Professional Documents
Culture Documents
M PDF
M PDF
(SUBJUDUL: SOFTWARE)
Dicky Indramanto 1, Ir. Joke Pratilartiarso, MT2, Ir. Moh. Zaenal Efendi, MT.2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri, 2 Dosen PENS-ITS
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Telp (+62) 031-59447280 .Fax (+62) 031-5946114
e-mail:sendgress_to_me@yahoo.com
Abstract
Electrical energy demand in the internet cafe and supermarket increased and electrical energy
from PLN often interruption. This final project utilizing stationary bicycle and the sun as a source of
electrical energy to the UPS (Unitterruptible Power Supply)with capacity 250 watt is used as electrical
energy reserve for the standard computer is used for server in the internet caf and cashier in the
supermarket. Which the bike is used to drive the generator to charge batteries with solar cells. The
voltage output of the solar cell and DC generator is lowered and raised first with the DC-DC converter
after the output of the DC-DC converter is connected to the microcontroller to read as the ADC, then
the microcontroller generates a PWM signal to adjust the duty cycle of a series of buck boost converter
and boost converter. Signal adjusted by calculate logarithmic of PI controller for voltage charger 14.5
volt. DC Generator was filled accu by current 0.2 ampere and solar cell was filled accu by current 0.8
ampere. Expected outputs of the two series can be constant. This project will be widely used in the
internet cafe and supermarket that requires electrical energy reserve in order to assist them in
managing the internet cafe activity using motion and heat energy available in the natural sun is free
and unlimited, which this UPS can supply electrical energy to the computer during 1 hour maximal.
1
(2.1) mengandung unsur integrator ataupun pole-
pole kompleks, reaksi sistem akan berbentuk
S. Gambar 2.3 menunjukkan kurva berbentuk
S tersebut. Kelemahan metode ini terletak pada
ketidakmampuannya untuk plant integrator
dengan maupun plant yang memiliki pole kompleks.
Co(t) = sinyal keluaran pengendali PI
Kp = konstanta proporsional
Ti = waktu integral
Ki = konstanta integral
e(t) = sinyal kesalahan
(e(t) = referensi keluaran plant)
2.1 Penalaan Paramater Kontroler Gambar 2.3 Respon tangga satuan sistem
Penalaan parameter PID selalu didasari
atas tinjauan terhadap karakteristik yang diatur
(Plant). Dengan demikian betapapun rumitnya
suatu plant, perilaku plant tersebut harus
diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan
parameter kontroler itu dilakukan. Karena
penyusunan model matematik plant tidak
mudah, maka dikembangkan suatu metode
eksperimental. Metode ini didasarkan pada Gambar 2.4 Kurva Respons berbentuk S
reaksi plant yang dikenai suatu perubahan.
Dengan menggunakan metode itu model Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta,
matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, waktu mati (dead time) L dan waktu tunda T.
karena dengan menggunakan data yang berupa Dari Gambar 2.4 terlihat bahwa kurva reaksi
kurva krluaran, penalaan PID telah dapat berubah naik, setelah selang waktu L.
dilakukan. Penalaan bertujuan untuk Sedangkan waktu tunda menggambarkan
mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi perubahan kurva setelah mencapai 66% dari
perancangan. Ogata menyatakan hal itu keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu
sebagai alat control (controller tuning) (Ogata, garis yang bersinggungan dengan garis kurva.
1997, 168, Jilid 2). Garis singgung itu akan memotong dengan
sumbu absis dan garis maksimum.
2.1.1 Metode Ziegler-Nichols Perpotongan garis singgung dengan sumbu
Ziegler-Nichols pertama kali absis merupakan ukuran waktu mati, dan
memperkenalkan metodenya pada tahun 1942. perpotongan dengan garis maksimum
Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi merupakan waktu tunda yang diukur dari titik
dan kurva reaksi. Kedua metode ditujukan waktu L. Penalaan parameter PID didasarkan
untuk menghasilkan respon sistem dengan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan
lonjakan maksimum sebesar 25%. Gambar 2.2 Nichols melakukan eksperimen dan
memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%. menyarankan parameter penyetelan nilai Kp,
Ti, dan Td dengan didasarkan pada kedua
parameter tersebut. Tabel 2.1 merupakan
rumusan penalaan parameter PID berdasarkan
cara kurva reaksi.
2
2.1.3 Metode Osilasi 3. PERENCANAAN
Metode ini didasarkan pada reaksi
sistem untaian tertutup. Plant disusun serial Pada bab ini dibahas perencanaan perangkat
dengan kontroller PID. Semula parameter lunak dari penstabil tegangan solar cell dan sepeda
statis untuk pengecasan aki Uniterruptible Power
parameter integrator disetel tak berhingga dan Supply (UPS).
parameter diferensial disetel nol (T i = ~ ;Td =
0). Parameter proporsional kemudian
dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai
mencapai harga yang mengakibatkan reaksi
sistem berosilasi. Reaksi sistem harus
berosilasi dengan magnitud tetap(Sustain
oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 2.5
menunjukkan rangkaian untaian tertutup pada
cara osilasi.
3
dibandingkan dengan respon dinamis Buck-Boost
Converter tanpa PI
Mp = 83,13 %
tr = 0,94297 ms
tp = 1,82 ms
ts = 11,8825 ms
sinyal respon tegangan ouput Buck-Boost Converter Pada Gambar 3.9, nilai osilasi puncak ke puncak
yang dikontrol dengan PI sehingga didapat respon dapat diketahui sehingga didapatkan ultimate
dinamis sebagai berikut periode (Pu) sebesar 2,175x10-3. Dengan melihat
Tabel 2.3 pada bab 2, nilai Kp dan Ti.
Mp = 0%
tr = 1,072 ms Kontroler PI
tp = 1,072 ms Kp = 0,45 x 1,2877596 = 0,57949
ts = 14,394 ms Ti = (1/1,2) x 2,175x10-3 = 1,8125 x10-3
4
Mp = 71% Tabel 4.2 Tegangan keluaran boost converter
tr = 0,916 ms dengan tegangan input variable dan pembebanan
tp = 1,43 ms tetap
ts = 62,5878 ms Vin Duty Vout Vout Error
(V) Cycle exp (V) calc (V) (%)
(%)
dibandingkan dengan respon dinamis Buck-Boost
4 66,67 10,55 14.5 27,24
Converter tanpa PI
5 66,67 13,31 14.5 8,20
6 62,22 14,53 14.5 0,20
Mp = 90,34 %
tr = 0,94423 ms 7 57,77 14,52 14.5 0,13
tp = 1,8425 ms 8 48,89 14,48 14.5 0,13
ts = 49,378 ms 9 44,44 14,44 14.5 0.41
10 35,55 14,43 14.5 0.48
3.3.2 Pembangkitan Sinyal PWM 11 28,88 14,45 14.5 0,34
12 22,22 14,44 14.5 0,41
Diperlukan dua buah pembangkitan PWM untuk 13 17,78 14,44 14.5 0,41
dua buah DC-DC Converter sehingga pemilihan 14 17,78 14,84 14.5 2,34
timer1 lebih tepat karena terdapat pada port yang 15 17,78 15,97 14.5 10,13
sama yaitu pan pin 4 dan pin 5 (OC1A dan OC1B).
Frekuensi yang digunakan 40Khz, sehingga untuk Tegangan input yang masuk memiliki
pengaktifan register pada timer 1 yaitu batasan yang dapat dinaikkan tegangannya oleh
boost converter. Tegangan minimum yang
diperlukan yaitu sekitar 6 volt dan tegangan
fpwm= fosc/(N*(1+top))
maksimum sekitar 14 volt. Hal ini dikarenakan
dimana : pembatasan dutycycle agar MOSFET tidak selalu
fpwm= frekuensi yang mampu dihasilkan dalam keadaan konduksi. Grafik dapat dilihat pada
fosc = frekuensi Kristal mikrokontroler Gambar 4.7
N = prescaler
Top = maksimum bit 5. Vout
20
fpwm=11059.200Khz(1*(1+255)) 6.
fpwm40Khz 7.
10
8. Vin
Dengan mengatur bit pada register TCCR1A dan 9. 0
TCCR1B sebagai berikut : 10.
4 5 6 7 811. 9 . 10 11 12 13 14 15
TCNT1= 0x00FF (maksimum 8bit fast pwm)
TCCR1A=10100001 =0xA1
TCCR1B=00001001=0x09 Gambar 4.7 Grafik tegangan keluaran boost
converter terhadap tegangan input variable.
Atau dinyatakan dengan periode adalah : Tabel 4.3 tegangan keluaran boost konverter
dengan tegangan input tetap dan pembebanan
Tpwm=1/fpwm variable.
Tpwm=(1+top)*Tosc*N Vin(V Vout(V Iout(A Vcal Error
) ) ) c %
Dimana: 9 14.49 0.17 14.5 0.06
Tpwm = periode frekuensi PWM 9 14.49 0.2 14.5 0.06
Tosc = periode frekuensi Kristal mikro 9 14.45 0.3 14.5 0.34
N = prescaler 9 14.45 0.35 14.5 0.34
9 14.44 0.4 14.5 0.41
Tpwm=(1+255)*0,092us*1 14.44 0.45 14.5 0.41
9
Tpwm0,25us
9 14.43 0.5 14.5 0.55
9 14.41 0.55 14.5 0.62
4. PENGUJIAN DAN ANALISA
9 14.39 0.6 14.5 0.71
Kontroler PI merupakan program yang 9 14.39 0.65 14.5 0.71
digunakan untuk pengaturan pada dutycycle PWM 9 14.36 0.7 14.5 0.81
dengan sistem close loop agar tegangan keluaran
DC-DC Converter stabil. Tabel 4.2 menunjukan
Tabel 4.3 menunjukan tegangan konstan
data tegangan keluaran yang distabilkan dengan
kisaran 14.5 volt meski beban di ubah dalam range
kontroler PI pada Boost Converter.
tertentu.
5
Tabel 4.4 Tegangan keluaran buck-boost converter
10 dengan tegangan input variable dan pembebanan
tetap
5
Vin Vout exp Vout calc Error
(V) (V) (V) (%)
0
4 9.67 14.5 33.31
14,39
14,49
14,49
14,45
14,45
14,44
14,44
14,43
14,41
14,39
14,36
5 10.35 14.5 28.62
6 12.44 14.5 14.20
7 14.43 14.5 0.48
Gambar 4.8 Grafik tegangan keluaran boost 8 14.54 14.5 0.27
converter dengan pembebanan variable
9 14.56 14.5 0.41
Gambar 4.8, menunjukan dengan pembebanan 10 14.51 14.5 0.06
yang variable tegangan konstan kisaran 14.5 volt. 11 14.53 14.5 0.20
Respon tegangan keluaran boost converter saat 12 14.54 14.5 0.27
open loop (tanpa kontroler) ditunjukan pada
Gambar 4.9. 13 14.53 14.5 0.20
14 14.48 14.5 0.13
20 15 14.49 14.5 0.06
15
Tegangan input yang masuk memiliki batasan
10 yang dapat dinaikkan tegangannya oleh buck-boost
converter. Tegangan minimum yang diperlukan
5 yaitu sekitar 7 volt dan tegangan maksimum sekitar
14 volt. Hal ini dikarenakan pembatasan dutycycle
0 s agar MOSFET tidak selalu dalam keadaan
0,33 0,99 1,65 2,31 2,97 3,63 konduksi. Grafik dapat dilihat pada Gambar 4.11
Vout
Gambar 4.9 Grafik respon open loop tegangan 20 Vin
keluaran boost converter.
15
Sedangkan respon tegangan keluaran boost 10
converter dengan kontroler PI (close loop) 5
ditunjukan pada Gambar 4.10.
0
20
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
15 Gambar 4.11 Grafik tegangan keluaran buck-boost
converter terhadap tegangan input variable.
10 12.
6
Tabel 4.5 menunjukan tegangan konstan kisaran tegangan keluaran yang direncanakan
14.5 volt meski beban di ubah dalam range tertentu. yaitu 14.5 volt dengan mengubah
tegangan input atau jumlah beban dalam
15 range tertentu.
10 2. Adanya batasan pengaturan lebar
5 dutycycle pada DC-DC Converter agar
0 terjadi proses switching. Batas minimum
20% dan batas maksimum 80% dari
14,49
14,54
14,54
14,53
14,54
14,53
14,55
14,53
14,53
14,51
14,49
dutycycle.
3. Desain induktor mempengaruhi baik
tidaknya respon DC-DC Converter
terhadap masukan tangga.
Gambar 4.12 Grafik tegangan keluaran buck-boost
converter dengan pembebanan variable 5.2 SARAN-SARAN
3,3
0,33
0,99
1,32
1,65
1,98
2,31
2,64
2,97
3,63
3,96
7
8