You are on page 1of 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Proses pembangunan kapal

Proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama

berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat. Proses pembuatan kapal

berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam yaitu sistem seksi, sistem blok

seksi, sistem blok.

1. Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi

dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi.

2. Sistem blok seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagianbagian

konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksiseksi sehingga

membentuk blok seksi, contoh bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung

dan bulkhead dibuat menjadi satu blok seksi.

3. Sistem blok adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi

beberapa blok, dimana tiap-tiap blok sudah siap pakai (lengkap dengan sistem

perpipaannya).

6
Block Joint
Desain Fabrikasi Assembly or Erection

Out Fitting Peluncuran


dengan Ship Flip

Gambar 2.1 Proses kerja pembangunan kapal.


(Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Urutan dan Metode Pembuatan Kapal)

2.2 Tahap Pembangunan Kapal

Menurut Richard C. Moore (1995), garis besar pembagunan kapal dapat

dibagi menjadi dua tahap yaitu :

Tahap desain

Tahap pembangunan fisik

a. Tahap desain

Pada tahap ini keinginan serta gagasan dari pemilik kapal (owner)

dipelajari secara seksama berdasarkan data yang telah ada, kemudian

dituangkan kedalam garis besar data sementara dari data kapal yang akan

dibangun. Data ini biasanya berupa ukuran utama kapal seperti panjang,

lebar, tinggi, sarat dan kapasitas kapal serta rute pelayaran.

b. Tahap pembangunan fisik

Tahap ini merupakan tahap yang pengerjaannya membutuhkan waktu

yang paling lama, karena apa yang telah dihitung dan digambarkan dalam

desain kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata.

Pada tahapan ini terdapat beberapa bagian yang dilakukan antara lain :

o Pembuatan lambung dan bangunan atas

7
o Pemasangan instalasi mesin dan mesin utama (Main Engine)

o Pemasangan mesin-mesin bantu (Auxilary Engine)

o Pemasangan instalasi listrik (Electrical)

o Pemasangan instalasi pompa

o Pemasangan peralatan dan perlengkapan

o Peluncuran (Launching)

2.3 Pengenalan Konsep PWBS

Konsep PWBS membagi proses produksi kapal menjadi tiga jenis

pekerjaan yaitu:

Klasifikasi pertama adalah : Hull Construction, Outfitting dan Painting.

Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut masing-masing mempunyai masalah dan sifat

yang berbeda dari yang lain. Selanjutnya, masing-masing pekerjaan tersebut

dibagi lagi ke dalam pekerjaan fabrikasi dan assembly. Subdivisi assembly inilah

yang terkait dengan zona dan yang merupakan dominasi dasar bagi zona di siklus

manajemen pembangunan kapal. Zona yang berorientasi produk, yaitu Hull Blok

Construction Method (HBCM) dan sudah diterapkan untuk konstruksi lambung

oleh sebagian besar galangan kapal.

Klasifikasi kedua adalah mengklasifikasikan produk berdasarkan produk

antara (interim product) sesuai dengan sumber daya yang dibututhkan, misalnya

produk antara di bengkel fabrication, assembly dan bengkel erection. Sumber

daya tersebut meliputi :

8
Bahan (Material), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung

maupun tidak langsung, misalnya pelat baja, mesin, kabel, minyak, dan

lain lain.

Tenaga Kerja (Manpower), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik

langsung atau tidak langsung, misalnya tenaga pengelasan, outfitting dan

lain lain.

Fasilitas (Facilities), yang digunakan untuk proses produksi, baik langsung

maupun tidak langsung, misalnya, gedung, dermaga, mesin, perlengkapan,

peralatan dan lain - lain

Beban (Exspenses), yang dikenakan untuk biaya produksi, baik langsung

maupun tidak langsung, misalnya, desain, transportasi, percobaan laut (sea

trial), upacara, dll

Klasifikasi ketiga adalah klasifikasi berdasarkan empat aspek produksi, hal

ini dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian proses produksi. Aspek

pertama dan kedua adalah system dan zone, merupakan sarana untuk membagi

desain kapal ke masing masing bidang perencanaan untuk di produksi. Dua

aspek produksi lainnya yaitu area dan stage merupakan sarana untuk membagi

proses kerja mulai dari pengadaan material untuk pembangunan kapal sampai

pada saat kapal diserahkan kepada owner.

Definisi dari keempat aspek produksi tersebut adalah sebagai berikut:

System adalah sebuah fungsi struktural atau fungsi operasional

produksi, misalnya sekat longitudinal, sekat transversal, sistem tambat,

9
bahan bakar minyak, sistem pelayanan, sistem pencahayaan, dan lain

lain.

Zona adalah suatu tujuan proses produksi dalam pembagian lokasi

suatu produk, misalnya, ruang muat, superstructure, kamar mesin, dan

lain lain.

Area adalah pembagian proses produksi menurut kesamaan proses

produksi ataupun masalah pekerjaan yang berdasarkan pada:

- Bentuk (misalnya melengkung dengan blok datar, baja dengan

struktur aluminium, diameter kecil dengan diameter besar pipa, dan

lain - lain)

- Kuantitas (misalnya pekerjaan dengan jalur aliran, volume on-blok

perlengkapan untuk ruang mesin dengan volume on-blok

perlengkapan selain untuk ruang mesin, dan lain - lain).

- Kualitas (misalnya kelas pekerja yang dibutuhkan, dengan kelas

fasilitas yang dibutuhkan, dan lain - lain).

- Jenis pekerjaan (misalnya, penandaan (marking), pemotongan

(cutting), pembengkokan (bending), pengelasan (welding),

pengecetan (painting), pengujian (testing), dan lain lain. Dan

- Hal lain yang berkaitan dalam pekerjaan.

Stage adalah pembagian proses produksi sesuai dengan urutan

pekerjaan, misalnya sub-pembuatan (sub-steps of fabrication), sub-

perakitan (sub-assembly), perakitan (assembly), pemasangan

(erection), perlengkapan on-unit (outfitting on-unit), perlengkapan on-

10
block (outfitting on-block), dan perlengkapan on-board (outfitting on-

board).

Pada dasarnya berbagai rincian yang diperlukan untuk jenis pekerjaan

berorientasi produk dalam pekerjaan konstruksi kapal, harus ditentukan dahulu

metode berorientasi - zona (zone Oriented) pekerjaan tersebut yaitu:

Hull Block Construction Methode (HBCM)

Zone Outfitting Method (ZOFM), dan

Zone Painting Method (ZPTM)

Adapaun komponen atau ruang lingkup pekerjaan dari sistem PWBS dapat

diperlihatkan pada gambar 2.2

PRODUCT WORK
BREAKDOWN
STRUCTURE
(PWBS)

PIPE PIECE
FAMILY
MANUFACTURING
(PPFM)

HULL BLOCK ZONE ZONE


CONSTRUCTION OUTFITTING PAINTING
METHOD METHOD METHOD
(HBCM) (ZOFM) (ZPTM)

Gambar 2.2 Komponen Product Work Breakdown Structure


(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

Tingkat manufaktur atau tahapan untuk Hull Blok Construction Method

didefinisikan sebagai kombinasi dari operasi kerja yang mengubah berbagai

masukan ke dalam produk antara (interim products) yang berbeda, seperti bahan

11
baku (material) menjadi part fabrication, part fabrication menjadi sub block

assembly dan lain lain.

Tingkat manufaktur atau tahapan untuk pembuatan kapal berdasarkan metode

Hull Block Construction Method (HBCM) dapat diperlihatkan pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Tingkat manufaktur atau tahapan Hull Block Construction Method
(HBCM)
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

Dari gambar 2.4 dapat dilihat bahwa material atau pelat setelah mengalami

pekerjaan fabrikasi (part fabrication) yang selanjutnya di proses menjadi produk

12
assembly (part assembly). Terdapat juga produk fabrikasi yang digabung menjadi

produk sub block assembly yang selanjutnya digabung menjadi blok (block

assembly). Antara block assembly digabung membentuk blok besar (grand block)

dan selanjutnya membentuk badan kapal (hull construction).

Pengelompokan aspek produksi dimulai dengan kapal sebagai zona. Tahap

pertama adalah membagi tahapan pembangunan kapal menjadi tujuh tingkat,

empat alur kerja utama dan tiga dari aliran yang diperlukan seperti yang

dijelaskan di atas. Masing-masing produk antara (interim product) kemudian

diklasifikasikan berdasarkan bidang masalah dan tahap yang diperlukan untuk

proses manufaktur. Pada tahap pertama, perencanaan paket pekerjaan kapal dibagi

ke dalam lambung kapal bagian depan (fore hull), ruang muat (cargo hold), ruang

mesin (engine room), lambung belakang (after hull) dan bangunan atas

(superstructure) karena mereka memiliki manufaktur dan masalah yang berbeda.

Untuk tingkat berikutnya, tingkat sebelumnya lebih lanjut dibagi menjadi blok

panel datar dan melengkung diklasifikasikan sesuai dengan bidang masalah.

Produk dari semi blok, sub-blok, bagian perakitan dan bagian fabrikasi, sampai

pekerjaan tidak dapat dibagi lagi (hull erection) merupakan tahapan akhir dari

pembangunan konstruksi lambung kapal.

Dengan memperhatikan tujuan-tujuan dalam merencanakan konstruksi

lambung dengan tujuh tingkat seperti ditunjukkan pada gambar 2.4 yang dimulai

dengan tingkat blok, pekerjaan dibagi ke bagian tingkat fabrikasi untuk tujuan

mengoptimalkan alur kerja. Sebaliknya, pekerjaan yang ditugaskan ke tingkat

grand block berfungsi untuk mengurangi durasi yang diperlukan untuk erection

13
dalam membangun kapal di landasan pembangunan (Building Berth). Klasifikasi

dari aspek produksi Hull Block Construction Method (HBCM) dapat dilihat pada

gambar 2.4

Gambar 2.4 Klasifikasi dari aspek produksi Hull Block Construction Method
(HBCM).
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

14
Pengelompokan umum oleh aspek produksi yang disajikan dalam Gambar

2.5 adalah kombinasi horisontal yang mencirikan berbagai jenis aspek pekerjaan

yang diperlukan dan dilakukan untuk setiap tingkat, sedangkan kombinasi vertikal

dari berbagai jenis aspek pekerjaan menunjukkan jalur proses untuk pekerjaan

konstruksi lambung yang berkaitan dengan urutan dari bawah ke atas

menunjukkan tingkat pekerjaan, sedangkan dalam proses perencanaan dilakukan

dengan urutan dari atas ke bawah berdasarkan aspek-aspek produksi.

Dari gambar-gambar tersebut yang paling diperhatikan adalah aspek

produksi berdasarkan problem area, dimana badan kapal dibagi menjadi beberapa

bagian :

After hull (bagian belakang)

Cargo hold (bagian ruang muat)

Engine Room (bagian kamar mesin)

Fore Hull (bagian depan)

Superstructure (bagian bangunan atas)

Pekerjaan badan kapal berdasarkan Hull Block Construction Method

(HBCM) dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti yang dijelaskan sebagai

berikut :

1. Bagian fabrikasi (Part Fabrication)

Part Fabrication adalah tingkat pengerjaan (fabrication) yang pertama.

Pada tahapan ini memproduksi komponen atau zona untuk konstruksi

lambung yang tidak dapat dibagi lagi. Jenis paket pekerjaan yang

dikelompokkan oleh zona dan:

15
area, yaitu untuk menghubungkan bagian bahan baku (material) yang

selesai, proses fabrikasi dan fasilitas produksi yang sesuai secara

terpisah untuk:

Parallel parts from plate (bentuk paralel dari pelat)

Non parallel part from plate (bentuk non-paralel dari pelat)

Internal part from plate (internal dari pelat)

Part from rolled shape (bentuk dari material roll)

Other parts (bentuk yang lain) misalnya pipa, dan lain lain.

Stage, setelah dilakukan pengelompokan oleh zona, area, dan

similarities (kesamaan) di bagian jenis dan ukuran, sebagai berikut :

Penggabungan pelat atau nil (tidak ada aliran produksi,

sehingga dibiarkan kosong dan dilewati dalam aliran proses).

Penandaan dan pemotongan.

Pembengkokan atau nil

Bagian fabrikasi (Part Fabrication) yang memproduksi

komponen atau zona untuk konstruksi lambung yang tidak dapat dibagi

lagi dapat dilihat pada gambar 2.5

16
Gambar 2.5 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

2. Bagian Perakitan (Part Assembly)

Part Assembly adalah tingkat pekerjaan kedua yang bearda di luar aliran

kerja utama (main work flow) dan dikelompokkan oleh area seperti:

Built-up parts (bentuk komponen asli)

Sub-blok parts.

Bagian Perakitan (Part Assembly) dapat dilihat pada gambar 2.6

17
Gambar 2.6 Part Assembly yang berada di luar aliran kerja utama.
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

3. Sub-blok perakitan (Sub-block Assembly)

Sub-block Assembly adalah tingkat pengerjaan ketiga. Pembentukan

daerah (zone) pada umumnya terdiri dari sejumlah fabrikasi atau hasil

bentuk assembly. Paket pekerjaan dikelompokkan berdasarkan tingkat

kesulitan untuk:

Similar size in large quality (Ukuran yang sama dalam jumlah

besar), misalnya besar melintang frame, balok-balok, floor, dan

lain-lain.

Similar size in small quality (ukuran yang sama dalam jumlah

kecil)

Sub-blok perakitan (Sub-block Assembly) dapat dilihat pada gambar

2.7

18
Gambar 2.7 Sub-block Assembly berdasarkan tingkat kesulitan.
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

4. Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining


Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining

terdiri dari tiga tingkat perakitan, yaitu:

Semi-block assembly

Block assembly dan

Grand-block joining.

Ketiganya merupakan tingkat pengerjaan selanjutnya dengan urutan

sesuai dengan urutan di atas. Dari ketiganya, hanya block-assembly

yang termasuk dalam aliran utama pekerjaan, sedangkan yang lainnya

menyediakan alternatif yang berguna untuk tingkat perencanaan.

Semua direncanakan sesuai dengan konsep pengelompokan paket

pekerjaan berdasarkan area dan stage.

19
Tingkat semi-block asssembly pembagiannya berdasarkan

tingkat kesulitan yang sama seperti tingkat sub-block. Kebanyakan

semi-block ukurannya dan dimensinya agak kecil sehingga mereka

dapat diproduksi di fasilitas perakitan sub-block. Di perencanaan kerja,

ini harus menjadi titik perbedaan untuk memisahkan perakitan semi-

block dari perakitan blok.

Tingkat block assembly yang termasuk dalam aliran utama

pekerjaan, pembagiannya berdasarkan tingkat kesulitan yaitu:

Flat (pelat datar)

Special flat (pelat datar khusus)

Curve (bentuk lengkung)

Superstructure (bangunan atas)

Tingkat Grand-blok joining yang berada di luar arus utama

diperlukan bila zona divisi dari sebuah kapal besar yang diterapkan

pada sebuah kapal kecil untuk mencapai keseimbangan kerja yang

seragam. Ukuran blok yang lebih kecil bergabung menjadi Grand-blok

dalam rangka meminimalkan waktu kerja yang diperlukan dalam

pembangunan kapal di landasan pembangunan (Building berth) untuk

di gabung (erection). Pembagiannya berdasarkan tingkat kesulitan di

bagi menjadi :

Flat panel (panel datar)

Curved panel (panel kurva)

Superstructure (panel bangunan atas)

20
Semi-block and Block Assembly dan Grand-Block Joining dapat dilihat

pada gambar 2.8 dan 2.9

Gambar 2.8 Semi-block dan Block Assembly


(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

21
Gambar 2.9 Block Assembly dan Grand-Block Joining
(Stroch, R.L. 1995. Ship Production, second edition)

5. Hull Erection

Erection adalah tingkat paling akhir dari konstruksi lambung kapal,

dimana tingkat kesulitan pada tingkat ini adalah :

Fore hull (bagian depan lambung kapal)

Cargo hold (ruang muat)

Engine room (bagian kamar mesin)

After hull (bagian belakang lambung kapal)

Superstructure (bagian bangunan atas)

Pada tahap ini hanya dibagi menjadi dua jenis pekerjaan yaitu:

Erection (penyambungan)

Test (pengujian).

22
Pengujian pada tingkat ini seperti tes tangki, sangat penting

ketika sebuah produk antara (interim Product) selesai. Ini diperlukan

untuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan sesuai dengan

spesifikasi paket. Hasilnya dicatat dan analisis untuk dilakukan

perbaikan lebih lanjut.

Pekerjaan erection bagian ruang muat (cargo hold) dan bangunan atas

(superstructure) dapat dilihat pada gambar 2.10 dan 2.11

Gambar 2.11 Erection bagian ruang muat


(Farkhondeh, S.A. April 2003. PWBS, Hull Block Construction Method Part II)

23
Gambar 2.11 Erection bagian bangunan atas (superstructure)
(Farkhondeh, S.A. April 2003. PWBS, Hull Block Construction Method Part II)

Richard L Storch (1995) menyebutkan process lane badan kapal dibagi

menjadi beberapa bagian / kategori berdasarkan pada tingkat kesulitan

pengerjaannya. Pembentukan kategori blok ini menentukan aliran dari process

lane yang akan dibuat.

Jenis kategori tersebut adalah :

Flat panel, blok blok dalam jumlah yang banyak dengan prosess

assembly paling mudah. Konstruksinya terdiri dari beberapa bagian pelat

datar dengan sedikit pekerjaan fabrikasi yang diassembly hanya membetuk

geladak, sekat, dasar ganda, dan lambung sisi kapal.

Curved shell block, blok ini sudah terdapat bagian yang melengkung

cukup besar sehingga memerlukan pekerjaan ending yang cukup lama dan

24
peralatan bending yang memadai khususnya pelat lambung kapal bagian

depan, bagian belakang dan daerah bilga.

Superstructure block, blok ini terdiri dari pelat pelat datar yang

digabung. Pekerjaannya tidat terlalu sulit dan tidak memerlukan peralatan

yang khusus.

Engine room dan Inner bottom, blok ini berbentuk datar, tetapi dalam

pengerjaannya perlu ketelitian yang tinggi sehingga memerlukan tenaga

kerja yang terampil.

Special block, merupakan bentuk blok yang khusus. Yang termasuk

kategori blok ini adalah konstruksi kemudi, hatch coaming dan lain lain.

2.4 Manajemen Proyek

Dewasa ini manajemen proyek sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan

persoalan konstruksi, baik dalam skala besar maupun skala kecil. Manajemen

proyek sendiri adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen secara sistematis pada

suatu proyek, dengan menggunakan resource/sumber daya (manusia, barang dan

peralatan) secara efektif dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara optimal.

Manajemen proyek adalah pengelolaan suatu proyek yang mencakup

proses pelingkupan, perencanaan, penyediaan staf, pengorganisasian, dan

pengontrolan suatu proyek.

Manajemen proyek yang efektif adalah bagaimana merencanakan,

mengelola dan menghantarkan proyek tepat waktu dan dalam rentang anggaran.

Jika dalam mengerjakan tugas dan menggunakan alat dan bahan, manusia tidak

dibatasi oleh waktu dan biaya tentu saja manajemen proyek tidak diperlukan.

25
Kunci sukses manajemen proyek adalah pengetahuan seorang manajer

proyek tentang pemanfaatan tiga hal yang saling berkaitan dan mempengaruhi,

ketiga hal tersebut adalah uang, waktu dan cakupan pekerjaan.

Mengatur suatu proyek, hal yang paling penting adalah merencanakan

proyek itu dengan sangat hati-hati dan teliti untuk menciptakan hasil yang

optimal.

Dalam penelitian ini, akan dibahas proses menentukan lintasan kritis dari

proyek pembangunan Rusunawa. Penentuan lintasan kritis ini dicari dengan

menggunakan metode CPM.

Metode Lintasan Kritis (Critical Path Method - CPM) merupakan metode

yang digunakan untuk menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu proyek.

Dalam metode ini, pekerjaan-pekerjaan dan ketergantungannya dimodelkan dalam

suatu jaringan yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan waktu tercepat dalam

menyelesaikan masing-masing pekerjaan.

Pada saat ini, penjadwalan dengan hanya memperhitungkan durasi dan

ketergantungan pekerjaan saja tidak cukup. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya

faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam menjadwalkan suatu proyek. Salah

satu faktor yang paling menentukan adalah waktu penjadwalan suatu proyek. Oleh

karena itu, banyak sekali metode yang dikembangkan untuk mengatasi masalah

ini, salah satu metode tersebut adalah metode lintasan kritis.

Manfaat yang diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai

berikut.

26
1) Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh proyek

tertunda penyelesaiannya.

2) Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya bila pekerjaan-pekerjaan yang ada di

lintasan kritis dapat dipercepat.

3) Pengawasan atau kontrol hanya diperketat pada lintasan kritis saja, sehingga

pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis perlu pengawasan ketat agar tidak

tertunda dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang

efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum

dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya

dengan tambahan biaya atau lembur.

2. 4.1 Gambaran Umum Jaringan Kerja (Network Planing )

Network planing adalah suatu sistem yang khusus, yang dikembangkan

dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengendalian atas beberapa

bagian perindustrian modern yang bersifat kompleks. Seperti diketahui bahwa

suatu proyek atau pekerjaan terdiri dari bagian-bagian pekerjaan atau istilah lain

kegiatan-kegiatan dan bila diperhitungkan kegiatan ini berhubungan / mempunyai

sifat saling ketergantungan satu sama lain.

Network planing adalah suatu perencanaan, yang menjawab pertanyaan

bagaimana mengelola suatu proyek dan merupakan dasar yang kokoh untuk

menentukan kebijakan-kebijakan dalam mengendalikan suatu proyek.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, network planing adalah salah

satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang berdasarkan

27
informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek

yang bersangkutan.

2.4.2 Persyaratan Pembentukan Network Planing

Persyaratan yang harus dipenuhi agar aplikasi Network Planing pada

proses perakitan struktur jacket dapat memberikan informasi/ manfaat antara lain :

1. Model harus lengkap

Seperti yang kita ketahui Network Planing merupakan model informasi

kegiatan yang ada dalam network diagram. Disamping informasi

kegiatan,masih diperlukan sumber daya, yang bertujuan memberi

informasi yang tepat agar sumber daya yang dibutuhkandalam keadaan

siap pakai.

2. Model harus cocok

Network planing untuk pembangunan kapal tentu saja berbeda dengan

Network Planing untuk pembangunan struktur yang ada didarat dan

berbeda pula dengan network untuk penelitian dan pengembangan.

3. Asumsi yang digunakan tepat

Network planing sebagai metode perencanaan mau tidak mau harus

menggunakan asumsi karena keberhasilan Network Planing sangat

bergantung pada asumsi yang digunakan.

2.4.3 Bentuk Network Diagram

Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planing.

Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan

28
urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan

network diagram dapat dilihat kaitan suatu kegiatan dengan kegiatan-kegiatan

lainnya, serta dengan network diagram ini kita dapat mengetahui kegiatan-

kegiatan mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kritisnya

dapat ditetakkan skala prioritas dalam menagani masalah-masalah yang timbul

selama pelaksanaan kegiatan proyek.

Berikut ini adalah beberapa pegangan dalam menggambar jaringan kerja :

a. Lukiskan anaka panah dengan garis penuh dari kiri kekanan, dengan garis

putus untuk dummy.

b. Dalam menggambar anak panah usahakan adanya bagian yang mendatar

untuk tempat keterangan kegiaatan dan ukuran waktu.

c. Keterangan kegiatan ditulis diatas anak panah, sedangkan kurun waktu

dibawahnya.

d. Kecuali untuk hal khusus, panjang anak panah tidak ada kaitannya dengan

lamanya kurun waktu.

e. Peristiwa/kejadian dilukiskan sebagai lingkaran, dengan nomor yang

bersangkutan jika mungkin berada didalamnya.

f. Nomor peristiwa sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri.

Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan suatu network

diagram dalam CPM-type system adalah sebagai berikut:

Anak panah = arrow, menyatakan sebuah kegiatan atau aktifitas.

Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang memerlukan duration

29
(jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resource (sumber

tenaga, peralatan,

material, biaya. Panjang ataupun kemiringan anak panah tidak

mempunyai arti apapun. Sehingga tidak perlu menggunakan skala.

Kepala anak panah menjadi arah bahwa kegiatan dimulai dari

permulaan dan menuju akhir.

Lingkaran kecil = node, menentukan sebuah kejadian atau event.

Kejadian di sini didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu

atau beberapa kegiatan.

Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy.

Dummy disini digunakan untuk membatasi mulainya kegiatan. Seperti

halnya arrow panjang, ketebalan dan kemiringan dummy tidak perlu

berskala. Perbedaan dummy. dengan kegiatan biasa adalah dummy

tidak mempunyai durasi (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai

atau menghabiskan sejumlah resource.

Anak panah tebal menyatakan kegiatan pada lintasan/kegiatan kritis.

2.4.3.1 Asumsi dan cara perhitungan.

Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu digunakan tiga buah

asumsi dasar, yaitu.

30
1) Proyek hanya memiliki satu initial event (titik awal) dan satu terminal event

(titik akhir).

2) Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.

3) Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah SPL = 0 untuk event ini.

Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu

cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur

(backward computation).

Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur,

digunakan lingkaran kejadian (event), lingkaran kejadian ini dibagi atas tiga

bagian dan digambarkan seperti gambar 2.10.

b
a
c
Gambar 2.12. Lingkaran kejadian.

Keterangan :

a = ruang untuk nomor event.

b = ruang untuk menunjukkan saat paling awal terjadinya event (SPA),

yang merupakan hasil perhitungan maju.

c = ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event

(SPL), yang merupakan hasil perhitungan mundur.

31
Setelah network dari suatu proyek digambarkan, dan setiap node dibagi

menjadi tiga bagian , maka langkah selanjutnya adalah memberi nomor pada

masing-masing node. Kemudian mencantumkan pada setiap anak panah

(kegiatan) perkiraan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan.

Letak angka yang menunjukkan waktu kegiatan, terletak di bawah anak

panah. Satuan waktu yang digunakan pada seluruh proyek harus sama, sebagai

contoh pemakaian minggu, hari dan lain-lain. Yang paling penting adalah, apabila

perhitungan dilakukan dengan tidak menggunakan komputer, maka sebaiknya

duration ini menggunakan angka-angka yang bulat.

32

You might also like