You are on page 1of 72

BAB I

Bahan, Alat Dan K3 Kerja Batu

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu :


1. Mengenalkan bahan dan alat yang dipergunakan praktek batu
2. Menjelaskan bahan dan alat yang dipergunakan praktek batu
3. Mengenalkan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) dipergunakan praktek batu

1.1. Bahan Praktek Batu


Dalam praktek batu mahasiswa disediakan bahan-bahan antara lain :
1. Batu Bata
2. Pasir
3. Kapur
4. Keramik dinding 20 x 25
5. Keramik lantai 30 x 30

1. Batu Bata
Batu bata disebut juga bata merah. Bata merahdibuat dari tanah liat / tanah
lempung diaduk dan dicampur dengan air, sehingga menjadi campuran yang rata dan
kental (pulen), dicetak, dikeringkan kemudian dibakar.
Di Indonesia ukuran batu bata belum ada ukuran yang pasti (standart) walaupun demikian
ada persyaratan mutlak
Panjang bata = 2x lebar bata + Siar (tebal lapisan perakat vertical)
Lebar bata = 2x lebar bata + Siar (tebal lapisan perakat horisontal)
Tebal bata = (lebar bata siar)
Selain diatas ada yang menentukan ukuran batu bata dengan mengambil terlebih
dahulu ketentuan tebalnya bata.
Contoh:
Tebal bata (t) = 5,5 cm
Lebar bata = (2 x 5,5) + 1 cm = 12 cm
Panjang bata = (2 x 12) + 1 cm = 25 cm
Batu bata yang dibuat di perusahaan besar / pabrik yang menggunakan tenaga mesin terdiri
dari macam macam ukuran, yaitu :
a. Bata utuh
b. panjang bata
c. panjang bata
d. panjang bata
e. lebar bata dengan panjang utuh

Catatan :
Panjang pola = bujur = b, panjangnya 23 25 cm
Lebar bata = kepala = k, lebarnya 11 -12 cm
Tebal bata = 5 5,5 cm
Cirri cirri bata yang baik :
1. Permukaan kasar
2. Warnanya merah seragam (merata)
3. Jika dipukul bunyinya nyaring
4. Tidak mudah hancur atau patah
Batu bata dapat dibagi atas tiga tingkat seperti berikut :
1. Batu bata mutu tingkat I : dengan kuat tekan rata rata lebih besar dari
100 kg/cm dengan ukuran sama tanpa penyimpangan.
2. Batu bata mutu tingkat II: dengan kuat tekan rata rata antara 80 100
kg/ cm dengan ukuran menyimpang 10%.
3. Batu bata mutu tingkat III: dengan kuat tekan rata rata antara 60 80
kg/ cm dengan ukuran menyimpang 20%.

2. Pasir
Pasir adalah batuan halus, terdiri dari batuan dengan ukuran 0,14 5 mm, didapat
dari hasil desintegrasi batuan alam (natural sand) atau dengan memecah (artificial sand).
Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton. Maka agregat halus harus diperiksa
secara lapangan. Hal hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan pasir adalah :
a. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering apabila kadar lumpur melampaui 5% maka harus
dicuci)
b. Pasir terdiri dari butir-butir tajam dank eras. Agregat halus harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
c. Pasir tidak boleh mengandung organic terlalu banyak, hal tersebut dapat
diamati dari warna pasir.
d. Pasir yang berasal dari laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus
untuk semua adukan spesi dan beton.

3. Kapur
Kapur diproduksi dengan cara membakar batu kapur atau cangkang kerang
(kalsium karbonat) dalam tungku untuk menghilangkan karbondioksida dan menyisakan
kapur tohor (kalsium oksida).
Kapur tohor ini kemudian diberi air dengan membiarkannya menyerap air sebanyak
yang dapat dilakukannya,yang menyebabkan pembentukan kalsium hidroksida, yang
disebut juga kapur padam atau kapur terhidrasi. Proses pengairan yang melepaskan panas
dalam jumlah yang banyak, biasanya dilakukan di pabrik. Kapur hidrasi ini selanjutnya
dikeringkan, digiling dan dikemas untuk dikirim.
Sifat umum kapur, sebagai berikut :
1. Kekuatan rendah
2. Berat jenis rata-rata 100 kg/cm
3. Beralat Hidrolik
4. Tidak menunjukkan pelapukan
5. Dapat terbawa arus
Penggunaannya antara lain untuk adukan tembok, lapisan bawah plesteran,
plesteran akhir, bahan pencampur semen dan sebagai bahan tambahan untuk beton ekspos.

4. Keramik
Keramik adalah bahan penutup (finishing) lantai yang berbahan dari tanah liat yang
telah mengalami proses pembakaran. Tujuan pemasangan keramik :
a. Sebagai penutup lantai
b. Menambah kekuatan lantai
c. Mempermudah pemeliharaan dan kebersihan lantai
d. Serta mendekorasi ruangan dan kebersihan lantai
e. Memberikan afek / atmosfer tertentu pada ruangan tergantung jenis / cetak yang
dipilih
Dalam kaitan dengan mutu keramik dikenal istilah KW 1, KW 2, KW 3, artinya
dalam satu kotak keramik KW 1 berisi keramik kualitas paling baik dan nol kerusakan atau
tidak ada yang cacat (reject), sedangkan KW berikutnya kualitas lebih rendah, seperti
warna tidak sama persis, ukuran berselisih satu dengan yang lainnya berkisar 1 1,5 mm.
Sifat keramik
a. Mudah pecah
b. Tahan suhu tinggi
c. Kekuatan tekan tinggi

Kelebihan keramik
a.Kaya akan ragam jenis, corak, tekstur, harga, dan bahan pembentuk
(granit,marmer)
b. Kekuatan fisik tinggi (lebih tinggi dari parket), warna tahan sangat lama, mudah
membersihkannya
c.Permukaannya anti air (daya serap airnya kecil)
d. Tahan terhadap goresan pisau dan juga tahan panas (api)

1.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu :

1. Mengenalkan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) dipergunakan praktek batu


2. Menjelaskan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) dipergunakan praktek batu

Peralatan utama pekerjaan tukang batu dibagi atas:

2.1. Alat untuk pekerjan pemasangan fondasi atau dinding :

a. Sendok adukan:

Sendok digunakan untuk meletakan adukan pada deretan batu yang


akn dipasang, dari berbagai jenis yang ada, yang paling sering
digunakan adalah sendok seperti tergambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Sendok adukan

b. Palu pemotong
Kadang kala, ukuran batu perlu disesuaikan dengan ruang yang
tersedia, karenanya batu perlu dipotong dengan bantuan palu. Ada
dua jenis palu yang sering digunakan, seperti tergambar di bawah
ini:
Gambar 2.2 Palu pemotong batu Gambar 2.3 Palu pemecah batu belah
bata

c. Pahat Batu

Digunakan untuk membantu membelah batu yang keras atau


membersihkan bekas adukan pada dinding.

Gambar 2.4 Pahat batu

d. Sikat Adukan

Bekas adukan yang menempel pada dinding bata terlebih dahulu disikat
agar pekerjaan plesteran dapat memperoleh hasil yang baik dan rapih.
Gambar 2.5 Sikat adukan

e. Trowel:

Jika pasangan bata sudah terpasang rapi, maka alur adukan (nat)

diratakan dengan bantuan trowel seperti tergambar di bawah ini:

Gambar 2.6 Trowel

2.2. Alat untuk pekerjaan plesteran dan pengakhiran :


a. Sendok adukan:

Seperti halnya dengan pekerjaan pemasangan bata, maka dinding


dilapisi dengan adukan dengan mengunakan sendok adukan
Gambar 2.7 Sendok adukan

b. Trowel Perata plesteran

Selanjutnya untuk meratakan plesteran digunakan trowel yang lebih


besar, biasanya terbuat dari kayu.

Gambar 2.8 Trowel perata plesteran

c. Trowel finishing

Setelah pekerjaan plesteran selesai, dinding dipehalus dengan acian,


yang umumnya berbentuk seperti di bawah ini:
Untuk bagian tengah Untuk bagian sudut

Gambar 2.9 Trowel finishing

2.3. Alat pekerjaan beton :

a. Pengaduk dan pencampur beton

Pada lingkup pekerjaan yang cukup luas, beton dituangkan dengan


bantuan sekop atau sejenis pacul kecil.
Sekop Pacul pengaduk

Gambar 2.10 Alat pengaduk dan pencampur beton

b. Sen t

Sendok beton yang digunakan sama dengan sendok adukan yang


digunakan untuk pemasangan bata atau plesteran.

c. Trowel

Untuk trowel dapat menggunakan trowel yang sama dengan yang


digunakan untuk meratakan plesteran tapi dapat juga menggunakan
trowel mekanik, jika areal pengecoran betonnya cukup luas.

Gambar 2.11 Trowel mekanik


d. Sapu atau Screed beton

Untuk membuat permukaan beton tidak licin, maka digunakan sapu atau
sikat (yang dilakukan secara manual) atau menggunakan mesin screed.
Gambar 2.12 Sapu beton Gambar 2.13 Sikat beton

2.4. Alat pekerjaan pemasangan lantai (ubin)

a. Trowel bergerigi

Untuk memperoleh permukaan yang rata, apalagi jika digunakan sejenis


mortar khusus untuk perekat ubin, maka jenis yang sering digunakan
seperti tergambar di bawah ini:

Gambar 2.14 Trowel bergerigi

b. Alat pemotong keramik

Untuk ubin yang perlu dipotong, maka digunakan berbagai alat:


Kakatua Alat pemotong manual Alat pemotong mekanik

Gambar 2.15 Alat pemotong keramik


c. Pengisi celah

Setelah ubin terpasang, maka celah di antara ubin diisi dengan cairan
semen yang diratakan dengan menggunakan kape:

Gambar 2.16 Kape

Kape dapat juga digunakan untuk melapisi acian dengan plamur,


sebelum dinding dilapisi dengan cat tembok.
BAB III

ALAT BANTU KERJA BATU

Pada dasarnya alat bantu kerja batu yang dimaksud fungsinya untuk
membantu dan memperlancar penyelesaian kerja batu, sehingga produktivitas
kerja dapat meningkat.

Beberapa alat bantu yang umum digunakan dalam pekerjaan batu, di antaranya :

3.1. Saringan Pasir

Kadang kala ukuran butiran pasir terlalu kasar atau mengandung batuan,
sehingga tidak baik untuk digunakan untuk pelsteran. Oleh karenanya, pasir
terlebih dahulu harus diayak/disaring.

Gambar 3.1 Saringan pasir

3.2. Beton Molen


Untuk mebuat adukan, baik untuk keperluan pasangan maupun plesteran,
pasir dan semen diaduk sampui merata menurut campuran tertentu dengan
menggunakan cangkul atau pengaduk beton.

Gambar 3.2 Beton molen


3.3. Gerobag Adukan

Dari tempat pencampuran adukan dibawa ke tempat pekerjaan atau


ketempat asukan dengan menggunakan gerobag.

Gambar 3.3 Gerobag adukan

3.4. Bak adukan

Agar adukan yang sudah disiapkan tidak tercecer ke mana-mana, makan


ditempatkan dalam kotak adukan, yang dari situ diangkut ke tampat
pekerjaan.

Gambar 3.4 Bak adukan


3.5. Ember adukan

Dari bak adukan adukan biasanya diangkut ke tempat pekerjaan dengan


menggunakan ember yang terbuat dari bahan karet atau plastik.

Gambar 3.5 Ember adukan


3.6. Tempat adukan:

Untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan adukan yang akan digunakan


diletakkan pada sebuah tempat yang dipegang pada tangan sebelahnya.

Gambar 3.6 Tempat adukan


BAB IV
PERALATAN PENUNJANG

Dalam pekerjaan batu, selain peralatan utama dan peralatan bantu


kadangkala dibutuhkan peralatan lainnya yang disebut peralatan pendukung atau
penunjang. Peralatan penunjang yang dimaksud diantaranya : unting-unting,
penyipat dan benang, meteran, waterpass, alat siku, dan alat gores.

4.1. Unting-Unting

Digunakan untuk memastikan dinding lurus


Gambar 4.1 Unting-unting

4.2 Penyipat dan benang

Untuk memberi marka pada tempat di mana mau dipasang dinding, maka
pada lantai kerja diberi tanda (sipat) agar pasangan batu dapat lurus dan
siku. Selanjutnya dengan bantuan benang, pasangan bata diletakkan lapis
demi lapis.
Gambar 4.2 Alat penyipat Gambar 4.3 Benang

4.3. Alat Siku

Alat siku berfungsi untuk memeriksa apakah permukaan-permukaan benda


kerja satu sama lain dalam keadaan siku, selain itu juga digunakan untuk
menarik garis-garis bersudut siku terhadap suatu sisi pasangan bata yang
sudah lurus.

Beberapa jenis alat siku yang ada antara lain :

a. Siku silang

Pegangan Siku silang dibuat dari kayu atau plastik ataupun baja,
sedangkan daunnya terbuat dari baja berkualitas tinggi. Ukuran siku
silang didasarkan pada ukuran panjang daun dan berkisar antara 100
mm hingga 300 mm.

Gambar 4.4 Siku silang

Cara untuk memeriksa ketetapan sebuah siku silang :

- Siku silang dipasangkan pada sebuah sisi yang lurus dan tarik
sebuah garis

- Siku silang dibalik dan sebuah garis lain ditarik sedekat mungkin
pada garis yang pertama.

- Jika kedua garis sejajar satu sama lain, siku silang pada kondisi

baik dan akurat.


Gambar 4.5 Cara mengecek siku silang

b. Siku-perempat

Siku-perempat digunakan untuk menarik dan menguji garis-garis


bersudut 450 terhadap suatu sisi yang lurus.

Ukuran siku-perempat berkisar antara 200 mm hingga 350 mm.


Gambar 4.6 Siku perempat

4.4. Alat Penggores

Alat penggores keramik secara umum digunakan untuk menarik garis-garis


yang dikehendaki, baik untuk menandai lebar atau yang lainnya.

a. Pisau gores

Pisau gores digunakan untuk menarik garis-garis yang melintasi keramik


yang ingin dipotong. Garis yang terbentuk merupakan garis yang
permanen yang mengggerus lapisan luar keramik. Daun pisau gores
dibuat dari baja berkualitas tinggi, sedangkan pegangannya terbuat dari
kayu.
Gaambar 4.7 Pisau penggores

b. Perusut (Alat gores)

Alat penggores keramik digunakan untuk membuat garis-garis yang


sejajar dengan suatu sisi atau suatu permukaan, menandai ukuran-
ukuran lebar dikehendaki.
Gambar 4.8 Perusut

4.5. Alat Ukur

Untuk mengukur ketabalan, tebal atau panjang dinding digunakan alat


pengukur yang umumnya disebut meteran.

Beberapa contoh alat ukur (meteran) yang sering digunakan dilapangan


terlihat seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.9 Macam-macam alat ukur

4.6. Water pass


Water pass digunakan untuk memastikan bahwa pasangan bata atau lantai
berada pada kondisi lurus, atau memenuhi kemiringan tertentu. Alat ini
dapat digunakan pada posisi horizontal maupun vertikal. Pada posisi
vertikal, biasanya diuji ulang dengan menggunakan unting-unting.

Gambar 4.10 Water pass


BAB II

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Penerapan prinsip K3 dalam praktek batu maupun suatu proyek sangat

perlu diperhatikan terutama pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi

(Mahasiswa) harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai

ketentuan K3 dilingkungan praktek maupun proyek.

A. Penyusunan Safety Plan


Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang

bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan

dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi,

Safety Plan berisi :


Pembukaan yang berisi : gambaran proyek dari pokok perhatian

untuk kegiatan K3
Resiko kecelakaan dan pencegahannya
Tata cara pengoprasian peralatan
Alamat instansi terkait : Polisi, depnaker, dinas pemadam

kabakaran, rumah sakit


B. Perlengkapan dan Peralatan

34
Sarana peralatan yang melakat pada orang atau disebut peralatan

perlindungan diri (personal protective equipment), diantaranya :


Perlindungan mata dan wajah
1. Kacamata safety : alat yang digunakan sebagai pelindung

mata. Kaca safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan

panas.
2. Google : memberikan perlindungan lebih baik

dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada

wajah.
3. Helm pengelas : memberikan perlindungan wajah dan mata

menggunakan lensa penahan khusus yang menyaring

intensitas cahaya serta energy panas


4. Pelindung wajah : memberikan perlindungan pada wajah

dari percikan bahan kimia, obyek yang beterbangan atau

cairan besi
Perlindungan pendengaran
Jenis yang paling banyak digunakan foam earplugs, PVC

earplugs, earmuffs.
Perlindungan kepala atau helm
Penahan guncangan, melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan

bahu dari percikan, tumpahan dan tetesan beberapa dirancang

dari bahan anti sengatan listrik


Perlindungan kaki : berupa sepatu dan sepatu boat
1. PVC boot : sepatu yang melindungi dari lembab dan

membantu berjalan di tempat becek


2. Vinyl boots : sepatu yang tahan terhadap lemak hewan,

larutan kimia, asam alkali, garam, air, dan darah


Perlindungan tangan
1. Metal mesh : sarung tangan tahan terhadap ujung benda

tajam

35
2. Leather gloves : melindungi tangan dari permukaan kasar
3. Pedded coth gloves : meindungi tangan dari sisi yang

tajam, bergelombang dan kotor


4. Heat Resistant gloves : melindungi tangan dari panas dan

api

Namun dalam pelaksanaannya, mahasiswa polinema hanya

menggunakan 2 item pelindung saja, yaitu sepatu boots dan helm. Tetapi

ada juga yang membawa sarung tangan sendiri, bahkan ada juga yang

tidak menggunakan pelindung sama sekali.

C. Sarana Perlengkapan Lingkungan berupa :


Tabung pemadam kebakaran
Tangga
Peralatan K3
D. Rambu Rambu Peringatan, antara lain dengan fungsi :
Peringatan bahaya dari atas
Peringatan bahaya benturan kepala
Peringatan bahaya longsoran
Peringatan bahaya api
Peringatan sengatan listrik
Peringatan memasuki area proyek
Peringatan menggunakan alat safety
Dilarang bermain di area proyek
Pengunjjung harus melapor bila masuk area proyek

36
SIMBOL/TANDA KEWAJIBAN (MANDATORY SIGN)

Gambar 2.1 Simbol K3

37
BAB III
KERJA PRAKTEK BATU

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mampu :

1. Mengenalkan kerja praktek batu


2. Menjelaskan kerja praktek batu
3. Melaksanakan kerja praktek batu

38
KERJA PRAKTEK BATU

Mahasiswa dibentuk kelompok yang terdiri 2 orang. Dengan posisi kelompok

ditentukan sebagai berikut:


1 3 1 1
3 5
2 4 1 1
4 6

5 7 1 1
7 9
6 8 1 2
8 0
9 1 2 2
1 1 3
1 1 2 2
0 2 2 4
0
Gambar 3.1 Denah Posisi kelompok

Setelah menyiapkan lokasi kerja mahasiswa menyiapkan bahan-bahan : batu

bata , kapur , pasir,. Alat-alat yang dibutuhkan juga dibawa dilokasi kerja. Selain itu

lokasi kerja harus dibersikan.

2. Menyiapkan adukan

Untuk menyiapkan adukan spesi. Mahasiswa harus menyiapkan pasir yang

sudah diayak, kapur dan air. Adukan yang digunakan uantuk pasang dinding bata

adalah 1kp : 4 psr perbandingan ini hanya digunakan dalam praktek saja karena bila

telah selesai praktek mudah dibongkar namun dal;am pekerjaan kontruksi sebenarnya

biasanya 1 Pc : 3 Psr untuk pasangan trasraam dan 1 Pc : 6 Psr untuk pasangan

dinding biasa. Adukan ini harus diaduk merata di bak spesi.

39
Dalam pembuatan adukan ini hendaknya jangan terlalu encer dan jangan

terlalu kering, lebih baik yang cukup pulen agar batu bata mudah lengket dan tidak

mudah lepas. Kapur Pc berfungsi sebagai bahan pengikat sedangkan pasir sebagai

bahan pengisi setiap lapisan apabila bata akan disusun mengunakan spesi tebalnya

0.8-1.5cm dan pada umumnya 1cm atau sebesar jari kelingking.

3. Pemasangan Rollag

Rollag dalam kerja praktek batu ini adalah pasangan batu bata yang dipasang

berjajar tegak. Pasangan ini berguna untuk landasan bawah yang dapat meratakan

beban dinding diatasnya. Mahasiswa disuruh membuat pasangan rollag dengan

panjang 6 bata. Berikut ini langkah kerja membuat rollag :

1. Siapkan adukan spasi dengan campuran 1 Kp : 4 Psr


2. Basahi dulu bata dengan air
3. Pasang batu bata secara melintang diatas lantai dengan menggunakan spesi

dengan ketebalan 1cm

4. Ukur kedataran ke-2n permukaan batu bata dengan menggunakan waterpass

dan tongkat alumunium

5. Pasang line bobyn pada ke-2 ujung pasangan dengan keadaan benang regang (

lurus )

40
6. Pasang batu bata dengan adukan selurus dan sedatar benang dengan siar/nat

( jarak antara ) setebal 1cm. Sampai pasangan rollag penuh.

7. Setelah penuh berisikan pasangan dan tempat sekelilingnya

4. Pemasangan Tembok Ikatan Setengah Bola

Pada bangunan yang memerlukan luas tembok kurang dari 12 m2 dapat dilakukan

tanpa menggunakan kolom beton praktis, tetapi menggunakan pilar bata. Sebagai

contoh bangunan gardu, ronda, kamar kecil yang terpisah dengan bangunan lain dan

mempunyai ukuran cukup kecil. Pada pasangan batu bata ada bermacam-macam

bentuk, antara lain :

1. Pasangan setengah bata lurus


2. Pasangan setengah bata siku
3. Pasangan setengah bata bentuk T
4. Pasangan setengah bata bentuk silang

Langkah kerja :

1. Siapkan dan bersihkan tempat pekerjaan


2. Siapkan alat-alat dan letakkan pada tempat yang aman dan mudah dijangkau

41
3. Siapkan batu bata dan spesi

4. Pasang bata kepala diisi samping dan pertemian siku pasangan, cek tebal spesi

dengan tongkat ukur pula kedartarannya dengan waterpass

5. Pasang line bobbyn dengan rentangan benang tegang, dan hamparkan adukan

pada alas lantai dengan rata kemudian pasang batu bata lurus benang kepala

6. cek setiap lapisan dengan waterpass sisi tegaknya dan sisi datarnya.

7. Pasang kembali bata kepala diatas pasangan yang telah selesai, cek tabel spesi

dan datarnya dengan waterpass

8. Letakkan kembali line bobbyn untuk membuat lapisan selanjutnya

9. Cek setiap lapisan tegak, datar dan tebal spesinya hingga diperoleh lapis yang

baik

10. Ulangi langkah 7 sampai 9 hingga lapisan terakhir

11. Setelah selesai bersihkan pasangan dan tempat sekelilingnya

5. Pekerjaan Plesteran

Plesteran adalah suatu lapisan sebagai penutup permukaan dinding baik luar /

dalam bangunan dan pasangan bata merah atau batu cetak, yang berfungsi sebagai

42
perata permukaan, memperoleh keindahan dan memperkedap dinding. Di dalam

pelaksanaannya. Pekerjaan plesteran dibagi atas lapis utama yaitu :

1. Lapisan pertama yang disebut komprotan dengan tebal 3 mm dari campuran

semen pasir yang encer dan fungsi untuk menyeragamkan permukaan dinding,

peletakan badan plesteran dan merenungi mengurangi penyusutan.


2. Lapis kedua yang disebut badan plesteran setebal 6-10 mm, dari campuran

semen pasir yang plastis berfungsi untuk mengatur kerataan permukaan

dinding.
3. Lapis ketiga yang disebut acian setebal 2 mm, dari pasta semen (dapat juga

ditambahkan pasir halus) dan berfungsi mengurangi penyusutan.

I. Lingkup Pekerjaan
Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding ini adalah penyedian tenaga

kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut

diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga dapat dicapai

hasil pekerjaan yang bermutu baik.


Pekerjaan plesteran dinding pada permukaan dinding bagian luar.

II. Persyaratan Bahan


Adukan 2 Kp : 2 Psr dipakai untuk plesteran dinding ini adalah penyediaan

tenaga kerja, bahan-bahan peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat angkut

diperlukan untuk seluruh plesteran daerah lembab


Adukan 1 Kp : 4 Psr dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya
Seluruh permukaan plesteran definisi acian dan bahan kapur

43
Membuat plesteran adalah melapisi pasangan batu bata, baik pasangan batu

kali maupunbatu cetak agar permukaan tidak mudah rusak, rapid dan bersih.

Tahapan pelaksanaan plesteran dinding :

1. Dinding yang akan diplesteran harus dibasahi dulu


2. Membuat adukan untuk plesteran seperti adukan untuk batu bata
3. Membuat kepala plesteran dibeberapa tempat dengan jarak 1-1.5 m antar

satu dengan yang lainnya dan diratakan memakai bilah/ tongkat perata.

6. Pekerjaan Mengaci

Pekerjaan mengaci pada plesteran tembok merupakan pekerjaan menutup

pori-pori yang terdapat pada lesteran dengan pasta adukan. Pengerjaan acian ini dapat

sebagai penutup pori-pori plesteran bagian luar/dalam atau kedua-keduanya. Fungsi

acian adalah :

1. Menghaluskan permukaan plesteran agar kelihatan lebih rapi


2. Menutup lubang pori-pori plesteran sehingga permukaan plesteran mudah

diplamir atau dicat


3. Meperindah penampilan

Pasta adukan acian terdiri dari campuran bahan-bahan seperti disebut diatas

sebelum dibuat dan digunakan perlu diadakan penyaringan terlebih dahulu. Mengaci

bidang rata pasta umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Mengaci plesteran bidang rata vertikal


2. Mengaci plesteran bidang rata horizontal

Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam pekerjaan mengaci plesteran terletak

pada konsistensi hasil kehalusan bidang yang diaci. Hal ini disebabkan butiran-

butiran plesteran kebanyakan tidak homogeny bahkan kadang-kadang terlalu besar.

44
Sebelum pekerjaan mengaci, permukaan yang diaci harus bersih dari kotoran. Diawal

pekerjaan acian pasangan tembok harus dibasahi dahulu, terutama pada plesteran

pasangan tembok yang bata-batanya mempunyai pengisapan tinggi. Pembahasan

dilakukan dengan memakai kuas/sikat agar debu dan kotoran yang menempel dapat

terlepas sehingga pasta adukan untuk acian dapat melekat dengan baik pada plesteran.

Retak-retak pada permukaan plesteran yang diaci harus dihindarkan

semaksimal mungkin. Retak-retak pada plesteran antara lain disebabkan oleh

campuran pasta adukan tidak merata, adukan pasta terlalu plastis, terlalu banyak

bahan yang halus, perbedaan ketebalan acian yang besar, perbedaan penyerapan air

oleh plesteran, pengerinagn terlalu cepat.

Setelah permukaan plesteran basah kemudian diberi lapisan dengan ketebalan

kurang lebih 2-3 mm. Kemudian digosok-gosokan dengan memutar memakai ruskam

disertai dengan tekanan yang agak kuat. Untuk memudahkan pekerjaan, lapisan pasta

adukan diulaskan pada permukaan sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tidak dapat

kering sewaktu dikerjakan.

Acian yang baru selesai harus dipelihara dan dilindungi dari pengaruh sinar

matahari dan hujan. Hal ini dimaksudkan agar pengeringan dan pengerasan tidak

terlalu cepat yang dapat mengakibatkan retak.

Alat-alat yang digunakan :

Cetok
Ember
Ayakan 0,59 mm
Ruskam besi

45
Kotak campuran pasta

Bahan yang digunakan

Kapur
Air

Langkah Kerja

Siapkan alat dan bahan


Masing-masing bahan yang digunakan untuk membuat adukan pasta

disaring dengan saringan 0,59 mm secukupnya.


Tempatkan bahan secara berlapis-lapis pada kotak pencampuran yang

telah disediakan
Campur dengan menggunakan cetak pada butir hingga menghasilkan

adukan pasta kering yang mempunyai warna homogeny


Simpan campuran yang telah jadi dan siap digunakan

Membuat dinding yang baik

Kuat tekan penutup dinding ( seperti plesteran dan acian ) harus lebih rendah atau

paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material

pembentuk dinding (seperti bata) untuk mencegah terjadinya keretakan.

7. Pemasangan keramik

Seorang enginer dituntut untuk biasa dan terbiasa membuat dokumen teknik,

salah satunya adalah user manual yang akan memudahkan orang lain mengerjakan

sesuatu. Dengan user manual, orang yang tidak bisa menjadi bisa sehingga

mahasiswa dituntut dapat memasang keramik dengan baik.

Berikut teknik memasang keramik :

Alat alat

46
1. Waterpass
2. Benang
3. Kotak spesi
4. Ember
5. Cangkul
Bahan
1. Pasir
2. Kapur
3. Keramik
4. Air

Langkah langkah
Langkah langkah pemasangan keramik pada dinding adalah sebagai

berikut :
1. Ambil tegak lurus dinding dengan waterpass pada tiap-tiap sudut

tembok.
2. Tarik benang yang tegak lurus dari sisi bawah ke sisi atas dan dari sisi

kiri ke sisi kanan yang siku satu dengan yang lainnya.


3. Ambil spesi dengan seok spesi, kemudian tempelkan pada permukaan

dinding dengan menarik dari bawah ke atas dengan ketebalan 5-6 mm.
4. Ambil keramik dan tempelkan pada spesi tadi yang mana dua buah

sisinya sejajar benang dan serata benang.


5. Ambil dua buah paku atau lidi tancapkan pada pinggir sisi sebelah atas

keramik pertama
6. Ambil sebuah keramik lagi dan tempelkan di atas keramik yang

pertama tadi.
7. Ambil spesi dengan sendok spesi, tempelan pada permukaan dinding

sebelah atas dari keramik yang telah dipasang tadi


8. Lakukan sampai selesei

Langkah langkah pemasangan keramik pada lantai adalah sebagai

berikut :

47
1. Periksalah lokasi dimana keramik akan dipasang, kalau dasar

pemasangan bergelombang, maka perlu uruk dengan selapis pasir,

diratakan, dan dipadatkan.


2. Tentukan pedoman ketinggian lantai yang akan dibuat dengan jalan

meletakkan keramik pertama tepat di bawah daun pintu dengan jarak 3

mm dari bawah daun pintu itu, dan jaraknya 20,5 cm dari dinding di

sampingnya.
3. Kemudian pasang sebuah keramik lagi di sudut yang sejajar dengan

letak keramik pertama, jaraknya harus sama dengan keramik yang

pertama tadi terhadap dinding di sampingnya, dan keramik yang kedua

di pasang sedikit lebih tinggi dari keramik pertama kira-kira 3 mm ,

guna untuk memudahkan mengeringkan lantai kalau ada air yang

tertumpah di atasnya.
4. Gantungkan line bobbyn pada kedua keramik itu, kemudian pasang

keramik sepenuh jalur keramik pertama dengan keramik yng kedua

itu, apabila pemasangan keramik yang kedua tidak tepat maka kepala

keramik yang kedua dibongkar dan pasang kembali.


5. Pasang keramik yang ketiga siku terhadap dari keramik pertama dan

kedua dengan menggunakan plat siku dan begitu juga dengan keramik

yang keempat.
6. Pasang line bobbyn dan lakukan pemasangan keramik sepanjang jalur

keramik kedua dan ketiga, kalau keramik yang ketiga tidak tepat maka

keramik yang ketiga dibongkar dahulu kemudian dilanjutkan

pemasangannya.
7. Pemasangan keramik hendaklah dimulai sepanjang jalur keramik

pertama dan kedua dengan memenuhkan jalur keramik kedua dan

48
ketiga dan pemasangannya mundur kearah pintu, sehingga keramik

yang sudah terpasang tidak terinjak lagi.


8. Untuk pemasangan keramik yag membutuhkan keramik potongan,

maka satu persatu diukur panjangnya menurut kebutuhan, kemudian

baru dilakukan pemotongannya.

Pekerjaan Dinding Bata

Spesifikasi Pekerjaan Dinding Bata

Pekerjaan dinding bata merupakan pekerjaan kunci utama dari

semua pekerjaan bangunan maupun pekerjaan tambahan, untuk itu

haruslah dikerjakan dengan sistematis dan cermat.

Jika hasil pekerjaan dinding ini tidak bagus maka akan

berdampak buruk terhadap sebagian besar pekerjaan finishing

lainnya.

Contoh :

- Jika dinding miring maka plafond, pintu dan jendela tidak bisa

terpasang dengan baik (miring juga).

- Jika posisi dinding tidak sesuai gambar, maka lantai (keramik)

tidak bisa terpasang dengan baik (tidak lurus dan siku).

49
Perhatian dan pengawasan sangat penting dalam pelaksanaan

pekerjaan dinding, karena pekerjaan ini menggunakan bahan

dalam jumlah yang banyak serta melibatkan tenaga kerja yang

banyak juga. Manajemen bahan dan tenaga yang baik sangat

berpengaruh sekali terhadap hasil pekerjaan ini.

Hasil pekerjaan dinding ini sangatlah kasat mata, untuk itu

pengawasan terhadap mutu pekerjaan juga harus diperhatikan,

yaitu dengan cara melaksanakan checklist secara bertahap untuk

setiap item pekerjaan dinding sehingga hasil akhir pekerjaan

sesuai dengan spesifikasi atau menjadi lebih baik.

Dari pengalaman , beberapa cacat pekerjaan yang sering ditemui

pada pekerjaan dinding bata :

a. Material tidak terkontrol.

Pengadaan dan penempatan material tidak diatur dengan baik

sehingga di stock yard / lokasi pekerjaan banyak terdapat

material terbuang (waste).

b. Dinding tidak vertikal (miring).

c. Tebal dinding tidak sama.

d. Sudutan / dinding pertemuan tidak siku.

50
e. Permukaan dinding tidak rata (gelombang).

f. Dinding / acian retak.

Gambar. 3.1 Kesalahan-Kesalahan Pemasangan Bata

Dari pengalaman tersebut, dicoba untuk mengembangkan cara

pelaksanaan yang lebih baik dan cermat untuk mengurangi /

meminimalkan cacat pekerjaan yang mungkin terjadi.

Bahan yang dibutuhkan :

51
- Batu Bata, Standar (SNI-10) dan PUBB 1970 (SNI-3), ukuran

5x11x22cm

- Pasir Pasang

- Portland Semen

- Besi Beton

- Air Aduk

Alat yang dibutuhkan :

- Material Hoist (alat angkat)

- Concrete Mixer

- Waterpass

- Benang

- Jidar Aluminium

- Unting-unting

- Meteran

- Sendok Adukan

Produktifitas Tenaga Kerja :

- Pas. Bata : 1 tukang = 15 m / hari

- Plesteran : 1 tukang = 0.125 m / hari

- Acian : 1 tukang = 0.0625 m / hari

52
Pekerjaan Persiapan.

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan pokok, maka

sebelumnya perlu dilaksanakan persiapan - persiapan yang memadai,

meliputi :

a. Persiapan lahan, bahan dan peralatan yang digunakan.

b. Persiapkan jalan kerja untuk transporatasi material.

c. Pengaturan penempatan bahan dan peralatan bantu.

d. Gambar kerja yang sudah disetujui Konsultan.

e. Urutan pelaksanaan (sequen) pekerjaan.

Pengadaan dan Mobilisasi Bahan dan Alat

Bantu.

Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan merupakan pekerjaan yang

perlu penanganan khusus sehingga memerlukan perhatian dalam

pengaturan lahan dan bahan yang dipergunakan sehingga dapat

menunjang kelancaran pekerjaan.

Hal hal yang harus diperhatikan :

a. Setiap material yang datang, dilakukan inspeksi dan tes.

b. Material yang diterima ditempatkan pada lokasi yang telah

ditentukan di stock yard (diberi identifikasi tanda (+) ),

sedangkan material yang ditolak langsung dikeluarkan dari

53
lapangan, atau ditempatkan tersendiri dengan diberi identifkasi

tanda (-).

c. Pengangkutan material dari stock yard ke lokasi pekerjaan

menggunakan Lift Material, material bata / pasir dimasukkan

gerobak dorong.

Pekerjaan Bata

Pekerjaan bata bisa dimulai setelah pekerjaan struktur (beton)

selesai. Sebelum memulai pekerjaan, bersihkan lokasi pekerjaan

yang akan dikerjakan dari kotoran, sisa beton, dan lain-lain.

a. Marking center line pasangan bata di setiap ruangan / lantai

beton (marking awal).

b. Marking posisi pasangan bata setebal bata (dua garis).

c. Buat marking pinjaman sejauh 50 cm dari posisi dinding bata

dua sisi.

d. Pasang batang profil kayu/besi untuk acuan pada kedua sisi

pasangan bata yang akan dipasang.

e. Cek verticality kayu acuan dengan pendulum (unting-unting).

f. Pasang benang secara horizontal dari acuan ke acuan untuk

setiap 2 lapis bata.

g. Pasang tulangan untuk kolom praktis setiap 12 m atau

dinding dengan jarak 4 m atau sesuai kebutuhan.

h. Rendam bata dalam air.

54
i. Aduk mortar (adukan) dengan komposisi, untuk konstruksi :

- Pasangan batu belah,dinding bata kedap air, plesteran beton

yang kedap air, pasangan ubin plint, ubin keramik, ubuin PC =

1 pc : 5 pasir

- Pasangan beton bertulang tidak kedap air, rollag pasangan bata

= 1 pc : 3 pasir

- Pasangan pondasi dari batu gunung belah, adukan tegel

dibawah lantai, plesteran lingir (sponengan), pasangan tegel

yang menempel pasangan batu beton = 1 Pc : 4 pasir

- Pasangan dinsind yang tidak kedap air, semua plesteran

dinding yang tidak kedap air untuk bagian dalam maupun luar

= 1 Pc : 5 pasir

j. Mortar awal berfungsi sebagai perataan permukaan.

55
Gambar. 3.2 Pemasangan Bata dengan Referensi Benang Acuan

k. Pasang bata lapis pertama. Cek posisi pasangan terhadap

marking, jika sesuai dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya

sesuai benang acuan sampai ketinggian 1 m.

Tebal spesi diusahakan 1 ~ 1.5 cm (tergantung gradasi pasir).

l. Pasang form work kolom praktis dan cor dengan campuran

beton (baru) 1 pc : 2 psr : 3 agregat.

56
Gambar. 3.3 Pemasangan Bekisting Kolom Praktis pada Pasangan Bata

m. Lanjutkan pemasangan setiap 1 m tinggi.

n. Pasang tulangan, formwork dan cor beam diatas bata, beam

praktis harus dipasang pada opening yang lebih besar dari

600 m.

o. Untuk pasangan bata yang bertemu dengan kolom struktur,

apabila ketinggian bata sudah mencapai 1600 mm dipasang

angkur dari kolom ke pasangan bata (2 buah dengan jarak

vertikal 500 mm).

p. Pada pertemuan pasangan bata dengan balok struktur

diatasnya dipasang styroform guna menghindari retak akibat

lendutan struktur.

57
q. Bersihkan sisa-sisa adukan yang menempel pada permukaan

bata.

r. Lakukan curing pasangan bata dengan disiram air setiap hari,

guna menjaga penyusutan yang berlebihan.

1. Pekerjaan Plesteran

Setelah pekerjaan pasangan bata selesai dilaksanakan dan telah

dicek keberterimaannya, maka pekerjaan dilanjutkan dengan

pekerjaan plesteran dan acian.

Plesteran dilaksanakan pada saat pasangan bata berumur minimal

3 minggu.

a. Siram permukaan bata sampai dengan jenuh permukaan.

b. Buat kepalaan, check sudutan (kesikuan), verticality &

horizontality serta posisinya.

58
Gambar Pekerjaan Kepala plesteran

c. Buat kamprotan tipis (0,5 ~ 1cm) untuk menghindari

penyusutan yang berlebihan.

d. Plesteran dilaksanakan setelah kepalaan berumur 1 hari.

e. Setelah plesteran setengah kering, diratakan dengan jidar

aluminium (pemakaian roskam sebaiknya dihindari).

59
Gambar. 3.4 Perataan Plesteran Dengan Menggunakan Aluminiun Siku

f. Lakukan pengecekan kembali setelah selesai plesteran.

Gambar 3.5 Pengecekan Ulang Kerataan plesteran Dinding

60
g. Sambil menunggu setting plesteran 7 hari, plesteran disiram

2x sehari.

h. Lakukan pengacian dengan komposisi 2 pc : 3 kapur dengan

steel trowel dan ratakan dengan jidar aluminium.

Pemakaian kapur (calsid) untuk menghindari retak rambut

pada permukaan dinding.

i. Siram permukaan plesteran sampai dengan jenuh air sebelum

pekerjaan acian.

j. Untuk mengurangi pori-pori, gosok permukaan dengan kertas

semen.

k. Curing permukaan acian minimal sehari sekali selama 3

hari.

2. Pekerjaan Paving Block

a. Pelaksanaan pekerjaan glass block sebelumnya

didahului dengan pekedaan tanah, dengan kepadatan tanah CBR

sesuai rencana.

b. Kemudian diberi lapisan pasir beton setebal rencana,

dipadatkan dengan stamper, setelah itu glass block ditata diatasnya

rapat dan rapi sesuai pola glass block.

c. Agar terjadi ikatan antar glass block diatasnya ditaburi

pasir tajam dan diratakan dengan vibrator yang digetarkan diatas

61
papan.

d.

3. Pekerjaan Lantai/Keramik

Spesifikasi Pekerjaan Lantai/Keramik

Pekerjaan lantai merupakan pekerjaan finishing yang hasilnya

sangat nyata terlihat, baik secara visual maupun teknis. Untuk itu

harus dilaksanakan secara sistematis, cermat dengan pengawasan

serta manajamen (bahan dan tenaga kerja) yang baik.

Kualitas material sangat dominan pengaruhnya terhadap hasil

pekerjaan secara visual, disamping itu cara pelaksanaan

berpengaruh terhadap hasil pekerjaan secara teknis.

Checklist bertahap untuk setiap item pekerjaan harus dilaksanakan

untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai spesifikasi atau

lebih baik.

Dari pengalaman Rianty, beberapa cacat pekerjaan yang sering

ditemui pada pekerjaan keramik :

a. Keramik tidak sejajar / tidak siku terhadap dinding.

b. Garis naad tidak lurus / tidak sama besar.

c. Lantai nyisil / tidak rata.

d. Keramik lantai kopong :

62
- Keramik tidak menempel sempurna terhadap spesi.

- Spesi tidak menempel sempurna terhadap lantai beton.

e. Keramik cacat (gompal, retak, pecah, nuansa warna tidak

seragam).

Gambar 3.6. Kesalahan-kesalahan Pemasangan Keramik

Terjadinya cacat pekerjaan tersebut disebabkan karena :

a. Pemasangan tidak sesuai marking.

63
b. Inspeksi dan Tes terhadap material tidak dilakukan.

c. Lokasi yang baru dipasang sudah dilewati sebelum adukan setting.

d. Permukaan adukan tidak homogen.

e. Lantai beton (lokasi pekerjaan) tidak bersih.

Dari pengalaman tersebut, dicoba untuk mengembangkan cara

pelaksanaan yang lebih baik dan cermat untuk mengurangi /

meminimalkan cacat pekerjaan yang mungkin terjadi.

Bahan yang dibutuhkan :

- Keramik ukuran sesuai dengan dokumen lelang dan item

pekerjaan.

- Mortar 1 PC : 4 pasir

- Material Grouting

- Air

Alat yang dibutuhkan :

- Waterpass

- Benang

- Jidar Aluminium

- Cutting Machine

- Meteran

- Sendok Adukan

64
Produktifitas Tenaga Kerja :

- 1 tukang = 0.125 m / hari

Pekerjaan Persiapan

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan pokok, maka

sebelumnya perlu dilaksanakan persiapan - persiapan yang memadai,

meliputi :

a. Persiapan lahan, bahan dan peralatan yang digunakan.

b. Persiapkan jalan kerja untuk transporatasi material.

c. Pengaturan penempatan bahan dan peralatan bantu.

d. Gambar kerja yang sudah disetujui Konsultan.

e. Urutan pelaksanaan (sequen) pekerjaan.

Pengadaan dan Mobilisasi Bahan dan Alat Bantu

Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan merupakan pekerjaan yang

perlu penanganan khusus sehingga memerlukan perhatian dalam

pengaturan lahan dan bahan yang dipergunakan sehingga dapat

menunjang kelancaran pekerjaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

65
a. Setiap material yang datang, dilakukan inspeksi dan tes.

b. Untuk keramik dilakukan sortir terhadap :

- Ukuran : cek dengan mal.

- Warna : digelar untuk 1 m / 1 runagan.

c. Material yang diterima ditempatkan pada lokasi yang telah

ditentukan di gudang/stock yard (diberi identifikasi tanda (+) ),

sedangkan material yang ditolak langsung dikeluarkan dari

lapangan, atau ditempatkan tersendiri dengan diberi identifkasi

tanda (-).

d. Pengangkutan material dari gudang/stock yard ke lokasi pekerjaan

menggunakan gerobak dorong atau dengan cara manual (angkut)

Pekerjaan Marking

a. Lakukan pembersihan area/lokasi pekerjaan dan penyiraman air

untuk menghindari terlepasnya adukan dari permukaan beton

lantai.

b. Marking starting point oleh surveyor (mengacu pada level dan as

ruangan awal).

66
Gambar 3.7 Marking Pinjaman untuk Acuan dan Pemasangan Keramik

67
c. Tarik benang acuan saling tegak lurus melewati awalan keramik

(starting point) sepanjang ruangan (jarak benang max. 9m

untuk menghindari lendutan).

Pemasangan Keramik

a. Sediakan adukan mortar (1 pc : 3 pasir : 5 split) secukupnya untuk

membuat acuan /kepalaan keramik.

Tuangkan adukan mortar ke permukaan lantai sepanjang

benang acuan kepalaan, ratakan dengan jidar sesuai level.

68
Gambar 3.8 Tahapan Pemasangan Keramik Lantai dan Dinding

Taburkan semen diatas mortar yang sudah diratakan (air

dipermukaan mortar diubah menjadi pasta sehingga

memperkuat ikatan keramik dengan mortar).

Tempelkan keramik yang telah disortir (ukuran dan warna)

dan direndam selama 12 jam diatas permukaan mortar sesuai

benang acuan, tekan keramik dengan bantuan palu kayu

sampai level yang ditentukan.

Pasang keramik disampingnya sesuai langkah diatas dengan

jarak naad yang sudah ditentukan sepanjang kepalaan

(memanjang dan melintang).

69
b. Setelah acuan/kepalaan keramik selesai, pindahkan benang ke

baris selanjutnya sesuai keramik acuan yang pertama (cek

permukaan keramik dan naad).

c. Gelar adukan untuk suatu luas tertentu, ratakan dengan jidar

aluminium. Lakukan pemasangan keramik seperti cara diatas

pada baris berikutnya berdasarkan keramik acuan/kepalaan,

maks. 4 baris.

Gambar 3.9 Arah Pemasangan Keramik

d. Bersihkan naad sebelum mortar kering dan lap permukaan

keramik.

70
e. Lakukan pengecekan (kelurusan naad, kerataan permukaan,

lekatan keramik, cacat dan nuasa warna) 1 minggu setelah

pemasangan.

f. Grouting naad dilakukan setelah pengecekan dan perbaikan

dilakukan.

g. Pasangan tepi (las-lasan) dikerjakan belakangan untuk

memudahkan akses keluar melalui bagian tepi tersebut.

h. Jika luas ruangan lebih dari 9m x 9m, dipasang styroform +

sealent pada naad guna memperpendek panjang pemuaian.

Gambar 3.10 Pembersihan Keramik dan Pemasangan Nad

71
Daftar Pustaka

Diraatmadja E. ,1997, Ilmu Membangun Bangunan, Erlangga, Jakarta.

Purbo R. L. , 1998, Konstruksi Bangunan Gedung, Wira Karya, Bandung.

Randing S. , 1985, Tekologi Adukan dan Pasangan Dinding, Bandung.

PEDC, 1985, Pedoman Praktek Bata, Bandung.

Sugihardjo H. R. , BAE, 1998, Gambar Dasar Dalam Ilmu Bangunan,


Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1993, Spesifikasi Peralatan Pemasangan


Dinding Bata dan Plesteran, Bandung.

72

You might also like