You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yanhg sehat. Apabila lingkungan


sehat maka bakteri dan virus akan lebih sedikit berkembang biak disana. Begitupun
dengan bakteri salmonella typhi penyebab demam tifod akan lebih banyak terdapat
pada lingkungan yang kotor dan tingkat perilaku hidup bersih sehat sangat kurang
sehingga kuman tersebut akan banyak terdapat disana. Kurangnya menjaga
kebersihan lingkungan dan rendahnya kesadaran mastarakat dalam berperilaku hidup
bersih sehat akan menjadi bimerang bagi masyarakat itu sendiri, khususnya
lingkungan mereka akan lebih rentan terkena penyakit.

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi. Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu food (makanan), fingers (jari
tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.

B. Tujuan

Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami konsep asuhan


keperawatan mengenai gangguan sistem gastrointestinal khusunya mengenai
demam tifoid.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Typhoid
A. Definisi
Menurut (WHO, 2014) Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi, yang biasanya masuk melalui air atau makanan yang
terkontaminasi. Penyakit akutnya ditandai dengan demam berkepanjangan, sakit
kepala, mual, kehilangan nafsu makan, diare serta konstipasi. Tanda dan gejalannya
sering tak spesifik dan sulit dikenali. Beberapa kondisi dan jenis kasus pada tifoid
bisa berakibat fatal atau bahkan kematian. Biasanya penyakit tifoid muncul pada
sanitasi yang kotor dan air yang tidak bersih.
Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul
dalam wabah. (Markum, 1991).

B. Etiologi
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif,
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam
antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap
ketiga macam antigen tersebut.

C. Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan
dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada
yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag payer) dan
mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer dan
mengakibatkan perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh darah limfe
akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.
Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak
difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga menyebar
ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang
mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare.
Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten
dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.
Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan
roseola pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan terjadi hepatospleno
megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal (perdarahan usus,

2
perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia, meningitis, kolesistitis,
neuropsikratrik).

D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui
minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian
menyusul gejala klinis sbb:
1. Demam
Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak
terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat,
biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Pada minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita
demamnya berangsur-angsur normal.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih
kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan
limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan
3. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai
samnolen.
Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan anggota
gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella
typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum

3
penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita
membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri


Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
menderita demam tifoid.

F. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal

a. Perdarahan usus

b. Perporasi usus

c. Ilius paralitik

2. Komplikasi extra intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),


miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma


uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan


arthritis.

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,


polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

G. Penatalaksanaan

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum

4
susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas.

Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu : perawatan, diet dan obat-
obatan.

1. Perawatan

Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi air kemih.

1. Diet

Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena ada
pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini dapat diberikan dengan aman pada pasien demam
tifoid.

1. Obat

Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah :

1. Kloramfenikol
2. Thiamfenikol
3. Ko-trimoksazol
4. Ampisillin dan Amoksisilin
5. Sefalosporin generasi ketiga
6. Fluorokinolon.

Obat-obat simptomatik :

1. Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin).


2. Kortikosteroid (tapering off Selama 5 hari).
3. Vitamin B komp. Dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan
kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.

5
Pathways

6
2. Pengkajian

A. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
B. Riwayat Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
C. Pola Kebiasaan Pasien Sehari-Hari
1. Pola Nutrisi
2. Pola Eleminasi
3. Pola Istirahat - Tidur
4. Pola Aktivitas
D. Pengkajian Psiko - Sosio - Spiritual
1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.
2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
f. Mulut
g. Telinga
h. Leher
i. Dada
j. Abdomen
Tanda - tanda Vital

7
F. Perencanaan

Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan


keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :

DX Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Gangguan Kaji tanda-tanda
Ketidak Ketidak seimbangan
ketidak dehidrasi seperti mukosa
seimbangan volume cairan tidak
seimbangan bibir kering, turgor kulit
volume terjadi
volume cairan tidak elastis dan
cairan tidak
dan elektrolit, peningkatan suhu tubuh,
terjadi
kurang dari pantau intake dan output
kebutuhan cairan dalam 24 jam,
berhubungan ukur BB tiap hari pada
dengan waktu dan jam yang
hipertermia sama, catat laporan atau
dan muntah. hal-hal seperti mual,
muntah nyeri dan distorsi
lambung. Anjurkan klien
minum banyak kira-kira
2000-2500 cc per hari,
kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht, K,
Na, Cl) dan kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian cairan
tambahan melalui
parenteral sesuai
indikasi.

2. Gangguan rasa
Nyeri teratasi rasa nyeri dapat Kaji lokasi, skala nyeri,
nyaman nyeri
berkurang. kaji kemampuan klien
berhubungan
dalam menahan rasa
dengan
nyeri, lakukan teknik
ditandai
distraksi relaksasi untyuk
dengan nyeri
menguyrangi rasa nyeri,
kepala, klien
lakukan penempatan
mengeluh

8
kesakitam
posisi yang nyaman,
daerah perut,
kolaborasi dalam
dan pasien
pemberian analgetik
tampak
meringis
menahan sakit.

Nafsu makan Kaji pola nutrisi klien,


3. Resiko tinggi Resiko
bertambah, kaji makan yang di sukai
pemenuhan nutrisi
menunjukkan berat dan tidak disukai klien,
nutrisi kurang kurang dari
badan stabil/ideal, anjurkan tirah
dari kebutuhan kebutuhan
nilai bising baring/pembatasan
tubuh tubuh tidak
usus/peristaltik usus aktivitas selama fase
berhubungan terjadi
normal (6-12 kali akut, timbang berat
dengan intake
per menit) nilai badan tiap hari. Anjurkan
yang tidak
laboratorium klien makan sedikit tapi
adekuat
normal, konjungtiva sering, catat laporan atau
dan membran hal-hal seperti mual,
mukosa bibir tidak muntah, nyeri dan
pucat. distensi lambung,
kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
diet, kolaborasi dalam
pemeriksaan
laboratorium seperti Hb,
Ht dan Albumin dan
kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
antiemetik seperti
(ranitidine).

4. Hipertermia Hipertermi Suhu, nadi dan Observasi suhu tubuh


berhubungan teratasi pernafasan dalam klien, anjurkan keluarga
dengan proses batas normal bebas untuk membatasi
infeksi dari kedinginan dan aktivitas klien, beri
salmonella tidak terjadi kompres dengan air
thypi komplikasi yang dingin (air biasa) pada
berhubungan daerah axila, lipat paha,

9
dengan masalah temporal bila terjadi
typhoid. panas, anjurkan keluarga
untuk memakaikan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
seperti katun, kolaborasi
dengan dokter dalam
pemberian obat anti
piretik.

5. Ketidak Mampu melakukan Berikan lingkungan


Kebutuhan
mampuan aktivitas, bergerak tenang dengan
sehari-hari
memenuhi dan menunjukkan membatasi pengunjung,
terpenuhi
kebutuhan peningkatan bantu kebutuhan sehari-
sehari-hari kekuatan otot. hari klien seperti mandi,
berhubungan BAB dan BAK, bantu
dengan klien mobilisasi secara
kelemahan bertahap, dekatkan
fisik barang-barang yang
selalu di butuhkan ke
meja klien, dan
kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian vitamin
sesuai indikasi.

6. Resiko infeksi Infeksi tidak Bebas dari eritema, Observasi tanda-tanda


sekunder terjadi bengkak, tanda- vital (S, N, RR dan RR).
berhubungan tanda infeksi dan Observasi kelancaran
dengan bebas dari sekresi tetesan infus, monitor
tindakan purulen/drainase tanda-tanda infeksi dan
invasive serta febris. antiseptik sesuai dengan
kondisi balutan infus,
dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat anti biotik sesuai
indikasi.

7. Kurang Pengetahuan Menunjukkan Kaji sejauh mana tingkat

10
pengetahuan keluarga pemahaman tentang pengetahuan keluarga
tentang meningkat penyakitnya, klien tentang penyakit
penyakit melalui perubahan anaknya, Beri pendidikan
berhubungan gaya hidup dan ikut kesehatan tentang
dengan kurang serta dalam penyakit dan perawatan
informasi atau pengobatan. klien, beri kesempatan
informasi yang keluaga untuk bertanya
tidak adekuat bila ada yang belum
dimengerti, beri
reinforcement positif jika
klien menjawab dengan
tepat, pilih berbagai
strategi belajar seperti
teknik ceramah, tanya
jawab dan demonstrasi
dan tanyakan apa yang
tidak di ketahui klien,
libatkan keluarga dalam
setiap tindakan yang
dilakukan pada klien.

G. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
H. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, tanda-tanda vital stabil, kebutuhan
cairan terpenuhi, nyeri dapat teratasi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi
hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi
tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi. Kuman ini masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dan air yang tercemar. Untuk penangannya sendiri perlu perawatan, diet, dan obat.
Apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan banyak komplikasi yang dapat
membahayakan keselamatan pasien.

B. Saran

Mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati. Begitupun dengan penyakit
demam tifoid ini pencegahaan sangatlah dianjurkan. Beberapa cara pencegahan yang
dilakukan pada demam tifoid ini adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya
sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas. Dikarenakan kuman ini sangat banyak pada lingkingan yang
kotor, maka sangat perlu untyuk menjaga kebersihan lingkingan dan menjaga
perolaku hidup bersih sehat di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta
2. Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
3. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta

12
4. Staf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta
5. mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta
6. Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.

13

You might also like