Professional Documents
Culture Documents
452-522
Abstract. The incidence of LBW infants is still high and the risk of experiencing
hypothermia which have an impact on infant mortality so that the need for comprehensive
care to prevent hypothermia in infants of low birth weight among others through Kangaroo
Care is more effective and efficient but the successful implementation of the FMD affected
by the mother in order to implement FMD baby does not have hypothermia. The purpose
of this study was to determine the relationship of the implementation of FMD with
hypothermia on LBW incidence in hospitals Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. This
research is descriptive analytic cross-sectional study design. Sampling was carried out
with accidental sampling technique by 30 respondents. Univariate analysis with frequency
distribution and bivariate analysis with ANOVA statistical test at significance level of
0.05. The results showed a significant relationship between the implementation of FMD
with events hypothermia seen from p value of 0.000. Suggestions Kanujoso Djatiwibowo
Hospital to evaluate the execution of FMD and complementary infrastructure, nurses to
motivate mothers and families in implementing FMD.
Keywords: Low Birth Weight Babies (LBW), Hypothermia, Kangaroo Care (FMD)
Abstrak. Angka kejadian BBLR masih tinggi dan beresiko bayi mengalami hipotermi yang
berdampak pada kematian bayi sehingga perlu adanya perawatan yang komprehensif
untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi BBLR. Metode Kanguru merupakan salah
satunya metode perawatan yang lebih efektif dan efisien, akan tetapi keberhasilan
pelaksanaan PMK dipengaruhi oleh ibu dalam melaksanakan PMK agar bayi tidak
mengalami hipotermi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada BBLR di RSUD Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling sebanyak 30
responden. Analisa univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji
statistik ANOVA pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi dilihat dari
nilai p value 0,000. Saran RSUD Kanujoso Djatiwibowo melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaaan PMK dan melengkapi sarana dan prasarana, perawat memberikan motivasi
kepada ibu dan keluarga dalam melaksanakan PMK,
Kata kunci : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Hipotermi, Perawatan Metode Kanguru
(PMK)
466
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur terjadinya hipotermi. Pelekatan bayi
temperatur tubuhnya secara memadai BBLR pada ibu selama 24 jam akan
dan dapat dengan cepat kedinginan jika membantu suhu tubuh bayi tetap stabil
ke-hilangan panas tidak segera dicegah. karena ibu mengkondisikan tempat yang
Bayi yang mengalami kehilangan panas sama dengan kondisi pada rahim ibu tapi
(hipo-termia) berisiko tinggi untuk jatuh banyak ibu-ibu post partum yang tidak
sakit atau meninggal jika bayi dalam melaksanakan PMK ini dengan baik dan
keadaan basah dan tidak diselimuti menyebabkan bayi mengalami hipotermi.
mungkin akan mengalami hipotermia
meskipun berada dalam ruangan yang RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
relatif hangat. Bayi prematur atau berat ada-lah Rumah Sakit rujukan untuk
badan rendah sangat rentan terhadap wilayah Balikpapan Samboja, Handil dan
terjadinya hipoter-mia (Agnes, 2009). Penajam Paser Utara untuk bayi-bayi
dengan berat badan lahir rendah dan
Metode Kanguru adalah metode merupakan satu-satunya rumah sakit di
pera-watan dini dengan sentuhan kulit Kalimantan Timur yang melaksanakan
antara ibu dan bayi baru lahir dalam Kangaroo Mother Care Continue sejak
posisi kanguru. Pelaksanaan perawatan tahun 2008 (RSUD Kanujoso
metode kanguru dilakukan pada semua Djatiwibowo Balikpapan, 2013).
bayi-bayi kecil, ada dua cara yaitu PMK
(Perawatan Metode Kanguru) intermiten Berdasarkan data ruangan
(sewaktu-waktu) adalah perawatan pada Bougenvil (Bayi/ Perinatologi) dan NICU
bayi-bayi yang masih terpasang infuse, di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
oksigen dan masih dalam perawatan Balikpapan pada tahun 2013 terdapat
inkubator dilakukan selama 1-2 jam 461 BBLR (21,04%) dengan berat badan
sedangkan PMK kontinu (terus menerus 1000-2500 gram dari 2191 persalinan
selama 24 jam/ hari) dilakukan pada baik Seksio Sesaria dan persalinan
bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infuse, pervagina. Dari 461 BBLR tersebut
oksigen dan bayi aktif, reflek isap baik sebanyak 124 bayi adalah bayi rujukan
serta ibu mendukung dila-kukan PMK dari rumah sakit lain baik dalam kota
(Efar, 2008). maupun luar kota Balikpapan. Dari data
tersebut sebanyak 413 bayi (89,65)
Keberhasilan pelaksanaan metode dilakukan PMK continue dan tercatat 98
kanguru sangat dipengaruhi oleh du- bayi (46%) mengalami hipotermi (Data
kungan ibu dalam melaksanakan PMK, Pokja Perinatologi RSUD Balikpapan,
ibu yang melaksanakan PMK dengan 2013).
baik akan berdampak pada peningkatan
suhu tubuh bayi dan terhindar dari Studi pendahuluan yang peneliti
kejadian hipotermi (Nurohman, 2008). lakukan melalui wawancara dengan pe-
Ditambahkan pula oleh Boy (2007) tugas kesehatan mengenai pelaksanaan
bahwa perilaku ibu dalam melaksanakan PMK diperoleh informasi bahwa dalam
PMK akan sangat membantu pening- pelaksanaannya masih terdapat kendala
katan suhu tubuh bayi dan menghindari yang bersumber pada ibu.
467
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kejadian Hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Berdasarkan Pelaksaan PMK di Rumah Sakit Umum Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014
Hipotermi N Mean Median Modus Standar Standar Minimum-
Deviasi Error Maksimum
Hipotermi 30 36,123 36,300 37 1,0341 0,1888 34,5 37,5
468
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
469
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
sehingga hal ini menegaskan bahwa ibu melaksanakan PMK dengan baik adalah
yang melaksanakan PMK tidak baik lebih 0,1991 sementara pada kelompok ibu
beresiko bayinya me-ngalami hipotermi yang melaksanakan PMK tidak baik
dibandingkan dengan ibu yang melak- adalah 0,9025, berdasarkan data ter-
sanakan PMK dengan baik. Walaupun sebut dapat dilihat bahwa nilai standar
demikian pelaksanaan PMK bukanlah deviasi pada kelompok yang melaksa-
satu-satunya faktor yang mempengaruhi nakan PMK baik lebih kecil dibandingkan
terjadinya hipotermi pada bayi karena nilai standar deviasi pada kelompok
masih ada faktor lain yang turut yang melaksanakan PMK tidak baik.
mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat pada
kelompok ibu-ibu yang melaksanakan Hal ini menunjukkan bahwa pada
PMK dengan tidak baik tetapi bayinya kelompok ibu yang melaksanakan PMK
tidak mengalami hipotermi, faktor lain dengan baik memiliki rentang nilai yang
yang turut mempengaruhinya adalah kecil dilihat dari nilai minimum dan
peran petugas kesehatan yang cepat maksimum yaitu 36,837,5 sementara
tanggap dan kelengkapan sarana pra- pada kelompok ibu yang melaksanakan
sarana sehingga meskipun ibu tidak baik PMK tidak baik memiliki rentang nilai
dalam melaksanakan PMK tetapi yang lebih lebar dilihat dari nilai
bayinya tidak hipotermi selain itu faktor minimum dan maksimum yaitu 34,5
kondisi bayi yang stabil dan keadaan 37,5, artinya pada kelompok ibu yang
umum baik sehingga bayi tidak melaksanakan PMK dengan baik suhu
mengalami hipotermi. tubuh bayi lebih stabil dibandingkan
dengan suhu tubuh bayi pada kelompok
Hasil uji analisis menunjukkan ibu yang melaksanakan PMK tidak baik.
adanya perbedaan yang nyata suhu Nilai Standar error pada kelompok ibu
tubuh bayi baik pada kelompok ibu yang yang melaksanakan PMK baik adalah
melak-sanakan PMK dengan baik dan 0,0600 sementara pada kelompok ibu
kelompok ibu yang melaksanakan PMK yang melaksanakan PMK tidak baik
tidak baik, hal ini dapat dilihat dari nilai adalah 0,2070 berarti nilai standar error
rata-rata kelompok ibu yang kelompok baik lebih kecil dibandingkan
melaksanakan PMK dengan baik adalah dengan standar error kelompok tidak
37,082 yang menunjukkan bahwa rata- baik, nilai standar error bertujuan untuk
rata suhu tubuh bayi pada kelompok ibu menjelaskan ketepatan perkiraan
yang melak-sanakan PMK dengan baik estimasi untuk menjelaskan variable
tidak ada yang menderita hipotermi yaitu terikat dalam hal ini adalah hipotermi,
apabila suhu bayi < 36,50 sementara berdasarkan tujuan tersebut, hal tersebut
pada kelompok ibu yang melaksanakan menjelaskan bahwa nilai ketepatan
PMK tidak baik memiliki nilai rata-rata estimasi pada kelompok ibu yang me-
35,508 yang menunjukkan bahwa pada laksanakan PMK tidak baik memiliki
kelompok ibu yang melaksanakan PMK resiko yang lebih besar bayinya meng-
tidak baik, bayi mengalami hipotermi alami hipotermi dibandingkan kelompok
karena suhu bayi < 36,50. Nilai standar ibu yang melaksanakan PMK dengan
deviasi pada kelompok ibu yang baik.
470
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
471
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 9, Mei 2015, hal. 452-522
472