Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS INDONESIA
Disusun Oleh:
Citra Br Aritonang (1606944375)
Mina Septiani (1606945094)
Noralisa (1606945150)
Rika Fianti (1506786895)
Rini Kurniawati (1606945333)
Sischa Andriani (1506786970)
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
2
Di Amerika Latin dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18
tahun. Prevalensi tinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (79%),
Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%). Secara umum,
pernikahan anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak
laki-laki, sekitar 5% anak laki-laki menikah sebelum mereka berusia 19 tahun.
Selain itu didapatkan pula bahwa perempuan tiga kali lebih banyak menikah dini
dibandingkan laki-laki (UNFPA, 2016).
Pada tahun 2012 di Indonesia, angka perempuan menikah usia 10-14
sebesar 4,2 persen, sementara perempuan menikah usia 15-19 tahun sebesar 41,8
persen (survei BKKBN dalam Profil Kesehatan 2013). Pada tahun 2013 terjadi
peningkatan rasio pernikahan muda pada daerah perkotaan, dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Adapun jumlah rasio kenaikan tersebut pada daerah perkotaan
pada tahun 2012 adalah 26 dari 1.000 perkawinan, rasio itu naik pada tahun 2013
menjadi 32 per 1.000 pernikahan. Sedangkan pada daerah pedesaan yang
menurun dari 72 per 1000 pernikahan menjadi 67 per 1000 pernikahan pada
tahun 2013 (Sutriyanto, 2014). Meskipun terjadi peningkatan jumlah rasio
pernikahan di perkotaan, tetapi rasio angka pernikahan dini di daerah pedesaan
masih lebih tinggi daripada perkotaan.
Permasalahan kesehatan reproduksi dimulai dengan adanya pernikahan
dini yang hasilnya yaitu pada perempuan usia 10-54 tahun terdapat 2,6 persen
menikah pada usia kurang dari 15 tahun kemudian 23,9 persen menikah pada
usia 15-19 tahun (RISKESDAS, 2013). Di Sulawesi Utara, usia menikah kurang
dari 14 tahun adalah 0,5 persen, sedangkan usia menikah antara 15 tahun sampai
19 tahun adalah 33,5 persen (Survei BKKBN dalam Profil Kesehatan, 2013).
Banyaknya kejadian pernikahan pada usia muda yaitu usia di bawah 19 tahun
yang merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan sistem
reproduksi pada remaja yang sangat memerlukan perhatian khusus.
Suatu studi literasi UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor
menyebabkan anak berisiko menghadapi pernikahan di usia dini. Diketahui secara
luas bahwa pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit
untuk mengubah (Eddy Fadlyana dan Shinta Larasaty, 2009).
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
dan kewajiban. Demikian pula halnya dengan perbuatan hukum perkawinan. Dari
perkawinan yang sah timbul hak untuk bergaul sebagai suami istri, hak saling
mewarisi, kewajiban menafkahi anak dan istri, dan lain-lain.
Syarat sahnya perkawinan menurut undang-undang perkawinan terdapat
dalam pasal 2 ayat (1) dan (2) yaitu :
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu.
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Berdasarkan ketentuan pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 disebutkan bahwa dengan mengindahkan tata cara perkawinan
menurut masing-masing hukum agamanya dan kepercayaannya itu, perkawinan
dilaksanakan di hadapan Pegawai Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi
Maka perkawinan dianggap sah apabila dilaksanakan menurut hukum agama dan
kepercayaannya masing-masing. Maksud dari ketentuan agama dan kepercayaan
masing-masing itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam
agamanya dan kepercayaannya sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan
lain dalam undang-undang ini. Suatu perkawinan yang dilaksanakan bertentangan
dengan ketentuan agama dengan sendirinya menurut undang-undang perkawinan
dianggap tidak sah dan tidak mempunyai akibat hukum sebagai ikatan perkawinan
(Hadikusuma, 1990).
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
ini tentunya menyebabkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan yang rendah baik
anak maupun keluarga dan lingkungannya.
1.2.2. Pernikahan anak dan derajat pendidikan,
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan
yang dicapai oleh sang anak. Pernikahan anak seringkali menyebabkan anak tidak
lagi bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu sebagai istri
dan calon ibu, atau kepala keluarga dan calon ayah, yang diharapkan berperan
lebih banyak mengurus rumah tangga maupun menjadi tulang punggung keluarga
dan keharusan mencari nafkah. Pola lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang
tak terjangkau, anak berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan untuk
mengalihkan beban tanggungjawab orangtua menghidupi anak tersebut kepada
pasangannya.
Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara
tingkat pendidikan dan usia saat menikah, semakin tinggi usia anak saat menikah
maka pendidikan anak relatif lebih tinggi dan demikian pula sebaliknya.
Pernikahan di usia dini menurut penelitian UNICEF tahun 2006 tampaknya
berhubungan pula dengan derajat pendidikan yang rendah. Menunda usia
pernikahan merupakan salah satu cara agar anak dapat mengenyam pendidikan
lebih tinggi.
1.2.3. Masalah domestik dalam pernikahan usia dini
Ketidaksetaraan gender merupakan konsekuensi dalam pernikahan anak.
Mempelai anak memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyuarakan pendapat,
menegosiasikan keinginan berhubungan seksual, memakai alat kontrasepsi, dan
mengandung anak. Demikian pula dengan aspek domestic lainnya. Dominasi
pasangan seringkali menyebabkan anak rentan terhadap kekerasan dalam rumah
tangga. Perempuan yang menikah di usia yang lebih muda seringkali mengalami
kekerasan. Anak yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga cenderung
tidak melakukan perlawanan, sebagai akibatnya merekapun tidak mendapat
pemenuhan rasa aman baik di bidang social maupun finansial. Selain itu,
pernikahan dengan pasangan terpaut jauh usianya meningkatkan risiko keluarga
menjadi tidak lengkap akibat perceraian, atau menjanda karena pasangan
meninggal dunia.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
dan perkembangan jaman yang berdampak pada pergeseran nilai, sering terjadi
perkawinan campuran antar suku bangsa, antar adat, antar orang-orang yang
berbeda agama, bahkan perkawinan antar bangsa.
Sementara hukum perkawinan adat Suku Bugis dituangkan dalam bentuk
perkawinan JUJUR, yaitu bentuk perkawinan yang dilakukan dengan pembayaran
jujur, dimana pembayaran tersebut diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan. Dengan diterimanya uang atau barang jujur oleh pihak perempuan,
berarti pihak perempuan akan mengalihkan kedudukannya ke dalam kekerabatan
suami selama ia mengikatkan dirinya dalam perkawinan itu. (Elvira R, 2014).
1.3.2. Proses Perkawinan Suku Bugis
Perkawinan Suku Bugis dipandang sebagai suatu hal yang sakral, relijius
dan sangat dihargai. Oleh sebab itu lembaga adat yang telah lama ada,
mengetahuinya dengan cermat. Sesuai dengan kenyataan dalam masyarakat Suku
Bugis yang menganut agama Islam, sehingga pernikahan bukan saja berarti ikatan
lahir batin antar seorang pria sebagai seorang suami dengan seorang wanita
sebagai calon istri, tetapi juga lebih dari itu.
Tata cara pernikahan Suku Bugis diatur sesuai dengan adat dan agama
sehingga merupakan rangkaian acara yang menarik. Penuh tatakrama dan sopan
santun serta saling menghargai. Pengaturan atau tata cara diatur mulai dari
pakaian atau busana yang digunakan sampai kepada tahapan-tahapan pelaksanaan
adat perkawinan. Adapun tahapan perkawinannya adalah:
1. Tahap peminangan
a. Mappese-pese/mappuce-puce
Prosesi sebuah acara perkawinan mulai dari fase pendahuluan yang
dikenal dengan mappuce-puce. Pada fase ini dilakukan apabila seorang
laki-laki telah menaruh hati pada seorang perempuan, atau keduanya
telah sepakat untuk membangun sebuah rumah tangga. Keluarga laki-laki
akan mengirim utusan untuk mengetahui dari dekat, secara rahasia
tentang kelakuan dan perangai perempuan yang akan dilamar. Selain itu
pula untuk mengetahui tentang keadaan secara keseluruhan. Kegiatan
tersebut biasanya dilakukan oleh perempuan atau ibu dari laki-laki yang
akan menikah atau nenek atau keluarga dekat lainnya yang dipercayai.
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
dari kedua belah pihak ibu dan bapak dari laki-laki yang akan menikah.
Pemberitahuan orang tua perempuan yang akan dilamar kepada kerabat
mempunyai arti sangat besar dan merupakan penghormatan kepada
mereka. Penolakan atas lamaran biasanya dilakukan secara halus agar
tidak menyinggung perasaan pihak yang melamar, beberapa cara yang
bisa ditempuh untuk menolak suatu lamaran, misalnya selalu menunda
jawaban suatu lamaran tersebut dengan alasan belum menghubungi
keluarganya atau ada alasan lain yang dianggap sopan dan tepat, jika
lamaran diterima, maka dilanjutkan dengan tahap berikutnya.
d. Mappanessa
Tahap ini merupakan tahap pengukuhan atas pembicaraan yang telah
dilakukan dan disepakati bersama. Biasanya upacara ini dihadiri segenap
keluarga dari kedua belah pihak. Kedatangan pihak laki-laki ke rumah
pihak perempuan membawa leko caddi. Bersamaan dengan leko caddi
pihak laki-laki ini membawa sesaji dan uang belanja yang telah
disepakati sebelumnya, kue-kue tradisional, kain tiga lembar yang
masing-masing diletakkan di atas bosarak (baik kecil berkaki terbuat dari
kuningan dan diberi tutup kain berwarna merah kuning/hitam/biru tua
yang terbuat dari beludru yang dihias degan payet). Cincin emas sebagai
pengikat (passio). Upacara dilakukan secara formal, salah satu diantara
kerabat dari pihak laki-laki menyampaikan maksud dan tujuan dari
kedatangan dan sekaligus menyerahkan satu persatu sesaji yang
dibawanya. Penyerahan uang belanja dan lainnya itu diterima oleh pihak
perempuan dan selannjutnya uang pada saat itu juga dihitung dengan
disaksikan oleh mereka yang hadir untuk dicocokkan dengan jumlah
yang telah disepakati sebelumnya.
2. Tahap melangsungkan perkawinan
a. Mapacci/ tudang penni
Upacara ini secara simbolik menggunakan daun pacci atau daun paccar
ini kalau di tumbuk akan berwarna merah, dipakai sebagai sesaji dalam
pemberian doa-doa dari para sesepuh masyarakat kepada calon
mempelai. Upacara ini diselenggarakan pada malam hari, baik dirumah
Universitas Indonesia
17
Para orangtua yang diserahi tugas untuk memberikan doa dalam acara
ini adalah terdiri dari tokoh masyarakat yang dipandang memiliki
kelebihan baik dalam ilmu maupun derajat sosial. Daun pacar yang
dipakai sebagai sesaji dalam pemberian doa kepada calon mempelai,
sebelumnya diantar ke rumah orang yang dituakan untuk dimintakan
doa. Setelah semuanya sudah siap, maka gendang mulai dibunyikan
dan bersamaan dengan itu pula salah seorang wakil tuan rumah
mempersilahkan seorang demi seorang untuk memberikan doa kepada
calon mempelai. Calon pengantin duduk dengan tenang sambil
meletakkan kedua buah tangannya di atas bantal yang ada
dihadapannya sambil menunggu doa-doa yang diberikan oaleh masing-
masing kerabat. Pada waktu kerabat memberikan doa lilin harus
menyala dan kemenyan harus dibakar. Seraya memberikan doa kepada
calon mempelai. Maksudnya kelak dalam kehidupannya selalu diwarnai
dengan kesucian. Anggota badan yang dioles dengan warna merah
yang berarti suci, melambangkan pikiran hati dan tangan sebagai
lambang perbuatan yang hendaknya selalu didasari dengan kesudian.
b. Mappaenre botting
Upacara ini mengantarkan calon mempelai laki-laki ke rumah calon
mempelai perempuan oleh segenap kerabat untuk melangsungkan akad
nikah. Pada upacara ini pihak mempelai laki-laki membawa leko lompo
yang terdiri atas berbagai macam buah-buahan seperti pisang, kelapa,
buah tala (siwalan), nanas, nangka, dan buah- buahan lainnya yang
ditempatkan dalam wala suji (sebuah kotak persegi yang terbuat dari
bambu yang diikat membentuk segi empat). Kue tradisional yang
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
1.4. Hukum Adat, Unsur Hukum Adat dan Masyarakat Hukum Adat
Hukum adalah seperangkat norma dan aturan adat atau kebiasaan
yang berlaku di suatu wilayah. Istilah kebiasaan adalah terjemahan dari
bahasa Belanda gewoonte, sedangkan istilah adat berasal dari istilah
Arab yaitu adah yang berarti juga kebiasaan. Jadi istilah kebiasaan dan
istilah adat mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan. Menurut ilmu
hukum, kebiasaan dan adat itu dapat dibedakan pengertiannya. Perbedaan itu
dapat dilihat dari segi pemakaiannya sebagai perilaku atau tingkah laku
manusia atau dilihat dari segi sejarah pemakaian istilahnya dalam hukum
di Indonesia. Sejarah perundang-undangan di Indonesia membedakan
pemakaian istilah kebiasaan dan adat, yaitu adat kebiasaan di luar
perundangan dan adat kebiasaan yang diakui oleh perundangan. Sehingga
menyebabkan munculnya istilah hukum kebiasaan / adat yang merupakan
hukum tidak tertulis dan hukum yang tertulis. Istilah hukum adat sendiri
berasal dari istilah Arab Hukm dan Adah. Kata hukm (jamak: ahakam)
mengandung arti perintah atau suruhan, sedangkan kata adah berarti
kebiasaan. Jadi hukum adat adalah aturan kebiasaan.
Hukum a dat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas
nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan
lainnya berkaitan menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat
kuat. Contohnya sejak jaman dulu, Suku Sasak di Pulau Lombok dikenal
dengan konsep Gumi Paer atau Paer. Paer adalah satu kesatuan sistem
teritorial hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, kemanan dan kepemilikan
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
pihak keluarga perempuan (gadis yang dibawa lari) karena telah membuat
malu keluarga.
1.5.2. Siri Mappakasirisiri
Siri jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah Bugis
disebutkan, Narekko degaga sirimu, inrengko siri. Artinya, kalau Anda
tidak punya malu maka pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa
malu (Siri). Hal yang terkait dengan Siri Mappakasirisiri serta
hubungannya dengan etos kerja yang tinggi adalah cerita-cerita tentang
keberhasilan orang-orang Bugis di perantauan.
1.5.3. Siri Teddeng Siri
Artinya rasa malu seseorang itu hilang terusik karena sesuatu
hal. Misalnya ketika seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk
membayarnya maka si pihak yang berutang berusaha sekuat tenaga untuk
menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu yang telah
ditentukan (disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si
berutang ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia telah
mempermalukan dirinya sendiri.
1.5.4. Siri Mate Siri
Siri yang satu berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang
Bugis, orang yang mate siri-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah
tidak ada rasa malu (iman) sedikit pun.
1.5.5. Pacce (Bugis: Pesse)
Pacce atau Pesse adalah suatu tata nilai yang lahir dan dianut
oleh masyarakat Bugis. Passe lahir dan dimotivasi oleh nilai budaya Siri
(malu). Contoh, apabila seorang anak durhaka kepada orang tuanya (membuat
malu keluarga) maka si anak yang telah membuat malu (siri) tersebut
dibuang dan dicoret dalam daftar keluarga. Namun jika suatu saat, manakala
orangtuanya mendengar, apalagi melihat anaknya menderita dan hidup
terlunta-lunta, si anak pun diambilnya kembali. Malu dan tidak tega melihat
anaknya menderita.
Antara siri dan pacce saling terjalin dalam hubungan
kehidupannya, saling mengisi, dan tidak dapat dipisahkan yang satu dari
Universitas Indonesia
23
lainnya. Dengan memahami makna dari siri dan pacce, ada hal positif
yang dapat diambil sebagai konsep pembentukan hukum nasional, di mana
dalam falsafah ini betapa dijunjungnya nilai-nilai kemanusiaan berlaku adil
pada diri sendiri dan terhadap sesama bagaimana hidup dengan tetap
memperhatikan kepentingan orang lain.
Membandingkan konsep siri dan pacce ini dengan pandangan
keadilan Plato (428-348 SM) yang mengamati bahwa justice is but the
interest of the stronger (keadilan hanya merupakan kepentingan yang lebih
kuat). Nilai adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan
dan dalam konteks hukum, nilai ini merupakan sesuatu yang menjadi
landasan atau acuan dalam penegakan hukum, nilai ini hidup dalam suatu
masyarakat dan menjadi falsafah hidup dalam masyarakat tertentu.
Masyarkat Bugis mempunyai falsafah hidup yang sangat
dijunjungnya yaitu siri na pacce. Siri na pacce dalam masyarakat Bugis
sangat dijunjung tinggi sebagai falsafah dalam segala aspek kehidupan,
dan hal ini juga berlaku dalam aspek ketaatan masyakarat terhadap
aturan tertentu (hukum), dengan pemahaman terhadap nilai (siri na pacce)
ini sangat mempengaruhi masyakarat dalam kehidupan hukumnya. Siri yang
merupakan konsep kesadaran hukum dan falsafah masyarakat Bugis adalah
sesuatu yang dianggap sakral. Begitu sakralnya kata itu, sehingga apabila
seseorang kehilangan Sirinya atau Deni gaga Sirina, maka tak ada lagi
artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Budaya Siri ini banyak
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial di Sulawesi-selatan bahkan
secara hirarki telah membentuk karakter serta mental masyarakat Sulawesi-
selatan itu sendiri, begitu pula pada sistem perkawinan Bugis sangat kental
dengan budaya Siri karena perjamuan perkawinan dianggap momen yang
tepat bagi rumpun keluarga untuk memperlihatkan harkat dan martabat
mereka.
Universitas Indonesia
24
sangat bervariasi tergantung pada kasta dan tingkat strata sosial seorang
wanita. Pemberian uang panai terlebih dahulu melalui kesepakatan antara
kedua belah pihak, dimana uang panai yang terbilang wajib dibayarkan dapat
dilakukan dua kali yaitu pada saat leko lompo dan sisanya dapat dibayarkan
pada saat akad nikah akan dilakukan.
Dalam setiap peristiwa perkawinan yang terjadi di berbagai suku
bangsa, hampir selalu ada pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, Koentjaraningrat
menyebutnya sebagai syarat untuk melaksanakan perkawinan. Pemberian itu
dimana-mana mempunyai corak setempat, yang disebutkan perbedaan
susunan jujur, pengaruh bedanya kelas, cara mengumpulkan dan membagi-
bagi jujur itu dan perbedaan dalam banyak keadaan-keadaan lain lagi.
pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan dalam perkawinan
suku Bugis, disamping bentuk dan sifatnya yang berbeda-beda juga
mempunyai istilah yang berlainan. Adapun istilah-istilah tersebut adalah
mahar/ mas kawin (sompa), uang belanja (doi balanca), hadiah atau erang-
erang yang terdiri atas leko cadi dan leko lompo, dan lain-lain.
Berbagai pendapat yang diberikan mengenai arti dasar dari mas
kawin atau istilah lain yang memiliki arti yang sama dengan mas kawin. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa mas kawin adalah pengganti kerugian.
Mas kawin ialah sejumlah uang atau milik yang dibawa sang gadis pada
waktu menikah. Mahar ini diberikan oleh keluarganya, tetapi kepada siapa
hal diberikan berbeda-beda dari kebudayaan dengan yang lain. Berbeda
dengan pendapat yang diberikan oleh Daeng (2000) mengutip pendapat dari
Wilken bahwa mas kawin adalah keseluruhan prosedur penyerahan barang
yang oleh adat telah ditentukan untuk diserahkan oleh pihak laki-laki
kepada pihak perempuan sesuai dengan lapisan dan kedudukan sosialnya
masing-masing sebelum seorang laki-laki secara resmi mengambil
perempuan sebagai istri. Mas kawin atau bride-price adalah sejumlah harta
yang diberikan oleh pemuda kepada gadis dan kaum kerabat gadis. Arti
dasar dari mas kawin adalah mula-mula mungkin mengganti kerugian.
Dalam suatu kelompok manusia, terutama suatu kelompok yang
Universitas Indonesia
25
kecil, tiap warga di dalamnya merupakan tenaga potensi yang amat penting
bagi kehidupan kelompok itu. Dengan demikian bila seorang gadis dalam
kelompok tersebut kawin, maka kelompok secara keseluruhan akan
menderita kerugian dengan hilangnya salah satu tenaga kerja. Olehnya
mas kawin sebagai penggantinya. Menurut Muchtar, bahwa dizaman Arab
Jahiliyah dikenal perkataan shadaq dan mahar. Shadaq ialah pemberian
yang diberikan oleh suami kepada istrinya pada waktu pertama kali ke rumah
istrinya, sedang mahar ialah pemberian yang diberikan oleh calon suami
kepada orang tua calon istrinya. Pengertian shadaq ini hampir sama dengan
pemberian calon suami kepada calon istrinya dalam masa awal pertunangan
yang sekarang sering diwujudkan dalam bentuk cincin. Shadaq atau mahar
mempunyai arti yang sama, ialah pemberian dari calon suami kepada calon
isterinya sebagai tanda bahwa suami dengan pemberian tersebut
menyatakan persetujuannya dan kerelaannya lahir dan batin untuk hidup
dalam suatu keluarga sebagai suami dan istri. Begitu pula istri dengan
diterimanya mas kawin itu, berarti telah menyatakan persetujuan dan
kesiapannya untuk hidup dalam suatu rumah tangga yang baru. Dengan
demikian mahar tidak dapat dikatakan sebagai ganti rugi melainkan sebagai
syarat sahnya suatu perkawinan menurut Hukum Islam. Mahar dalam
hukum perkawinan Islam merupakan satu rukun perkawinan, perkawinan
tidak sah bila laki-laki (calon suami) tidak memberi mahar atau mas kawin.
Universitas Indonesia
26
tahapan pemberian dimulai diputuskan pada saat Mange Assuro dimana pada
tahapan ini delegasi bertanya atau meminta untuk menentukan waktu, yaitu untuk
appanassa (menentukan sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
perkawinan nanti). Pada waktu appanassa ini, yang menjadi bahan pembicaraan,
ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan perkawinan antara lain:
1. Sunrang
2. Doe balanja/ongkos perkawinan
3. Penentuan hari perkawianan serta penentuan hari pemberian uang
belanja atau Uang panai tersebut.
Sedangkan tahapan pemberiannya yaitu pada saat Appanai leko
caddi (hari dimana keluarga mempelai pria mengantarkan Uang Belanja
atau Uang Panai beserta seluruh assesoris perkawinan). Penyerahan Uang
Panai pun ada beberapa tahapan, ada yang dibayarkan dengan 1 kali, ada
pula yang dibayarkan dengan 2 kali pembayaran misalnya setengah pada saat
appanai Leko caddi dan setengahnya lagi dibayarkan pada saat appanai
leko lompo (hari dimana mempelai pria diantar ke kediaman mempelai
wanita untuk melangsungkan akad nikah).
Universitas Indonesia
27
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Bagan 3.1
Kerangka Teori
Perilaku -
Pengetahuan
Budaya
Usia
Pernikahan
Ekonomi
Sosial
Pendidikan
fisiologis
Psikologis
KDRT
Kesehatan
Reproduksi
Universitas Indonesia
28
Pengetahuan
Usia
Pernikahan
Budaya
2.
Tingkat Pengetahuan Pengetahuan responden tentang batasan usia
tentang pernikahan di usia perkawinan di usia muda dan resikonya
muda dan resikonya
3.
Tingkat pengetahuan Pengetahuan responden tentang batasan usia
tentang pernikahan di usia perkawinan dan resiko menikah di usia tua
tua dan resikonya
4
Pernikahan usia muda Pernikahan usia muda yaitu pernikahan yang
dilakukan oleh perempuan yang belum mencapai
usia 20 tahun. (Program Pendewasaan Usia Kawin
Universitas Indonesia
29
BKKBN)
5
Pernikahan usia tua Pernikahan usia tua yaitu pernikahan yang
dilakukan oleh perempuan menikah di atas usia 35
tahun. (usia resiko tinggi untuk hamil dan
melahirkan)
6
Budaya Uang Panai sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh calon
mempelai laki-laki dimana jumlah atau
nominalnya sangat bervariasi tergantung pada
kasta dan tingkat strata sosial seorang wanita.
Universitas Indonesia
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Universitas Indonesia
33
Tabel 5.1
Karakteristik Informan FGD 1
Wanita Bugis yang Menikah di Bawah 20 Tahun
di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan
No Informan Umur Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah Metode
menika terakhir anak
h
1 Ny. SS 34 tahun 19 tahun IRT SMA 2 FGD
2 Ny. SW 30 tahun 17 tahun IRT SMA 2 FGD
3 Ny. HM 27 tahun 17 tahun IRT SMA 3 FGD
4 Ny. Zuma 40 tahun 20 tahun IRT SMP 5 FGD
5 Ny. HS 32 tahun 18 tahun IRT SMA 3 FGD
6 Ny. RT 35 tahun 18 tahun IRT SMA 1 FGD
Universitas Indonesia
34
tangga. Jumlah anak yang paling banyak sebanyak 3 orang dan yang paling kecil
sebanyak 1 orang.
Tabel 5.3
Karakteristik Informan FGD 3
Wanita Bugis yang Menikah di Atas 35 Tahun
di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan
No Informan Umur Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah Metode
menika terakhir anak
h
1 Ny. NV 39 tahun 35 tahun IRT SMA 1 FGD
2 Ny. AI 40 tahun 37 tahun IRT SMP - FGD
3 Ny. DW 42 tahun 35 tahun IRT SMA 1 FGD
4 Ny. LM 46 tahun 39 tahun IRT SD - FGD
5 Ny. RM 48 tahun 36 tahun IRT SD - FGD
6 Ny. RN 44 tahun 35 tahun IRT SMP 1 FGD
Universitas Indonesia
35
besar informan tidak memiliki anak yaitu berjumlah 4 informan dan 2 informan
lainnya hanya memiliki anak 1 orang.
Tabel 5.5
Karakteristik Informan
Kelompok Wawancara Mendalam Budaya Uang Panai
di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan
No Informan Umur Pekerjaan Pendidikan Jumlah
terakhir anak
1 Tn. Andi N 70 tahun Ketua RT SMA 3
2 Ny. Nur 60 tahun IRT SD 4
Karakteristik informan untuk wawancara mendalam adalah orang tua yang dikenal
sebagai tokoh adat dalam suku bugis. Salah satu informan untuk wawanacara
mendalam adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai ketua RT dan juga orang
yang dikenal sebagai orang tua yang sangat mengerti adat istiadat suku bugis,
informan ini juga dikenal sebagai tokoh adat dalam suku bugis dengan latar
belakang pendidikan tamatan SMA dan jumlah anak sebanyak 3 orang.
Sedangkan informan lainnya adalah seorang wanita suku bugis yang juga ibu
rumah tangga dan dikenal sebagai tokoh adat dalam suku bugis dengan latar
belakang pendidikan tamatan SD.
Universitas Indonesia
36
Kalau dari kesehatan itu... kayaknya mau ngeden itu agak susah
Universitas Indonesia
37
Kalau saya ya... mungkin bahaya ya, karena kebanyakan katanya umur
masih kecil itu bibit anaknya belum numbuh, setelah dia menikah , tapi
sebelum numbuh rahim dia udah punya anak itu bahaya
Sebagian juga berpendapat bahwa tidak ada masalah menikah pada usia
muda.
Karena kalau usia 20 tahun itu masa subur, kalau disentuh langsung jadi....
Kalau masih muda kan langsung jadi, kalau misalkan udah tua itu agak
susah, kalau menurut saya karena, saya yang 29 aja itu kosong 7 bulan
Universitas Indonesia
38
apalagi jika harus hamil dan melahirkan. Selain itu juga akan berdampak
tidak baik terhadap alat-alat reproduksinya.
Sedangkan wawancara yang dilakukan pada informan B, bahwa usia 20
tahun masih memerlukan bimbingan dari orang tua. Tetapi tidak bermasalah
terhadap alat reproduksi, proses kehamilan dan persalinan.
Menurut ibu ummi jika wanita menikah di bawah 20 tahun itu bekum matang
dan masih perlua di ajar oleh orang tua, contoh nya Saya menikah di bawah
umur 20 tahun, yaitu 15 tahun menikah, segala urusan semua orang tua yang
kerjakan termasuk urusan makan suami saya. Tetapi jika di hubungkan
dengan alat reproduksi mah biasa-biasa aja, tidak ada masalah saat hamil
dan melahirkan.
Usia 35 tahun bagi wanita sudah termasuk tua. Daya produksi dan nafsu
birahinya sudah mulai berkurang, perempuan di atas 35 tahun usia ini sudah
tidak mampu melahirkan dan harus bertarung nyawa saat melahirkan anak.
Jika menikah di atas 35 tahun wanita akan susah hamil.
Universitas Indonesia
39
wanita. Uang panai bukan mahar dan merupakan kesepakatan kedua belah
pihak.
uang panai itu uang yang diserahkan untuk pesta/ modal. Semua suku Bugis
pake uang panai
iya, semua suku Bugis pakai uang panai. Besarnya tergantung kedua belah
pihak.
jadi uang panai itu beda ya sama mahar. Panai itu untuk bantuin pesta
nikahan
Buat uang ini, melamar, pihak cowok tuh ngebawa duit kerumah cewek
buat beli perempuannya, eh bukan untuk ngebeli katanya, tapi adat nya
sanggup atau tidak
Menurut saya itu harus ada, karena itu sebuah penghargaan dari di pinang
dan minta doa restu kalau saya ya, minta doa restu dari pihak laki-laki dan
perempuan, artinya dengan adanya WP itu ada restu nikahnya, jadi
seserahannya harus ada WP
Kalau orang bugis itu tidak ada seserahan WP itu tidak bisa... kalau tidak
ada WP nya pasti ada masalah, dari pihak perempuan bisa tidak jadi gara-
gara WP ini. Walaupun itu hanya kurang sedikit, jadikan persetujuan waktu
melamar kan WP nya sekian, tapi ada kurang, pasti dari pihak perempuan
tidak akan menerima, harus sesuai dengan awal dari pembicaraan
Uang panai dalam suku bugis merupakan kewajiban yang harus di penuhi
seorang laki-laki jika ingin melamar wanita bugis mempelai wanita saat
melaksanakan proses pernikahan. Jadi tidak bisa di hilangkan karena bentuk
hormat kepada wanita, buka bermaksud untuk menjual orang.
Universitas Indonesia
40
Uang panai sudah menjadi tradisi dan adat dalam pernikahan suku bugis,
jadi setiap laki-laki yang ingin melamar wanita bugis harus membawa uang
panai.
Jika ingin melamar seorang wanita bugis itu memerlukan proses panjang,
kalau jaman dahulu di mulai dengan bertanya-tanya tentang status wanita
yang akan di lamar itu biasa di sebut mammanu-manu, setelah itu barulah
pihak laki-laki mengutus keluarganya untuk melamar, di dalam proses
melamar nanti akan disebutkan jumlah uang panai yang telah menjadi
persetujuan kedua belah pihak, setelah setuju dengan uang panai maka akan
ada waktu untuk menghantarkan uang panai tersebut, biasa di sebut dengan
mapate balanca.
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi juga uang panai. Ada yang
lulusan sma, panainya 30 juta, kalo sarjana 50 juta.
karna uang panai ini, ada juga orang tua yang buru-buru nikahkan
anaknya. Lulus sma langsung dijodohkan, biar ngurangi biaya hidup gitu
iya, apalagi kalo melihat uang panai nya tinggi, pasti orang tua cepet-cepet
menyetujui anaknya nikah
Dari hasil wawancara mendalam, informan menyatakan bahwa dulu
orang tua akan menikahkan anaknya meskipun masih kecil dan uang panai nya
tinggi. Di jaman sekarang, orang tua menikahkan anaknya dengan anggapan
bahwa semakin tinggi uang panai nya akan semakin tinggi harga dirinya.
Terkadang orang tua tidak memikirkan kesiapan anaknya, hanya melihat
kemampuan pihak laki-laki memberikan uang panai dalam jumlah yang dinilai
cukup, maka anaknya akan dinikahkan, karena akan sangat membantu
keluarga.
Di jaman dulu, jika yang menikah terutama bangsawan, maka tetap
dilangsungkan pernikahan meskipun anak perempuan itu masih kecil dan jika
uang panai nya tinggi. Tetapi di jaman sekarang saya perhatikan juga banyak
orang tua yang menikahkan anaknya karena urusan duniawi, semakin tinggi
uang panai maka semakin tinggi harga dirnya.
Universitas Indonesia
43
ke orang luar. Udah ngerti, udah ada pelajaran agama. Kalo kayak gitu
jadinya ria. Jadi ya tertutup aja untuk besarnya uang panai.
antar keluarga aja yang tau, dan itu pun tidak dibuka pada saat
memberikan uang panai
Namun ada juga yang kawin lari jika tidak sanggup memenuhi uang
panai. Jika wanita bugis kawin lari memiliki dampak yang sangat buruk yaitu
kedua keluarga bisa putus hubungan.
Universitas Indonesia
44
sebenarnya kesepakatan aja, walau bedanya Cuma 1 rupiah bisa saja tidak
jadi. Kebanyakan dari kaum bangsawan yang masih meninggikan uang
panai.
Pasangan lebih memilih kawin lari dan akan kembali ke orang tuanya
jika sudah memiliki anak, tetapi prosesi pernikahan tetap diulang dan uang
panai juga ditentukan kembali.
banyak kejadian memilih kawin lari, nanti kembali lagi iasanya setelah
punya anak. Mau nggak mau, orang tua akan menerima. Dan akhirnya
proses pernikahan diulangi lagi, ada penentuan uang panai lagi.
Hasil wawancara mendalam hampir sama, yaitu tanpa uang panai,
pernikahan tidak akan terjadi, tau lebih baik melakukan kawin lari.
Wah itu tidak akan terjadi, karena pihak keluarga tidak akan mengijinkan
pernikahan terjadi tanpa adanya uang panai, kalaupun terjadi pernikahan
itu karen anak perempuan ini dibawa lari oleh si laki-laki tersebut, namun ini
adalah hak berat, karena nyawa adalah taruhannya.
Universitas Indonesia
45
Biasanya pasangan yang ingin menikah namun tidak memiliki uang panai,
akan melaukan kawin lari.
Universitas Indonesia
46
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN FGD
(_______________)
Universitas Indonesia
51
Wawancara Mendalam
Universitas Indonesia
52
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN WAWANCARA
MENDALAM
Universitas Indonesia
53
Nama : __________________________________________
Instansi : __________________________________________
Jabatan : __________________________________________
Nomor kontak : __________________________________________
, ..2017
___________________________________
Universitas Indonesia
54
OBSERVASI
Kegiatan prosesi budaya Uang Panai
Tempat :
Tanggal :
2 Tahap 2
Pengukuhan (mappanessa)
a. Kedatangan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan
membawa sesaji dan uang belanja yang telah disepakati
sebelumnya, kue-kue tradisional, kain tiga lembar yang masing-
Universitas Indonesia
55
sebelumnya.
Universitas Indonesia
56
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
Daftar Bagan..................................................................................................... iii
Daftar Tabel...................................................................................................... iv
Daftar Lampiran................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1........................................................................................................Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2........................................................................................................Rum
usan Masalah.................................................................................. 4
1.3........................................................................................................Tujua
n Penelitian.................................................................................... 4
1.4........................................................................................................Manf
aat Penelitian.................................................................................. 4
Universitas Indonesia
57
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
DAFTAR BAGAN
Universitas Indonesia
60
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia