Professional Documents
Culture Documents
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pertama penulis mengucapkan puji dan syukur Penulis kepada Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ujian yang berjudul
Ketuban Pecah Dini tepat pada waktunya.
3. Serta teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung
Demikian Laporan kasus ujian ini dituliskan. Semoga bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Penulis memohon maaf apabila pada penulisan masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan
Penulis
1
BAB 1
Laporan Kasus
I. Identitas Pasien
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
alasan dokter anastesi tidak bisa hadir. Saat ini pasien kehamilan ke 2 dengan usia
2
dirasakan oleh pasien keluar air air dari vagina sejak 8 jam SMRS. Keluhan tersebut
tidak disertai lendir dan darah, tidak berbau dan berwarna putih keruh. Keluhan ini
baru dirasakan pertama kali dan pasien mengaku sebelum keluar air air dari vagina
sempat berhubungan suami istri 1hari SMRS. Pasien merasakan perut kencang pada
saat tiba di IGD RS POLRI. Selama kehamilan pasien mengaku mengalami keputihan
pada saat kehamilan diatas 6 bulan yang berbau amis dan tidak di sertai gatal pada
(-), pandangan kabur (-). Pasien tidak mempunyai gigi yang berlubang dan tidak
Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada usia 19 tahun dan pernikahan sudah berlangsung selama 10
tahun.
Riwayat menstruasi
3
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari / teratur
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : 2-3 kali ganti pembalut
HPHT : 31 Juli 2016
Taksiran partus : 14 April 2017
Riwayat persalinan
Kontrasepsi
Pasien mengaku menggunakan alat kontrasepsi kondom
(IMT) : 27,2 .
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis GCS 15 E4 M6 V5
Tanda vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 98 kali/menit
Frekuensi nafas : 32 kali/menit
Suhu : 36,4 C
Status Generalisata
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga : Normotia, sekret (-/-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
4
Tenggorokkan : Faring hiperemis ( - )
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)
Thoraks
Jantung : S1S2 reguler tunggal, murmur (-/-), gallop (-/-)
Paru-paru : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : buncit, linea nigra (+), striae gravidarum (+), hiperpigmentasi
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : edema (-/-), akral hangat
Inferior : edema (-/-), akral hangat, varises (-/-)
Status Obstetrik
Dilakukan di Ruang Cempaka 1 RS Polri Kramajati (17 April 2017 pukul 00.30 WIB)
Inspeksi : buncit simetris tidak tampak membentuk di satu sisi , striae gravidarum
(+), linea nigra (+), hiperpigmentasi (-)
Palpasi : balotement (+), fundus uteri dua jari di bawah processus xiphoideus
Leopold I : pada fundus uteri teraba bagian lunak agak bulat tidak
melenting (bokong)
Leopold II : pada perut bagian kanan teraba bagian yang kontinu
( punggung) bagian kiri perut teraba bagian bagian kecil
( ekstremitas)
Leopold III : pada bagian terendah janin teraba bagian bulat keras dan
bulat, ballonttement + ( kepala)
Leopold IV : kepala janin memasuki pintu atas panggul, tidak dapat
digerakkan
Letak anak : Memanjang
Auskultasi : DJJ 142x/menit ( teratur )
5
Pemeriksaan Dalam
VT : Portio tebal lunak, 3cm, ketuban mengalir, selaput ketuban (-),
kepala Hodge 1
TFU : 32 cm
Inspekulo : tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (Dilakukan di RS Depok tanggal 16 April 2017)
Kimia Klinik
Glukosa Darah 82 mg/dL <200
Sewaktu
HbsAg Non reaktif
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
-
-
Hasil CTG
- Baseline : 140
- Akselerasi :-
- Deselerasi :-
7
- Variabel : 1-15
- Gerak janin :+
- Kontraksi : 2x/10 selama 15
- Kesan : NST Reaktif
III. Diagnosis
Ibu : G2P1A0 Hamil 37-38 minggu kala 1 fase laten dengan KPD
Janin : Tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala
V. Uraian Masalah
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis. Faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah
dini pada kehamilan antara lain usia ibu, infeksi, riwayat preterm, trauma, inkompetensia serviks,
dan tekanan intrauterine. Pada pasien KPD harus diobeservasi ketat bagaimana kesejahteraan
janin. Hal yang di khawatirkan terjadi pada pasien KPD yaitu persalinan preterm, infeksi,
oligohidroamnion, PJT, hipoksia janin, prolapsus tali pusat dan sindrom deformitas janin.
VI. Perencanaan
Rencana diagnosis: -
Rencana terapi
- Injeksi ceftriaxon 2x1 amp ( skin test -)
Rencana edukasi
- Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tuntun persalinan normal jika
dalam 24 jam tidak maju rujuk dan persiapkan SC dengan tujuan mencegah resiko
kehabisan tenaga
8
VII. Prognosis
9
A : G2P1A0 H 37-38 pembukaan lengkap
P : tuntun partus
Laporan partus :
Bayi perempuan lahir spontan hidup, BB: 2540 gram, PB: 45cm,
AS: 9/10
17April S : perdarahan pervaginam (+) nyeri pada vagina
O : compos mentis, TD 110/70 mmHg, Nadi 101x/menit, RR
2017 pukul
14.00 WIB 20x/menit, Suhu 36,6 c
Tinggi fundus uteri 3jari dibawah pusar
Kontraksi bagus
A : P2A0 post partus H0
P : Instruksi Post Partus
- Observasi tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan tanda
tanda perdarahan post partus
- Diet biasa
- IVFD RL
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr
- Hemobion tab 1x1
- Asam mefenamat tab 3x 500mg
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapsus tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang
masih belum masuk pintu atas panggul sering kali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan foto pelvik.
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterin.
Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini
akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
2.1.2 Epidemiologi
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua
kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm
atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%. Komplikasi pada janin berhubungan dengan
kejadian prematuritas dimana 80% kasus KPD preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari 7
hari. Sedangkan insiden sepsis neonatus 1 dari 500 bayi dan 2-4% pada KPD lebih daripada 24
jam.
2.1.3 Etiologi
Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor meliputi :
12
1. Infeksi,
Terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan
ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan
(Depkes, 2003). Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem
reproduksi, karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima kehamilan.
3. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang
mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan
yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya
status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan sesuai
kebutuhan (BPS, 2005).
4. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara,
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia 9 kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2
kali atau lebih. Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007). Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
13
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko
akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
5. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500
zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida
hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan
gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko
lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
6. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD
dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat
KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.
Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan
ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari
pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena komposisi
membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun
pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
7. Serviks yang inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu
kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium
uteri atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan
penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba,
2009).
14
8. Kelainan letak,
Misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap me
mbran bagian bawah.
9. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma
Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2002)
2.1.4 Patofisiologi KPD
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi matriks ekstraselular.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah
dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan tissue inhibitors metalloproteinase-
1 (TIMP-1) mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.
Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban
mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim, serta gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia
pada selaput ketuban sehingga pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal
15
fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan preterm disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Disamping itu ketuban pecah dini preterm
juga sering terjadi pada polihidramnion,inkompeten servik, serta solusio plasenta.
Banyak teori, mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen,sampai infeksi. Pada sebagian
besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). Termasuk diantaranya; high
virulensi yaitu Bacteroides, dan low virulensi yaitu Lactobacillus.
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta ketuban, fibroblast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifas dan inhibisi
interleukin-1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam masa persalinan/in partu. Infeksi
intrapartum disebut juga dengan korioamnionitis karena infeksi ini melibatkan selaput janin.
Pada ketuban pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali, sedangkan pada ketuban pecah 24
jam, resiko infeksi meningkat sampai 2 kali lipat.
Protokol: paling lama 2x24 jam setelah ketuban pecah, harus sudah partus.
Patofisiologi:
16
Kuman yang sering ditemukan: Streptococcus, Staphylococcus (gram +), E.coli (gram -),
Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
1. Febris >37.5oC
dan salah 1 dibawah ini:
2. Ibu takikardia (>100 denyut per menit)
3. Fetal takikardia (>160 denyut per menit)
4. Nyeri abdomen, nyeri tekan uterus
5. Cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau
Dan
Tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban
masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
17
Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari
38C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mm . Janin
yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Diagnosis ketuban pecah dini premature dengan inspekulo dilihat adanya cairan
ketuban keluar dari cavum uteri.
18
C) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria laboratorium yang
digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (WBC yang lebih dari 16.000/uL),
adanya peningkatan C-reactive protein cairan ketuban dan gas-liquid chromatography,
serta Amniosentesis untuk mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan ketuban yang
mengandung leukosit yang banyak atau bakteri pada pengecatan gram maupun pada
kultur aerob maupun anaerob).
Tes lakmus (tes Nitrazin) digunakan, yaitu jika kertas lakmus merah
berubahmenjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Normalnya pH air
ketuban berkisar antara 7-7,5.Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu. Mikroskopik (tes pakis), yaitu dengan meneteskan air ketuban padagelas
objekdan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daunpakis.
19
Sumber : Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Ultrasound in Obstetrics and
Gynecology. 2005:409-414
Pengukuran volume cairan ketuban empat kuadran atau indeks cairan amnion
(ICA)/amnion fluid index (AFI) diajukan oleh Phelan, dkk (1987) lebih akurat
dibandingkan cara lainnya. Pada pengukuran ini, abdomen ibu dibagi atas empat
kuadran.Garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke bawah dan transversal.
Kemudian transduser ditempatkan secara vertikal tegak lurus lantai dan cari diameter
terbesar dari kantong ketuban, tidak boleh ada bagian janin atau umbilikus didalam
kantong tersebut. Setelah diperoleh empat pengukuran, kemudian dijumlahkan dan
hasilnya ditulis dalam millimeter atau sentimeter.
20
2.1.9 Penatalaksanaan KPD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan KPD adalah;
memastikan diagnosis, menetukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya
infeksi maternal ataupun infeksi janin, serta apakah dalam keadaan inpartu, atau
terdapat kegawatan janin. (1,4,5) Prinsip penanganan Ketuban Pecah Dini adalah
memperpanjang kehamilan sampai paru-paru janin matang atau dicurigai adanya atau
terdiagnosis khorioamnionitis.
21
a) Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin
drip.
1. Penanganan di rawat di RS
22
b) Dilakukan observasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada kecenderungan
terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau sama dengan 37,6 C,
segera dilakukan terminasi.
5. Di ruang Obstetri :
23
24
Beberapa peneliti menekankan pada pentingnya usia kehamilan dalam penatalaksanaan
KPD seperti tampak dalam Bagan 2
Algorithm for evaluation and management of preterm premature rupture of the membranes (pPROM).
(Mercer BM: Premature rupture of the membranes. Obstet Gynecol 101:178193, 2003)
25
C) Terminasi Kehamilan:
1. Induksi persalinan dengan drip oksitosin.
2. Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip oksitosin
gagal.
3. Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan dengan
Misoprostol 50 gr oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.
26
d) Sindrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonary.
27
BAB III
ANALISA KASUS
Ibu G2P1A0 Hamil 37- 38 minggu Ketuban pecah dini Saya setuju kasus ini
kala 1 fase laten dengan keluhan (amniorrhexis: premature rupture merupakan kasus ketuban
keluar air-air dari jalan lahir yang of the membrane/PROM) adalah pecah dini pada kehamilan
merembes 8 jam sebelum masuk keadaan pecahnya selaput aterm karena apa yang
rumah sakit dengan pembukaan 3 ketuban sebelum proses dijabarkan pada definisi
cm. persalinan (pada multigravida sesuai dengan kasus.
kurang dari 5 cm).
- Non-infeksi:
a. Trauma
28
b. Inkompetensia serviks
c. Tekanan intrauterine
yang meningkat secara
berlebihan (ibu diabetes
mellitus, gemeli, dll)
Ibu
- Perdarahan desidua
- Distensi uterus berlebih
- Inkompetensi serviks
- Diabetes mellitus
- Pre-eklampsia
- Infeksi saluran
kemih/genital/intrauterin
- Penyakit infeksi dengan
demam
- Stress fisik/psikis
- Kelainan bentuk
uterus/serviks
- Riwayat persalinan
preterm/ abortus berulang
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologi
29
- Pemeriksaan fisik: nadi 98x/ putih bening. Kemudian untuk
menit, suhu 36.4C -> tidak pemeriksaan penunjang,
- Usia kehamilan antara 20
terdapat infeksi. dan 37 minggu pada USG harusnya
dicantumkan bagaimana
- Pemeriksaan dalam: portio - rasa tekanan intrapelvik
kecukupan air ketuban.
tebal lunak, pembukaan 3 cm, - nyeri pada punggung bawah
ketuban mengalir, presentasi
- infeksi, faktor stress,
kepala, Hodge I, selaput penyakit dahulu
ketuban (-)
- Pemeriksaan fisik: jika
- Pemeriksaan penunjang: terdapat infeksi -> suhu
badan meningkat dan nadi
Tes Lakmus (tes Nitrazin) -> +
cepat.
Laboratorium : dalam batas
- Pemeriksaan dalam:
normal ( kecuali Hb 10,9 dan
Didapat cairan di dalam
Ht 30)
vagina dan selaput ketuban
USG : Hasilnya janin tunggal sudah tidak ada lagi
hidup, hamil 37-38 minggu,
- serviks telah mendatar 50-
presentasi kepala dibawah.
80%, atau telah terjadi
TBJ:2500gram dan air pembukaan sedikitnya 2 cm
ketuban tidak diketahui.
- Selaput amnion +/-
CTG - Presentasi janin rendah,
sampai mencapai spina
Baseline : 140 isiadika
Akselerasi : -
- Inspekulo : terdapat
Deselerasi : - penumpukan cairan di fornix
Variabel : 1-15 anterior dan pada saat di
suruh test valsava akan
Gerak janin : +
mengalir cairan dan
Kontraksi : 1-2/10/15 menunjukkan bahwa benar
Kesan : NST Reaktif terjadi KPD
- Pemeriksaan penunjang:
30
- Tes Lakmus (tes Nitrazin)
akan berubah menjadi biru
tua pada keberadaan bahan
basa (cairan amnion).
- USG
- CTG : untuk menilai
kesejahteraan janin
- Lab : jumlah leukosit
dalam air ketuban (20
ml/>), CRP (>0,7mg/ml),
leukosit serum ibu
(>15.000)
- Indicator kimia :
Fibronektin, CRH
Skrining bacterial
vaginosis (BV ), estriol
saliva
31
Daftar Pustaka
32
3. DeCherney AH. Nathan L : Late Pregancy Complication in Current Obstetrics and
Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003
5. Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya Jakarta. Persalinan Preterm In Bagian Obstetri
Ginekologi. Chapter 25: 311-20.
6. Flamm BL, Geiger AM. 1997. Vaginal Birth After Cesarean Delivery : an admission
scoring system. Obstet Gynecol 90 : 907-10.
7. Macones, GA, Peipert, J, Nelson, DB, et al. Maternal complications with vaginal birth
after cesarean delivery: a multicenter study. Am J Obstet Gynecol
2005;193:1656.Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi dan
Patologi.EGC : Jakarta.
8. Obrien WF, Cefalo RC. Clinical applicability of amniotic fluid tests for fetal pulmonic
maturity. Am J Obstet Gynecol 1980; 136; 135-144.
9. P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional. Bandung :
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.
http://kalogisma.com/kepustakaan/pengelolaan%20persalinan%20preterm.pdf
11. Winknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan : Ruptura Uteri pada Parut Uterus.670-672.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta
33