You are on page 1of 16

CUPDATE NERS,,

HOME
ASKEP
PATHWAY
MODIF
VIRAL

Home asuhan keperawatan askep kehamilan pada penderita asma

askep kehamilan pada penderita asma

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya (Mauldin, 1994). Langkah utama yang paling penting untuk
menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian.
Penyakit asma terdapat 3,4 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas sangat
sering terjadi pada wanita hamil(sity.2013).
Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi pernapasan.
Ada 4 faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya dengan
fungsi pernapasan, yaitu rahim yang membesar, perubahan hormonal,
meningkatnya volume darah dan cardiac output serta perubahan imunologik.
Kehamilan akan mendorong diafragma ke atas sehingga rongga dada menjadi
sempit. Gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen selama pernapasan
dan untuk mengatasi kekurangan oksigen ini, pernapasan akan menjadi cepat
(hiperventilasi). Pada umumnya penyakit paru-paru tidak banyak mempengaruhi
jalannya kehamilan, persalinan dan nifas kecuali jika penyakitnya berat atau proses
penyakitnya luas sehingga disertai hipoksia. Asma bronkial merupakan penyakit
paru-paru yang paling sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Biasanya
kehamilan tidak mempengaruhi asma bronkial akan tetapi serangan asma dapat
timbul akibat kehamilan atau penyakitnya berkurang atau bahkan bertambah.
Penderita asma kebanyakan tidak mengalami kesulitan selama berlangsungnya
kehamilan dan nifas. Infeksi jalan nafas seperti bronkhitis dan bronkopneumonia,
dan kadang-kadang tekanan emosional dapat menimbulkan atau memperberat
serangan asma. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering
dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (hipoksia).
Keadaan hipoksia bila tidak segera ditangani tentu akan berpengaruh pada janin,
dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai
dengan usia kehamilan(Hanifa Wiknjosastro, 1976)
Penderita asma selama kehamilan perlu mendapatkan perawatan yang baik untuk
mengurangi timbulnya serangan asma saat kehamilan. Peran perawat sangat
diperlukan dalam memberikan penanganan, seperti health education kepada
penderita untuk mencegah timbulnya stress, menghindari faktor-faktor pencetus
timbulnya asma seperti zat-zat alergi, infeksi saluran napas, dan faktor psikis, serta
edukasi tentang pengaruh obat-obat asma pada kehamilan. (Sarwono
Prawirohardjo, 1991)
Asma terdapat 3,4 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas sangat sering
terjadi pada wanita hamil. Perjalanan asma selama kehamilan sangatlah bervariasi
bisa tidak ada perubahan, bertambah buruk atau malah membaik dan akan kembali
ke kondisi seperti sebelum hamil setelah tiga bulan melahirkan. Pengaruh
kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama,
bahkan pada seseorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan
pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan muncul pada usia
kehamilan 24 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pada asma yang tidak terkontrol selama kehamilan akan mempunyai efek yang
serius baik bagi ibu maupun bagi janin. Komplikasi untuk ibu pada asma yang tidak
terkontrol adalah kemungkinan pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan vagina dan
persalinan premature, sedangkan komplikasi terhadap bayi adalah intra uterine
growth retardation, bayi premature dan meningkatkan kemungkinan resiko
kematian perinatal. Oleh karenanya pasien hamil dengan asma harus dianggap
sebagai pasien dengan kehamilan resiko tinggi. Tujuan penatalaksanaan pasien
asma dalam kehamilan harus meliputi : pencegahan eksaserbasi akut, mengontrol
symptoms, mengurangi inflamasi saluran nafas, memelihara fungsi paru rata rata
mendekati normal(Anonimous. 2007).
B. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang konsep masalah kehamilan pada asma serta
pendekatan asuhan keperawatannya.

C. Tujuan Khusus
1. Mengerti perubahan anatomi asma pada ibu hamil
2. Memahami pengertian asma pada ibu hamil
3. Mengerti etiologi asma pada ibu hamil
4. Menguraikan patofisiologi asma pada ibu hamil
5. Mengetahui pathway asma pada ibu hamil
6. Mengetahui manifestasi klinis asma pada ibu hamil
7. Mengerti kategori frekuensi/beratnya gejala fungsi paru.
8. Mengetahui komplikasi asma pada ibu hamil
9. Mengetahui penatalaksanaan asma pada ibu hamil
10. Memahami penanganan asma selama proses melahirkan
11. Mengetahui perubahan hormonal yang terjadi asma pada ibu hamil saat
melahirkan.
12. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik asma pada ibu hamil

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Asma adalah penyakit paru kronis yang melibatkan berbagai varietas immune
sistem cell, yang menyebabkan timbulnya respon bronkus berupa wheezing,
dyspne, batuk, dan dada terasa berat(Anonimous. 2007).
Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai
dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma
tidak sama pada setiap penderita(Mustika. 2008).
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama
sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil. Asma
mungkin membaik, memburuk atau tetap tidak berubah selama masa kehamilan,
tetapi pada kebanyakan wanita gejala-gejalanya cenderung meningkat selama tiga
bulan terakhir dari masa kehamilan. Dengan bertumbuhnya bayi dan membesarnya
rahim, sebagian wanita mungkin sering mengalami sesak nafas. Tetapi ibu - ibu
yang tidak menderita asmapun mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma /
sekat rongga badan menjadi terbatas. (Erlina Mustika Febrianti, 2008)

2.2 Etiologi
1. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga
bisa diturunkan.
2. Allergen: bulu binatang
3. Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
4. Debu
5. Udara dingin, cuaca:
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti :
musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga danb debu
6. Aktivitas fisik berlebih

2.3 Patofisiologi
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama.
Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada
kromosom 5, 6, 11, 12, 14, & 16 termasuk reseptor IgE yang afinitasnya tinggi,
kelompok gen sitokin dan reseptor antigen T-cell sedangkan lingkungan yang
menjadi allergen tergantung individu masing-masing seperti influenza atau rokok.
Asma merupakan obstruksi saluran nafas yang reversible dari kontraksi otot polos
bronkus, hipersekresi mukus dan edem mukosa. Terjadi peradangan di saluran
nafas dan menjadi responsive terhadap beberapa rangsangan termasuk zat iritan,
infeksi virus, aspirin, air dingin dan olahraga (sity khamidah.2013)
Gejala asma akan membaik selama 4 minggu terakhir kehamilan (37 40 minggu),
mungkin disebabkan peningkatan kortisol bebas dan karena turunnya janin
kedalam panggul. Sedangkan gejala yang paling buruk terjadi pada 29 36 minggu
kehamilan, karena pada saat ini progesteron berada pada kadar tertinggi. Selama
melahirkan dan sesudah lahir hanya 10% pasien yang dilaporkan memberikan
gejala dan hanya setengahnya yang mendapat pengobatan.

2.4 Pathway
Terlampir

2.5 Manifestasi Klinis


1) Nafas pendek
2) Nafas terasa sesak dan yang paling khas pada penderita asma adalah
terdengar bunyi wheezing yang timbul saat menghembuskan nafas.
3) Kadang-kadang batuk kering menjadi salah satu penyebabnya.
4) Pada kehamilan, biasanya serangan asma akan timbul pasa usia kehamilan
24 minggu sampai 36 minggu dan pada akhir kehamilan serang.

2.6 Kategori Frekuensi/Beratnya Gejala Fungsi Paru Tahapan Terapi :


1. Mild intermittent:
a. gejala < 2 kali perminggu
b. Gejala malam < 2 kali perbulan
2. Mild gejala:
a. > 2 kali perminggu tapi tidak setiap hari
b. Gejala malam > 2 kali perbulan
3. Moderate persistent:
a. Gejala setiap hari
b. Gejala malam > 1 kali perminggu (diperlukan inhalasi kortikosteroid
penambahan teofilin oral)

2.7 Komplikasi
Sedangkan pada ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi
1) Menurunnya aliran darah ke talipusat dan uterus
2) Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik
3) Menurunnya cardiac output
4) Keguguran
5) Persalinan premature
6) Pertumbuhan janin terhambat

2.8 Penatalaksanaan keperawatan


1) Mencegah timbulnya stress
2) Fisioterapi: Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
3) Orahraga ringan namun sering
4) Menghindari allergen : debu, asap

2.9 Penatalaksanaan medis


a. Dari pemeriksaan fisik didapat penggunaan otot asesori, pulsus paradoxus >
120 mmHg, nadi > 120 kali permenit dan laju pernafasan > 30 kali permenit.
b. analisa gas darah arteri harus didapatkan pada wanita hamil dengan
serangan asma akut.
c. terapi oksigen 3 4 liter/menit dengan nasal cannula
d. Pemberian cairan intra vena yang mengandung glukosa jika pasien tidak
hiperglikemi dapat diberikan.
e. Inhalasi 2 agonis (terbutalin 2 mg) adalah pilihan bronkodilator untuk asma
akut pada wanita hamil seperti terhadap pasien yang tidak hamil. Pemberian
inhalasi dapat diulang sampai 3 kali, dengan jarak 20 30 menit. 2 agonis
subkutan (terbutalin 0,25 mg) dapat diberikan jika pemberian inhalasi tidak
menunjukkan perbaikan.
f. obat local yang berbentuk inhalasi atau peroral seperti isoproterenol
g. Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan kepada pasien asma untuk pengobatan
asma berat selama kehamilan. Walaupun demikian kemungkinan terjadinya efek
yang merugikan harus tetap diperhatikan. pemberian kortikosteroid sistemik yaitu
preeklampsi, prematur, berat badan lahir rendah dan kelainan
h. Antikolinergik
Contoh dari obat ini adalah ipratropium bromide. Walaupun sedikit pengalaman
dengan obat ini, kelihatannya obat ini aman digunakan selama kehamilan.
Ipratropium bromide dapat digunakan pada wanita hamil dengan asma yang tidak
memberikan respon terhadap terapi dengan 2 agonis. Ini karena obat ini
diabsorbsi dengan buruk dengan penggunaan inhalasi dan tidak pernah diketahui
menyebabkan terjadinya kelainan kongenital.
i. Teofilin, infus aminofilin
Kerugian teofilin yaitu :
1) Dapat menimbulkan nausea pada awal kehamilan dan gastroesofageal
refluks pada akhir kehamilan.
2) Dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan dan prematur.
3) Toksis terhadap neonatus melalui plasenta.
j. Bronkodilator
pemberian bronkodilator hirup misalnya isoproterenol yang akan memperlebar
penyempitan saluran udara pada paru-paru. Tetapi obat ini tidak boleh terlalu
sering digunakan
k. Antibiotik
Antibiotik kemungkinan diperlukan untuk pengobatan infeksi oleh bakteri pada
penderita asma selama kehamilan. Penisilin, eritromisin dan sefalosporin aman
digunakan selama kehamilan

2.10 Penanganan Asma Selama Proses Melahirkan


Mereka yang memperlihatkan gejala biasanya hanya memerlukan inhalasi
bronkodilator. Jika respon jelek maka diberikan metil prednisolon intravena. Untuk
penderita yang mendapat kortikosteroid secara reguler atau yang sering
mendapatkannya selama kehamilan, penambahan kortikosteroid parenteral
direkomendasikan untuk stres selama persalinan dan kelahiran yaitu 100 mg
hidrokortison intravena sewaktu mulai persalinan dan diteruskan dengan 100 mg
intravena setiap 8 jam selama 24 jam atau sampai tidak ditemukan komplikasi.
Dianjurkan untuk melanjutkan terapi profilaksis yang biasanya didapat (kromolin,
inhalasi kortikosteroid atau teofilin) selama persalinan. Dari data tersebut tidak ada
peningkatan induksi persalinan, penggunaan forseps atau seksio sesaria darurat
untuk wanita penderita asma. Penderita asma yang sangat berat dianjurkan untuk
operasi elektif pada waktu kontrol asmanya baik.
Prostaglandin E2 aman digunakan untuk induksi persalinan dan kontraksi uterus.
Penggunaan prostglandin F2 didindikasikan untuk perdarahan postpartum tetapi
dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Penggunaannya untuk induksi persalinan dan
menstimulasi kontraksi uterus postpartum harus di hindarkan. Sebagai alternatif,
oksitosin dapat diberikan karena tidak menyebabkan bronkokonstriksi.)

2.11 Perubahan-perubahan hormonal yang terjadi saat kehamilan dan perslinan


1. Progesteron
Yang kadarnya meningkat pada masa kehamilan mempunyai efek langsung
terhadap pusat pernapasan (respiratory center) mentebabkan peningkatan
frekuensi pernapasan (respiratory rate), sehingga menyebabkan hiperventilasi.
Progesteron ju bersifat smooth muscle relaxan terhadap otot-otot polos usus,
genitourinarius, dan diduga pada otot-otot nronkus.
2. Estrogen
Kadarnya mneingkat saat kehamilan, terutama trimester ketiga. Pecora dan kawan-
kawan membuktikan strogen mempunyai efek menurunkan diffusing capacity dari
CO_2 pada paru-paru dan diduga ini terjadi sebagai akibat menngkatnya asam
mukopolisakharida perikapiler.
3. Kortisol
Kadarnya meningkat pada kehamilan, diduga sebagai akibat klirens kortisol yang
menurun, bukan karena sekresinya yang meningkat.
(Anonymous, 2007)

2.12 Pencegahan Agar Tidak Terjadi Serangan Asma Selama Hamil


1) Jangan merokok
2) Kenali faktor pencetus
3) Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari
terjadinya kekurangan oksigen pada janin
4) Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter
5) Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
6) Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan
dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk,
asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
7) Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang.
8) Sering sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.
9) Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat
sehingga tahan terhadap faktor pencetus.

2.13 Pemeriksaan Diagnostik


1) Gas-gas Darah Arteri (GDA)
Pengukuran gas darah menghasilkan penilaian obyektif oksigenasi, ventilasi, dan
status asam basa ibu hamil. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi
dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Foto Thorax
3) Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Subyektif: nama, umur, agama,pendidikan, pekerjaan, suku, alamat.
2. Anamnesa: Alasan datang, keluhan utama.
3. Riwayat menstruasi
4. Riwayat perkawinan: status perkawinan, menikah ke , berapa tahun, usia
menikah.
5. Riwayat obstretic:
6. Riwayat kehamilan sekarang: HPHT , HPL, ANC, kunjungan ANC meliputi
Trimester 1, trimester 2, trimester 3, imunisasi TT, pergerakan janin 24 jam.
7. Riwayat kesehatan:
Pasien dengan riwayat asma yang telah berlangsung sejak lama ditanya sejak
kapan, derajat serangan-serangan sebelumnya.
8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari:
9. Pola istirahat
10. Pola hygien
11. Pola sexualitas
12. Pemeriksaan Fisik
Serangan yang parah dicurigai dari adanya sesak nafas pada waktu istirahat,
kesulitan mengucapkan kalimat, diaforesis atau penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan. Kecepatan respirasi lebih besar dari 30 kali/menit, nadi berdenyut lebih
cepat dari 120 kali/menit
Gejala yang ditemui : wheezing sedang sampai bronkokonstriksi berat.
Bronkospasme akut dapat bergejala obstruksi saluran nafas dan menurunnya aliran
udara. Kerja system pernafasan menjadi meningkat drastis dan pada pasien dapat
dilihat gerakan dada yang tertinggal, wheezing atau kesukaran bernafas. Peristiwa
berikutnya pada refleks oksigen primer terjadi reflek ventilasi perfusi yang tidak
sepadan karena distribusi dari saluran udara (bronchus) secara merata tidak
terjadi.

B. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b/d adanya suara tambahan
NIC : pemantauan pernapasan
NOC : status respirasi
Activity :
Pantau adanya sianosis dan pucat
Pemamtauan pernafasan : auskultasi suara napas
Ajarkan teknik batuk efektif
Ajarkan posisi untuk mengoptinalkan pernafasan
Ajarkan teknik relaksasi

2. Gangguan Perfusi Jaringan b/d penurunan suplai O2


NIC : pemantauan sirkulasi
NOC : perawatan sirkulasi
Activity :
Pantau status cairan
Dorong latihan rentang pergerakan sendi
Hindari trauma kimia

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral


Nic: Pengolaan nutrisi
Noc: Status gizi
Activity:
Ketahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Diskusi dengan ahli gizi
Tawarkan pada pasien makan dalam porsi kecil tapi sering

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kehamilan menyebabkan beberapa perubahan pada sistem pernapasan. Adaptasi
ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan menyediakan kebutuhan ibu
dan janin. Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan
laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.
Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbondioksida.
Asma bronkiale merupakan penyakit paru-paru yang paling sering dijumpai dalam
kehamilan. Biasanya kehamilan tidak mempengaruhi asma bronkiale. Akan tetapi,
serangan asma dapat timbul dalam kehamilan, baik bertambah ataupun berkurang.
Kebanyakan penderita asma tidak mengalami kesulitan selama berlangsungnya
kehamilan, persalinan dan nifas.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya
serangan. Tetapi tidak ada efek yang terlalu merugikan dari asma terhadap
kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin. Perlunya penanganan untuk
menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya asma seperti zat-zat alergi, infeksi
saluran napas dan faktor psikis. Penderita asma selama kehamilan perlu
mendapatkan pengawasan yang baik agar serangan asma tidak timbul atau dapat
berkurang saat kehamilan.

B. Saran
Setelah mahasiswa memahami dan mengerti tentang asuhan keperawatan pada
kehamilan asma, maka mahasiswa diharapkan:
1. Perlunya pengetahuan pada ibu hamil dengan asma tentang faktor-faktor
pencetus timbulnya asma dan menghindarinya secara intensif.
2. Pemilihan penggunaan obat-obat anti asma yang tepat pada saat kehamilan.
3. Ibu hamil dengan asma penting untuk mencegah timbulnya serangan yang
berulang, sehingga perlu menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya asma.
4. Pentingnya penyuluhan mengenai penyakit asma dalam kehamilan pada
penderita dan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Airlangga University Press. Amin, Muhammad dkk. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
Anonimous. 2007. Asma Bronkiale pada Kehamilan. Retrieved from:
http://www.jevuska.com/2007/04/01/asma-bronkiale-pada-kehamilan. 20 MARET
2014
Febrianti, Erlina Mustika. 2008. Asma Bronkial dalam Kehamilan.:
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/asma-bronkial-dalamkehamilan/.
DIASKES PADA September 20 MARET 2014
Varney, Hellen dkk. 2003. Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC
Star, Winifred L. dkk. 2001. Ambulatory Obstetrics. San Fransisco: UCSF Nursing
Press.
R. H. H Nelwan. 1995. Ilmu Penyakit dalam jilid 1 edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI
Khamidah.sity.2013.Askeb asma pada kehamilan.
http://wwwSkebasmadalamkehamilan.html Diaskes pada 21 maret 2014.
Prawirihardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Enter your
SUBMIT
Tags : asuhan keperawatan

Related : askep kehamilan pada penderita asma

askep cidera kepalaBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAngka


kejadian cidera kepala di Indonesia masih cukup tinggi. Penanganan kasus itu tidak
sebatas perlu tindakan operas ...

Askep CombustioLaporan PendahuluanCombustioA. Definisi Luka


bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, bahkan kimia dan radiasi, juga seba ...

askep retinopatiBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang


Pengertian retinopati adalah kelainan pembuluh darah yang menuju ke mata
berupa perdarahan, tidak adekuatnya p ...

Askep Carsinoma ColonBAB IPENDAHULUANA. Latar


BelakangTumor usus halus jarang terjadi sebaliknya tumor usus besar dan rektum
relative umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rectum sekaran ...

askep anosmiaBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSalah satu


penyakit pada indera penciuman yang mengakibatkan gangguan pada pembauan
adalah anosmia. Istilah anosmia berasal dari kosa k ...

Search..
GO
POPULAR POSTS

Askep Hematemesis Melena

modifikasi satria fu road race terbaru

Pathway CHF (gagal jantung kongestif)

Pathway CKD (gagal ginjal kronik)

askep SLE (Systemic Lupus Erithematosus)

Askep DSS (DENGUE SHOCK SYNDROME)


Rumah Makan Di Pati Yang Wajib Anda Kunjungi

STATS

430,536
WDCFAWQAFWEF

Powered by Blogger.
LABEL

asuhan keperawatan (62)modif (14)Pathway (45)viral (16)


About / Sitemap / Contact / Privacy / DisclaimerSpeed Up Template

You might also like