You are on page 1of 8

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan biji yang telah mendapatkan perlakuan dan disiapkan
untuk penanaman yang telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan mampu
menghasilkan tanaman yang unggul. Produksi benih yang dilakukan oleh
produsen diharapkan mampu untuk menjaga ketersediaan bahan perbanyakan
tanaman yang beredar dipasaran. Mutu benih sangat penting untuk diperhatikan
karena benih bukan merupakan benda mati yang dijual di pasaran kemudian
dipakai/ dikonsumsi hingga habis kegunaannya. Benih yang hendak digunakan
oleh para konsumen (konsumen dalam hal ini adalah petani) adalah benih yang
memiliki kriteria sesuai dengan permintaan pasar. Pengujian benih untuk
mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan karena walaupun pertumbuhan dari
suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, namun pada umumnya benih
bermutu tinggi akan memberikan hasil produksi relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan benih bermutu rendah. Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang
dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain,
dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen
benih tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum uji kemurnian benih adalah untuk mengetahui dan
menentukan komposisi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih dalam
suatu uji kemurnian benih.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Uji Mutu Fisik Benih


Pengujian mutu fisik benih menjelaskan bagaimana mempersiapkan
contoh yang mewakili lot benih untuk keperluan pengujian, dan bagaimana
melakukan pengujian benih, salah satunya yaitu analisis kemurnian (Nasrudin,
2009).

2.2 Pengertian Uji Kemurnian Benih


Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah tentang
kenampakan fisik komponen benih termasuk pula persentase berat benih murni
(pure seed) yang meliputi semua varietas dari setiap spesies yang diakui
bagaimana yang dinyatakan oleh pengirim atau yang ditemukan dalam pengujian
di laboratorium (Justice, 2002).

2.3 Tujuan Pengujian Kemurnian Benih


Tujuan utama dari uji kemurnian benih adalah untuk menentukan
komposisi berdasarkan berat dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata
lain komposisi dari kelompok benih dan untuk mengidentifikasi dari berbagai
spesies benih dan partikel-pertikel lain yang terdapat dalam suatu benih
(Kartasapoetra, 1986).

2.4 Komponen-Komponen Dalam Pengujian Kemurnian Benih


Menurut Kartasapoetra (2003), komponen yang dalam pengujian benih
adalah komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Benih
tanaman lain dapat terdiri dari benih spesies lain, benih varietas lain, dan biji
gulma. Sedangkan kotoran benih dapat berupa tanah, pasir, kerikil, dan potongan
dari bagian tanaman. Kotoran benih tercampur dalam benih murni pada saat
perontokan, prosessing, dan pengemasan. Benih murni dibagi lagi dalam beberapa
kategori, yaitu :
Benih utuh dan muda
Benih berukuran kecil, mengkerut dan benih yang sedikit rusak
Benih yang terserang hama dan penyakit tetapi masih bisa dikenali sebagai
benih yang dimaksud
Benih yang sudah berkecambah tetapi masih bisa dikenali sebagai benih
yang dimaksud
Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari setengah ukuran benih
normal dan masih bisa dikenali.

Kotoran benih meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain
yang bukan bagian benih, yaitu seperti :
Benih dan bagian benih yaitu benih yang terlihat jelas bukan benih sejati,
benih dengan kulit yang terkelupas, pecahan benih dengan ukuran setengah
atau kurang dari setengah ukuran normal, benih yang sudah berubah warna,
benih rusak tanpa lembaga, gabah hampa dan sekam, cangkang benih, kulit
benih, dll.

Bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih seperti pasir, kerikil,
batu, potongan ranting, jerami, daun, tangkai bunga, kulit buah, dll.

2.5 Cara Pengujian Kemurnian Benih (Simplo dan Duplo)


Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode
yang dapat dilakukan, yaitu:
Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.
Setelah dilakukan pengambilan contoh kerja dilakukan pengujian
kemurnian. Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih di
identifikasi satu persatuan secara visual berdasarkan penampakan morfologi.
Semua benih tanaman lain dan kotoran beih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis
kemudian dilakukan penimbangan pada komponen tersebut (Kartasapoetra, 2003).

3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan analitik : Untuk menimbang contoh kerja
2. Kertas/ kantong plastik : Untuk wadah benih/ contoh kerja
3. Alat tulis : Untuk menulis hasil pengamatan
4. Kamera : Untuk mendokumentasikan
Bahan :
1. Benih kacang hijau (500 gr) : Untuk sampel pengamatan

3.2 Cara Kerja

Siapkan sampel benih yang akan digunakan

Pilah benih dalam tiga kategori, yaitu : benih murni, benih tanaman lain, kotoran
benih

Masukkan dalam plastik yang berbeda

Timbang pada timbangan analitik

Catat hasil pengamatan

Lakukan perhitungan pada setiap kategori

Dokumentasikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Hasil dari pengamatan yang dilakukan yaitu :
Contoh Kerja Benih Murni Benih Tanaman Lain Kotoran Benih

500 gr 393,60 gr 6,63 gr 56,41 gr

Perhitungan :

1. Perhitungan faktor kehilangan (FK)

CK ( BM +BTL + KB )
FK = 100
CK

500( 393,60+56,41+6,63 )
= 100
500

43,36
100
= 500

= 8,67 %

2. Perhitungan presentase benih murni (BM)

BM
100
BM = ( BM + BTL+ KB )

393,60
100
= ( 393,60+56,41+6,63 )

= 86,1 %

3. Perhitungan presentase benih tanaman lain (BTL)

BTL
100
BTL = ( BM + BTL+ KB )

56,41
100
= ( 393,60+56,41+6,63 )

= 12,35 %
4. Perhitungan presentase kotoran benih (KB)

KB
100
BTL = ( BM + BTL+ KB )

6,63
100
= ( 393,60+56,41+6,63 )

= 1,45 %

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa contoh


kerja sebesar 500 gr. Setelah dipisah-pisahkan didapatkan hasil bahwa benih
murni sebesar 393,60 gr ; benih tanaman lain sebesar 6,63 gr dan kotoran benih
sebesar 56,41 gr. Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan contoh kerja
duplo didapatkan nilai FK sebesar 8, 67 %. Menurut Kartasapoetra (2003),
pengambilan contoh kerja duplo adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan
dua kali, apabila hasil faktor kehilangan lebih dari 5 % maka pengambilan contoh
kerja dilakukan dua kali dengan menggunakan contoh kerja duplo, dan apabila
hasil faktor kehilangan kurang dari 5 % maka hanya dilakukan pengambilan
contoh kerja satu kali saja yaitu simplo. Selain itu didapatkan juga perhitungan
presentase benih murni sebesar 86,1 %, benih tanaman lain sebesar 12, 35%, dan
kotoran benih sebesar 1,45 %.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengambilan contoh kerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu simplo
dan duplo. Pengambilan contoh kerja simplo adalah pengambilan contoh kerja
yang dilakukan satu kali, sedangkan duplo adalah pengambilan contoh kerja yang
dilakukan dua kali. Dari hasil pengamatan yang didapatkan dapat disimpulkan
bahwa pengambilan contoh kerja yang dilakukan yaitu menggunakan contoh kerja
duplo karena nilai faktor kehilangan yang didapatkan lebih dari 5 % yaitu sebesar
8,67 %. Selain itu didapatkan juga perhitungan presentase benih murni sebesar
86,1 %, benih tanaman lain sebesar 12, 35%, dan kotoran benih sebesar 1,45 %.

5.2 Saran
Semoga pada praktikum selanjutnya lebih baik lagi dalam menjelaskan
materi dan tidak terlalu cepat dalam berbicara.
DAFTAR PUSTAKA

Ance G Karta Sapoetra, 1986. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta


Justice. 2002. The Life of The Green Plant. The Mc. Millan Inc. New York.
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Rineka Cipta : Jakarta
Nasrudin

You might also like