You are on page 1of 14

Laporan Pendahuluan

Post Natal Care


A. Pengertian
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang
dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000)
Masa puerperium atau masa nifas (post partum) adalah jangka waktu 6 minggu yang
dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti
sebelum kehamilan (Bobak, MI 2000). Masa nifas ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yakni :
a. Immidiate post partum
Masa setelah post partum sampai 24 jam setelah melahirkan (24 jam)
b. Early post partum
Masa setelah hari pertama sampai dengan minggu pertama post partum
c. Late post partum
Masa minggu pertama post partum sampai dengan minggu keempat post partum

B. Perubahan Fisiologi

a. Tanda-tanda vital

1. Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat dari
dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
2. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 8 jam pertama setelah persalinan.
Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan stroke volume.
Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi kembali seperti
keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap
normal.
3. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil
4. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi yang
diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam
48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin
terjadi setelah persalinan.
b. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan
darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut
hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan
resitensi didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan
oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.
c. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan
oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan
tekanan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu
mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama post partum.
d. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya
placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu yang
tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari
ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem
vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri
bila disentuh.
e. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama
post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan parineal.
f. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut distasi
recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi
melalui dinding bila ibu terlentang.
g. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang
sempurna setelah melahirkan.
h. Adaptasi Reproduksi

1. Uterus

Uterus secara berangsur- Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


angsur menjadi kecil
(involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Involusio
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Involusi terjadi disebabkan oleh :
a) Kontraksi retraksi serabut otot yang terjadi terus-menerus sehingga mengakibatkan
kompresi pembuluh darah dan anemia setempat (iskemia).

b) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan tercernah sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.

c) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofit sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen
yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua) mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi
endometrium yang baru. Luka bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
2. Lokia
Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas. Jumlah dan warnah lokia akan
berkurang secara progresif. Lokia dapat dibagi atas
a) Lokia rebra (hari 1 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah terutama darah.

b) Lokia serosa ( hari 4 8) jumlahnya berkurang dan berwarnah merah mudah


(hemoserosal)

c) Lokia alba (hari 8 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau hampir tidak berwarna.

3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga tangan : setelah 6 minggu postnatal, serviks
menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks tidak pernah kembali
kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum ; serviks
hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup
tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan
merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran lewat vagina
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya tegang
oleh tekanan kepada bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali bagian besar tonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
6. Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi
disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri
tekan status hormonal serta dimulainya laktasia.
7. Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfigner
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.

C. ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM

a. Fase-fase transisi

1. Fase antisipasi kehamilan :


Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan
dalam keluarga
2. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang baru
3. Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :

a) Taking In

1) Dependet

2) Pasif

3) Fokus pada diri sendiri

4) Perlu tidur dan makan

b) Taking Hold

1) Dependent

2) Independent

3) Fokus melibatkan bayi

4) Melakukan perawatan diri sendiri

5) Waktu yang baik untuk penyuluhan

6) Dapat menerima tanggungjawab

c) Letting Go

1) independence pada peran yang baru


2) letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.

4. Adaptasi psikologis ayah :

a) Respon ayah :

1) Bangga dan takut memegang bayi.

2) Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta


dengan teman-teman.

3) Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.

4) Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam
merawat bayinya.

b) Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya
ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada
masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka ayah
merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering
merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan
keluarga, merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan
beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan istrinya.
c) Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya
perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut.
Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena tuntutan dan
ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga
yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila
tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan,
dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas rumah
tangga, maka perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum
melahirkan.

D. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM)


a. Kebersihan diri
1. Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah
matahari dan disetrika.

4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.

5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.

2. Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan


serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

3. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

4. Mengurangi jumlah asi yang diproduksi

5. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

6. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya


sendiri.
c. Latihan
1. Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih
kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa
sakit pada panggul.

2. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-
6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

2. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.

4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.

5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui air asinya.
e. Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu

2. Menggunakan Bra yang menyokong payudara

3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak
lecet.

4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.

5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.

6. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.

7. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.

8. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya
keluarkan dengan tangan.

9. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.


f. Senggama
1. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri
2. Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
E. Perawatan post partum
a. Perineum
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah yang
tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan perawatan khusus
diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah.
Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara
seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakitnya.
b. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam post
partum, kemudian boleh miring-miring kekiri dan kekanan untuk mencegah terjadinya
trobosis dan tramboemboli. Pada hari kedu duduk-duduk, hari ketiga jalan-jalan dan pada
hari keempat atau lima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi tergantung pada
adanya komplikasi persalinan nifas dan sembuhnya luka-luka
c. Diet
Makanan harus bermutu dan bergizi cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang
mengandung protein, banyak cairan sayuran-sayuran dan buah-buahan.
d. Miksi
Hendaknya berkemih dapat dilakukan sendiri dngan secepatnya. Kadang-kadang
wanita sulit berkemih karena sphineter uretrae mengalami tekanan oleh kepala janin dan
spasme otot iritasi musculus sphicterani selama persalinan bila kandung kemih penuh dan
wanita sulit berkemih sebaiknya lakukan kateterisasi.
e. Defakasi
Buang air besar harus dilakukan 3 4 hari post partum. Bila masih sulit buang air
besar dan terjadi optipasi apabila faeces keras harus diberikan obat laksans atau perectal,
jika masih belum bisa dilakukan klisma.
f. Laktasi
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu tidak keras, lemas
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Laktasia dapat diartikan dengan
pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI).
Keuntungan ASI yakni :
1. Bagi ibu

a) Mudah didapatkan

b) Praktis dan murah

c) Memberi kepuasan

2. Bagi bayi
a) ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan

b) ASI mengandung berbagai zat antibody untuk mencegah infeksi

c) ASI mengandung laktoperin untuk mengikat zat gizi

d) Susu tepat dan selalu segar

e) Memperindah gigi dan rahang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran AS


1. Faktor anatomis
Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang maka produksi ASI akan kurang
karena sel-sel ocini yang ngisap zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.
2. Faktor fisiologis
Bahwa terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon yaitu hormon proloctin yang
merangsang sel-sel ocini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan dari hormon ini maka
dengan sendirinya rangsangan pada sel-sel ocini akan berkurang sehingga tidak dapat
membentuk ASI.
3. Makanan yang dimakan ibu yang menyusui

4. Faktor istirahat

5. Faktor isapan anak

6. Faktor obat-obatan
Mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI karena adanya hormon yang
dikandung oleh obat-obatan tersebut mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat berperan
penting dalam produksi dan peneluaran ASI
A. ASUHAN KEPERAWATAN PNC

1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya

2) Tanda-tanda Vital

3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management engorgement,


kondisi putting, pengeluaran ASI.

4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.

5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.

6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.

7) Rektum: hemoroid, dll.

8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.

2) Spesifik: depresi postpartum.

3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).

b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.

c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.

d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, nyeri


episiotomi, penurunan aktivitas.

f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang


penanganan postpartum.

3. INTERVENSI
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan
kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak
merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit ,
TD = 120/80 mmHG , R = 18 20 x / menit
Intervensi :
1) Kaji ulang skala nyeri
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri

3) Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi


4) Berikan kompres hangat
5) Delegasi pemberian analgetik

b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi
mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya tepat

2) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui


3) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui

c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan kriteria
hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi

2) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.

3) Pantau tanda-tanda vital.


4) Lakukan rendam bokong.
5) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan

e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, nyeri


episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara verbal mengatakan
mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
1) Kaji bising usus, diastasis recti.
2) Kaji adanya Hemoroid.
3) Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
4) Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
5) Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.

f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang


penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan
bayi bertambah dengan kriteria hasil : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post
partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti
perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
1) Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi,
lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
2) Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan
imunisasi).
3) Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis,
Edisi 2, Jilid 1. Jakarta. EGC, 1998
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiraharjo, 1994.
Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.

You might also like