You are on page 1of 3

1.

LOGISTIC PERFORMANCE INDEX (LPI)

Fakta dari Logistics Performance Index (LPI) bahwa kenyataannya kinerja logistik

Indonesia pada tahun 2016 mengalami perbaikan pada hampir semua dimensi yang diukur

LPI, kecuali international shipment dan tracking & tracing. Dari enam dimensi LPI

Indonesia 2016, tiga dimensi (kompetensi dan kualitas jasa logistik, tracking & tracing,

dan timeliness) mempunyai skor di atas 3 dan tiga dimensi lainnya (customs,

infrastruktur, dan pengiriman internasional) di bawah 3.

Survei LPI 2016 dilakukan di 160 negara berdasarkan enam dimensi, yaitu (1) efisiensi

customs & border management clearance (2) kualitas infrastruktur perdagangan dan

transportasi (3) kemudahan pengaturan pengiriman internasional (4) kompetensi dan

kualitas jasa logistik (5) kemampuan melakukan tracking & tracing, dan (6) frekuensi

pengiriman tepat waktu (timeliness).

LPI 2016 menempatkan Jerman pada peringkat pertama dengan skor 4,23. Di antara

negara-negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi keempat. Peringkat tertinggi adalah

Singapore (peringkat 5), diikuti Malaysia (32), Thailand (45), Indonesia (63), Vietnam (64),

Brunei Darussalam (70), Philippines (71), Cambodia (73), Myanmar (113), dan Lao PDR

(152).

(http://lpi.worldbank.org/international/global)

(http://beritatrans.com/2016/06/29/indeks-logistik-indonesia-tahun-2016-turun/)
2. ALFI (ASOSIASI LOGISTIK DAN FORWARDER INDONESIA), 2017

The logistic players and those who interested in the logistic industry should focus on

solving the problems and put the unsubstantial one aside; for example the dwelling

time

(https://maritimenews.id/alfi-indonesia-needs-the-large-design-for-logistic-industry/)

Bisnis.com, JAKARTA--Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia

Tenggara, industri logistik Indonesia justru tertinggal dibanding negara tetangga.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki

Nugrahawan Hanafi mengatakan, Indonesia saat ini ada di urutan keempat dari seluruh

negara Asean di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Salah satu penyebabnya

adalah Indonesia telat mengantisipasi perubahan ekonomi yang terjadi sejak era 90-

an

"Pada era 70 dan 80-an kita masih sama dengan Singapura. Tapi setelah itu tertinggal.

Itu karena kita kurang cepat melihat perubahan yang ada," katanya

kepada Bisnis.com di Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Selain itu, pemerintah juga dinilai belum mengoptimalkan transportasi laut sebagai

angkutan utama. Sebagai negara dengan bentang laut yang lebih besar, tidak

seharusnya memberikan porsi anggaran yang lebih besar untuk darat.


Menurutnya, transportasi dan logistik punya peran penting untuk meningkatkan daya

saing bangsa terutama dalam hal stabilisasi harga dan integrasi ekonomi

"Sekarang pemerintah mulai mendorong untuk semua moda transportasi bergerak.

Dengan langkah itu tentunya ada rasa optimistis," imbuhnya.

Yukki menilai, Indonesia memiliki posisi strategis di pasar logistik karena memiliki

volume perdagangan dan populasi dalam jumlah besar. Namun, masih ada beberapa

hambatan yang harus dihadapi seperti biaya pengiriman logistik yang tinggi,

keterbatasan infrastruktur hingga kualitas SDM

(http://industri.bisnis.com/read/20170301/98/633090/ini-catatan-alfi-terkait-

tertinggalnya-logistik-indonesia-di-asean)

3. IATA (INTERNATIONAL AIR TRANSPORT ASSOCIATION), 2016

There are lots of potential disruptors out theredata-sharing platforms, new market

entrants, and e-commerce," he adds. "The challenge is to stay one step ahead in

satisfying customer expectations

You might also like