You are on page 1of 4

Nama : Agusti Randi

NIM : 15413241032
Prodi : Pendidikan Sosiologi B
Mata Kuliah : Sosiologi Konflik

BAB 3

Dalam konteks sosio historisnya, teori konflik yang muncul pada abad kedelapanan belas
dan Sembilan belas dapat dimengerti sebagai respons dari lahirnya dual revolution, yaitu
demokratisasi dan industrialisasi ( McQuarrie, 1995: 65 ). Sehingga kemunculan sosiologi
konflik modern merupakan akibat dari realitas konflik dalam masyarakat industrial. Teori
sosiologi konflik kontemporer adalah refleksi dari ketidakpuasan terhadap fungsionalisme
structural Talcot Parsons dan Robert K.Merton, yang berlebihan dalam menilai masyarakat
dengan paham consensus dan integralistiknya.

A. MAZHAB POSITIVIS

Sosiologi konflik mazhab positivis pada dasarnya melahirkan sosiologi konflik structural.
Beberapa kalangan menyebutnya sebagian aliran makro. Sehingga mazhab sosiologi konflik
positivis bias disebut sebagai sosiologi konflik makro. Dua cirri utama Mazhab ini. : (1)
generalisasi teori yang bias berlaku secara universal; melihat konflik sebagian dari dinamika
gerakan structural.

1. Dialektika Konflik Kekuasaan


Keberadaan teori konflik muncul setelah fungsionalisme, namun, sesungguhnya
teori konflik sebenarnya sama saja dengan suatu sikap kritis terhadap Marxisme ortodoks.
Seperti Ralf Dahrendorf, yang membicarakan tentang konflik antara kelompok-kelompok
terkoordinasi ( imperatively coordinated association ). Dan bukan analaisis perjuangnan
kelas, lalu tentang elite dominan, daripada pengaturan kelas, dan manajemen pekerja,
daripada modal dan buruh. Kekuasaan dalam masyrakat modern dan industrial bias
diterjemahkan sebagai wewenang ( authority ). Model kekuasaan Dahrendorf ini
tampaknya dipengaruhi oleh tipe ideal kekuasaan dari Max Weber yang menyebut
wewenang legal formal sebagai sumber kekuasaan masyarakat modern. Namun
Dahrendorf member beberapa kondisi sosiologis agar informasi kelompok kepentingan
laten menjadi kelompok kepentingan manifest, yaitu (1) dalam kelompok laten terdapat
pemimpin yang berani dengan hubungan konflik ; (2) kelompok ideology konflik (3) para
anggota kelompok laten memiliki kebebasan untuk mengorganisasi konflik. Refleksikan
kondisi ini pada masa Orde Baru (4) memiliki anggota-anggota yang komitmen dan
berkomunikasi diantara sesama.

2. Fungsi Politik Konflik

Lewis Coser adalah salah satu pelopor sosiologi konflik structural. Ia lahir dari
keluarga Yahudi di Jerman pada tahun 1913, ia menjadi anggota gerakan mahasiswa
sosialis di Jerman pada masa Hitler. Menurut Wallace dan Wolf, Coser telah member
kontribusi penting dalam tradisi sosiologi konflik, yaitu : (1) pendapatnya mengenai
konflik sosial sebagai suatu hasil dari faktor-faktor lain daripada perlawanan kelompok
kepentingan; (2) memperlihatkan konsekuensi konflik dalam stabilitas dan perubahan
sosial. Coser juga memperlihatkan bagaimana konflik memiliki fungsi terhadap system
sosial dan menurut ia juga konflik tidak hanya berwajah negatif dan menurutnya juga
konflik memliki fungsi positif terhadap masyrakat melalui perubahan-perubahan sosial
yang diakibatkannya. Coser mempunyai pendapat yang sama dengan Simmel dalam
melihat unsur dasar konflik, yaitu hostile feeling. Coser membedakan dua tipe dasar
konflik, yaitu konflik realisitis dan non realisitis.

3. Tindakan Koersif dan Fase Konflik


Lewis Coser melihat konflik memiliki fungsi positif ketika bias dikelola dan
diekspresikan sewajarnya. Bartos dan wehr kemudian membagi bentuk tindak koersif
mnejadi dua, yaitu actual coercion ( koersi nyata ) dan threat coercion ( koersi ancaman ).
Noncoercive action adalah upaya mencari jalan keluar dari hubungan konflik, Bartos dan
Wehr, membagi tiga model noncoercive action, yaitu persuasi, menjajikan penghargaan,
dan murni kerja sama. Sosiologi konflik paul wehr member pengaruh besar terhadap
kajian konflik multidisipliner dan model pragmatis intervensi konflik.
B. Mazhab Humanisme
Teori sosiologi humanis secara umum berkembang sebagai respons terhadap analisis
makro fungsionalisme structural. Ritzer mentipekan aliran ini sebagai sosiologi mikro
seperti aliran etnometodologi dari Garfinkel dan Interaksionisme simbolis John Dewey,
Herbert Mead, dan erving Goffman.
1. Interpretasi Simbolis dan Konflik
Interaksionisme simbolis sebenarnya adalah salah satu respons terhadap dominasi
fungsionalisme strukturl yang melihat proses makrososial. Salah satu perintis tradisi
interaksionisme simbolik, Herbert Mead, memaparkan penahapan respons individual
dari suatu interaksi. Self adalah organism aktif, kreatif, dan independen. Bukan
merupakan organism yang pasif, hanya menjadi menerima dan merespons
rangsangan, fase self interaction merupakan proses melihat dirinya sendiri melalui
internal conversation ( percakapan internal ). Menurut Ritzer, dengan mengutip
Blummer, Manis and Meltzer, serta A. Rose, ada tujuh prinsip utama teori
interaksionisme simbolis. Melalui ketujuh prinsip teori interaksionisme simbolis,
sesungguhnya ada tema utama teori ini, yaitu individu kreatif, bahasa (symbol)
tindakan-tindakan, lingkungan dan situasi dan pemaknaan. Sosiologi konflik
menggunakan analisis interaksi simbolis untuk melihat berbagai fenomena konflik
pada skala mikro dan lingkungan spesifik.
2. Konstruksi Sosial Konflik
Proses dialektis itu mencakup tiga momen simultan, yaitu eksternalisasi, objektivasi,
dan internalisasi. Fase eksternalisasi dan objektivasinmerupakan pembentukan
masyarakat yang disebut sebagai sosialisasi primer, yaitu saat seseorang berusaha
mendapatkan dan membangun tempatnya dalam masyarakat. Kenyataan sosial
objektif yang terlihat dalam hubungan individu dengan lembaga-lembaga sosial
dilandasi oleh aturan-aturan atau hokum merupakan produk mqnusia itu sendiri,
bukan merupakan hakikat dari lembaga-lembaga itu. Struktur kesadaran subjektif
individu dalam sosiologi pengetahuan menempati posisi yang sama dalam
memberikan penjelasan kenyataan sosial. Pelembagaan pandangan atau pengetahuan
oleh masyarakat itu akhirnya memperoleh generalitas yang paling tinggi yaitu,
dibangun suatu dunia arti simbolis yang universal, yang kemudian disebut sebagai
pandangan hidup atau ideologi. Perspektif kontruksi sosial juga dikembangkan secara
khusus oleh seseorang sosiolog perdamaian bernama John paul Lederach. Lederach
memusatkan analisis konfliknya pada dinamika bahasa dalam struktur hubungan
sosial.

You might also like