Professional Documents
Culture Documents
52 196 1 PB
52 196 1 PB
ABSTRACT
In 2010, WHO launched lung global emergency in Indonesia that reached 1.5 million people. SPM target
to find new cases of TB BTA (+) is 100%, while in Health Department of Tanah Datar Regency in 2013
was 47%.This study aims to identify input, process, and output in process of Implementing TB BTA (+)
finding cases scope in Tanah Datar Regency in 2013.This study was conducted by qualitative method.
Data were gathered by deep interview, observation, and document analyses. Data were validated by
triangulation. Data analyses were done by making transcript and continued with data reduction,
presentation, and conclusion.According to the result of this study, it showed that input in process of
Implementing TB BTA (+) finding cases scope is not optimal so it influenced process and output. The
conclusion of TB BTA (+) finding cases implementation in Tanah Datar regency in 2013 is not appropriate
with DEPKES 2008 minimal service standard. It is suggest that management do socialization and full
training for person in charge of TB program in each health service center.
ABSTRAK
Tahun 2010WHO mencanangkan kedaruratan global Paru di Indonesia yaitu mencapai 1,5 juta
orang. Target SPM penemuan kasus baru TB BTA (+) adalah 100% sementara kondisi di dinas
kesehatan kabupaten Tanah Datar pencapaian tahun 2012 adalah 47%. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi masukan, proses, keluaran dalam proses pelaksanaancakupan temuan
kasus baruBTA (+) di dinas kesehatan Kabupaten Tanah Datar tahun 2013. Penelitian dilakukan
dengan metode kualitatif. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah
dokumen. Validasi data dilakukan dengan triangulasi. Analisa data dilakukan dengan membuat
transkrip data dilanjutkan dengan reduksi data, penyajian dan membuat kesimpulan .Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh bahwa masukandalam proses pelaksanaan cakupan temuan kasus TB
BTA (+)masih belum optimal sehingga mempengaruhi proses dan keluaran. Kesimpulan
pelaksanaan temuan kasus TB BTA (+) di kabupaten Tanah Datar Tahun 2013 belum sesuai
standar pelayanan minimal DEPKES 2008. Disarankan kepada pihak manajemen untuk
melaksanakan sosialisasi dan pelatihan menyeluruh terhadap tenaga penanggung jawab program
TB di masing-masing tempat pelayanan kesehatan.
1
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care
(2006) yang menyatakan bahwa keberhasilan masih belum sesuai standar, sering terjadi
penanggulangan kasus TB paru berkaitan kesalahan pelaporan dengan hasil uji silang.
erat antara komitmen dengan pendanaan. Tidak jarang data atau informasi yang
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh dibutuhkan baru tersedia setelah berhari-hari.
Aditama 2009 menyatakan bahwa kegiatan Kerja sama antara institusi pemerintah
program Paru tidak dibiayai oleh pemerintah dengan swasta masih belum sesuai dengan
Kabupaten Boyolali. Penelitian lain yang strategi DOTS dikarenakan dokter lebih
juga menggambarkan hasil yang sama telah cenderung menggunakan pemeriksaan
dilakukan oleh Murti (2010) menjelaskan rontgent, bukan menggunakan dahak.
bahwa kemitraan dan dukungan dari
pemerintah Daerah kurang dalam Proses Temuan kasus Baru TB BTA (+)
pembiayaan program pengendalian TB. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Anggaran pemda masih sangat minim baik informan ditemukan hasil bahwa semua
dari segi jumlah maupun keteraturan puskesmas di Kabupaten Tanah Datar sudah
3. Material memiliki penanggung jawab program TB.
Berdasarkan hasil penelitianBelum Keterbatasan pengetahuan penanggung
adanya payung hukum yaitu perda TB belum jawab selama ini menjadi permasalahan
ada sehingga komitmen politik kurang besar yang mempengaruhi keberhasilan
terbina antara lintas sector untuk temuan kasus TB BTA(+). Semua puskesmas
keberlangsungan dan upaya peningkatan juga sudah memiliki formulir untuk
program. Penelitian ini sejalan dengan hasil pencatatan kejadian kasus TB.
penelitian Aditama (2013) yang Penatalaksanaan kasus TB selama ini di
menyebutkan bahwa belum semua UPK Kabupaten Tanah Datar menggunakan sistem
memiliki buku pedoman penanggulangan Direct Observed Treatment Shortcourse
TB. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh (DOTS). Semua Puskesmas dan Rumah
Murti (2010) menjelaskan hasil bahwa Sakit melakukan pengobatan sesuai sistem
penyediaan OAT masih belum sesuai DOTS. Permasalahan yang sering terjadi
standar, terutama dalam pengobatan TB adalah belum seluruh penanggung jawab
untuk anak masih melalui modifikasi OAT mengerti tentang sistem DOTS karena
untuk orang dewasa menjadi OAT untuk minimnya pelatihan dan sosialisasi. Temuan
anak. kasus TB yang masih rendah mengakibatkan
4. Metode tingginya resiko penularan TB baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini
Promosi aktif tidak berjalan maksimal sejalan dengan hasil penelitian yang
karena pengetahuan para pemegang program dilaksanakan oleh Rukmini (2010) yang
wilayah kerja di masing masing wilayah menyatakan bahwa penularan TB sebesar
masih sangat terbatas. (75,4 %) terjadi pada kasus tidak ada kontak
Penjaringan pada kelompok resiko serumah dan (24,6%) kasus penularan yang
masih belum pernah dilakukan pada tahun ada kontak serumah. Artinya semakin
2013.Hal ini juga menyebabkan masih banyak kasus TB BTA (+) yang tidak atau
rendahnya cakupan penemuan kasus TB terlambat dideteksi akan semakin besarpula
BTA (+). Hasil penelitian ini sejalan dengan resiko penularan yang akan terjadi walaupun
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardani masyarakat tikad tinggal serumah dengan
(2012) yang menyatakan bahwa pengobatan penderita TB. Lingkungan yang paling
paru ACT (Active case Treatment) lebih potensial untuk terjadinya penularan adalah
efektif dibandingkan dengan PCT ( Passive tempat kerja.Sampai saat ini program
case Treatment). Penelitian lain juga telah penanggulangan TB paru dengan strategi
dilakukan oleh Murti (2010) menyatakan DOTS belum dapat menjangkau seluruh
bahwa metode pencatatan dan pelaporan rumah sakit pemerintah, swasta dan
4
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care
sarana pelayanan yang lain. Program TB sebesar yang besar 53 % antara target
paru baru mencapai puskesmas.Tujuan dengan pencapaian program.Artinya masalah
jangka panjang penanggulangan TB paru ini merupakan permasalahan yang besar yang
adalah menurunkan angka kesakitan dan ada di masyarakat. Keseriusan masalahsudah
penularan sehingga penyakit TB paru tidak teridentifikasi oleh penulis sejak dua tahun
lagi menjadi masalah kesehatan di Indonesia. sebelumnya yaitu tahun 2011 pencapaian
Sedangkan tujuan jangka pendek adalah program 32% dari target100%.Tahun 2012,
angka kesembuhan mencapai 85% dari 35 % dari target 100%,serta tahun 2013 47%
penderita BTA (+) yang ditemukan dan dari target 100% artinya belum ada
tercapainya penemuan penderita secara peningkatan yang signifikan walau pun di
bertahap hingga mencapai 70% serta tahun 2013 sudah ada peningkatan tetapi
mencegah timbulnya resistensikuman TB masih belum mencapai target,sementara
paru di masyarakat. target SPM sebenarnya sudah harus tercapai
Kegiatan pada program sejak tahun 2010.Dengan ini akan
penanggulangan TB Paru yaitu kegiatan memberikan dampak sangat besar terhadap
pokok dan kegiatan pendukung. Kegiatan masyarakat. Dampak terhadap masyarakat
pokok mencakup kegiatan penemuan sangat besar karena penyakit TB adalah
penderita (case finding) pengamatan dan penyakit menular yang cara penularannya
monitoring penemuan penderita didahului sangat mudah sekali artinya dari target
dengan penemuan tersangka TB paru dengan penemuan kasus BTA positif yang
gejala klinis adalah batuk-batuk terus perkiraannya adalah 542 kasus dari 338,494
menerus selama tiga minggu atau lebih. jumlah penduduk.baru bisa ditemukan 257
Setiap orang yang datang ke unit pelayanan artinya masih terdapat 185 kasus BTA(+)
kesehatan dengan gejala utama ini harus yang belum teridentifikasi dan akan
dianggap suspek tuberculosis atau tersangka menyebarkan penyakit tersebut pada anggota
TB Paru dengan pasive promotif case finding masyarakat lainnya.Kemampuan sumber
(penemuan penderitsecara pasif dengan daya Menyelesaikan masalahmulai dari SDM
promosi yang tiap puskesmas sudah ada penanggung jawab
aktif) (Maryun 2010) program tetapi karna kurangnya pelatihan
sehingga kemampuan SDM juga masih
Terdapat beberapa sebab rendahnya kurang,keberadaan kader yang masih
partisipasi dan komitmen UPK swasta dalam memegang tugas rangkap sehingga kurang
penerapan strategi DOTS, pertama sikap focus pada program TB.Yang berdampak
independensi yang berlebihan oleh dokter pada rendahnya cakupan penemuan kasus TB
menyebabkan seringnya terjadi dokter tidak BTA (+).Dukungan Lintas Sektor yang
taat terhadap ketentuan. Para dokterpun belum maksimal akan berdampak besar
sering tidak melaporkan temuan. Sebab terhadap kinerja penanggung jawab dan
kedua masih kurangnya sosialisasi dari DKK pelaksana, program. Keberadaan payung
kepada dokter praktek swasta mengenai hukum yang menjamin keberlangsungan
strategi DOTS (Murti, 2010). program,serta wadah organisasi lain yang
mendukung juga ikut berperan.Pada program
Keluaran Cakupan temuan kasus Baru ini dukungan pihak lintas sektor masih
BTA (+) dibandingkan dengan standar kurang dengan belum adanya perda TB.
pelayanan minimal 2008 Penelitian senada dilakukan oleh
Proses temuan kasus baru BTA Murti (2010) menyatakan bahwaangka
positif di kabupaten Tanah Datartahun 2013 penjaringan kasus TB masih rendah
yang targetnya adalah 100% target nasional disebabkan penjaringan suspek hanya di
pada SPM,pencapaian program baru fasilitas pelayanan kesehatan, tidak terdapat
mencapai 47% artinya terdapat kesenjangan active case finding, penjaringan kasus hanya
5
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care
melalui anggota keluarga dan tetangga yang penanggulangan TB paru serta petugas TB
dicurigai. paru perlu melakukan kunjungan rumah
untuk mengawasi penderita demi
SIMPULAN meningkatkan angka kesembuhan TB paru.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan metode
diperoleh Masukan dalam ANALISIS pemecahanmasalah USG (Urgency,
MANAJEMEN KASUS TB BTA(+) DI Seriousnes, Growth) diperoleh prioritas
KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN masalah adalah tenaga. Berikut ini adalah
2013 belum maksimal karena kurangnya rekomendasi dalam pemecahan masalah
upaya pelatihan dan pembinaan penanggung berdasarkan kondisi yang terjadi di
jawab wilayah kerja di puskesmas sehingga Kabupaten Tanah Datar.
kinerja karyawan khususnya pada program Alternatif pemecahan masalah yang
TB masih belum maksimal. Masih belum sifatnya komprehensif adalah 1)Mampu
maksimalnya pembiayaan untuk program TB menjawab permasalahan yang terjadi secara
juga menjadi salah satu faktor penyebab menyeluruh adalah menerapkan strategi
belum optimalnya proses manajemen kasus Advokasi ,komunikasi dan mobilisasi social
tb bta (+). Masih kurangnya sosialisasi (AKMS) dengan salah satu kegiatannya
mengenai sistem DOTS dan penyediaan adalah pembinaan dan pelatihan Sistem
OAT yang belum memadai juga sangat DOTS pada PWK di 23 Puskesmas.
mempengaruhi proses manajemen kasus TB. 2) Mampu menetapkan Planing Of Action
Belum adanya payung hukum yang jelas dan Pelatihan dan pembinaan PWK di dinas
kurangnya sosialisasi menyebabkan sering kesehatan kabupaten tanah Datar Tahun
terjadinya ketidaksepahaman antara UPK 2014.
dengan penanggung jawab program di dinas
kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
Dalam proses manajemen kasus TB
diperoleh hasil bahwa manajemen kasus TB
Aditama, W, Zulfikar, Baning,R. 2013.
tidak efektif dikarenakan temuan kasus
Evaluasi Program
hanya dilakukan di tempat pelayanan
Penanggulangan Tuberkulosis
kesehatan, hal ini tentunya belum efektif
Paru di Kabupaten
dibandingkan dengan melakukan active case
Boyolali.Diunduh di
findinglangsung ke lapangan. Lambatnya
http.Jurnal Kesmas.Ui.ac. id.
temuan kasus juga dipengaruhi oleh
pada tanggal Desember 2013.
keterampilan tenaga pemegang program
dalam pengambilan dahak saat dilapangan.
Ardani,N,K. 2012. Active Case
Dalam keluaran diperoleh kesimpulan
Treatment Lebih Cost
bahwa belum maksimalnya manajemen
Effective Untuk Pengobatan
kasus TB BTA(+) di kabupaten tanah datar
TB Paru Tahap Awal.diunduh
tahun 2013. Hal ini tentunya dipengaruhi
di http.journal.ac.id. Pada 10
oleh faktor masukan proses hingga hasiln
Maret 2013.
akhor yang diharapkan dalam manajemen
kasus TB BTA(+).
Departemenkesehatan RI.2008.Petunjuk
Menurut hasil penelitian Wahab (2002)
teknis Standar Pelayanan
mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil
Minimal Kesehatan
yang efektif dalam penanggulangan TB paru
Kabupaten Kota.Departemen
maka seluruh komponen strategi DOTS
KesehatanRI.Jakarta
harus dilaksanakan bersama-sama. Untuk itu
disarankan agar Gerdunas-TB lebih berperan
aktif dalam program pemberantasan dan
6
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care
diunduh di
https://www.scribd.com/docum
ent/.../Makalah-Evaluasi-DOTS-
TB-Prof-Bhisma-Murti. pada
tanggal 30 maret 2012
Pohan I. 2012
JaminanMutuLayananKesehat
anDasar-
dasarpengertiandanpenerapa
n.Jakarta:EGC