You are on page 1of 10

Teori Institusional (Institutional Theory)

by Ferry Roen

Institusionalisasi
Teori institusional core idea-nya adalah terbentuknya organisasi oleh karena tekanan
lingkungan institusional yang menyebabkan terjadinya institusionalisasi. Zukler (1987) dalam
Donaldson (1995), menyatakan bahwa ide atau gagasan pada lingkungan institusional yang
membentuk bahasa dan simbol yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken
for granted) sebagai norma-norma dalam konsep organisasi. Eksistensi organisasi terjadi pada
cakupan organisasional yang luas dimana setiap organisasi saling mempengaruhi bentuk
organisasi lainnya lewat proses adopsi atau institusionalisasi.
Di Maggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), menyebutnya sebagai proses imitasi
atau adopsi mimetic sebuah organisasi terhadap elemen organisasi lainnya.
Menurut Di Maggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), organisasi terbentuk oleh
lingkungan institusional yang ada di sekitar mereka. Ide-ide yang berpengaruh kemudian di
institusionalkan dan dianggap sah dan diterima sebagai cara berpikir ala organisasi tersebut.
Proses legitimasi sering dilakukan oleh organisasi melalui tekanan negara-negara dan
pernyataan-pernyataan. Teori institusional dikenal karena penegasannya atas organisasi hanya
sebagai simbol dan ritual.
Perspektif yang lain dikemukakan oleh Meyer dan Scott (1983) dalam Donaldson (1995), yang
mengklaim bahwa organisasi berada dibawah tekanan berbagai kekuatan sosial guna
melengkapi dan menyelaraskan sebuah struktur, organisasi harus melakukan kompromi dan
memelihara struktur operasional secara terpisah, karena struktur organisasi tidak ditentukan
oleh situasi lingkungan tugas, tetapi lebih dipengaruhi oleh situasi masyarakat secara umum
dimana bentuk sebuah organisasi ditentukan oleh legitimasi, efektifitas dan rasionalitas pada
masyarakat.
Kekhususan teori institusional terletak pada paradigma norma-norma dan legitimasi, cara
berpikir dan semua fenomena sosiokultural yang konsisten dengan instrumen tehnis pada
organisasi. DiMaggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), melihat bahwa organisasi
terbentuk karena kekuatan di luar organisasi yang membentuk lewat proses mimicry atau
imitasi dan compliance. Kontributor lain teori ini adalah Meyer dan Scott (1983) dalam
Donaldson (1995), menyatakan bahwa organisasi berada di bawah tekanan untuk menciptakan
bentuk-bentuk sosial yang hanya terbentuk oleh pendekatan konformitas dan berisi struktur-
struktur terpisah pada aras operasional.
DiMaggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), melihat ada tiga bentukan institusional
yang bersifat isomorphis yaitu, pertama; coersif isomorphis yang menunjukkan bahwa
organisasi mengambil beberapa bentuk atau melakukan adopsi terhadap organisasi lain karena
tekanan-tekanan negara dan organisasi lain atau masyarakat yang lebih luas. Kedua; mimesis
isomorphis, yaitu imitasi sebuah organisasi oleh organisasi yang lain. Ketiga, normatif
isomorphis, karena adanya tuntutan profesional. Sementara konsep lain pada teori institusional
menurut Meyer dan Scott (1983) dalam Donaldson (1995) adalah loose-coupling yaitu teori
institusional mengambil tempatnya sebagai sistem terbuka.
Coercive isomorphism (ketika organisasi terpaksa melakukan adopsi struktur atau aturan).
Mimetic Isomorphism (ketika organisasi mengkopi atau meniru organisasi lainnya, biasanya
disebabkan karena ketidakpastian). Normative Isomorphism (ketika orang mengadopsi berbagai
bentuk karena tuntutan profesional organisasi sementara itu sendiri mengklaim bahwa mereka
superior), Di Maggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), kemudian mengidentifikasikan
beberapa penyesuaian organisasi pada teori institusional antara lain:
1. Penyesuaian Kategorial
Hal ini terjadi ketika aturan-aturan institusional mengarahkan organisasi membentuk struktur
mereka. Konvensi-konvensi tersebut kemudian ia akan menghasilkan struktur yang homogen.
Konvensi-konvensi tersebut kemudian menjadi semacam kamus struktur (Meyer dan Rowan,
1977). Organisasi digabungkan dalam sebuah sistem keyakinan kognitif seperti ini karena akan
memperbesar legitimasi mereka dan akan menambah sumber dan kapasitas ketahanan
mereka.
2. Penyesuaian Struktural
Disebabkan oleh peraturan pemerintah, ketidakpastian lingkungan, atau mencari legitimasi.
Perusahaan akan mengadopsi struktur organisasi yang spesifik (biasanya dengan menyewa
seseorang dari perusahaan yang sukses atau menyewa konsultan). Pemerintah biasanya
memberlakukan peraturan baru pada organisasi seperti program keselamatan kerja atau
kelompok gerakan afirmatif. Kelompok profesional biasanya membentuk sejumlah program-
program akreditasi.
3. Penyesuaian Prosedural
Disamping struktur, organisasi biasanya terpengaruh untuk melakukan sesuatu dalam beberapa
cara pula. Kadangkala penyesuaian atau adopsi adalah hasil dari ketidakpastian atau paksaan
(coersive), dan pemaknaan normatif. Pada umumnya rasionalitas mitos atau ritual diacu dari
Meyer dan Rowan (1977), sebagai prosedur standar pada program TQM (Total Quality
Management), PERT Chart (Program Evaluation Review Techniques) dalam mencapai standar
prosedur pengoperasian, dua kelompok utama yang membutuhkan prosedur adalah pemerintah
dan kelompok profesional (DiMaqqio dan Powell, 1983). Para pengacara menjadi perantara
bagi keduanya dan menguasai sebagian prosedur keorganisasian.
4. Penyesuaian Personil
Organisasi modern memiliki berbagai aturan spesialisasi disertai dengan sertifikat profesional
(khususnya pada organisasi di Barat). Penyesuaian terhadap aturan-aturan institusi biasanya
perlu untuk menyewa atau menggunakan personil yang spesifik. Kebutuhan lisensi atau
akreditasi biasanya harus memenuhi presentasi (%) kualifikasi personil dalam posisi kunci.
Sertifikat sangat penting sebagai sumber legitimasi. Kebutuhan pendidikan selalu meningkat
sesuai bagian dari posisi kerja walaupun tidak jelas hubungan antara tujuan pendidikan dengan
produktifitas. Hal ini terlihat jelas pada benda institusional ketimbang ketrampilan tehnis yang
berbasis pada efektivitas. Memiliki secarik sertifikat atau pekerja berpendidikan merupakan
signal bagi lingkungan bahwa seseorang merupakan pekerja modern, perusahaan yang
bertanggung jawab menggunakan kriteria rasional dalam menyeleksi dan mempromosikan
personilnya.
Pertanyaan mengapa organisasi pada umumnya (sebagai fakta sosial) melakukan isomorphis?
Jawabannya menurut penganut teori institusional adalah karena organisasi mengadaptasikan
dirinya lewat proses mimesis atau pengadopsian dan imitasi isomorphis, berupa penerimaan
nilai-nilai, norma-norma dalam membentuk aturan yang dilegitimasi. Pemenuhan lewat nilai-nilai
dan norma-norma dapat terjadi karena perilaku sebagai implikasi dari penerimaan nilai dan
norma tersebut dapat dipahami dan bersifat taken for granted. Realitas bagi penganut teori
institusional merupakan produk dari proses sosial. Pilihan sosial dilakukan dan dimediasikan
serta dihubungkan oleh perencanaan institusional.
Penganut teori institusional meyakini bahwa keteraturan dapat dicapai melalui institusi. Teori ini
mengkritisi model ekonomi neo-klasik, yang menurut hemat mereka mendiskriminasikan atau
menciptakan asumsi yang tidak rasional antara nilai-nilai pasar dengan nilai-nilai sosial. Mereka
menolak model rasional aktor dan curiga terhadap deduksi yang dirumuskan pada model neo-
klasik karena dominannya kepentingan pribadi di dalamnya. Penganut teori ini mempercayai
bahwa keteraturan dapat dicapai via institusi, dimana institusi dibangun atas tindakan sosial.
Institusi merupakan tempat untuk membatasi individu dan kelompok.
Studi empiris terhadap coersif isomorphism dilakukan oleh Tolbert dan Zuckler (1983),
Fleigstein (1990), Baron (1986), Dobbin (1988), Orru (1991), dalam Donaldson (1995). Studi
Tolbert Zuckler (1983), mendukung adanya coersif isomorphism dalam penjelasan kognitif
terhadap efek institusional. Mereka menemukan bahwa proses coersif harusnya mengadopsi
bentuk yang lain terhadap organisasi sebagai alternatif pembentuk bukan hanya bersifat taken
for granted, menerima nilai-nilai dan norma-norma dalam lingkungan tetapi perlu ada faktor
actor pada organisasi yang menentukan bentuk organisasi. Fleigstein (1990) dalam Donaldson
(1995), mendukung adanya coersif isomorphism sebagai aspek yang terjadi dalam organisasi,
namun temuan Fleigstein menunjukkan bahwa aspek strategi dalam organisasi yang lebih
menentukan struktur.
Baron (1986) dalam Donaldson (1995), menjelaskan bahwa coersif isomorphism terbentuk oleh
faktor besaran (size) organisasi. Dobbin (1988) dalam Donaldson (1995), menjelaskan bahwa
coersif isomorphism dipengaruhi oleh besaran, penyeragaman (unionization), dan pemerintah.
Orru (1991) dalam Donaldson (1995), melihat ada kekhasan isomorphis pada pola, strategi dan
budaya setempat yang menentukan adopsi organisasi. Jadi konsep ini merujuk pada organisasi
yang mengadopsi ciri-ciri tertentu karena tekanan dari negara, organisasi lain atau masyarakat
yang lebih luas.
Konsep ini menyebutkan ada berbagai macam tekanan antara lain dalam hal kekuasaan,
kewajiban legal, ancaman gugatan, perolehan legitimasi, sumber dana, subordinasi pada
organisasi induk, kebutuhan untuk menyesuaikan pada sebuah sistem tehnis (telekomunikasi
dan interkoneksi), penyesuaian dengan aturan-aturan yang dilembagakan. Kesemuanya ini
perlu mendapat penerimaan pada struktur organisasi yang kuat dan hirarki serta idiologiidiologi
yang terasionalisasi. Bentuk-bentuk coersif tersebut bisa formal maupun informal dan mengarah
pada kepatuhan atau hanya kepatuhan secara sitiuasional. Penyelidikan empiris Isomorphisme
Coersif yang dipelajari oleh kelima peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tolbert dan Zuckler (1983)
Mereka menemukan bahwa disuatu negara dimana pemerintahan negara secara legal
membutuhkan suatu bentuk pengadopsian pemerintahan kota, maka mereka mengadopsi
peraturan-peraturan pelayanan sipil lebih dahulu katimbang dalam negara yang tidak memiliki
aturan legal demikian.
Pemikiran ini konsisten dengan pemikiran Weberian yang menyatakan bahwa tatanan legal
dapat menyebabkan kepatuhan badan-badan yang berada pada satu subyek.
2. Fleigstein (1990)
Ia mengungkapkan peran negara secara ekstensif pada badan ekonomi khususnya pengaruh
peraturan anti trust dalam mewujudkan bentuk dan tingkatan difersifikasi. Fleigstein (1990),
berusaha membuktikan bahwa teori institusional berusaha menunjukkan secara empiris
bagaimana peran negara dalam pembentukkan organisasi. Menurut Donaldson (1995) hal ini
merupakan subyektifitas Fleigstein. Aspek yang subyektif pada teori institusional adalah
mengenai kontrol dan hal-hal kognitif yang hanya merupakan interpretasi Fleigstein semata.
Fleigstein mengemukakan bahwa negara mempengaruhi tingkat difersifikasi yang digunakan
oleh sebuah koorporasi dalam strategi mereka, karena strategi difersifikasi mempengaruhi
struktur organisasi. Akan tetapi hal ini menurut Donaldson (1995) tidak terjadi secara langsung
karena struktur organisasi lebih dipengaruhi oleh strategi.
3. Baron (1986)
Baron (1986), meneliti perubahan-perubahan administrasi personel pada industri Amerika
Serikat selama PD-II. Selama masa perang, pemerintah di negara liberal (Barat) sangat
dominan dalam menjalankan kehidupan kenegaraan (dilegitimasi oleh situasi gawat darurat),
yang menurunkan otonomi dari sektor swasta dan badan-badan komersial lainnya. Badan-
badan tersebut mengubah administrasi personel internal mereka, yang pada situsasi gawat
darurat diperlukan oleh pemerintah. Hal ini menunjukkan besarnya kekuatan negara terhadap
organisasi.
4. Dobbin (1988)
Ia meneliti tentang kasus jabatan-jabatan personel. Dobbin membuat indeks jumlah personel
dibandingkan dengan pengaruh jumlah, penyatuan, dan pemerintahan. Hasilnya Dobbin
mendukung pengaruh pemerintahan pada organisasi sebagai bentuk isomorphis coersif dan
mendukung aspek-aspek yang dikemukakan Baron. Dobbin juga mempelajari tentang
pengadopsian oleh organisasi yang berorientasi pada elemen struktural, guna menjamin proses
yang sedang berlangsung atau dipakai untuk para pegawai. Apa yang diungkapkan Dobbin
menunjukkan bahwa pemerintah mempengaruhi organisasi yang menjadi bagian dari
pemerintah atau bergantung terhadap pemerintah.
5. Orru (1991)
Orru (1991), menyajikan analisis mengenai organisasi pasar di Jepang, Korea Selatan dan
Taiwan yang terbentuk secara institusional. Ia menunjukkan adanya perbedaan karakter
institusionalisasi yang khas di masing-masing negara tersebut. Karakter institusional di masing-
masing negara memiliki keistimewaan tersendiri, termasuk pada sistem pemerintahan negara,
pola warisan kekayaan, strategi dan kebijakan, dan definisi kultur dari organisasi yang
terlegitimasi. Obyek studi Orru sebenarnya berfokus bukan pada perusahaan, akan tetapi lebih
pada kelompok-kelompok perusahaan sebagai kunci untuk mengetahui kondisi tiap negara dan
homogenitas pada tiap negara. Ia berusaha untuk meneliti tentang peranan negara dan efek
dari kekayaan milik perusahaan keluarga.
Kesimpulan dari kelima peneliti ini adalah; bukti tentang struktur internal organisasi dipengaruhi
oleh negara. Tahap analisa pada teori institusional biasanya dimulai dengan persoalan adaptasi
intern perusahaan kemudian baru dibahas tentang persoalan institusional. Penekanan yang
dilakukan organisasi adalah entitas yang diberdayakan dengan memberi arti dan penyesuaian
secara antusias terhadap perilaku individual. Pada perusahaan multinasional manajer berfungsi
sebagai subyek organisasi, ditinjau dari sisi perusahaan dan pengaruh luar, hal ini menjadi hal
yang paling utama yang dibahas oleh teori institusional. (Doz dan Prahalad, 1991).
Dampak negara terhadap struktur organisasional secara langsung dipelajari pada tiga penilitian;
Tolbert dan Zuckler, Baron, Dobbin. Secara tidak langsung (melalui strategi) dikemukakan oleh
Fleigstein. Baik secara langsung maupun tidak langsung hal ini merupakan kesimpulan yang
dibuat oleh Orru. Pengaruh-pengaruh yang mencerminkan koersi (pemaksaan/tekanan) dan
kewajiban legal dapat pula merefleksikan kekuasaan negara yang memberikan legitimasi atau
penghargaan berupa kontrak, sertifikat dan lainnya. Jadi kekuasaan negara terhadap organisasi
yang menjadi subyek hanya merujuk pada konsep coersif ishomorphism pada teori institusional.
Aspek ini didukung oleh kelima peneliti tersebut.
Isomorphisme mimetis, merujuk pada peniruan dari suatu organisasi oleh organisasi lain (Di
Maggio dan Powell, 1991, 1969) dalam Donaldson (1995). Bila tidak yakin mengenai
bagaimana upaya untuk melangkah maju, sebuah organisasi dapat meniru dari organisasi yang
lain. Pola ini memfokuskan pada organisasi-organisasi yang terlihat lebih sukses dan lebih
mendapatkan legitimasi dari organisasi yang menirunya. Bagi sebuah organisasi dengan suatu
masalah yang memerlukan solusi secara rasional, terutama yang berada dibawah
ketidakpastian, dalam artian tidak dimilikinya pengetahuan ilmiah mengenai solusi paling efektif
maka organisasi tersebut melakukan adopsi terhadap organisasi yang lain.
Ada empat isu yang dibahas pada isomorphisme mimesis yaitu:
1. Peningkatan isomorphisme
Mengungkapkan definisi peningkatan isomorphisme institusional adalah peningkatan
homogenitas antara negara-negara di Amerika Serikat, yang mengindikasikan peningkatan
homogenisasi pada negara sebagai refleksi proses institusionalisasi berupa penyesuaian dan
rasionalisasi.
2. Late Adoption
Tolbert dan Zuckler (1983) menggunakan sebuah kasus untuk menjelaskan secara institusional
analisis mereka mengenai pengadopsian secara historis dari peraturan sipil sebagai bagian dari
reformasi administrasi kependudukan di Amerika Serikat. Mereka mengemukakan bahwa
pengadopsian awal dari praktek-praktek tersebut oleh beberapa kota merupakan suatu upaya
rasional untuk mengatasi masalah. Pengadopsian selanjutnya oleh kota lain merupakan suatu
respons terhadap apa yang telah menjadi norma institusional yang menentukan praktek-praktek
legitimasi. Tolbert dan Zuckler (1983) melihat perubahan struktur sebagai orientasi terhadap
keefektifan internal untuk pengadopsian awal, tetapi tidak terhadap penyesuaian institusional
selanjutnya. Ia hanya berupa adopsi nilai-nilai dan norma-norma.
3. Teori institusional sebagai sebuah tradisi
Teori institusional sebagai sebuah tradisi dijelaskan oleh Eisenhardt (1998) dari
pengamatannya terhadap sistem pembayaran yang berbeda-beda yang digunakan pada toko-
toko retail. Alasan mengapa toko-toko retail atau grosir membayar dengan cara yang berbeda
adalah karena sejak awal toko-toko tesebut sudah menerapkan cara-cara demikian atau sudah
menjadi tradisi.
4. Mimicry
Fleigstein (1985) menawarkan sebuah analisis secara sosiologis mengenai penyebabpenyebab
pengadopsian struktur yang bersifat multidivisi oleh sebuah koorporasi. Fleigstein (1985)
kemudian menemukan bukti bahwa perusahaan lebih suka mengadopsi struktur multidivisional
sebagaimana telah mereka temukan dari perusahaan lain dalam industri yang sama yang telah
melakukannya. Hal ini diidentifikasikannya sebagai efek mimesis. Fleigstein juga mencatat
bahwa perusahaan akan mendivisionalisasikan strukturnya apabila pesaing-pesaing merubah
strukturnya pula. Bila pesaing mengadopsi struktur yang layak, dan mereka mencapai
performansi organisasi yang secara relatif superior dibanding perusahaan yang sudah dan
belum mendivisionalisasikan strukturnya maka akan terjadi apa yang disebut sebagai efek
mimesis.
Loose-coupling, menjelaskan organisasi sebagai sistem terbuka agak berbeda dengan
pandangan konvensional teori organisasi yang melihat pengoperasian organisasi sebagai inti
pembahasan. Pengoperasian lewat pengendalian terhadap hirarki manajemen atau tugas
manajemen dalam penjelasan teori institusional bukanlah variabel utama, tetapi lingkungan
institusionallah yang lebih menentukan lewat penjelasan idiologi, norma, dan nilai-nilai pada
masyarakat sebagai variabel utama penjelasan teori organisasi sebagai sebuah sistem terbuka.
Hal ini dijelaskan oleh argumen Meyer dan Scott (1983, dalam Donaldson, 1995), pada
penilitian mereka terhadap sekolah di Amerika Serikat yang membuktikan adanya loose-
coupling pada organisasi karena tekanan lingkungan institusional, dengan kata-kata mereka
sebagai berikut:
Agreement on the nature of the school system and norms governing it are worked out at quite
general collective levels (through political processes, the development of common symbols,
occupational agreements). Each school and district, and each teacher, each pricipal, and district
officer, acquires an understanding of eductional process and division of labour not from relating
to others within same institutional environtment. From sharing the same educational; culture
(hlm.176).
Dalam perspektif yang lain Donaldson (1995) melihat bahwa teori ini dibentuk karena adanya
konstruksi-konstruksi sosial. Menurut Donaldson (1995) teori ini berbasis pada Weber (1922),
tentang birokrasi, yang kemudian dikembangkan lebih lanjut misalnya oleh Meyer dan Rowan
(1977) yang berargumen bahwa legitimasi rasional pada struktur formal (legitimacy of rational
formal structures) memiliki pengaruh besar terhadap proses birokrasi. Norma-norma yang
berlaku pada masyarakat modern dibangun dalam aturan, pengertian, dan pemaknaan yang
diadopsikan ke dalam institusi struktur sosial.
Aturan-aturan institusional kemudian diidentifikasikan sebagai konstruksi sosial (Berger dan
Lukman, 1967), taken for granted, yang didukung oleh opini publik, dipaksa oleh undang-
undang (Starbuck, 1976). Institusi biasanya memasuki kehidupan sosial sebagai fakta yang
harus diterima oleh para aktor pada organisasi. Implikasinya adalah kegiatan manajemen
merupakan kegiatan ritual pada organisasi. Meyer dan Rowan (1977) menyebutkan pada
pengantar bukunya sebagai berikut;
In modern societies, formal organizational structures arise in institutionalized context. These
formal organization seek legitimacy from their environments in order to maintain survival.
Legitmacy by adopting, in ceremonial way, powerful myths in the shape of institutionalized
poducts, service, techniques, policies, and programs. Rationalized myths as the principles of
universalism (Parsons, 1971), contrcts, (Spencer, 1897), restitution (Durkheim, 1933) and
expertise (Weber, 1947) are reflected in diverse occupations, organizational programs and
organizational practices. Comformity to this institutional forces may conflict with the efficiency
criteria. On the other hand, opperations aimed towards the accomplisment of efficiencyare
said to undermine an organizations ceremonial conformity (p.340), and consequently, its
legitimacy. Thus in order to resolve these conflicts, organization build gaps between their formal
structures and actual works activities, and become loosely coopled (hlm.I).
DiMaggio dan Powell (1983) dalam Donaldson (1995), menyatakan bahwa trend
perkembangan birokrasi dan efisiensi yang dipacu oleh kompetisi yang dikembangkan oleh teori
Weber sudah tidak relevan lagi. Perkembangan birokrasi masih berlangsung tetapi tidak dipacu
oleh kompetisi dan pencapaian efisiensi, tapi karena birokrasi sudah menjadi norma-norma
pada sebuah organisasi dan merupakan bagian yang sifatnya homogen pada struktur
organisasi. Terjadi demikian karena adanya tekanan dari negara dan profesi-profesi pada
masyarakat.
Jadi teori ini dibahas dalam elemen kultural yang luas, struktur sosial dan simbol-simbol yang
membentuk lingkungan institusional. Adopsi terhadap struktur yang spesifik merupakan tujuan
utama pandangan teori ini katimbang pemaknaannya sebagai sebuah usaha untuk
meningkatkan performansi secara sempit pada sebuah organisasi.
Mainstream utama teori ini adalah proses isomorphism (pengadopsian) yang dibahas oleh
DiMaggio, Powell, dan Zuckler, dengan argumen mereka yang menyatakan bahwa organisasi
melakukan proses mimicry dan compliance dalam mendesain struktur organisasi. Teori
Institusional pada cakupan perusahaan multinasional memberikan sumbangan dalam hal
keluasan hubungan, kesadaran akan saling ketergantungan, informasi dan pola dari kompetisi,
dan tentang perilaku penggabungan antar organisasi sebagai faktor yang menentukan sebuah
organisasi beradaptasi, pada konteks lingkungan yang kompleks dan tak terkendali. Dalam hal
ini memang teori institusional sangat konsisten, terutama pada semangat awal pengkategorian
atau mengkatergorisasi pekerjaan dalam struktur perusahaan multinasional, serta memberikan
pemahaman terhadap studi tentang adaptasi organisasi dalam keberagaman tipe lingkungan
dimana sebuah perusahaan multinasional berada. Dalam tinjauan tertentu teori institusional
dapat diterapkan pada cakupan organisasi yang luas, karena teori institusional konsisten
dengan observasi mereka terhadap perusahaan multinasional dengan berbagai pendekatan
mereka khususnya terhadap organisasi transnasional. Dalam konteks perusahaan multinasional
pendekatan proses dalam manajemen dilakukan dengan dua jalan yaitu; strategi yang tepat
dan pencapaian tujuan dengan tingkat kesulitan tinggi.
Kritik Terhadap Teori Institusional
Kritik terhadap teori institusional dilakukan oleh Rogers (1962), Thompson (1967), Rumelt
(1974), Fleigstein (1985), Donaldson (1987), Eisenhardt (1998), Baron (1986), Dobbin (1988,
1991), Orru (1991), Mars dan Manari (1976, 1980), Suzuki (1980), Lincoln (1981), Oliver (1992),
Pfeffer dan Salancik (1978), Galakiewicz (1991), Kraatz dan Zajak (1992). Donaldson (1995),
sangat detail membahas teori ini, sekitar 50 halaman dicurahkan olehnya dalam buku American
Anti-Management Theories of Organization untuk membahas perspektif ini. Donaldson
menemukan adanya kontradiksi pada tubuh teori institusional baik dalam hal penulisan dan isi
paradigma yang oleh Donaldson digambarkan sebagai fatally flawed teoritically and
empiritically, terutama terhadap observasi yang dilakukan oleh Scott (1983) tentang teori
institusional yang masih belum matang. Dengan sinis dikatakan oleh Donaldson (1995) bahwa
observasi tersebut sebagai ketidakinginan untuk mencapai kedewasaan.
Donaldson (1995), melihat bahwa riset empiris pada mimetic isomorphism ternyata tidak
mendukung klaim adanya peningkatan bentuk srtuktur yang semakin homogen dan seragam.
Pendapat yang menyatakan bahwa coersif isomorphism berimplikasi terhadap struktur internal
organisasi ternyata hanya didukung oleh kelompok teoritisi institusional sendiri dan tidak
mendapat dukungan yang lebih luas dari teoritisi organisasi yang lain.
Begitu pula terhadap klaim loose-coupling yang dikemukakan oleh Meyer dan Scott dukungan
empirisnya sangat terbatas karena adanya kontradiksi verifikasi teori institusional dan konten
atau isi yang cacat secara teori dan empiris. Inkonsistensi teori ini terlihat pada pernyataan-
pernyataan teori institusional. Menurut Powell (1983) lingkungan merupakan determinan utama
yang menentukan struktur, oleh karenanya organisasi selalu dituntut untuk kreatif, sementara
menurut Meyer dan Scott (1983), pengaruh institusional terhadap organisasi semakin diperkuat
dengan adanya institusionalisasi organisasi dimana pengaruh pasar (market driven) ditentukan
dengan adanya penciptaan tugas situasional. Kemudian menurut Powell (1983), elit kekuasaan
lewat aturan-aturan yang diciptakan yang diterima oleh kelompok profesi atau yang lain yang
diterima sebagai nilai yang bersifat taken for granted akan menentukan struktur organisasi.
Teori ini sulit untuk berkembang lebih jauh karena begitu beragamnya formulasi teoritikal yang
cenderung antagonis. Perdebatan penganut teori ini tidak pernah tuntas. Yang terjadi adalah
kritik mengkritik antara penganut teori old institusional dengan new institusional. Penulis teori
institusional yang menyatakan diri sebagai new institusional menyatakan bahwa mereka
berbeda secara prinsip dengan penganut old institusional yang dikemukakan oleh Selznick,
North, Mitchell dan lainnya. Sementara Brint dan Kabarel mengkritisi teori new institusional
dengan mengatakan bahwa kritik mereka sebagai usaha memperbaharui apresiasi teori old
institusional, yang dikemukakan Selznick dan lainnya.
Sintesa lahirnya teori institusional sangat tidak konsisten terhadap dasar pengembangan teori
sebagai acuan yaitu terhadap pandangan Parson (1961), seorang sosiolog terkenal yang
berpengaruh terhadap perkembangan ilmu-ilmu sosial. Di dalam teorinya, Parson menyatakan
bahwa analisa terhadap organisasi dibagi atas tiga level yaitu; level tehnikal, manajerial dan
institusional. Pada level tehnik yang dibahas adalah pekerjaan sehari-hari, dalam level
manajerial yang dilakukan adalah koordinasi. Sedangkan pada level institusional pergumulan
yang dihadapi adalah pencarian legitimasi organisasi lewat transformasi nilai-nilai yang berlaku
di masyarakat. Menurut Scott (1983) mengatakan bahwa Talcot Parson mencoba
mengembangkan dan menyempurnakan suatu model analisis umum yang pantas untuk
menganalisis seluruh tipe kolektifitas, berbeda dengan metode Marxist yang memfokuskan
pada perubahan yang bersifat radikal. Parson menyelidiki mengapa sistem bersifat stabil dan
fungsional.
Sementara pandangan teoritisi institusional tidak memiliki pandangan yang sama sebagai dasar
pengembangan teori mereka. Model Parsons melihat bahwa organisasi selalu menghandle
proses transformasi input menjadi output, lewat pekerjaan-pekerjaan yang dilegitimasi oleh
masyarakat, pandangan Parson malahan konsisten dengan pengembangan teori struktur
kontingensi, dimana basis pembahasan teori ini bertumpu pada pengembangan performansi
organisasi.
Kraatz dan Zajac (1992) dalam Donaldson (1995) mengkritik hasil temuan Meyer (1988)
mengenai aspek mimetic isorphism pada perubahan struktur dalam teori institusional yang
menginterpretasikan bahwa struktur organisasi hanya diadopsi karena adanya ritual organisasi
katimbang secara rasional. Dari hasil penilitian Kraatz dan Zajac pada Liberal Art College
ditemukan bahwa perubahan struktur pada sekolah tersebut ternyata memilki penjelasan
rasional dengan motif ekonomi. Sementara temuan Meyer (1988) mengatakan bahwa ada
peningkatan institusional isomorphism pada sekolah-sekolah di beberapa negara bagian USA,
dimana terjadi homogenisasi struktur sekolah secara bersama-sama.
Berbeda dengan hasil penilitian Meyer (1988), yang ditemui oleh Kraatz dan Zajac (1992)
ternyata menunjukkan bahwa sekolah tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk
mengadopsi struktur dari sekolah lain. Kenyataannya mereka sangat berbeda antara satu
dengan lainnya, hal ini terlihat dari perubahan struktur yang dilakukan pada Liberal Art College
tersebut ternyata bersifat rasional dengan adanya berbagai instrumen dalam melakukan
adaptasi terhadap lingkungan. Kasus Liberal Arts College membuktikan bahwa teori
institusional gagal dalam menjelaskan perubahan struktural pada organisasi.
Perubahan struktural pada organisasi menurut Donaldson (1995) memperoleh penjelasannya
pada pendekatan teori struktur kontingensi.
Dalam mengukur kontribusi teori institusional terhadap organisasi yang berskopa luas dan
kompleks yaitu perusahan multinasional. Kritik terhadap teori ini dilakukan oleh Westley dan
Ghosal (1989), Scott (1987), Bartlet dan Ghosal (1989), Doz dan Prahalad (1991). Indikator
kontribusi teorKonsep ini menyebutkan ada berbagai macam tekanan antara lain dalam hal
kekuasaan, teori institusional adalah terbentuknya organisasi oleh karena tekanan lingkungan
institusional yang menyebabkan terjadinya institusionalisasi. Zukler (1987) dalam Donaldson
(1995), menyatakan bahwa ide atau gagasan pada lingkungan institusional yang membentuk
bahasa dan simbol yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted)
sebagai norma-norma dalam konsep organisasi. Eksistensi organisasi terjadi pada cakupan
organisasional yang luas dimana setiap organisasi saling mempengaruhi bentuk organisasi
lainnya lewat proses adopsi atau institusionalisasi.p style=text-align: justify;/pkewajiban legal,
ancaman gugatan, perolehan legitimasi, sumber dana, subordinasi pada organisasi induk,
kebutuhan untuk menyesuaikan pada sebuah sistem tehnis (telekomunikasi dan interkoneksi),
penyesuaian dengan aturan-aturan yang dilembagakan. Kesemuanya ini perlu mendapat
penerimaan pada struktur organisasi yang kuat dan hirarki serta idiologiidiologi yang
terasionalisasi. Bentuk-bentuk coersif tersebut bisa formal maupun informal dan mengarah
pada kepatuhan atau hanya kepatuhan secara sitiuasional. Penyelidikan empiris Isomorphisme
Coersif yang dipelajari oleh kelima peneliti adalah sebagai berikut:/pi institusional diukur pada
beberapa elemen manajemen antara lain determinansi teori ter Ia meneliti tentang kasus
jabatan-jabatan personel. Dobbin membuat indeks jumlah personel dibandingkan dengan
pengaruh jumlah, penyatuan, dan pemerintahan. Hasilnya Dobbin mendukung pengaruh
pemerintahan pada organisasi sebagai bentuk isomorphis coersif dan mendukung aspek-aspek
yang dikemukakan Baron. Dobbin juga mempelajari tentang pengadopsian oleh organisasi yang
berorientasi pada elemen struktural, guna menjamin proses yang sedang berlangsung atau
dipakai untuk para pegawai. Apa yang diungkapkan Dobbin menunjukkan bahwa pemerintah
mempengaruhi organisasi yang menjadi bagian dari pemerintah atau bergantung terhadap
pemerintah.hadap struktur, diferensiasi internal, optima In modern societies, formal
organizational structures arise in institutionalized context. These formal organization seek
legitimacy from their environments in order to maintain survival. Legitmacy by adopting, in
ceremonial way, powerful myths in the shape of institutionalized poducts, service, techniques,
policies, and programs. Rationalized myths as the principles of universalism (Parsons, 1971),
contrcts, (Spencer, 1897), restitution (Durkheim, 1933) and expertise (Weber, 1947) are
reflected in diverse occupations, organizational programs and organizational practices.
Comformity to this institutional forces may conflict with the efficiency criteria. On the other hand,
opperations aimed towards the accomplisment of efficiencyare said to undermine an
organizations ceremonial conformity (p.340), and consequently, its legitimacy. Thus in order to
resolve these conflicts, organization build gaps between their formal structures and actual works
activities, and become loosely coopled (hlm.I).lisasi pengambilan keputusan, pengelolaan
informasi, akselerasi, penciptaan hubungan antar perusahaan, kontinuitas dan pembelajaran.
Teori ini hanya konsisten dan antusias pada semangat awal memandang persoalan manajemen
perusahaan multinasional, namun teori ini perlu di kembangkan lebih lanjut terhadap level yang
lebih aplikatif. Pada manajemen perusahaan multinasional teori ini menjadi tidak relevan. Teori
institusional pada cakupan organisasional memberi sumbangan pada hal keluasan hubungan,
kesadaran akan saling ketergantungan, informasi dan pola-pola kompetisi, dan tentang perilaku
penggabungan antar organisasi sebagai faktor yang menentukan sebuah organisasi
beradaptasi, dalam konteks lingkungan yang kompleks dan tak terkendali. Dalam hal ini
memang teori institusional sangat konsisten terutama terhadap semangat awal pengkategorian
atau mengkategorisasi pekerjaan pada struktur perusahaan multinasional, serta memberikan
pemahaman bagi studi tentang adaptasi organisasi pada keberagaman tipe lingkungan dimana
sebuah perusahaan multinasional berada. Tinjauan tertentu teori institusional memang dapat
diterapkan pada cakupan organisasi yang luas, karena teori institus/p/pional konsisten dengan
observasi mereka terhadap perusahaan multinasional deng/p/pan berbagai pendekatan
mereka, khususnya terhadap organisasi transnasional pada tahap awal. Dalam konteks
perusahaan multinasional, pendekatan proses manajemen dilakukan dengan dua jalan yaitu;
strategi yang tepat dan pencapaian tujuan dengan tingkat kesulitan tinggi.
Tahap analisa pada teori institusional biasanya dimulai dengan persoalan adaptasi intern
perusahaan kemudian baru dibahas tentang persoalan institusional. Penekanan yang dilakukan
pada organisasi adalah entitas yang diberdayakan dengan memberi arti dan penyesuaian
secara antusias terhadap perilaku individual51. Pada perusahaan multinasional manajer
berfungsi sebagai subyek organisasi, ditinjau dari sisi perusahaan dan pengaruh luar, dan
menjadi hal paling utama yang dibahas oleh teori institusional namun perlu dilengkapi lagi pada
pengembangan teori ini karena masih tidak konsistennya asumsi teori ini dengan penerapannya
pada manajemen perusahaan multinasional.
Teori institusional tidak terlalu spesifik karena analisis dan konseptualisasi teori sangat
mekanistis untuk diaplikasikan pada perusahaan yang sifatnya transnasional tetapi teori
institusional sangat menolong untuk mengembangkan teori organisasi sebagai basis penilitian
karena teori institusional memungkinkan diformulasikannya persoalan hubungan antara pusat
organisasi dengan pemilik modal (subsidiaries), mengintegrasikan permintaan global dalam
berbagai tingkatan, baik secara individual maupun pada tingkatan hubungan antar
organisasi52. Jadi teori institusional sangat konsisten dalam pendekatan terhadap fenomena
organisasi pada kriteria awal yang menunjukkan bahwa teori ini masih perlu lagi untuk
dikembangkan. Kekurangan dari teori ini adalah disiplin terhadap perusahaan multinasional
yang dirasa kurang dalam hal metodelogi dan epistimologi yang berbeda antara teori dan
penerapannya pada kerja manajemen, khususnya manajemen perusahaan multinasional.
Ketidakkonsistenan metodelogi dan epistimologi pada perusahaan multinasional menurut Doz
dan Prahalad (1991) harus dibenahi oleh teori institusional karena fakta di perusahaan
multinasional menunjukkan bahwa seorang manajer adalah subyek dalam perusahaan dan
pemberi pengaruh terhadap lingkungan luar, bukan hanya sekedar melakukan tindakan
isomorphis atau melakukan ritual dalam organisasi dan berkompromi dengan pengaruh tekanan
dari lingkungan.
Teori institusional masih perlu lagi membangun mekanisme institutsional yang lebih berbasis
pada fenomena perusahaan multinasional. Kelemahan teori ini dalam manajemen perusahaan
multinasional adalah ketiadaan basis pendekatan terhadap manajemen perusahaan
multinasional karena metodelogi dan epistimologi yang berbeda antara antara para penganut
teori institusional dan pengamat yang meneliti manajemen perusahaan multinasional.
Sementara Scott (1987), melihat bahwa kelemahan teori institusional adalah karena tidak
menjelaskan secara spesifik antara analisis teori dan konseptualisasi mekanisme teori ini dalam
aplikasi manajemen perusahaan multinasional, misalnya formulasi terhadap persoalan
hubungan perusahaan pusat dengan pemilik modal, dan kemampuan organisasi merespons
kebutuhan-kebutuhan nasional maupun global pada level inter-organisasional.
Pengembangan teori institusional masih tidak terlalu spesifik pada analisis dan konseptualisasi.
Teori ini sangat mekanistis untuk diaplikasikan pada perusahaan yang sifatnya transnasional
tetapi menurut Scott (1987) teori institusional sangat menolong untuk mengembangkan teori
organisasi sebagai basis penilitian, teori institusional memungkinkan untuk diformulasikannya
persoalan hubungan antara pusat organisasi dengan pemilik modal (subsiders) dalam
perspektif perusahaan yang berskopa luas, serta mengintegrasikan permintaan global pada
berbagai tingkatan, baik secara individual maupun pada tingkatan hubungan antar organisasi.
Oleh karenanya teori ini direkomendasikan untuk diperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Tabel kriteria relevansi pada aras makro bagi sebuah teori organisasi:

Teori Institusional
Kesimpulan Teori Institusional
Teori institusional memberikan kontribusi sebagai dalil-dalil bahwa beberapa unsur struktur
internal organisasi dimunculkan oleh lingkungan institusional, khususnya oleh negara yang
memaksakan adanya pemenuhan atau penyesuaian (Di Maggio dan Powell (1983), Tolbert dan
Zuckler (1983), dalam Donaldson, 1995).
Dalam hubungan dengan teori struktur fungsional (dalam konteks akumulasi atau integrasi
paradigma teori organisasi), unsur fungsional yang diadopsi oleh organisasi adalah adaptasi
yang khusus, yang berguna bagi organisasi juga masyarakat, dan biasanya juga berguna bagi
kedua-duanya yaitu organisasi dan negara, yang dimotivasi untuk mendorong pengadopsian
dari unsur struktural yang tidak berhubungan dengan tujuan mereka (Parsons (1961,1966)
dalam Donaldson (1995), oleh karena itu pengadopsian dari segi struktural organisasi adalah
rasional khususnya pada tingkat kolektif.
Selznick (1948) menyatakan bahwa individu-individu menciptakan komitmen lainnya terhadap
organisasi agar dapat tercapai pengambilan keputusan rasional. Organisasi melakukan tawar-
menawar dengan lingkungan dalam hal mencapai tujuan penting atau
kemungkinankemungkinan masa mendatang, akhirnya adaptasi struktur organisasi didasari
oleh tindakan individu dan tekanan lingkungan. Oleh karenanya peran institusional yang krusial
pada organisasi sebagai bagian dari proses-proses organisasi tidak boleh diabaikan.

You might also like