You are on page 1of 8

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad

A. Kelahiran

Para ulama dan penulis sirah sepakat bahwa hari kelahiran Muhammad jatuh
pada bulan Rabiul Awal.[24] Muhammad lahir di Mekkah, kota bagian selatan Jazirah
Arab, sekitar tahun 570, berdekatan dengan Tahun Gajah yang merupakan tahun
kegagalan penyerangan Mekkah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan
Abrahah.[25][26] Pendapat paling mashyur merujuk tanggal 12 Rabiul Awal sebagai hari
kelahiran Muhammad. Berdasarkan teks hadis, Muhammad menyebut hari Senin
sebagai hari kelahirannya. Penulis sirah Sulaiman Al-Manshurfuri dan ahli astronomi
Mahmud Basya dalam penelitiannya melacak hari Senin yang dimaksud bertepatan
dengan tanggal 9 Rabiul Awal.

Muhammad berasal dari salah satu klan suku Quraisy yakni Bani Hasyim yang
mewarisi silsilah terhormat di Mekkah, meskipun tak terpandang karena
kekayaannya.[27] Ayahnya, Abdullah meninggal saat Muhammad masih dalam
kandungan, enam bulan sebelum kelahiran.[28] Muhammad bayi dibawa tinggal bersama
keluarga dusun di pedalaman, mengikuti tradisi perkotaan kala itu untuk memperkuat
fisik dan menghindarkan anak dari penyakit perkotaan.[29] Ia diasuh dan disusui oleh
Halimah binti Abi Dhuayb di kampung Bani Saad selama dua tahun.[30] Setelah itu,
Muhammad kecil dikembalikan untuk diasuh kepada budak Ummu Aiman. Pada usia
ke-6, Muhammad kehilangan ibunya, Aminah karena sakit.[30][31] Selama dua tahun
berikutnya, kebutuhan Muhammad ditanggung dan dicukupi oleh kakeknya dari
keluarga ayah, 'Abd al-Muththalib. Ketika berusia delapan tahun, kakeknya meninggal
dan Muhammad berikutnya diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang tampil sebagai
pemuka Bani Hasyim sepeninggal Abdul Muththalib.[30][32]

B. Perkenalan dengan Khadijah

Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang
dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu
untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang
umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad
sering menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan
sifatnya yang dapat dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak
dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat
jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama
Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab.
Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai
pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika sekembalinya
Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.

Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka
menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia
mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan
Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah
tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki
budaya yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang
janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai
orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal
yang lebih penting.

C. Memperoleh gelar

Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam


perbaikan Kakbah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa
yang berhak meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah
tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku
Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya
ia memperoleh gelar Al Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan
keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak,
angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal
menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta
berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua
kejahatan yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti
berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal
sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".

D. Kerasulan

Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu. Muhammad


dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan
pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira'
sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali
sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari
ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir dengan
mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.

Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17
Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan
surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq.
Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya,
namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali
meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia
dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya." Al-Alaq 96: 1-5
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun
kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari).
Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali ke rumahnya, diriwayatkan
ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian akibat peristiwa yang
baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar memberinya selimut.

Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak


Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah
bin Naufal seorang pendeta yang buta. Waraqah banyak mengetahui nubuat tentang nabi
terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami
Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang
nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nms al-Akbar (Malaikat Jibril)
telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka
akan memusuhi dan melawannya.

Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka


waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang
sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul
(sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun sejauh itu
dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qurn
(bacaan).

Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas),
terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan
landasan peraturan yang ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian
ayat lain yang diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian
perlu ada interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang
terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh
langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari,
sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku
dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.

E. Mendapatkan pengikut

Artikel utama untuk bagian ini adalah: As-Sabiqun al-Awwalun. Selama tiga tahun
pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam
secara terbatas di kalangan teman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah
timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat
terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini
bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-
masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang
dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah
dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka
agama Islam. Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar,
Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits,
Amr bin Nufail yang kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua
pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-
tama.

F. Penyebaran Islam

Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam,
Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat
Mekkah, respons yang ia terima sangat keras dan masif. Ini disebabkan karena ajaran
Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan
pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal menyatakan
bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup orang Mekkah.
Akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah dan
kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang menentangnya, Muhammad
dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina, disingkirkan, dan dikucilkan
dari pergaulan masyarakat Mekkah.

Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah


besar. Para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke
negeri Syam, Persia, dan kawasan jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang
penasaran dan tertarik kemudian datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar
langsung dari Muhammad, penampilan dan kepribadian baiknya yang sudah terkenal
memudahkannya untuk mendapat simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar.
Hal ini menjadi semakin mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh
petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran Islam, meskipun
banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar
di Mekkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari
negeri Farsi (sekarang Iran), salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi, seorang
ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.

Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini
mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah) ke Habsyah (sekarang Ethiopia).
Negus atau raja Habsyah, seorang Kristen yang adil, memperbolehkan orang-orang
Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah.
Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200
mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.

G. Hijrah ke Madinah

Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk
beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan
dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk
menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah
sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang
telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah
secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi para pemeluk Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.

Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke


Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas
bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir
dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk
berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan
para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan
berhijrah ke Yastrib pada tahun 622 M.

H. Masjid Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.

Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah,


masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila
dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama
kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian
perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang
kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai
Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).

Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan) Islam diwujudkan di bawah pimpinan


Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah,
begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam periode setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian serangan, teror, ancaman
pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa Mekkah, akan tetapi
semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang saat itu telah bersatu di
Madinah.
I. Pembebasan Mekkah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembebasan Mekkah. Tahun 629 M, tahun
ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan
membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk
menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah.
Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju
untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan
diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun
berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah,
dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah
Arab. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan
semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum
dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.

J. Wafat

Pada bulan Juni 632 M, dia mengalami sakit ketika tengah berada di rumah
Maimunah namun kemudian meminta pindah ke rumah Aisyah. Setelah sebelumnya
mengalami demam dan beberapa kali pingsan, dia meminta kepada Abu Bakar untuk
menggantikannya mengimami jamaah. Diapun akhirnya meninggal dalam pangkuan
Aisyah dan jenazahnya dikuburkan di rumah istrinya tersebut.

You might also like