat wawancara

5. Sikap, mimik, intonasi, respon nonverbal informan saat wawancara

6. Orang yang berada sekitar informan

7. Gangguan khusus selama wawancara

8. Interaksi sosial informan pada lingkungan (Atasan, staf bawahan, pasien dan

keluarga pasien)
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Sugi Astuti (P1)

Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Waktu : 10.05 am sd 10.37 am

Tempat : Ruang Praktek dr. Saraf lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Supervisor Asuhan Keperawatan

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R1: Kalau saya kebetulan kan pegang dirawat inap ya, rawat inap lantai 2,3 dan 4.
Kalau dari saya sendiri lebih condong ke praktek lapangannya, di banding teori,
kalau saya. Jadi pendekatannya lebih gampang. Kalau keteori biasanya lebih cocokin
sama prakteknya biasanya beda. Kalau kita berpatokan sama teori, biasanya temen-
temen lebih cendrung kurang masuk. Karna kondisi pasien terutama. Apalagi rawat
inap itu unik. Pasien minta ini lah, sedangkan secara teori kan harus seperti ini,
seperti ini, seperti itu. Pasiennnya yang unik, mungkin yang permintaannya
banyaklah dari keluhanlah, dari masalah keluargalah, jadi saya diterapkan ke sistim
lapangan. Pasien juga Sugi langung coacnhing, ketemu. Trus ke perawatnnya juga
sama. Jadi misalkan ada perawat atapun staf saya, yang merasa terlihat tampak
kurang bersemangat, saya langsung ketemu. Kita panggil. Panggipun berdua aja,
kendalanya apa. Misalkan ya intinya kendala dilapangan apa, yang bikin g semangat
atau apa. Jadi satu individu saya tarik. Tapi juga saya lakukan brieffing, brieffing
rutin. brieffingnya seminggu dua kali biasanya. Lainnya mah langsung ketemu satu-
satu, kalau menemukan ada kendala. Kalau g semangat bisanya di observasi dulu. Ini
mengganggu perkerjaan apa enggak. Kadang orang g mood itu bukan berarti g
semangat ya. Cuman raut mukanya aja, mungkin kita ingetin aja, ayoo senyuum
seperti itu. Tapi kalo udah menggau pelayanan langsung ketemu
P: Penyelesaian masalah dengan musyawarah tadi itu bagaimana?
R1: Pertama kita itu ketemuan sama perawat. Pertama kita pendekatan dulu.
Pendekatan ke personal itu, biar dia mau bener-bener mau cerita. Karna g semua
perawat itu masalahnya kerjaan. Misal pribadi kalau memang masalah pribadi selama
saya bisa bantu ya kita bantu. Selama kita g boleh masuk ke situ,masalah rumah
tangga kan misalnya, kita bantu motivasi. Tapi kalau mengenai perkerjaan,
kendalanya apa. kalau kendalanya itu tim. Timnya yah. satu tim itu ternyata g cocok.
Kita upayakan untuk ganti tim. Tapi dengan satu syarat, untuk selanjutnya harus
berubah. Metodenya satu persatu sama brieffingnya seminggu dua kali, g tiap hari.
Karna kalau tiap hari menurut saya kurang mengena. Karna g semua perawat itu mau
cerita di depan umumkan.
P: Hal apa yang disampaikan dalam brieffing?
R1: Pertama motivasi, yang kedua ha-hal yang tidak dilakukan sesuai prosedur.
Prosedur di kita kan banyak. Namanya orang kan perubahan kan g lurus terus.
Kadangkan suka belok. Prosedurnya harus begini, melenceng dikit kita lurusin.
Brieffing biasanya rawat inap per 15 menit, maksimal 30 menit kalau banyak
pertanyaan

2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R1: Kalau saya sistem nya usaha sebaik mungin. Sebaik mungkin dalam arti adil.
Misalkan jadwal aja ya. Karna kan cendrung orang merasa, ini g adil itu g adil. Saya
bikin ada request. Request jadwal, seperti itu. Itu pun request ada batas waktunya.
Misalkan buka tanggal 21, tutup tanggal 25. Diatas 25 saya g terima. Udah.
Kepakatan diluar itu , Sugi g mau lagi. Ataupun cuti juga sama. Gantian shift juga
sama, kalau memang aturannya harus seperti ini dia g lakuin ya langsung ada
punishmentnya misalkan dia presentasi.
P: Kalau ada problem antar staf, bagaimana penerapan adil itu sendiri berdasarkan
pengalamannya?
R1: kadang kan kita melihat sekilas itu, saya bilang kadang g sesuai. Tadi kembali
ke yang awal. Sugi brieffing, g kena Sugi masuk satu persatu. Kadang miss
komunikasi soalnya. Makanya sekarang Alhamdulillah rawat inap stabil. Kalau
masalah paling ya, kalo temen-temen tim ya. Karna kan masing-masing orang punya
prinsip yang berbeda-beda tapi, ya tujuannya sama. Misalkan satu tim itu ada empat
orang atau tiga orang. Yang satu orangnya menage waktunya pinter ngatur-ngatur
pasien. Yang satu mungkin prinsipinya kurang cepet tapi teliti, kan berbeda ya. Yang
satu yang penting cepet kelar. Tiga orang berbeda itu kan saling ini ya, yang satu
pengen cepet, yang satu lambat, tapi kan tujuannya sama. Ya itu aja sih, biasanya
tim. Adilnya saya itu ya pendekatan, kalo ya pendakatan, kalo yang kedua ya apa
yang kita tetapkan ya kita jalankan gitu. Jadi semuanya ngikutin gitu, g keluar jalur..
Jadi semua rata gitu. G cuti ya g cuti semua. Kecuali ada hal-hal yang tertentu, orang
tua meninggal atau emergensi, itu beda lagi. Jadi g ada perawat ini saya spesialkan
gitu, saya samain

3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R1: Ya itu,Sugi itu, membebaskan, kita doa, kita kan operan dines ya disitu, temen-
temen itu ya bebas berekspresi, namanya doa ada yang sebelum berdoa itu apa
namanya, ada pengawalan atau yang memimpin. Jadi g ada harus begini, harus
begini, enggak. Selama doanya masih sesuai sama standar ya g apa-apa. Kebebasan
ekspresi dalam brieffing ya itu, bisa mengeluarkan pendapat bebas, bisa mengkritik,
mengkritik dalam arti,ee.. pelayanan kita gimana, masukannya, ataupun atasannya
atau pun fasilitas disini. Membuka care aja, ayo kita perbaiki bareng-bareng. Atau
pun kita ada rapat unit sebulan sekali, itu pertemuan semunya. jadi kita semuanya
dibahas disitu, dan itu secara tertulis dari hasil brieffingnya itu. Setiap kita brieffing
itu tertulis, begitu pun rapat. Masalah temen-temen atau ini itu
P: Kalau ada permasalahan antar staf itu bagaimana cara menanggapinya?
R1: Sugi cari tau dulu masalahnya itu apa, biasanya dua orang itu tujuannya sama
cuman beda persepsi aja, biasanya salah satu ini sulit menceritakan, ini sulit cerita
duluan yang satu jangan ganggu dulu, suruh mendengarkan. Setelah selesai ya yang
satu menceritakan. Jadi saya ambil jalan tengahnya. Jadi maksudnya saya
menengahin tujuannya cuma satu ini, seperti itu sih sebenarnya akhirnya nanti
ketemu
4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R1: Nilai Islam apa ya, mungkin termasuk sopan ya, ramah itu pertama. Terus hati
ke hati baik temen-temen maupun dengan pasien. Karna kita g cuma membantu
orang tapi dengan hati. Trus yang pasti juga tegas. Tegas juga harus perlu ya. Tapi
yang utama hati sih. Jadi, Sugi selalu bilang ke temen-temen anggaplah pasien seperti
keluarga kita sendiri, Sugi selalu saya bilang begitu. Kalau udah seperti itu
InsyaAllah dari ramah, sopan, tanggung jawab semunya. Dari hati dulu. Jangan karna
tugas saja.
P: trus apalagi mbak kira-kira?
R1: Doa. Doa kita ya itu kita udah menerapkan ke pasien baca doa, itu udah ke
pasien semunya jalan.
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Agustina Merdeka Wati (P2)

Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Waktu : 10.40 am sd 11.15 am

Tempat : Ruang Praktek dr. Saraf lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Kepala Ruangan Rawat Inap Lantai 2 dan 3 RS Syarif Hidayatullah

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R2: Aaa..kalau saya sih untuk gaya kepemimpinan musyawarah itu emang perlu ya,
karna kan setiap sesuatu hal itu untuk memutuskan segala sesuatu kita tidak bisa
dengan sepihak. Misalkan ada kasus-kasus tertentu bahawa ada masalah yang terjadi
karnakan menurut saya itu rawat inap itu unik, jadi g hanya datang langsung pulang,
seperti itu. Pasien itu datang dirawat beberapa hari paling minimalkan satu, dua hari
itu minimal ya, jadi segala sesuatunya kita harus dimusyawarahkan. Kan
musyawarah itu penting ya jadi, kita juga tidak ada untuk kepemimpinan itu yah?
bawahan itu harus mengikuti atasan memang kita harus, cuman kita juga harus
sharing ya, kendalanya dimana siih,seperti itu
P: Seandainya ada permasalahan dari proses musyawarah itu sendiri, cara Anda
mengelola masalah ini bagaimana?
R2: kita sih, pasti ada untuk selisih pendapat dan sebagainya itu ada, cumankan
kita harus cari permasalahannya itu apa sih? Kan kita setiap permasalahannya itu
pasti ada jalan penyelesaiaanya, makanya kita untuk mengadakan musyawarah
seperti itu. Kalau dirawat inap itu kita, kalau dinas malem jadi kita selalu tanya apa
yang terjadi, jadi disitu misalkan kalau ada-ada masalah kita g hanya, untuk
menyelasaikan itu g hanya satu, dua orang, jadi dari pendapat satu ke pendapat yang
lain
P: Dalam bermusyawarah itu yang mengambil keputusan itu siapa?
R2: Untuk mengambil keputusan, tetep saya sebagai kepala ruangan, seperti itu.
Cuman, kita kan juga harus mempertimbangkan, temen-temen yang ada dibawah
saya, seperti itu. Bagaimana siih keinginan mereka, kita juga harus mendengarkan.
Misalkan ada masalah. Jadi kita tidak mendengar itu satu pihak, seperti itu. Tapi
keputusan pastinya ada di saya, seperti itu. Membutuhkan proses memang, walaupun
disaat musyawarah itu, masalah belum ini ya, masih belum selesai, seperti itu.
Bagaimana sih? Ooh permasalahan itu bagaimana, itu harus saya yang berfikir
sendiri baru nanti saya konfirmasi ke temen-temen, gitu. Karna kan setiap kita di
dalam ruang lingkup kalau manajemen ya, dari atasan ke bawahan pasti ada
perselisihan. Apalagi kalau rawat inap itu kita stafnya banyak ya, beda kalau
misalkan kita office, kalau ada masalah, biasanya distu-situ aja. Kalau kita di
perawatan itu kan bukan hanya kalau manajemen pasti antar manajemen, karna kalau
rawat inap itu denga pasien dan dengan yang sebagainya, seperti itu
P: Dari proses bermusyawarah itu bagaimana ibu gambaran penerapannya?
R2: Kalau saya sih yang sudah berjalan ya, karna kebetulan saya menjabat kepala
ruang dari 2012. Eee..disitu, jadi setiap orang berhak untuk mengeluarkan apa itu
pendapat dia, yah seperti itu. Jadi saya memberikan kebebasan untuk temen-temen
saya mengeluarkan apa sih yang ada dipikiran mereka, apasih yang ada dibenak
mereka, jadi kita semuanya itu keluar, jadi maksudnya g orang-orang tertentu ini
yang mengeluarkan pendapat. Kan kasian dari orang yang baru sampai orang yang
lama, pasti saya minta pendapatnya. Jadi, tidak ada itu namanya anak baru yang g
berhak apa-apa disitu, ga ada. Jadi, dari yang baru sampe yang lama itu berhak
mengeluarkan semuanya. Karna kan untuk prosesnya, kita sama-sama belajar disini,
kan kita g harus yang lama disini pinter kan?, kan tidak seperti itu. Bisakan baru kita
mengambil pengalaman dari yang baru kita mengambil pengalamannya, iya kan. Kita
berbagi ya, kalo yang namanya musyawarah itu kan kita berbagi, berbagi pendapat,
kita sharing gitu. Musyawarahkan g harus masalahnya apa itu terjadi, kan tidak harus
seperti itu. Jadi kan bagaimana temen-temen? Seperti itu kan setuju apa tidaknya,
seperti itu
2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R2: Eee..untuk pengalaman yang adil ya, kalau adil itu berarti harus semuanya rata
ya, kan tidak ada anak kakak, anak tiri, anak asuh dan anak kandung istilahnya
seperti itu. Jadi memang kalau menurut saya kalau seorang pemimpin itu kan amanah
ya, kalau menurut Islam, itu kan amanah. Jadi, memang harus bener-bener bisa
memposisikan adil itu harus, ya kan. Tidak ada perbedaan antara si A si B. Ooh saya
suka dengan si A jadi saya harus mendekati si A, tidak seperti itu. Jadi kita itu lihat,
kalau memang untuk adil itu bukan hanya untuk perlakuan tapi untuk mengambil
keputusan juga, ya kan, kalau untuk adil. Pastinya kalau memang kalau orang ini
bersalah apa sih prosesnya, bagaimana untuk kesalahan tersebut. Jadi, memang harus
sesuai g harus ada pilhan-pilihan, kalau memang salah ya salah. Jadi ga ada namanya
yang ini lho yang bener ini salah g ada yang seperti itu
P: Manajemen konflik dari penerapan adil ini bagaimana berdasarkan
pengalamanya?
R2: Kalau kita dirawat inap itu kan kita ada tim tergantung dari kesalahannya, kalau
misalkan untuk di rawat inap itu. Eee..kalau misalkan kesalahanya ternyata
kesalahannya itu untuk individu, ya kita ke individu tersebut ya, memang salah. Kita
proses, ini salahnya seperti apa sih, harus dia apain. Tapi, misalkan kesalahannya itu
satu tim, kita harus semuanya, jadi g harus menyalahkan si A, kan kita kan kalau
dirawat inap itu kita ada PJ, ada middle, ada yang baru ya. Jadi kita tiga, untuk
koposisinya tiga. Tergantung kesalahannya itu. Kalau memang semuanya itu kan
yang paling bawah itu kan g semuanya tau kan si baru, jadi beberapa mungkin ada
yang tidak tau. Kan bisa ke PJ, jadi bs nanya kesalahannya ini dimana, kita tanyakan
kesalahannya ini dimana apa sudah ngomong ke PJ nya dulu, seperti itu kan
bertanggung jawab untuk semunya. Jadi, tergantung kesalahan nya untuk terjadinya
konflik. Maka tergantung konfliknya ini individu apa kesemuanya. Karna kan ada
yang memang terjadi, oh PJ nya ini sudah mengingatkan, ini kan SOPnya sudah
seperti ini ini ini. Ternyata yang baru tidak mengikuti berarti kan PJ ini kan sudah
berusaha mengingatkan. Berarti kan itu kesalahan individu ya. Kalau misalkam
masalah itu terjadi didalam satu tim, kan kita harus lihat dulu masalahnya ini dimana
sih, miss nya dimana, seperti itu.
P: Pendekatan yang Anda lakukan itu seprti apa?
R2: Kalau pendekatan pasti , kan kita kan setiap, seperti yang saya bilang kan rawat
inap itu unik, jadi kita ini tidak bisa, tanpa mereka saya juga tidak akan seperti ini.
Pastinya seperti itu. Jadi kan kita mendekati, apa sih kekurangannya apa sih yang
bisa yang belum bisa ya. Kalau misalkan gini kalau orang baru, pasti kita harus
mendekati dia, kita harus melakukan pendekatan, biar dia juga tidak merasakan saya
selalu baru, saya ini selalu disuruh-suruh, yaa.. karna kita kan semuanya sama-sama
berarti. Baik yang baru ini harus melakukan pendekatan,. Biar yang baru juga seperti
yang lama. Yang lama juga bisa mengajari yang baru jadi kita sama-sama
mengayomi. Kan harus selalu ada pendekatan, kalau misalkan tidak ada pendekatan,
yang baru dia akan tetep akan seperti itu, yang lama juga pinter hanya untuk dirinya
sendiri, ya kan. kalau kita pendekatan itu kalau kita misalkan kita langsung semunya,
kan kita g tau kekurangannya dia ini diamana sih, dia ini yang g bisa apa, yang belum
bisa apa, dia kendalanya dimana, ada masalaha apa engga?. Ka kalo misalkan kita
berkerja karna, kalau misalkan kita ada masalah ni... itu kan bisa terbawa di tempat
kerja, biasa seperti itu. Jadi, kita harus tau oohh si ini ni lagi ada masalah, jadi
kitakan harus ada pendekatan seperti itu. karna kan, kalau kita ada masalah pasti
mempengaruhi mood, ya kan. Sedangkan kalau kita disini melayani customer ya,
pasien itu kan cutomer, kalau menurut kita, jadinya kita g harus sesuka kita, pasien
ini orang lho, ini nyawa, itu bukan barang, seperti itu. Jadi, kalau misalkan ada
masalah di rumah, jangan samapi dibawa ke tempat kerja

3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R2: Kebebasan berekspresi, kalau rawat inap kan yang penting gini ya, kalau
misalkan kebebasan berekspresi kita kan mau ngapain aja, gitu kan ya. Aaa kan kita
kan disini ada hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakuakan. Tetapi,
kebebasan misalkan, saya punya pengalaman di satu tempat, misalkan ya dari anak
buah, misalkan seperti itu. Satu tempat. Boleh dibawa kesini selama itu baik , seperti
itu. Selama itu baik ya silahkan, silahkan aja, yang penting kita tidak menyalahi
aturan, seperti itu. Karna kan kalau kita kerja di pelayanan itu ada SOP, jadi bebas
berkeskpresi itu tetep bebas, maksudnya dalam berkerja yaa. Kecuali dalam
mengeluarkan pendapat kan itu bebas, tetapi kalau itu untuk berkerja, yang penting
kita berkerja ini tidak keluar dari SOP, karenakan kita ada SOP disetiap pelayanan itu
ya. Jadi sesuai prosedur, seperti itu. Kalau dalam untuk berkerja. Karna untuk
perawat itu tindakan ya masa ya, karna manusia itu punya nyawa, itu kan bukan
barang ya, jadinya pasien itu punya nyawa harus bebas berekspresi g harus dibanting-
banting. Kecuali komputer ya kan, kita mau berekspresi apa, kita mau bikin media
apa kita silahkan, beda yang seperti itu. Misalkan, kita punya cara baru nih, pakai
infus kita g pake alat-alat ini lho, pasang infus itu begini. Ya kalau sesuai prosedur
silahkan silahkan yang penting sesuai prosedur silahkan

4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R2: Eee..kalau kan nilai Islam kan, ajaran Islam itu, kalau pemimpin itu amanah ya
kan, pemimpin itu apa ya?. Pemimpin itu harus punya sifat yang adil, ee...yang jujur,
eee..yang bijaksana, terus apalagi ya. Eee..tegas sih tegas, tapi harus tegas dalam
ngambil keputusan, itu tegas. Jadi pemimpin itu amanat. Karna kan kalau dibilang
amnaah itu beratkan sebenarnya. Amanah itu kan semua mewakili semua
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Siska Yuliasnita (P3)

Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Waktu : 11.25 am sd 12.05 am

Tempat : Ruang Praktek dr. THT lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Kepala Ruangan Kebidanan Lt 4 Rs Syarif Hidayatullah

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R3: Tergantung masalahnya ya, kalo memang masalahnya itu membawa
kebersamaan, maksudnya rame-rame ya mungkin kita selesaikan ngumpulnya
bareng-bareng. Hmmm... dan membahasnya ya fokus permasalahannya dan mungkin
itu sifatnya formal ya, kita dalam satu ruangan mungkin khusus, eee.. duduk bareng
rame-rame membahas permasalahannya, tapi kalo misalkan permasalahannya itu
sifatnya pribadi, biasanya aku manggil orang itu, jadi empat mata face to face lah
ngomong dan itu hanya keep silent lah aku sama yang bersangkutan aja yang tau, itu,
jadi tergantung masalahnya
P: Manajaemen konflik dalam proses bermusyawarah itu bagaimana?
R3: Kalau itu memang itu bisa diperbaiki dengan teguran konfliknya, misalkan ada
contoh ada kesalahan terapi, misalkan. Keasalahan terapi dokter kita selesaikan
bareng-bareng kita tanya apa sih masalahnya, kendalanya dilapangan itu apa
misalkan begitu. Misalkan ada yang ngomong pasien lagi rame itu, jadi kita kurang
fokus, jadi injeksinya salah misalkan gitu. Kita kasih solusi, disaat rame itu apa yang
harus benar-benar diperhatikan. Dan munculah saat itu, kita dinas, sekali dinas dua
orang, kita terpecah biasanya , di lantai 4 itu ada ruang tindakan bersalin sama ruang
perawatan. Misalkan ada tindakan di ruang bersalin, mau g mau g mau satu bidan
stand by di ruang tindakan, nah yang satu dilantai 4. Itukan muncul masalah banyak
itu, kalo yang satunya g fokus ada aja yang konfliklah, disitu kita pecahkan. Gimana
misalkan gitu, ternyata ada solusi kita minta bantuan ke unit lain yang memang
sekiranya bisa membantu, contohnya perawat yang sedang tidak ada pasien, bisa
ditarik ke lantai 4, salah satunya sih seperti itu
P: Dalam pengambilan keputusan dalam bermusyawarah itu siapa dan bagaimana?
R3: Yah tergantung kasus, kalau masalahnya itu tidak membawa, tidak membawa,
tidak terlalu memberikan masalah kepada pasien bianya sih keputusan aku ambil
sendiri sebagai kepala ruangan. Tapi kalau memang itu masalahnya sudah menyebar
sampai ada komplain pasien, yah itu biasa nya ke atasan juga samapai manager.. Itu
kalau yang sudah menimbulkan komplain pasien secara tertulis ya, kalau tidak
tertima gitu. Musyawarah itu kan menurut saya, kaya model cerita ya, curhat ya.
Maksudnya musyawarah itu belum tentu ada masalah dulu baru kita musyawarah,
jadi kalau prinsip saya, hmm.. ada saat-saatnya kita ajak ngobrol temen-temen,
ngobrol itu bukan hanya masalah atau ngobrolin pasien. Jadi kadang aku ada ngambil
saat-saatnya, hmm... ngobrol santai, misalkan masalah hobi atau apa yang tren
sekarang, biasakan kalo bidan cewek-cewek biasalah, jadi atau mungkin ngobrolin
apa, nanti ada ujung-ujungnya ada menggali-menggali. Misalkan gimana dinas sama
ini ini, sama kakaknya gini gini? jadi awalnya ngobrol ngobrol santai. Misalkan
sebelum operan tukeran dinas malam ke pagi. Dateng-dateng ya g langsung fokus
gini, Ngobrol santai tujuan aku, bikin temen-temen aku nyaman di tepat kerja, sebisa
mungkin dia menyukai perkerjaannya, sebisa mungkin kesana pasti akan baik, dia
mengerjakannya dengan enjoy ya. InsyaAllah masalah sih sedikitlah kalau memang
dia seneng menyukai perkerjaanya ya, suasana kernyanya nyaman, dianya fokus g
ada tekanan. Dan disini memang aku tipe orang yang g terlalu kaku, tapi aku bisa
fleksibel. Kadang sebagai atasan yang memang disaaat dia salah ya aku agak keras,
tapi sebagai temen ya sebagai temen. Dan cara aku negur juga yang langsung dikasih
hukuman, engga. Tapi aku kembalikan, Seandaianya kamu jadi pasien mau g
digituin? Jadi dia berfikir ulangkan. Dan musyawarah itu bukan harus ada masalah
baru kita kumpul. Misalkan kita kemana jalan bareng-bareng diluar kerjaan, itu salah
satu musyawarah ya, nanti ditengah-ditengah ditambah aku selipin ngomogin
masalah ini, Untuk ningkatin pasien lantai 4, coba temen-temen ada ide g? gitu.
Jangan ditunggu ada masalah dulu, ntar yang ada pecah, kaya bom meledak mas, ya
kan. Kecil-kecil ditumpuk-tumpuk, booom!. Rata-rata disini banyak begitu hal-hal
kecil distu kita menyelesaikannya dari hal kecil. Dari ngobrol santai kan biasanya ada
nih kendalanya apasih iya nih ka, ada gini gini! gitu. Makanya aku menerapkan itu
walaupun sebagai kepala ruangan, bisa juga sebagai temen, bisa juga sebagai partner
kerja, bisa juga sebagai tempat curhat, bisa juga sebagai kakak, kebetulan umurku
klebih tua dari yang lain-lain. Bisa juga sebagai ibu, karena ada juga yang dari
perantauan. Jadi menasehati musyawarah g hanya disaat ada masalah disaat ada
konflik, prisnsip saya gitu. Saya orangnya fleksibel aja, disaat ada masalah saya
tegas. saya orang nya g suka ditakuti tapi senengnya disegani, naah gitu punya
prinsip. Jadi pemimpin jangan ditakukati tapi disegani. Kan beda ya, berwibawa dia
2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R3: Hal kecil aja ya, ini kaya jadwal. Jadwal memang, ya namanya jadwal kita pola
tiga shift. Kan kalau kebidanan itu. Kalau tiga shift ya bermacem-macem sebenarnya
di unit lainnya itu g boleh rquest jadwal. Misalkan tanggal sekian aku pengen libur
gitu. Tapi aku memberikan ya itu kelongaran ke temen-temen memang karna aku
bukan langsung masuk sini bukan langsung jadi kepala ruangan. Tapi aku sebagai
staf biasa, dan menjadi kepala ruangan itu setelah aku dines disini 4 tahun. Aku jadi
kepala ruangan baru 2 tahun. 4 tahun itu aku merasakan yang aku menjadi staf biasa.
Yang mana susahnya kita dines malem, ya merasain lah kaya temen-temen. Makanya
aku juga yang g terlalu kaku. Aku izin kan request, tapi aku batesin. Misalkan
requestnya ada tiga. Nah disini kan ada 9 orang, pasti banyak kan, ada bentrok
apalagi yang namanya udah punya keluarga, pengen tanggal merah libur. Kan bisa
dilihat kan mas. Ada kita bisa melihat, misalkan itu bentrok dengan temen yang lain.
Aku liat dulu keperluannya apa. Dalam sebulan itu, misalkan dia ada request tiga
kali, yang satu request cuman dua kali, aku perbandingin kan maksudnya biar aku
adil gitu, salah satu aja yang paling penting mana dia, nah itu yang diutamakan. Jadi
jangan melihat ini kayanya orangnya g neko-neko nih, jadi aku acc. G gitu juga.
Kadang ada yang g di acc, ngomel-ngomel lah sama saya. Terserah, aku terserah
dibelakang ngomong apa yang menurut aku ini udah adil. Maksudnya aku utamakan
lah yang lebih penting. Kalo misalkan bikin jadwal ya, utamakan yang lebih penting,
terus memikirkan dari misalkan dia bulan sebelumnya udah cuti atau bulan ini
ngambil cuti lagi. Ya sama boleh juga, ganti dengan temen-temen lain
P: Manajemen konflik dalam penerapan adil ini bagaimana?
R3: Itu sih aku pernah nglamain juga ya jadi sebenar sih itu hal sepele sih mas, yang
satu nya sifat egois, yang satu nya g mau ngalah, g ketemukan?. Aku panggil
dudukin bareng, kita g menjudge dulu mereka dua-duanya salah, tapi kita suruh
ngobrol dulu versinya yang egois sama versi yang g mau ngalah, dari situ ya pasti
aku mengambil kesimpulan dan aku juga mencari data g yang dari omongan ini aja,
aku juga nyari data dari orang lain yang memang sekiranya ada hubungannya si
kasus mereka ini. Dan itu g hanya dari ya katanya-katanya ya, kalo dari itu pasti udah
ditambahinlah dari satu jadi tiga. Dan aku tipe orang yang memang g gampang
percaya sama yang katanya-katanya. Aku lebih bagus lagi nyari dari data secara
objektifnya. Jadi, dudukin bareng, kronologisnya sepertinya apa dari versinya
ini..keputusan di saya memang, nah disitu saya ngambil keputusan juga sesuai
dengan data yang ada secara objektif ya, bukan subjektif, itu. Awalnya aku diberikan
secara lisan. Nah dari situ aku evaluasi, bisanya aku kasih waktu, jangka waktu satu
minggu, dua minggu. Kalau misalkan g ada perubahan, mau g mau saya panggil lagi.
Ada yang secara lisan bisa, ada yang secara tertulis
P: Jadi adil itu, menggali dari permasalahannya terlebih dahulu ?
R3: Permasalahannya terlebih dahulu dan kita juga harus sudah tau dulu, data
permasalahannya itu secara objektifnya, bukan secara subjektif ya, kalau subjektif
katanya-katanya itu masih bisa salah. Kalau objektifkan secara faktanya ya kan. Dari
situ kita bisa menyimpulkan, kesimpulannya. Ya kalau memang dua-duanya salah ya
mau g mau kita tegur dulu secara lisan keduanya kasih pengarahan segala macem,
nanti dievaluasi, kalau masih begitu juga mau g mau secara tertulis, kalau masih juga
kita ajukan ke SDM, biasanya kena SP atau segala macem

3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R3: Kebebasan ekspresi kebetulan aku punya anak buah yang masih gadis orangnya
itu, apa ya suka jalan kemana-mana, ya kayanya g cocok jadi bidan. Jadi
pergaulannya itu bener-bener bebas. Aku sih pernah sempat aku panggil gitu ya. Aku
kasih arahan. Aku ngerti di usia mu itu memang seperti itu. Ekspresinya mungkin
emosi, ekpresi sikap attitude ya segala macem. Terlalu vulgar seusianya dia dan dia
anak gadis. Ngumpul sana sini, tapi aku arahkan. Kalau disaat kita masuk kerja
apalagi kita profesi bidan ya harus disesuaikan. G apa-apa kalau full ekspresinya itu
positif, monggo aku persilahkan. Akhirnya memang awalnya dia g bisa nahan, waah
terlalu ini banget dari attitudenya sikapnya hampir negatif ya. Aku amatin aku
panggil sekali kasih pengarahan ini-ini. Dia ngerasanya enggak, karna menurut dia
itu biasa aja gitu kan. ahh..emang aku begini kok tapi kan yang ngasih penilaian
kan orang lain, yang ngasih masukan kan orang lain, ya kita bercermin dari diri kita
memang bagus, cermin itu g bisa ngomong kecuali kita yang ngasih masukan.
Alhamdulillah deh mau dia dikasih masukan dia mau, rubah sedikit-sedikit. Akhirnya
sekarang ekspresinya itu yang full itu aku arahin ke arah-arah yang positif. Misalkan
ada seminar. Aku comot dia jadi moderator, jadi ngobrolnya itu jadi seneng, setiap
ada penyuluhan kita memang ada program-program ada penyuluhan di lantai tiga itu
untuk pasien ke bidanan aku comot dia juga. Akhirnya dia ngomongnya jadi mulai
terlatih-terlatih ya. Jadi kreasinya yang terlalu vulga itu disini aku arahin ke arah-arah
yang positig. Memang istilahnya itu muncul di umum ya itu kaya senam hamil aku
sertakan dia sebagai pengajar senam hamil, ya memang dia hobinya ngomong, jai
aku arahin ke arah yang positif lah. Dan Alhamdulillah sekarang sudah bagus, dan
banyak dicari orang-orang kalau kita lagi ada panitia apa aku mau dong ama yang
ini, aku mau dong sama dia gitu. Jadi sekarang dia sudah terkenalnya dengan yang
postifnya, sampai direktur pun melihat, ohh si ini bagus juga ya, jadi ini ini gitu.
Makanya sekarang seperti itu. Malah jadi contoh temen-temen
P:Bagaimana mbak siska memberikan kebebasan untuk menyampaikan
pendapatnya saat kegiatan operan shift itu seperti apa?
R3: ya karna temen-temen menganggapku ya apa ya, g takut sih kayanya sepertinya
segan sama saya. Jadi, setiap ada sesuatu memang hal-hal. Misalkan ada hal-hal kecil
yang dilapangan itu membikin kerikil-kerikil tanpa ditanya pun mereka sudah
menyampaikan ke aku. Misalkan ada masalah dengan unit lain. Jadi dia langsung
menyampaikan tanpa aku ada masalah g? Mereka sudah menyampaikan dengan
sendirinya, karna ya itu ya, coaching, aku ngobrol g disaat ada masalaha. Mungkin
mereka sudang menggap saya sudah nyaman kali untuk menyampaikan sesuatu yang
g perlu disembunyikan. Karna memang memang tipe akunya ya gitu. Ngobrol setiapa
ada masalah, kadang aku bilang ada sekecil apapun masalah tolong lah disampaikan,
jangan sampai menumpuknumpuk masalah itu jadi besar, jadi bom waktu. Kalau
udah jadi bom waktu ya susah, jadi ya temen-temen dengan sendirinya, bahkan kalau
di rumah pun, aku kan shiftnya pagi aja, kalau dirumah pun suka laporan walaupun
aku suka mengecek jadi sistem aku g di rumah sakit nmengecakannya itu selalu di
rumah aku bbm temen yang dines siapa? Bermaslah g? Ada kendala g ? awalaupun
kepala ruangannya g ada. Biasanya ada yang meng backup. Aku g lepas tanggung
jawab. Selalu di follow up selalu di kontrol walaupun aku ada dirumah, jadi g lepas
kalau ada yang komplain aku dulu yang tau. Jadi jangan aku tau dari orang lain ya.
Aku follow up langsung kalau ada keputusan aku tindak langsung

4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R3: Menurut aku ya, kerukunan kali ya, terus menjadi kan sesuana kerja itu jadi
nyaman, kemudian hubungan silaturahmi g hanya sebatas partner kerja ya, tapi
jadinya saudara gitu, kekeluargaan. Jadi istilahnya menganggap tempat kerja ini
rumah kedua ya. Karna dari awal kita misalkan kita ngobrol enak gitu, trus bersifat
adil, bersifat, amanah ya. Itu yang terutama amanah. Karna selain kita membawa
beban dari atas di beri tanggung jawab kita juga fokus ke temen-temen ya istilahnya
bisanya kalo di dalam rumah itu kita emaknya ya, orang tuanya. Jadi dia masuk
kesini itu dengan polos ibarat kertas putih. Bisa aja disini coret-coretnya seperti apa
tergantung si atasannya ini. Gimana membawa dan membimbing temen-temennya
gitu. Ya.. pengennya ya itulah menciptakan suasana kekeluargaan. Karna aku pernah
ngerasain ya awal-awal masuk. Kalo temen dan atasannya g nyaman ya kita kerja
pun g enak, rasanya pengen cepet pulang. G betah gitu ya kasarnya. Dan
Alhamdulillah di unitku memang jarang yang keluar masuk, bidan keluar tidak
perpanjang itu jarang. Karna aku kalau udah mengendus ada seikit masalah nih ya,
apalagi masalah karakter sifat orangnya, karakter sifat kan kita g bisa paksa. Yang
ada kita harus mengarahkan memberikan masukan, memberikan motivasi. Hasilnya
itu apa ya, iyu memang biasanya udah karakter, tapi kita harus ngasih pemahaman
nih ke temen-temen yang lainnya. Bahwa memang orangnya emang seperti itu
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Siti Rohmah Subekti (P4)

Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Waktu : 12.15 am sd 12.50 am

Tempat : Ruang Praktek dr. THT lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Supervisor Asuhan Keperawatan

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R4: Hmm kebetulan kalau saat ini kan saya di pengembangan keperawatan, ini saya
mengurusin masalah SDM, diklat pelatihan-pelatihan seperti itu, dan juga mengenai
saya pegang rawat jalan UGD sama HCU. Pada saat saya dimusyawarah diantaranya
ya, ada beberapa sebenarnya. Kalau musyawarah biasanya sebelum melakukan
program kerja, membuat program kerja biasanya saya menanyakan dulu ke temen-
temen kebutuhan pelatihan itu apa?. Misal, untuk rawat jalan ini pelatihan yang ini
apa teman-teman yang dibutuhkan gitu. Memang saya punya, sebenarmya saya
punya konsepnya. Misalkan pelatihan ini-ini, saya menanyakan dulu ke temen-temen,
trus temen-temen bilang oya ini-ini, trus saya punya ini juga ni gitu masukannya.
Menurut temen-temen yang mana diambil yanga mana?. oya gini-gini akhirnya
seperti itu. Itu yang musyawarahnya. Kemudian juga mengenai jadwal juga sama
sebenarnya. Misalkan, pada saat tertentu kadang temen-temen ada yang butuh, sangat
butuh dan dia mau tukeran dengan temen lainnya yang g bisa, nah misalkan ada yang
saudaranya sakit atau meninggal gitu. Saya minta sama temen-temen yang lain, siapa
nih yang bisa untuk menggantikan temannya yang ini. Kemudian juga kalau misalkan
moment yang pasien juga sama kalau untuk di HCU, kan pemegang pasien itu juga
dengan cara musyawarah, musyawarah disini juga, kalau dia yanag lama berkerja
atau yang berpengalaman otomatis dia megang pasien yang kondisinya jelak, bukan
berarti dia terus, tidak. Tetapi disaat tertentu ada temennya, tetapi dia mendampingi,
gitu. Jadi seperti itu. Itu diantaranya ya. Saya punya program kerja seperti ini,
menurut temen-temen bagusnya seperti apa, oh seperti ini ini ini itu enak
dijalaninnya. Tapi dialami juga saya bener-bener pengen tau, temen-temen apa ni
yang di bener temen-temen apaitu juga sama. Kita kumpulkan semuanya disuatu
rapat, dikumpulkan semuanya menurut temen-temen yang bagus yang mana seperti
itu. Tapi ada kala nya juga saya sudah punya, tinggal temen-temen yang milih gitu
P: Dari manajemen konfliknya seperti apa?
R4: Kalau manajemen konflik pasti ada ya, setiap. Bahkan kita baru mau bangun
tidur mau ngapain dulu kan konflik nih. Mau mandi dulu, apa mau shalat dulu, itu
kan konflik juga. Ya memang konflik itu memang ada. Tapi menyikapinya saya lebih
ke arah ke ini ya, bagamana temen-temen, kalo temen-temen yang merasakan, seperti
itu. Membalikkan lagi ke temen-temen. Jadi saya g mau yang ikut ngotot. Karna saya
sama-sama dewasa dan saya kerja disini. Kan temen-temen saya kan ada senior,
pastikan mereka pengen dihargain ya, biasanya saya menanyakan yang lebih tua.
Bukan berarti pendapat dia yang selalu bener, tidak. Tetapi menanyakan dulu,
bagaimana pendapatnya, gitu. Tapi kalau misalkan temen-temen pendapatnya si yang
lebih tua itu bagus dan temen-temen oke. Biasanya kita jalankan. Tapi kalo temen-
temen merasakan pendapatnya yang ini juga g bagus, menurut saya juga g bagus, kita
coba bicarakan, kita mencari opsi yang lain gitu. Jadi tidak yang selalu harus dia
yang bener, begitu, tidak. Saya juga g ngerasa ooh ini harus begini tidak. Tetep
menanyakan ke temen-temen semunya gitu. Tapi juga ada kalanya juga memang
harus temen-temen harus mau semuanya ya, saya tunjuk gitu. saya ga bisa
yaudah kamu, gitu. Memang begitu karna mereka g ada kesiapannya tetep harus
seperti itu, walaupun musyawarah mufakat itu ada
P: Dalam pengambilan keputusan itu oleh siapa?
R4: Kalau penyuluhan, biasanya kita melihat itu, misalkan penyuluhannya
mendadakan ya. Misalkan hari ini sore, misalkan dari UIN sering banget tuh. Minta
ya besok dari perawata dua gitu. Itu kan medadak banet, otomastis g mungkin
mengumpulkan temen-temen. Saya liat jadwal lagi. Dan saya telfon biasanya,
Njeeng..kamu besok jaga ini? Aduh saya g bisa saya cari yang alternatifnya itu
yang kalau saya itu yang udah dihubungi dulu. Saya ngehubungin dan dia
kesediannya dia, kalau memang dia mau yaudah langsung saya tunjuk. Jadi tidak lagi
harus saya mengumpulkan temen-temen, tidak. Kalau sekedar menjaga di hari itu
juga saya ini, tanya dulu sama temen-temen yang jaga.
P: musyawarah dari pendapat-pendapat bawahannya itu bagaimana?
R4: kalau temen-temen sih seneng aja ya, seneng aja karna. Itu kalau misalkan ada
tugas-tugas luar, mereka saneng. Karna mereka pertama pengalaman lama, trus yang
kedua mereka dapat uang. Saya g terpaku dengan si A. A aja terus, tetapi muter, jadi
temen-temen meraasa bahwa, oh saya belum mendapat kesempatan mungkin di lain
waktu saya mendapat kesempatan. Mereka seneng aja. Cuman memang ada beberapa
waktu kalau memang mendasak banget saya langsung menunjuk kamu! gitu.
Kenapa sih aku?. Emang ada waktu-waktu tertentu yang mendasak. Katakanlah,
yang waktu itu sama di UIN ada kegiatan apa ya yang perdana mentri Malaysia
datang. Ternyata dikiranya Cuma ambulans doang dan dokternya ternyata perlu
perawat juga. Akhirnya saya telfon, datang saya, sekarang untuk kesana!. Jadi
temen-temen gitu langsung. Kalau itu causistik ya. Tapi kalau yang masih ada plan
nya panjang, bisanya kami mengumpulin dulu. Karna memang itu g bisa satu. Kamu
bisa g ? enggak. Tetep ada PL (Penunjukan Langsung), tapi kalau saya sih kalau
waktunya masih panjang, biasanya saya mengumpulin temen-temen gitu.

2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R4: Sejauh ini karna setiap hari saya harus membuat daftar, apa namanya, asistensi
karna dokter sehari bisa berubah, ada yang cuti, ada yang dokter yang g praktek, itu
harus bisa memplot setiap hari jadwal bisa berubah. Dalam penjadwalan asistensi itu
saya harus berusaha untuk adil, untuk adil disini adalah ada yang asisten berat, bagus
seperti dokter Dini malam sampai jam 12 malam. Saya memberikan kepada orang-
orang yang sekiranya itu kuat. Kuat disini adalah tidak yang tidak tua banget, tidak
senior banget pulang sampai jam 12 malem kaya nya g mungkin. Iya saya
membertikan kepada yang middle sampai kepada yang junior gitu. Dan mereka
paham untuk itu gitu. Dan biasa saya sampaikan di rapat ini tidak diberikan ke ka
Upi, misalkan, karna memang dia posisi sudah tua. Paling lambat jam 10 ke atas 11
male, sehingga tidak mungkin asisten dokter ini. Dan mereka mau manerima dengan
baik. Trus untuk yang lain juga, asisten yang tadi udah muter ya. Misalkan ada yang
berat besoknya ya nggak. Jadi semunya dapet. Kecuali yang tadi yang sudah tua.
Lalu untuk masalah, cuti dan sebagainya saya juga berusaha untuk adil. Kalau
memang ternyata dalam satu. Lebaran biasanya nih. Cuti itu saya tandain tahun ini
siapa yang pulang, berarti besok dia tidak dapat jatah untuk pulang, tetapi temennya
yang lain. Kecuali temennya yang lain itu yang dapet jatah itu g pulang
3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R4: Memang kalo untuk aktualisasi diri itu, saya itu suka menjadi pusat perhatian
gitu lho. Dalam artian apa. Keperawatan adalah seni, seni dimana seni itu bisa
berubah-ubah. Misalkan kita merawat pasien dengan bersihkan luka berbeda-beda ya
kan. Mau bagaimana asal prinsipnya steril, mau bagaimana kek yang penting dalam
prinsipnya steril. Itu yang harus tidak boleh di apa-apakan, standarnya begitu. Kalau
untuk diri saya sendiri, aktualisasi diri saya, apa ya namanya, saya suka mengikuti
seminar-seminar untuk pengetahuan diri saya juga. Mungkin saya juga jenuh disini
dan sebagainya dan saya seneng belajar ya. Saya belajar dari temen-temen saya justru
juga. Kadang saya jadi asisten juga gitu, kalau temen-temen merasa kerepotan saya
masuk disitu. Saya masih tetap harus tetep silaturahmi dengan dokternya, karna
bagaimana pun juga mitra. Kami adalah mitra dari dokter, dan hmm..menginginkan
supaya kalau ada kendala apa-apa menyampaikan ke saya sehingga bisa juga
merubah teman-teman dengan biak, gitu lho. Saya menyampaikan bahwa ooh
temen-temen kurang disini gitu. Saya kalau asisten dengan cara mereka gitu lho,
tetapi yang tadi saya bilang prisnsipnya tidak ditinggalkan gitu. Asisten silahkan mau
pake apa gitu, tetapi aturan dan SOP dan prinsip itu tidak boleh ditinggalkan

4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R4: Seperti tadi yang sampaiakan sebenarnya gitu ya. Sebenanya tinggal
menerapkan. Kita itu bagaimana ya, memanusiakan manusia. Istilahnya ya begitu,
jadi kita kalau kepemimpinan yang lain itu kan. lo harus seperti ini tapi kan kalau
kita bagaimana kita bergrooming pun itu ada tatacara nya kan. Bergrooming yang
segar tetapi tidak mencolok, dia itu dandan. Tapi kalau membuat segar untuk
melayani pasien kenapa enggak. Biasanya paling ribet pagi-pagi. Memang halhal
kecil tetapi di poli klinik itu sangat berpengaruh, karna ia bersentuhan langsung
dengan pasien. Kalau dia kucel kumal. Bagaimana mau leyanai pasien dengan baik
gitu. Kita jangan lupa kalau mau memulai itu berdoa ya. Berdoa pada saat operan
shift. Misalkan kita ucapkan Bismillah ya. Tapi saya membudayakan temen-temen
berdoa sebelum kegiatan. Lalu kalau saya misalkan ada temen yang berbuat salah ya,
salah kembalikan lagi mau berkerja semaunya sendiri. Saya bilang berkerja itu
amanah, ada Allah yang mengawasi kalian. Saya kembalikan lagi ke religi bahwa
eee.. kita boleh bilang enggak tetapi kata Allah iya. Itu kita g ada yang pernah tau.
Kamu salah ternyata kamu bilang saya bener, ternyata-ternyata kata Allah itu
dibukakan oh ya seperti ini, jadi ya temen-temen itu, saya membuka teman-teman
untuk bisa bahwa saya salah itu saya g hukum kamu gitu lho. Maksudnya gini, Si A
itu salah, tetapi laporan ke saya, saya g akan menghukum kamu, tetapi kenapa kamu
bisa salah, ohh ternyata alat kita yang rusak, kan bukan kesalahan dia kan. Tetapi
melalui alat kita yang rusak dia salah, nah itu yang harus dibenerin. Kita g langsung
justifikasi kamu salah, tidak. Tetapi bagaimana ini prosesnya bisa terjadi yuk terjadi
yuk. Nah dengan ada kesalahan temen-temen ini, introspeksi buat saya dan buat
temen-temen juga
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Chandra Irawan (P5)

Tanggal : Selasa, 3 Juni 2014

Waktu : 13.10 am sd 13.35 pm

Tempat : Ruang Poli Umum lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Kepala Perawat Ruangan UGD RS Syarif Hidayatullah

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R5: Untuk UGD ini sebenarnya kan kita personelnya 12 orang, kita sama 3 shift,
pagi, siang sama malam. Nah untuk saya sebagai kepala ruangan, baru ya. Belum
berpengalaman, tapi ya sebelumnya tau lah kepala ruangannya yang sebelumnya
gimana cara kepemimpinannya sebelumnya sama. Jadi ya misalkan kalo kita di UGD
itu sifatnya kekeluargaan, sangat sangat kekeluargaan. Terus untuk semua, teman
sejawat yang di UGD, kita misalkan kalau ada masalah, misalkan contohnya kalau
misalkan di shift g masuk dengan alasan yang kurang bisa dimengerti, biasanya kita
sesuai dengan prosedur ya, peraturannya disini kenakan sanksi, 1 kali, 2 kali, 3 kali
sudah tidak bisa kalu kita kasih dengan atasan. Kalau misalkan masih kita bicarakan,
kita bicarakan empat mata sama yang bersangkutan. Gmn, kendala apa, atau apa?
kita bicarakan. Misalkan, hak itu ya dari penyelelsaian masalah terus, kekompakan,
disiplin waktu, kita menerapkan apa kedisplinan tinggi. Misalkan masuk jam 9, kita
kalau di UGD sepuluh menit sebelum dia dinas diwajibkan dia untuk datang. Kalo
dirawat inap kan beda karena pasiennya banyak mereka harus operan dulu kan
perawatnya ke kamar-kamar. Jadi mereka 30 menit sebelumnya. Kalo di UGD kan
operannya singkat karna bed pun g terlalu banyak kan, cuman 7 bed. Jadi lebih
ringanlah. G bebanin seperti di rawat inap. Kita misalkan yang sering telat, kasih
tolransi 2 kali telat, kalau misalkan telat, kalau misalkan lebih sama kena sanksi juga.
Sanksinya kita kenakan denda, yaitu maksudnya efek jera, walaupun g terlalu ini.
ini kan kalo saya telat, kena denda ya seperti itu. Terus dalam perkerjaan juga,
misalkan satu tim 3 orang kan, berati pagi 3, siang 3, malam 3. Harus saling mengisi
tentunya. Jangan yang satu semangat yang satu tidak. Kan kadang-kadang itu bisa
membawa suasananya g enak sama yang rajin orangnya. Jadi, saya terangkan ke
temen-temen untuk saling mengerti , salaing mengisi kekurangan, maksudnya kalau
temen-temen kurang tanggap. Namanya kalo UGD kan harus tanggap darurat ya.
Kalo misalkan ada seperti itu, ada yang laporan ke saya ya biasa, cara penyelesainya,
tegur, bicara empat mata, kasih kesempatan sekali-sekali,masih-masih terpaksa, saya
koordinasi dengan atasan, satya rollling. Kadang-kadang kita di rapat YKM pun, kita
ya berbagi. Ada keluhan apa? Kemarin dilapangan? mulai dari temen dari satu
shiftnya ada keluhan g?. kita terbuka aja ngobrol semua. Terus kalo misalkan masih
belum, masih seperti itu dan tidak bisa di ingatkan kita rolling, coba rolling dengan
rawat inap, ya seperti itu. Tapi saya pun menawarkan, saya sebagai kepala ruangan
saya harus lebih dari pada mereka kan, dari segi kedisipilinan, trus kinerja,
pengetahuan otomatiskan terus menggali kan ya. Sekarang gini, pemimpinnya seperti
itu, gimana mau ditiru sama anak buahnya kan, diri kita nya dulu harus bener, kalo
pengen di ikutin sama temen-temen sejawatnya. Saya nya dulu harus bener, gitu.
Karna dengan sendirinya kita punya tanggang jawab . Kita ditunjuk jadi kepala
ruangan, kita punya beban, kita pnya tanggung jawab, punya kewajiban juga.
Tanggung jawabnya temen-temen semua. Kita mengawasi terus kewajiban. Kita
mengingatkan mere denga otomatis kita harus lebih lah dari mereka. Dari kejujuran,
beribadah, kita harus mengingatkan seperti itu. Apalagi ini kan rumah sakait yang
bernuansa Islam. Itu sih garis besarnya ya dari saya. Kan tiap bulan ada itu rapat unit.
Boleh dari itu, kita mengutaran masalah untuk kepala ruangan, karena kritikan itu
kalo selama membangaun, buat saya g masalah ya saya senang. Berarti saya di
ingatkan. Jangan nanti saya g di ingatkan saya merasa bener terus. Malah jadi
nantinya sombong. Saya sih terbuka memang ada yang tidak suka dari saya. Gaya
kepemimpinan saya ngomong lebih seneng terbuka. Karna siapa lagi yang mau
mengingatkan selainndari atas dari kita kan. Temen-temen kan yang lebih sering
sama kita

2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R5: Kalau menurut saya tidak membeda-bedakan, tidak pilih kasih, semua sama
dimata saya. Semua temen sejawat saya. Misalkan satu kurang bisa di atur sama di
hukumnya, ditegur, sanksi sama. Satu begini, satu begini. Saya ke si A misalkan kita
sanksi si B enggak, g begitu saya. Cara pemilihan anggota setiap shift pun saya di
usahakan adil. Itu gimana di jadawalnya kalo misalkan di UGD. Kalo di UGD
personilnya g semuanya seniorkan. Ada senior, middle, dan junior. Kita
kombinasikan. Senior, middle sama junior, tiga orang itu. Jadi g bisa misalkan si A
sama si B pengen barengan terus. Minta ke saya, ya bisa. Saya melihat situasikan. G
bisa mentang-mentang saya deket sama dia. G bisa gitu cara mainnya. Karna yang
saya itukan tekankan keadilan plus kondisi. Situasi di UGD kan g mungkin kalo
misalkan yang saat nantinya ketimpangkan. Adilnya yaitu misalkan orang dijadwal,
salah satu enak aja shifnya, atau milih temen siapa g bisa. Saya pukul rata semua.
Demi stabilitas di UGD saat dinas gitu. Terus semunya kalo ada kesalan ya sama,
kena sanksi
P: Kalau ada masalah antar teman sejawatnya bagaimana?
R5: Saya diliat dulu permasalahannya apa, misalkan satu orang dulu si A saya
panggil ajak ngobrol keterangannya apa, si B saya panggil keteranganya apa
masalahnya apa. Setelah saya analisa, baru kita ketemu setelah saya analisa baru kita
bertemu bersama-sama, sama saya sama si A, si B saksinya atasan saya supervisor.
saya g melihat ini deket sama saya, enggak. Terus dia salah salah benerkan, enggak.
Yang salah tetep salah yang bener tetep bener

3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R5: Ada tempatnya, ada waktunya ada wadahnya. Tempatnya yaitu pas rapat unit
ada misalkan kalo memang mau berpendapat g mesti harus nunggu rapat unit,
penggil saya, ketemu sama saya. Kita berdua ngobrol, apa yang menjadi ganjalan,
apa pendapat anda, saya terima orangnya terbuka, selama itu untuk kemajuan UGD
dan kebaikan kita bersama ya, itu aja sih sama saya. Saya g mau membatasi, saya
orangnya g keras kepala, kalo saya orangnya bener terus, tidak. Makanya saya
menekankan sama temen-temen. Kalo ada misalkan ada pendapat atau sesuatu yang
mengganjal yang tidak suka dari cara saya, atau apa silahkan ngomong saya lebih
seneng karna apa, kalo selama itu kritikannya bagus dan membangun kenapa tidak
gitu. Saya terbuka orangnya, g mau egois. Saya terbuka orangnya, saya g mau egois.
Kalau egois malah jadi bluber ke saya. Kalau bawahan ada inovasi, selama
inovasinya itu bagus, saya tanggapi dengan senang dengan gembira. Tapi saya saya
liat dulu kemampuan di UGD seperti apa kan. Saya terima pendapatnya tapi
sayakoordinasi dengan atasan, apakah mungkin untuk seperti ini. Kalau seandainya
itu mungkin bagus kan

4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R5: Ya Adil Jujur, itu kan seorang pemimpin harus mendengar, ya maksudnya
bawahannyalah. Itu sih yang selama ini. Jujur, adil, terius mendengarkan,
komunikasi, mengalir aja. Cuman menurut kita benar temen-temen benar saya
junjung tinggi, maksudnya yaa.. saya orangnya terbuka g otoriter. G harus
gini..gini..tapi saya kan dari atasan harus gini begini.. tapi saya kan harus liat situasi
dahulu, mungkin atasan g tau kondisi UGD seperti apa. Ya dengarkan aja lebih
dahulu. Tapi g makan bulet-buletkan. Saya harus cerna dulu. Yang penting jujur,
adil, kekeluargaan
Transkrip Percakapan

Subjek : Ny. Fajria Ramadlani (P6)

Tanggal : Selasa, 9 Juni 2014

Waktu : 13.10 am sd 13.35 pm

Tempat : Ruang Paru lantai 2 RS Syarif Hidayatullah

Jabatan : Kepala Perawat Ruangan OK RS Syarif Hidayatullah

1. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Syura (permusyawaratan) ?
R6: Kalau dalam mengajukan pendapat tentang, kalau...misalkan kan kita sebagai
Kepala Ruangan gitu, langsung jebret aja dengan keputusan seperti ini ini, tanpa kita
libatkan anak buah ya, tapi kita harus memilah milah mana yang harus di ambil,
mana yang harus di ambil, mana yang harus di nanti nanti gitu kan. Ya musyawarah
untuk mencapai mufakat ya, dengan rapat, ngikutin semua anak buahnya, kumpulin
dan ditampung, adakah pendapat-pendapat yang bisa kita tampung, kalau masalah
sharing-sharing. Kalau masalah itu tidak menjadi di pecahkan kita laporan ke bagian
atasan lagi. Biasanya kita pas YKM, sebulan sekali, sama dengan unit-unit yang lain
juga gitu. Nah disitu, disana ada masalah apa, selama sebulan itu. Berhubungan
dengan temen, atau berhubungan pasien, berhubungan dengan dokter, gitu. Kita
bicarakan. Palingan karana shift-shiftan kan ya, palingan kalau ada masalah mereka
utaran langsung aja ke saya gitu. Ada masalah nih pasien ini dengan begini ini
ceritanya ya kan. Nanti kalau misalkan butuh urgent jawaban gitu kan. Kalau saya
kan g bisa langsung kasih keputusan ya. Mungkin untuk kemputsan yang biasa aja
mungkin bisa ya. Tapi kalau keputusan berhubungan dengan manajemen itu kan
harus koordinasi dengan supervisor sama manejer. Harusnya bisa di follow up lagi
gitu. Kalau pengambilan keputusan hak mutlak saya, tapi tergantung kasusunya.
Kasusnya misalkan, operasi alat-alat ini kurang ga ada barangnya, juga saya
koordinasi supervisor logistiknya, juga koordinasi dengan duty supervisornya, gitu
mintak barang ini tolong diadain secepatnya karna ada operasi gitu. Kalau misalkan
ada masalah dengan pasien berhubungan manajemen ataua kaya misalkan pasie itu
operasi g ada biaya minta keringananan, kan g bisa kan, harus berhubungan dengan
manajemen, g bisa ngambil keputusan.

2. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan) ?
R6: Kalau adil lebih ke bawahan ya, ke temen-temenlah bukan bawahan. Temen-
temen sesama OK gitu ka. Kalau adil misalkan dari on call. Kalau on call dapet fee
kan?. Ya kita berbagi aja, bapak ini sudah pernah on call berapa kali, misalkan hari
ini dia sudah on call dua kali, ya berbagi temen satu lagi dua kali, jangan dia dia terus
yang di on call gitu. Adil itu kan berlaku sama rata, g yang pilih kasih, sama rata.
Dalam pembagian shift, karna kebetulan kita cuma berempat, jadi satu shift satu
orang, kalau berlima, satu shift pagi 2 orang, siang 1, malam 1, libur 1. Kalau
misalkan ada request, yaudah bisa cuti selama ada orng yang gantiin
3. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin
keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan gaya
kepemimpinan Islam Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) ?
R6: Balik lagi ke temen-temen yang sudah berkeluarga, mereka ada masalah
langsung utarakan, gitu. Kalau misalkan yang diserahin ke saya belum ada jawaban
mereka bakal utarakan lagi pas rapat YKM, kan ada supervisor ada manajer, nah
nanti mereka minta jawaban.

4. Terkait dengan pengalaman Anda dalam mengelola dan memimpin


keperawatan, dapatkah Anda menceritakan pengalaman Anda dengan nilai-
nilai Islam yang ditanamkan di dalam gaya kepemimpinan Islam ?
R6: Untuk seorang Kepala Ruangan ya berlaku adil, apa namanya ya...jujur dan
terbuka. Terbuka atas masukan temen-temen. Terbuka atas apa masalah yang datang.
Berfikir positif aja. Kalau misalkan kita ada masalah, kita rumat puyeng gimana
malah puyeng sendiri hehe. Lalu sabar, misalkan adala masalah dengan pasien,
masalah dengan dokter. Dokter ini mau jam segini operasinya, dokter ini jam segini
operasinya, sedangkan waktunya mepet kan, mereka marah-marah ya perlu kita
hehe.

You might also like