You are on page 1of 33

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Pertama penulis mengucapkan puji dan syukur Penulis kepada Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ujian yang berjudul
Ketuban Pecah Dini tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. H. Agus Pribadi, Sp.OG selaku pembimbing

2. Dokter-dokter dan pembimbing di Bagian Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit


Umum Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto

3. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung

Demikian Laporan kasus ujian ini dituliskan. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Penulis memohon maaf apabila pada penulisan masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan

Jakarta, 16 April 2017

Penulis

1
BAB 1
Laporan Kasus

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. Esti Yuningsih

Usia : 28 tahun

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Alamat : Jalan. Pipit 1 Rt 06/10 No. 86 Depok Jaya Pancoran Mas

MRS : 17 April 2017

II. Data dasar


Keluhan utama
Keluar air air sejak 8 jam SMRS
Keluhan tambahan
Keputihan dan perut terasa kencang

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke RS Polri rujukan dari RS Hasanah Graha Afiah Depok dengan

alasan dokter anastesi tidak bisa hadir. Saat ini pasien kehamilan ke 2 dengan usia

kehamilan 37-38 minggu berdasarkan USG seminggu SMRS. Keluhan utama

2
dirasakan oleh pasien keluar air air dari vagina sejak 8 jam SMRS. Keluhan tersebut

tidak disertai lendir dan darah, tidak berbau dan berwarna putih keruh. Keluhan ini

baru dirasakan pertama kali dan pasien mengaku sebelum keluar air air dari vagina

sempat berhubungan suami istri 1hari SMRS. Pasien merasakan perut kencang pada

saat tiba di IGD RS POLRI. Selama kehamilan pasien mengaku mengalami keputihan

pada saat kehamilan diatas 6 bulan yang berbau amis dan tidak di sertai gatal pada

vagina namum hal tersebut tidak dikeluhkan lagi oleh pasien.


Pasien tidak merasakan keluhan seperti demam (-), mual muntah (-), nyeri kepala

(-), pandangan kabur (-). Pasien tidak mempunyai gigi yang berlubang dan tidak

pernah mengalami trauma pada bagian perut.


Pasa saat di RS Depok pasien mendapatkan terapi RL + injeksi cefotaxim 1 gr dan

di lakukan pemeriksaan laboratorium ( H2TL, GDS, BT CT, HbsAg)

Riwayat penyakit dahulu


Hipertensi : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Keluhan yang sama : disangkal
Riwayat pelayanan antenatal
Pasien mengaku rutin memeriksa kehamilan ke dokter

Riwayat penyakit keluarga


Hipertensi : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat pernikahan

Pasien menikah pada usia 19 tahun dan pernikahan sudah berlangsung selama 10

tahun.

Riwayat menstruasi

3
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari / teratur
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 31 Juli 2016
Taksiran partus : 14 April 2017

Riwayat persalinan

No Tempat Cara JK Usia BB PB Keada Tanggal


persalin Persalinan kehamilan an saat partus
an ini
1. Bidan Normal perempua 37 minggu 290 48cm Sehat 14 -12-
n 0 gr 2008
2 Ini Hamil

Kontrasepsi
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi kondom

Pemeriksaan Fisik (Dilakukan di Ruang Cempaka 1 RS Polri Kramajati ( 17 April 2017


pukul: 00.30 WIB)
Antropometri : Berat badan (BB): 62 kg, Tinggi badan (TB): 165 Indeks Massa Tubuh

(IMT) : 27,2 .
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS 15 E4 M6 V5
Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 98 kali/menit
Frekuensi nafas : 32 kali/menit
Suhu : 36,4 C

Status Generalisata

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga : Normotia, sekret (-/-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)

4
Tenggorokkan : Faring hiperemis ( - )
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks
Jantung : S1S2 reguler tunggal, murmur (-/-), gallop (-/-)
Paru-paru : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : buncit, linea nigra (+), striae gravidarum (+), hiperpigmentasi
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : edema (-/-), akral hangat
Inferior : edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)

Status Obstetrik
Dilakukan di Ruang Cempaka 1 RS Polri Kramajati (17 April 2017 pukul 00.30 WIB)
Inspeksi : buncit simetris tidak tampak membentuk di satu sisi , striae gravidarum
(+), linea nigra (+), hiperpigmentasi (-)

Palpasi : balotement (+), fundus uteri dua jari di bawah processus xiphoideus

Leopold I : pada fundus uteri teraba bagian lunak agak bulat tidak
melenting (bokong)
Leopold II : pada perut bagian kanan teraba bagian yang kontinu
( punggung) bagian kiri perut teraba bagian bagian kecil
( ekstremitas)
Leopold III : pada bagian terendah janin teraba bagian bulat keras dan
bulat, ballonttement + ( kepala)
Leopold IV : kepala janin memasuki pintu atas panggul, tidak dapat
digerakkan
Letak anak : Memanjang
Auskultasi : DJJ 142x/menit ( teratur )

5
Pemeriksaan Dalam
VT : Portio tebal lunak, 3cm, ketuban mengalir, selaput ketuban (-),
kepala Hodge 1
TFU : 32 cm
Inspekulo : tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (Dilakukan di RS Depok tanggal 16 April 2017)

JENIS HASIL SATUAN NILAI NORMAL


PEMERIKSAAN
Hematologi Rutin
Haemoglobin 10,9* g/dL 12-14
Hematokrit 30* % 37 -43 %
Leukosit 9.290 /L 4800-10.800
Trombosit 315.000 /L 150000-400000
Masa Pendarahan 3 Menit 1 6 menit
Masa Pembekuan 10 Menit 10 15 menit

Kimia Klinik
Glukosa Darah 82 mg/dL <200
Sewaktu
HbsAg Non reaktif
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

6
-
-

- Tes Nitrazin (Lakmus) di Poli RS Polri (17 april 2017) : (+)


- USG ( tidak di RS polri ) hamil 37 minggu , TBJ: 2500 gram

- CTG diruang VK Cempaka 1 RS Polri (17 April 2017)

Hasil CTG
- Baseline : 140
- Akselerasi :-
- Deselerasi :-

7
- Variabel : 1-15
- Gerak janin :+
- Kontraksi : 2x/10 selama 15
- Kesan : NST Reaktif

III. Diagnosis
Ibu : G2P1A0 Hamil 37-38 minggu kala 1 fase laten dengan KPD
Janin : Tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala

IV. Daftar Masalah


- Ketuban pecah dini

V. Uraian Masalah

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit

terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis. Faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah

dini pada kehamilan antara lain usia ibu, infeksi, riwayat preterm, trauma, inkompetensia serviks,

dan tekanan intrauterine. Pada pasien KPD harus diobeservasi ketat bagaimana kesejahteraan

janin. Hal yang di khawatirkan terjadi pada pasien KPD yaitu persalinan preterm, infeksi,

oligohidroamnion, PJT, hipoksia janin, prolapsus tali pusat dan sindrom deformitas janin.

VI. Perencanaan
Rencana diagnosis: -
Rencana terapi
- Injeksi ceftriaxon 2x1 amp ( skin test -)

Rencana edukasi
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tuntun persalinan normal jika

dalam 24 jam tidak maju rujuk dan persiapkan SC dengan tujuan mencegah resiko

yang tidak di inginkan atau komplikasi


- Jangan mengedan jika belum pembukaan lengkap karena bisa menyebabkan

pendarahan yang banyak


- Mengatur pernafasan dan tidak teriak teriak karena hanya akan membuat ibu

kehabisan tenaga

8
VII. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. Catatan Kemajuan

Tanggal/jam CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN


17 April S : air ketuban masih terus keluar dari jalan lahir, menguluh perut
2017 pukul terasa kencang
O:
00.30 WIB
TD 100/70 mmHg, Nadi 98x/menit, Suhu 36,4C, RR 32x/menit
DJJ : 140 x/menit
VT : porsio tebal lunak, pembukaan 3 cm, kepala hodge 1, selaput
ketuban - , tes lakmus +
TBJ : 2500 gram
CTG : BL : 140 x/menit
Variabilitas : 5-15
Akselrasi : -
Deselerasi : -
Kontraksi : 2x/10/10
Pergerakan janin; +
Kesan : NST reaktif

A : G2P1A0 H 37-38 minggu kala 1 fase laten dengan KPD

P : Konsul dr. Adi. Sp.OG

- Instruksi : tuntun persalinan pervaginam jika jam


08.00 tidak ada kemajuan siapkan SC

- Injeksi ceftriaxone 2x1 amp


17 April S : keluar lender bercampur darah, perut terasa kencang semakin
2017 pukul hebat
O : compos mentis, TD 110/80 mmHg, N 90x/menit, S 360C, RR
04.30
34 x/menit. DJJ : 150 x/menit,
VT : porsio tipis pembukaan lengkap, kepala hodge 3

9
A : G2P1A0 H 37-38 pembukaan lengkap
P : tuntun partus
Laporan partus :
Bayi perempuan lahir spontan hidup, BB: 2540 gram, PB: 45cm,
AS: 9/10
17April S : perdarahan pervaginam (+) nyeri pada vagina
O : compos mentis, TD 110/70 mmHg, Nadi 101x/menit, RR
2017 pukul
14.00 WIB 20x/menit, Suhu 36,6 c
Tinggi fundus uteri 3jari dibawah pusar
Kontraksi bagus
A : P2A0 post partus H0
P : Instruksi Post Partus
- Observasi tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan tanda
tanda perdarahan post partus
- Diet biasa
- IVFD RL
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr
- Hemobion tab 1x1
- Asam mefenamat tab 3x 500mg

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketuban Pecah Dini (KPD)


2.1.1 Definisi
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes before the onset of
labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum permulaan persalinan
pada setiap tahap kehamilan. Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban
sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau
lebih sebelum dimulainya persalinan. Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat tanda
persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini
(periode laten). Kondisi ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala
komplikasinya.

Arti klinis ketuban pecah dini :

11
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar

2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang
masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan foto pelvik.

3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm.

4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.

Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini
akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

2.1.2 Epidemiologi
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm
atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%. Komplikasi pada janin berhubungan dengan
kejadian prematuritas dimana 80% kasus KPD preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7
hari. Sedangkan insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD lebih daripada 24
jam.

2.1.3 Etiologi
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :

12
1. Infeksi,
Terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan
ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan
(Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem
reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
3. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan
yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya
status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan (BPS, 2005).

4. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia 9 kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2
kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan

13
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko
akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
5. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500
zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
6. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
7. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu
kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium
uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba,
2009).

14
8. Kelainan letak,
Misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap me
mbran bagian bawah.
9. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma
Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002)
2.1.4 Patofisiologi KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraselular.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors metalloproteinase-
1 (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.
Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban sehingga pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal

15
fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Disamping itu ketuban pecah dini preterm
juga sering terjadi pada polihidramnion,inkompeten servik, serta solusio plasenta.

Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen,sampai infeksi. Pada sebagian
besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). Termasuk diantaranya; high
virulensi yaitu Bacteroides, dan low virulensi yaitu Lactobacillus.

Kolagen terdapat pada lapisan kompakta ketuban, fibroblast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifas dan inhibisi
interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.

Infeksi Intrapartum (Korioamnionitis)

Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan/in partu. Infeksi
intrapartum disebut juga dengan korioamnionitis karena infeksi ini melibatkan selaput janin.
Pada ketuban pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali, sedangkan pada ketuban pecah 24
jam, resiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.

Protokol: paling lama 2x24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.

Patofisiologi:

1) Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara


ruang intraamnion dengan dunia luar.
2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion.
3) Infeksi sistemik pada ibu, infeksi intrauterine menjalar melalui plasenta (sirkulasi
fetomaternal).
4) Tindakan iatrogenic traumatic atau hygiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, predisposisi infeksi.

16
Kuman yang sering ditemukan: Streptococcus, Staphylococcus (gram +), E.coli (gram -),
Bacteroides, Peptococcus (anaerob).

Diagnosis infeksi intrapartum:

1. Febris >37.5oC
dan salah 1 dibawah ini:
2. Ibu takikardia (>100 denyut per menit)
3. Fetal takikardia (>160 denyut per menit)
4. Nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
5. Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau

Dan

6. Leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15.000/mm3)


7. Pemeriksaan penunjang lain: leukosit esterase +, pemeriksaan gram, kultur darah.

2.1.5 Diagnosis KPD


A) Anamnesa
Pasien mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir .
Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna cairan tersebut. Tidak ada His dan
pengeluaran lendir darah.2
B) Pemeriksaan Fisik

Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina.


Pemeriksaan dengan speculum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE). Jika tidak ada, dapat dicoba dengan
menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan maka akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada
fornik anterior. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus
(Nitrazin test) dimana merah menjadi biru.

Tentukan usia kehamilan

17
Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
38C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm . Janin
yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.

Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.

Tentukan adanya kontraksi yang teratur.

Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi


kehamilan). Mengenai pemeriksaan dalam, perlu dipertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan jika KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.

Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat adanya cairan
ketuban keluar dari cavum uteri.

18
C) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium yang
digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (WBC yang lebih dari 16.000/uL),
adanya peningkatan C-reactive protein cairan ketuban dan gas-liquid chromatography,
serta Amniosentesis untuk mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang
mengandung leukosit yang banyak atau bakteri pada pengecatan gram maupun pada
kultur aerob maupun anaerob).
Tes lakmus (tes Nitrazin) digunakan, yaitu jika kertas lakmus merah
berubahmenjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Normalnya pH air
ketuban berkisar antara 7-7,5.Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu. Mikroskopik (tes pakis), yaitu dengan meneteskan air ketuban padagelas
objekdan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daunpakis.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Dikenal tiga cara pengukuran cairan ketuban, yaitu secara subyektif, semikuantitatif
(pengukuran satu kantong), dan pengukuran empat kuadran menurut Phelan. Sayangnya
tidak ada satupun metode pengukuran volume cairan ketuban tersebut yang dapat
dijadikan standar baku emas. Penilaian subyektif oleh seorang pakar dengan
menggunakan USG real-time dapat memberikan hasil yang baik.
Penilaian subyektif volume cairan ketuban berdasarkan atas pengalaman subyektif
pemeriksa didalam menentukan volume tersebut berdasarkan apa yang dilihatnya pada
saat pemeriksaan. Dikatakan normal bila masih ada bagian janin yang menempel pada
dinding uterus, dan bagian lain cukup terisi cairan ketuban. Bila sedikit, maka sebagian
besar tubuh janin akan melekat pada dinding uterus, sedangkan bila hidramnion, maka
tidak ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus.
Pengukuran semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran dari satu kantong
(single pocket) ketuban terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin,
tegak lurus terhadap lantai.Tidak boleh ada bagian janin yang terletak didalam area
pengukuran tersebut. Klasifikasi volume cariran ketuban dapat dilihat pada table 1.

19
Sumber : Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Ultrasound in Obstetrics and
Gynecology. 2005:409-414

Pengukuran volume cairan ketuban empat kuadran atau indeks cairan amnion
(ICA)/amnion fluid index (AFI) diajukan oleh Phelan, dkk (1987) lebih akurat
dibandingkan cara lainnya. Pada pengukuran ini, abdomen ibu dibagi atas empat
kuadran.Garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke bawah dan transversal.
Kemudian transduser ditempatkan secara vertikal tegak lurus lantai dan cari diameter
terbesar dari kantong ketuban, tidak boleh ada bagian janin atau umbilikus didalam
kantong tersebut. Setelah diperoleh empat pengukuran, kemudian dijumlahkan dan
hasilnya ditulis dalam millimeter atau sentimeter.

20
2.1.9 Penatalaksanaan KPD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah;
memastikan diagnosis, menetukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal ataupun infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu, atau
terdapat kegawatan janin. (1,4,5) Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah
memperpanjang kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau
terdiagnosis khorioamnionitis.

A) KPD Dengan Kehamilan Aterm.

1. Diberikan antibiotika prafilaksis, Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari

2. Dilakukan pemeriksaan "admision test" bila hasilnya patologis dilakukan


terminasi kehamilan

3. Observasi temperature rektal setiap 3 jam, bila ada kecenderungan meningkat


lebih atau sama dengan 37,6 C, segera dilakukan terminasi

4. Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam.


Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.

5. Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetric

6. Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi Pelvic Score (PS) :

21
a) Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin
drip.

b) Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik dengan Misoprostol


50 gr setiap 6 jam per oral maksimal 4 kali pemberian.

B) KPD Dengan Kehamilan Pre Term.

1. Penanganan di rawat di RS

2. Diberikan antibiotika : Ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari.

3. Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk UK kurang dari


35 minggu) : Deksametason 4x6 mg selama 2 hari.

4. Observasi di kamar bersalin :

a) Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang obstetri.

22
b) Dilakukan observasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi.

5. Di ruang Obstetri :

a) Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam.

b) Dikerjakan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju endap darah


(LED) setiap 3 hari.

6. Tata cara perawatan konservatif :

a) Dilakukan sampai janin viable

b) Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan


dalam

c) Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk


menilai air ketuban:

Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan.

Bila air ketuban kurang (oligohidramnion), dipertimbangkan untuk


terminasi kehamilan.

d) Pada perawatan konservatif, pasen dipulangkan pada hari ke-7 dengan


saran sebagai berikut :

tidak boleh koitus.

tidak boleh melakukan manipulasi vagina.

segera kembali ke RS bila ada keluar air ketuban lagi

e) Bila masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan


melihat pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis atau
peningkatan LED, lakukan terminasi.

23
24
Beberapa peneliti menekankan pada pentingnya usia kehamilan dalam penatalaksanaan
KPD seperti tampak dalam Bagan 2

Algorithm for evaluation and management of preterm premature rupture of the membranes (pPROM).
(Mercer BM: Premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol 101:178193, 2003)

25
C) Terminasi Kehamilan:
1. Induksi persalinan dengan drip oksitosin.
2. Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip oksitosin
gagal.
3. Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan dengan
Misoprostol 50 gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.

2.1.10 Komplikasi KPD


Beberapa komplikasi yang seringkali ditimbulkan dari KPD sangat berpengaruh
terhadap morbiditas dan mortalitas bayi serta dampak terhadap ibunya sendiri, diantaranya
adalah :
a) Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.Pada
kehamilan kurangdari 26 minggu persalinan seringkali terjadi dalam 1 minggu.
b) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecahdini.Pada ibu terjadi
korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korio amnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini preterm,
infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban
pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu; adanya febris,
uterinetenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia (denyut nadi maternal lebih dari
100x/mnt), serta denyut jantung janin yang lebih dari 160 x/mnt.
c) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidamnion sehingga bagian kecil janin
menempel erat dengan dinding uterus yang dapatmenekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

26
d) Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonary.

2.1.10 Prognosis KPD


Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)
memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan
saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila
didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk,
sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila
KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila
tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan induksi untuk
membantu persalinan.

27
BAB III
ANALISA KASUS

Kasus Teori Pendapat


Definisi:

Ibu G2P1A0 Hamil 37- 38 minggu Ketuban pecah dini Saya setuju kasus ini
kala 1 fase laten dengan keluhan (amniorrhexis: premature rupture merupakan kasus ketuban
keluar air-air dari jalan lahir yang of the membrane/PROM) adalah pecah dini pada kehamilan
merembes 8 jam sebelum masuk keadaan pecahnya selaput aterm karena apa yang
rumah sakit dengan pembukaan 3 ketuban sebelum proses dijabarkan pada definisi
cm. persalinan (pada multigravida sesuai dengan kasus.
kurang dari 5 cm).

Persalinan aterm adalah


persalinan yang berlangsung pada
umur kehamilan

> 37 minggu 42 minggu


Faktor predisposisi terjadi KPD Faktor predisposisi terjadinya Saya setuju keputihan pada
pada pasien: KPD: pasien ini merupakan
faktor predisposisi untuk
=> faktor infeksi terpenuhi - Infeksi:
terjadinya KPD karena
Pasien mengakui sempat a. Intragenital: vaginitis, sesuai dengan teori bahwa
melakukan hubungan suami istri 1 fluor albus faktor predisposisi KPD
hari SMRS. salah satunya adalah tauma
b. Ekstragenital: sakit mata,
akibat hubungan suami
sakit gigi, sakit telinga,
istri ( koitus )
infeksi saluran kemih,
batuk, pilek

- Non-infeksi:

a. Trauma

28
b. Inkompetensia serviks

c. Tekanan intrauterine
yang meningkat secara
berlebihan (ibu diabetes
mellitus, gemeli, dll)

Faktor resiko terjadinya


persalinan prematur

Ibu
- Perdarahan desidua
- Distensi uterus berlebih
- Inkompetensi serviks
- Diabetes mellitus
- Pre-eklampsia
- Infeksi saluran
kemih/genital/intrauterin
- Penyakit infeksi dengan
demam
- Stress fisik/psikis
- Kelainan bentuk
uterus/serviks
- Riwayat persalinan
preterm/ abortus berulang
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologi

Diagnosis: Berdasarkan anamnesa,


dan pemeriksaan fisik
- Anamnesa: keluar air-air dari - Anamnesa: Penderita
hasilnya menunjukkan
jalan lahir yang merembes merasa basah pada vagina,
bahwa pasien mengalami
yang terjadi secara tiba-tiba. mengeluarkan cairan yang
KPD. Akan tetapi untuk
Air yang keluar berwarna banyak secara tiba-tiba dari
pemeriksaan firik
putih keruh, tidak berbau. jalan lahir, terus menerus
dilakukan inspekulo dan
atau tidak. Cairan berbau
- Usia kehamilan pasien 37-38 test valsava agar diagnosis
khas tidak bau, dan bewarna
minggu menjadi lebih tepat.

29
- Pemeriksaan fisik: nadi 98x/ putih bening. Kemudian untuk
menit, suhu 36.4C -> tidak pemeriksaan penunjang,
- Usia kehamilan antara 20
terdapat infeksi. dan 37 minggu pada USG harusnya
dicantumkan bagaimana
- Pemeriksaan dalam: portio - rasa tekanan intrapelvik
kecukupan air ketuban.
tebal lunak, pembukaan 3 cm, - nyeri pada punggung bawah
ketuban mengalir, presentasi
- infeksi, faktor stress,
kepala, Hodge I, selaput penyakit dahulu
ketuban (-)
- Pemeriksaan fisik: jika
- Pemeriksaan penunjang: terdapat infeksi -> suhu
badan meningkat dan nadi
Tes Lakmus (tes Nitrazin) -> +
cepat.
Laboratorium : dalam batas
- Pemeriksaan dalam:
normal ( kecuali Hb 10,9 dan
Didapat cairan di dalam
Ht 30)
vagina dan selaput ketuban
USG : Hasilnya janin tunggal sudah tidak ada lagi
hidup, hamil 37-38 minggu,
- serviks telah mendatar 50-
presentasi kepala dibawah.
80%, atau telah terjadi
TBJ:2500gram dan air pembukaan sedikitnya 2 cm
ketuban tidak diketahui.
- Selaput amnion +/-
CTG - Presentasi janin rendah,
sampai mencapai spina
Baseline : 140 isiadika
Akselerasi : -
- Inspekulo : terdapat
Deselerasi : - penumpukan cairan di fornix
Variabel : 1-15 anterior dan pada saat di
suruh test valsava akan
Gerak janin : +
mengalir cairan dan
Kontraksi : 1-2/10/15 menunjukkan bahwa benar
Kesan : NST Reaktif terjadi KPD

- Pemeriksaan penunjang:

30
- Tes Lakmus (tes Nitrazin)
akan berubah menjadi biru
tua pada keberadaan bahan
basa (cairan amnion).

- USG
- CTG : untuk menilai
kesejahteraan janin
- Lab : jumlah leukosit
dalam air ketuban (20
ml/>), CRP (>0,7mg/ml),
leukosit serum ibu
(>15.000)
- Indicator kimia :
Fibronektin, CRH
Skrining bacterial
vaginosis (BV ), estriol
saliva

Penatalaksaan pada pasien Penatalaksanaan KPD pada Untuk penatalaksaan pada


kehamilan aterm pasien ini saya setuju
- Pasien di rawat di RS
- Penanganan di rawat di RS untuk diberikan antibiotik.
- Infus RL Dan dilakukan penuntunan
- Diberikan antibiotika
- Terapi injeksi ceftriaxon 2x1 persalinan normal

amp - Observasi partus normal jika


tidak ada kemajuan dalam
- Tuntun persalinan normal
24 jam lakukan SC
sampai jam 8 pagi dan
lakukan SC jika tidak ada
kemajuan

31
Daftar Pustaka

1. American College of Obstetricians and Gynecologists.1999. Vaginal birth after previous


cesaean delivery. ACOG Practice Bulletin #5, American College of Obstetricians and
Gynecologists, Washington DC.
2. Cunningham G.E., Gant N.F., Leveno K.J., Gilstrap L.C., Hauth J.C. (2001). Williams
Obstetrics, ed.21. Mc Graw Hill. New York.

32
3. DeCherney AH. Nathan L : Late Pregancy Complication in Current Obstetrics and
Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003

4. Djamhoer M, Firman F.W. Robeknya selaput dalam kehamilan. Dalam : Sulaiman S,


Djamhoer M, Firman W (Editor) Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. Edisi
kedua. EGC : Jakarta. 2003. h. 36-7.

5. Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya Jakarta. Persalinan Preterm In Bagian Obstetri
Ginekologi. Chapter 25: 311-20.
6. Flamm BL, Geiger AM. 1997. Vaginal Birth After Cesarean Delivery : an admission
scoring system. Obstet Gynecol 90 : 907-10.
7. Macones, GA, Peipert, J, Nelson, DB, et al. Maternal complications with vaginal birth
after cesarean delivery: a multicenter study. Am J Obstet Gynecol
2005;193:1656.Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan
Patologi.EGC : Jakarta.
8. Obrien WF, Cefalo RC. Clinical applicability of amniotic fluid tests for fetal pulmonic
maturity. Am J Obstet Gynecol 1980; 136; 135-144.
9. P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional. Bandung :
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.
http://kalogisma.com/kepustakaan/pengelolaan%20persalinan%20preterm.pdf

10. Prawirohardjo, Sarwono (2010) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT Bina


Pustaka Prawirohardjo. Jakarta

11. Winknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan : Ruptura Uteri pada Parut Uterus.670-672.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

33

You might also like