Professional Documents
Culture Documents
B. Perubahan Fisiologi
a. Tanda-tanda vital
1. Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat dari
dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
2. Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 8 jam pertama setelah persalinan.
Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan stroke volume.
Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan stroke volume. Nadi kembali seperti
keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap
normal.
3. Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil
4. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi yang
diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam
48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin
terjadi setelah persalinan.
b. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan
darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini disebut
hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan
resitensi didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan
oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak disertai demam.
c. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat tekanan
oedema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan, perubahan ini menyebabkan
tekanan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu
mengalami kesulitan BAK sampai 2 hari pertama post partum.
d. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan mengikuti lahirnya
placenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen progesteron dan proaktin. Ibu yang
tidak menyusui akan meningkat secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari
ketiga post partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan sistem
vaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar, kenyal, kencang dan nyeri
bila disentuh.
e. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam minggu pertama
post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan motilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan parineal.
f. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang mengakibatkan
berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post partum dinding perut terasa
lembek, lemah, dan kotor. Selama kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut distasi
recti abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih mudah dipalpasi
melalui dinding bila ibu terlentang.
g. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang
sempurna setelah melahirkan.
h. Adaptasi Reproduksi
1. Uterus
b) Otolisis yang disebabkan sitoplasma sel yang berlebihan akan tercernah sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
c) Atrofi merupakan jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofit sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen
yang menyertai pelepasan plasenta.
Selain perubahan atrofik pada otot-otot uterus, lapisannya (desidua) mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi
endometrium yang baru. Luka bekas pelekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk
sembuh total.
2. Lokia
Lokia adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas. Jumlah dan warnah lokia akan
berkurang secara progresif. Lokia dapat dibagi atas
a) Lokia rebra (hari 1 4) jumlahnya sedang, berwarnah merah terutama darah.
c) Lokia alba (hari 8 14) jumlahnya sedikit, berwarnah putih atau hampir tidak berwarna.
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga tangan : setelah 6 minggu postnatal, serviks
menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi. Serviks tidak pernah kembali
kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum ; serviks
hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup
tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan
merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran lewat vagina
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina
kembali kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya tegang
oleh tekanan kepada bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali bagian besar tonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
6. Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi
disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri
tekan status hormonal serta dimulainya laktasia.
7. Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfigner
dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.
a. Fase-fase transisi
a) Taking In
1) Dependet
2) Pasif
b) Taking Hold
1) Dependent
2) Independent
c) Letting Go
a) Respon ayah :
4) Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam
merawat bayinya.
b) Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya
ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada
masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka ayah
merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering
merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan
keluarga, merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan
beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan istrinya.
c) Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya
perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut.
Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena tuntutan dan
ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga
yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila
tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan,
dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas rumah
tangga, maka perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum
melahirkan.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah
matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
2. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar
panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-
6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
post partum.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayi melalui air asinya.
e. Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak
lecet.
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan
dan diminumkan menggunakan sendok.
6. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan
untuk mengurut payudara.
7. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
8. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya
keluarkan dengan tangan.
a) Mudah didapatkan
c) Memberi kepuasan
2. Bagi bayi
a) ASI mengandung zat ASI yang sesuai dengan kebutuhan
4. Faktor istirahat
6. Faktor obat-obatan
Mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI karena adanya hormon yang
dikandung oleh obat-obatan tersebut mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat berperan
penting dalam produksi dan peneluaran ASI
A. ASUHAN KEPERAWATAN PNC
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.
3. INTERVENSI
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan
kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak
merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit ,
TD = 120/80 mmHG , R = 18 20 x / menit
Intervensi :
1) Kaji ulang skala nyeri
2) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi
mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
1) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya tepat
c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan kriteria
hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi
Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
1) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan