Professional Documents
Culture Documents
Kata Kunci
Penyedia barang/jasa, Pokja ULP, evaluasi harga, Harga Perkiraan Sendiri (HPS),
pembuktian kualifikasi, klarifikasi, jaminan penawaran, harga satuan, kontrak lump sum, kontrak
harga satuan, dan koreksi aritmatik.
Abstrak
Pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan nilai di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) harus dilakukan oleh penyedia barang/jasa. Proses pemilihan penyedia barang/jasa
dilakukan melalui pelelangan/seleksi secara elektronik dengan menggunakan aplikasi SPSE (Sistem
Pengadaan Secara Elektronik). Untuk dapat mengikuti proses pelelangan/seleksi secara elektronik,
setiap badan usaha sebagai penyedia barang/jasa dan Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan
(Pokja ULP) sebagai penyelenggara pelelangan/seleksi harus terdaftar pada LPSE (Lembaga
Pengadaan Secara Elektronik). LPSE melakukan verifikasi terhadap badan usaha dan Pokja ULP
yang mendaftar serta memberikan identitas berupa user name dan password untuk digunakan
sebagai konci utama dalam menggunakan aplikasi SPSE.
Aplikasi SPSE menyajikan data-data perusahaan secara lengkap namun beberapa dokumen
tidak ditampilkan secara utuh. Karena itu terhadap dokumen-dokumen yang isinya perlu diketahui
secara detail dalam rangka penetapan pemenang lelang/seleksi, Pokja ULP harus melakukan
pembuktian dengan melihat asli dokumen tersebut. Pembuktian dokumen tersebut hanya dilakukan
terhadap peserta lelang yang akan ditunjuk sebagai calon pemenang dan calon pemenang cadangan.
Klarifikasi dilakukan terhadap segala sesuatu yang oleh Pokja ULP masih dianggap
kurang jelas. Klarifikasi dilakukan terhadap badan usaha yang akan ditunjuk sebagai penyedia
barang/jasa untuk menegaskan kembali hal-hal yang telah ditawarkan oleh penyedia bersangkutan,
terutama terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kesulitan dan/atau perselisihan dalam
pelaksanaan kontrak. Pembuktian dokumen merupakan upaya untuk membuktikan keaslian dan
kebenaran dokumen yang telah disampaikan dalam surat penawaran. Upaya pembuktian dokumen
ditujukan untuk meyakinkan Pokja ULP tentang keabsahan dokumen kualifikasi yang telah
disampaikan oleh penyedia barang/jasa sebagai persyaratan dalam mengikuti proses
lelang/seleksi.
B. Objek Klarifikasi
Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan cara lelang/seleksi,
klarifikasi bukan merupakan bagian dari penilaian atau evaluasi dokumen penawaran. Karena itu
proses klarifikasi sebenarnya tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan atau meluluskan
peserta lelang/seleksi. Klarifikasi justru dilakukan terhadap peserta yang telah dinyatakan lulus
dalam evaluasi teknis dan biaya serta telah ditetapkan sebagai pemenang. Hal yang perlu
dilakukan klarifikasi adalah berkaitan dengan teknis pekerjaan dan/atau spesifikasi barang/jasa
serta kesanggupan penyedia untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah
dicantumkannya di dalam dokumen penawaran.
Proses pelelangan/seleksi dilaksanakan dengan menerapkan seluruh ketentuan yang telah
diatur dalam perundang-undangan khususnya Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Perpres nomor 54 tahun 2010 jo Perpres nomor 70 tahun 2012). Gambaran pekerjaan
yang harus dilaksanakan dan jenis serta jumlah barang yang harus dilaksanakan oleh penyedia
telah dicantumkam dengan jelas dalam dokumen pengadaan yang disusun oleh Pokja ULP.
Setiap peserta lelang/seleksi harus menawarkan barang/jasa dengan spesifikasi yang sesuai
atau sekurang-kurangnya sama dengan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Jumlah dan
kualitas teknis barang/pekerjaan yang ditawarkan harus jelas. Bahkan dalam surat penawaran
untuk pengadaan barang seharusnya disertai merek dan type barang yang ditawarkan. Jumlah unit
barang dan/atau pekerjaan yang ditawarkan serta harga satuan masing-masing barang/pekerjaan
tersebut menentukan besar/kecilnya nilai total harga penawaran. Total harga penawaran
merupakan penjumlahan dari hasil perkalian volume setiap jenis barang/pekerjaan dengan harga
per unit barang/pekerjaan tersebut.
Dalam pelelangan yang menggunakan metode evaluasi sistem gugur dan dalam seleksi
yang menggunakan metode evaluasi sistem biaya terendah, pemenang lelang adalah peserta yang
total harga penawarannya paling rendah. Semakin rendah nilai satuan barang/jasa yang ditawarkan
akan semakin rendah pula total harga penawaran. Semakin rendah total harga penawaran semakin
besar kemungkinan untuk memenangkan persaingan dalam lelang/seleksi. Karena itu untuk
memenangkan persaingan dalam proses lelang/seleksi, perhatian penyedia barang/jasa lebih
terpusat pada total harga penawaran. Akibatnya, kadang-kadang dijumpai ketidakwajaran harga
untuk item barang/jasa seperti harga satuan yang terlalu murah atau bahkan terdapat item
barang/pekerjaan yang harganya tidak ditulis. Sebagai contoh ketika peserta lelang ingin
menawarkan harga Rp25.500.000,- (dua puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) untuk barang a, b,
c, dan d, jika hasil penjumlahan dari harga penawaran barang a, b, dan, c adalah Rp25.000.000,-
(dua puluh lima juta rupiah) maka harga penawaran untuk barang c harus dicantumkan sebesar
Rp500.000,- (lima ratus ribu rupiah), meskipun harga pasar barang c jauh di atas Rp500.000,-
(lima ratus ribu rupiah).
Ketika penyedia barang/jasa telah ditetapkan sebagai pemenang lelang, maka ia harus
melaksanakan seluruh kewajibannya untuk menyerahkan barang/jasa atau melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan yang telah ditawarkannya, walaupun pelaksanaan kewajiban tersebut
secara finansial merugikan penyedia barang/jasa bersangkutan. Kegagalan penyedia memenuhi
kewajiban dapat berakibat pemutusan kontrak secara sepihak oleh Pejabat Pembuat Komitmen
serta pengenaan sanksi blacklist, denda, dan/atau tuntutan pidana. Untuk memastikan bahwa
penyedia tersebut sanggup melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang dicantumkan dalam
dokumen penawaran, maka perlu dilakukan klarifikasi terutama jika dalam dokumen penawaran
terdapat:
1. harga satuan barang/jasa yang lebih rendah dari harga pasar
2. volume pekerjaan atau jumlah unit barang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
dokumen pengadaan.
3. barang yang ditawarkan sudah tidak cukup tersedia dipasar.
Dalam menyusun dokumen penawaran tidak jarang penyedia memperhitungkan total harga
penawarannya hanya berdasarkan total Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang telah diumumkan
oleh Pokja ULP tanpa melakukan penelitian atau survei harga pasar untuk seluruh jenis
barang/jasa yang ditawarkannya. Setelah mengetahui nilai total HPS penyedia mematok harga
penawaran lebih rendah sedikit di bawah nilai total HPS. Sebagai contoh jika nilai total HPS
Rp3.500.000.000,- (tiga miliar lima ratus juta rupiah) penyedia mengajukan penawaran dengan
total harga sedikit di bawah total HPS, misalnya Rp3.350.000.000,- (tiga miliar tiga ratus lima
puluh juta rupiah) tanpa melakukan survei harga pasar dari masing-masing barang/jasa yang
ditawarkannya. Akibatnya dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang merupakan lampiran
surat penawaran sering dijumpai berbagai kejanggalan seperti:
1. harga satuan barang/jasa yang tidak wajar seperti:
a. harga perunit barang jauh di bawah harga pasar.
b. upah kerja untuk pekerjaan yang sulit seperti pengecatan plafon lebih murah
dibanding upah kerja untuk pekerjaan yang mudah seperti pengecatan dinding.
2. volume pekerjaan yang tidak sesuai seperti pemasangan kramik lantai seluas 300 m2
tertulis 200 m2, titik api listrik 400 titik tertulis 500 titik, dsb.
3. harga satuan tidak ditulis/diisi seperti dalam penawaran jasa catering tertulis sbb:
a. Nasi putih Rp5.500,-
b. Lauk utama Rp10.000,-
c. Lauk pelengkap Rp 8.000,-
d. Sayur Rp.10.000,-
e. Sambal
f. Lalapan
g. Cuci mulut/buah
h. Air mineral
Harga per porsi Rp33.500,-
Evaluasi teknis dan evaluasi biaya sebenarnya dilakukan pada waktu yang berbeda,
dimana evaluasi biaya hanya dilakukan terhadap penawaran yang telah lulus dalam evaluasi
teknis. Namun demikian karena pada saat evaluasi biaya Pokja ULP harus melakukan koreksi
aritmatika terhadap RAB, dan dalam RAB tercantum jumlah dan merek/type dan harga satuan
barang, maka jika terdapat hal-hal yang meragukan Pokja ULP seperti adanya harga satuan barang
yang terlalu murah dan/atau jumlah unit barang yang tidak sesuai dengan dokumen pengadaan, hal
tersebut harus diklarifikasi kepada penyedia bersangkutan.
Tata cara koreksi aritmatika tergantung pada jenis kontrak yang digunakan. Jika kontrak
yang digunakan adalah kontrak lumpsum, koreksi aritmatika tidak merubah harga penawaran
melainkan hanya mengoreksi jumlah volume barang/pekerjaan. Jika kontrak yang digunakan
adalah kontrak harga satuan, koreksi aritmatika dapat merubah harga penawaran. Contoh
perbedaan hasil koreksi aritmatik pada kontrak lumpsum dan harga satuan adalah sebagai berikut:
Koreksi aritmatik pada proses lelang dengan jenis kontrak : Kontrak Lump sum
Barang dibutuhkan Dokumen Penawaran Hasil Koreksi Aritmatik
menurut Nilai penawaran Rp60.500,- Nilai Penawaran Rp60.500,-
Dokumen Pengadaan Bill of Quantity (RAB) Bill of Quantity (RAB)
dalam Dokumen Penawaran dalam Dokumen Penawaran
Nama Jumlah Nama & Jumlah Harga Jumlah Nama & Jumlah Harga Jumlah
barang Barang satuan harga Barang satuan harga
Brg A 110 buah Brg A 101 buah 100 10.100 Brg A 110 buah 100 10.100
Brg B 150 buah Brg B 150 buah 150 22.500 Brg B 150 buah 150 22.500
Brg C 100 buah Brg C 200 buah 75 15.000 Brg C 100 buah 75 15.000
Brg D 50 buah Brg D 80 buah 80 7.400 Brg D 50 buah 80 7.400
Jumlah 55.000 55.000
PPN 10% 5.500 5.500
Total 60.500 60.500
Klarifikasi dilakukan dengan mengundang penyedia untuk menjelaskan hal hal yang
menurut Pokja ULP kurang jelas. Klarifikasi dapat dilakukan oleh Pokja ULP selama masa
evaluasi dokumen penawaran dan setelah pengumuman pemenang lelang/seleksi. Dalam tahap
evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi dapat dilakukan terhadap semua peserta lelang/seleksi.
Klarifikasi yang dilakukan setelah pengumuman pemenang hanya dilakukan terhadap pemenang
lelang.
Klarifikasi yang dilakukan pada tahap evaluasi dokumen penawaran bertujuan hanya untuk
meyakinkan Pokja ULP tentang pemenuhan persyaratan yang bersifat administratif dari dukumen
penawaran, karena itu penyedia tidak boleh merubah substansi penawarannya. Penjelasan yang
diperoleh dari proses klarifikasi akan dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan
pemenang lelang/seleksi. Proses klarifikasi harus dituangkan dalam berita acara dan menjadi
bagian dari dokumen penawaran.
Klarifikasi yang dilakukan setelah pengumuman pemenang lelang bertujuan untuk
memastikan bahwa pemenang lelang akan mampu melaksanakan seluruh kewajibannya dengan
baik. Karena itu klarifikasi lebih mementingkan penjelasan dari Pokja ULP tentang kewajiban
penyedia sebagai pemenang lelang/seleksi. Dalam hal ini klarifikasi bukan untuk memperoleh
penjelasan dari pemenang lelang/seleksi melainkan untuk memastikan kesanggupan dan kesediaan
penyedia memenuhi seluruh kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam surat penawaran.
Pelaksanaan klarifikasi dilakukan setelah masa sanggah atas penetapan pemenang berakhir dan
sanggahan yang masuk sudah dijawab oleh Ketua ULP serta tidak ada sanggahan banding. Hal
yang perlu diklarifikasi adalah:
1. Harga satuan barang yang tidak wajar atau di bawah harga pasar;
2. Volume pekerjaan yang tidak sesuai dengan dokumen pengadaan;
3. Barang yang tidak cukup tersedia di pasar;
4. Harga satuan yang tidak ditulis atau ditulis nol.
Hasil klarifikasi harus meyakinkan Pokja ULP tentang kesanggupan penyedia untuk
memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang dikehendaki Pokja ULP dan telah dituangkan dalam
dokumen pengadaan. Dengan demikian hasil klarifikasi dapat memastikan bahwa pelaksanaan
kontrak akan berjalan dengan lancar. Klarifikasi harus meyakinkan Pokja ULP sebagai berikut:
a. Terhadap barang yang harga satuannya lebih rendah dari harga pasar, penyedia harus
menyatakan kesanggupannya untuk menyediakan barang tersebut. Kualitas teknis barang
tidak boleh dikurangi dan penyedia tidak berhak untuk meminta kenaikan harga.
b. Terhadap volume pekerjaan atau jumlah unit barang tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam dokumen pengadaan, penyedia harus menyatakan kesanggupannya untuk
menyediakan barang tersebut sesuai jumlah unit yang tercantum dalam pengadaan.
Perbedaan antara volume pekerjaan yang tercantum dalam dokumen penawaran dengan yang
tercantum dalam dokumen pengadaan telah dikoreksi oleh Pokja ULP pada saat evaluasi
dokumen penawaran (koreksi aritmatik). Hasil koreksi tersebut dijelaskan kepada penyedia
dalam acara klarifikasi dan penyedia harus menerima koreksi tersebut serta menyatakan
sanggup memenuhinya.
c. Terhadap barang yang sudah tidak tersedia di pasar, penyedia harus dapat meyakinkan bahwa
ia mampu menyediakan barang tersebut.
d. Terhadap harga satuan barang/pekerjaan yang tidak ditulis atau ditulis nol, penyedia harus
menyatakan kesanggupannya menyediakan barang tersebut tanpa tambahan harga. Harga
barang tersebut dianggap sudah termasuk dalam harga barang yang lain.
Kesalahan tersebut akan berpengaruh terhadap penetapan pemenang lelang dan nilai kontrak.
Pengaruh kesalahan tersebut tergantung pula pada jenis kontrak yang digunakan dalam proses
lelang. Perbedaan perlakukan terhadap kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:
Terhadap penyedia barang/jasa yang menolak hasil koreksi aritmatik tersebut dapat
dikenakan sanksi berupa pembatalan sebagai pemenang, masuk dalam daftar hitang, dan/atau
tuntutan pidana.
Daftar Pustaka:
1. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3. Peraturan Kepala LKPP nomor 14 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Peraturan Kepala LKP{P Nomor 18 Tahun 2012 tentang E-Tendering.
5. Kuncoro, Agus. Begini Tender Yang Benar, Jogjakarta, Primaprint, 2013.
6. Sopian, Abu. Tata Cara Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi, Jogjakarta, Pustaka Felicha,
2012.
7. Sopian, Abu. Dasar-Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jakarta, In Media, 2014.