You are on page 1of 10

CERMAT MEMILIH BENIH DALAM MENGHASILKAN

BENIH KARET BERMUTU


( Heavea brasiliensis )
Oleh : Agung Mahardhika, SP (Pengawas Benih Tanaman )
Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya

I. PENDAHULUAN
Tanaman karet ( Heavea brasiliensis ) telah menjadi salah satu penyokong perekonomian
Indonesia yang cukup signifikan sejak beberapa dekade. Perkebunan karet semakin menarik
minat investor tidak terkecuali petani, terutama pada lima tahun terakhir sejak harga karet alam
dunia meningkat pada awal tahun 2002 2003. Perkembangan investasi kebun sedikit menurut
akibat krisis global setelah pertengahan tahun 2008 2009 , para petani seakan berlomba
untukmenanam karet, bahkan pada daerah yang dulu bukan daerah tradisional karet .
Pengadaan bibit karet klonal dengan
okulasi masih merupakan cara perbanyakan
terbaik pada tanaman karet. Klon sebagai
batang atas diperoleh melalui seleksi dan
diperbanyak secara klonal melalui okulasi.
Batang bawah merupakan tanaman dari benih.
Benih tanaman karet termasuk benih
rekalsitran sehingga perlu dikelolah secara tepat dan tepat hingga ditanam dilahan pembibitan
batang bawah .
Menurut undang undang No 12 tahun 1992, klon anjuran komersial yakni klon unggul
yang di anjurkan untuk penanaman komersial dalam sekala luas, disebut benih bina. Klon
harapan , yakni klon klon baru yang memiliki beberapa sifat keunggulan lebih baik dari sifat klo
anjuran komersial, tetapi belom teruji secara luas. Dianjurkan penanaman dalam skala terbatas
hanya untuk perkebunan besar. Pusat penelitian karet 4-5 tahun selalu melepas klon klon
unggul dan harapan sehingga dapat diketahui pula bahwa penelitian pemuliaan (Hevea
brasiliensis) di Indonesia sesungguhnya merupakan rangkaian kegiatan yang terus menerus
dilakukan.Tulisan ini bertujuan untuk mengenal aspek aspekpenerapanteknologi yang
dapatmenaikkanproduksimutu benih danmengefisienkanpengolahanbenih karet tanaman
perkebunan.
II. PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
Untuk mempertahankan mutugenetik karet ( Heavea brasiliensis ) harus diperbanyak
secara vegetatif atau melalui benih ( generatif ). Karet memiliki sifat heterozigositas yang tinggi
dan kemungkinan persilangan sendiri dapat menyebabkan degenerasi. Teknik okulasi yang
hingga saat ini masih menjadi pakem pada Heavea brasiliensis namun masih memiliki
kelemahan. Berbagai penelitian bioteknologi terus dilakukan oleh lembaga lembaga penelitian
karet dunia untuk mengatasi kelemahan teknik okulasi yang selama ini menjadi pakem. Selain
itu penelitian bioteknologi pun akan mengefisienkan prosedur penyediaan bahan tanaman dan
meningkatkan potensi genetik sejalan dengan
kemajuan teknologi yang tersedia. Penelitian
yang berbasiskan Embryogenesis Somatic ( SE )
dan Microcutting merupakan jalan utama yang
ditelusuri oleh penelitian. Embryogenesis
Somatic merupakan suatu proses dengan sel
somatic, baik haploid maupun dengan sel
somatic, baik haploid maupun diploid yang
berkembang untuk membentuk tumbuhan baru melalui tahap perkembangan embrio yang
spesifik tanpa melalui fusi gamet. Di sisi lain, keberhasilan perbanyakan tanaman karet dengan
teknik microcutting (multiplikasi tunas) menggunakan bahan tanaman karet juvenile. Teknik ini
banyak digunakan untuk perbanyakan batang bawah klonal yang selama ini belum ada.
Pengujian dalam kurun waktu yang panjang menunjukkan bahwa jaringan entres dari klon karet
yang sudah direkomendasikan ternyata sangat sulit untuk dipropogasi langsung ( dalam bentuk
setek atau cangkok ). Perbanyakan tanaman karet dengan teknik microcutting memerlukan
sumber eksplan yang juvenile. Para penelitian bioteknologi karet bertujuan untuk memberikan
pilihan informasi dan teknologi dalam mengatasi kelemahan bahan dengan teknik okulasi.
III. KLON YANG DIREKOMENDASIKAN
Klon adalah tanaman yang diperoleh dari bagian bagian vegetatif suatu pohon induk
sehingga memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Genetik klon klon karet saat ini
menyimpulkan bahwa klon klon unggul penghasil lateks dengan produksi awal yang tinggi ( >
1.500 kg kering/ha/tahun), klon klon unggul penghasil lateks kayu disirikan dengan produksi
awal yang rendah sedang (<1.500 kg kering/ha/tahun), produksi lanjutan meningkat,
pertumbuhan lilitan batang lebih cepat , potensi hasil kayu tinggi ( > 1m/pohon). Saat ini klon
karet unggul yang direkomendasikan atau di anjurkan ( periode 2010 2014 ) adalah sebagai
berikut :
Klon penghasil lateks : IRR 104, IRR 112, IRR 118, PB 260, IRR 220, BPM 24, PB 330, PB 340
Klon penghasil kayu ; IRR 70, IRR 71, IRR 72, DAN IRR 78
Benih anjuran untuk batang bawah : AVROS 2037, GT 1,
PB 260, RRIC 100, PB 330, BPM 24.
Pusat penelitian karet telah melepas 35 klo karet anjuran . ada beberapa klon yang
sudah tidak di anjurkan lagi karena produksinya lebih rendah dari klo karet yang baru dan
relative rentan terhadap penyakit. Namun, ada juga beberapa klon yang masih tetepa
dianjurkan dalam periode yang cukup lama seperti AVROS 2037 selama 24 tahun dan BPM 1, PR
255, dan PR 261 selama 20 tahun. Hingga saat ini, kegiatan penelitian pemuliaan terus dilakukan
mendapatkan klon klon unggul yang tidak hanya ditinjau dari produktivitasnya. Sejalan dengan
kebutuhan kayu dan perubahan perubahan lingkungan maupun perluasan areal ke arah
kawasan sub optimal, sebagai jawaban atas semakin meningkatnya permintaan karet alam dan
kayu dunia.
IV. PENGOLAHAN LAHAN
Masalah yang di hadapi perkebunan karet rakyat saat ini adalah produktifitas yang rendah
karena petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi. Perkebunan karet rakyat biasanya
dikelolah dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan petani.
Karet ditanam bersama dengan pohon pohon lain seperti pohon buah buahan ( pohon
durian , pohon trembesi, dll ) yang dimana pohon pohon tersebut juga saling menguntungkan
petani. Sebaliknya, perkebunan besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju dan
intensif dalam bentuk perkebunan monokultur , yaitu hanya tanaman karet saja, untuk
memaksimalkan hasil kebun.
a. Persiapan Lahan
Pada pembukaan lahan untuk karet dikenal tiga istilah, yaitu tanaman baru ( TB ) yaitu
areal baru yang dibuka untuk ditanami karet, tanaman ulang ( TU ) yaitu areal yang
dibuka adalah bekas perkebunan karet dan akan ditanami dengan karet kembali,
tanaman konversi ( TK ) areal yang dibuka adalah bekas tanaman lain seperti sawit atau
kakao yang ditanami dengan karet. Syarat arealnya tanaman karet pada umumnya
antara lain ; a) areal rata dan dekat dengan sumber air yang cukup b). tanah berstruktur
dan tekstur baik dan cukup gembur dan c). Muda dijangkau dan bebas serangan hewan.
Pengolahan tanah dimulai dari pembabatan pohon pohon yang tumbuh. Pembabatan
dilakukan dengan cara manual dan mekanik, pohon pohon tersebut dikeringkan lalu
dibakar. Untuk lancarnya pengawasan dan pekerjaan , perkebunan karet memerlukan
jalan. Jenis jalan yang dibuat diperkebunan karet adalah jalan utama, jalan produksi,
jalan antar blok , danjalan kontrol.
b. Bedengan
Bedengan di lahan pembibitan batang bawah yang telah selesai diolah adalah
untuk mempermudah pengawasan pekerjaan, pengangkutan bahan dan alat,
pelaksanaan berbagai pekerjaan dan untuk menghindari tercampurnya jenis klon.
Bedengan dipersiapkan sepanjang 10 m; lebar 1,2 m; dan tinggi 15 cm. Tiap
bedengan dibatasi dengan papan kemudian di isi media pasir atau serbu gergaji
berukuran 20 m dengan tinggi 10 cm. Arah bedengan Utara-Selatan dan jarak antar
bedengan 1,5 m. Ketinggian atap untuk bedengan arah Timur Barat sebaiknya
dibedakan. Ketinggian atap untuk bedengan arah timur yaitu 1,5 m dan sebelah barat
tingginya 1 m. Tiap m bedengan mampu untuk mengecambahkan benih sebanyak 1000
butir.
Benih yang hendak dikecambahkan disusun dengan jarak 1 cm x 0,5 cm. Benih
ditanam dengan bagian perut benihkearah bawah dan hanya sedikit saj (1/3 bagian )
yang tampak di media. Bakal lembaga menghadap arah yang sama. Jika seluruh benih
sudah ditanam maka bagian atasnya ditutupi dengan karung goni atau serasah alang-
alang, yang setiap hari harus disiram secukupnya.
V. MUTU BENIH KARET
Terobosan teknologi yang terjadi pada perbenihan sehingga produksi benih menjadi
berproses industrial dan merupakan produk teknologi maju. Benih secara terstruktur berbah
menjadi suatu komoditi komersial yang diperdagangkan. Petani sebagai konsumennya harus
dijamin akan kualitasnya dan kebenaran informasinya. Mutu benih apa yang tertera pada label
kemasan harus tepat sama dengan isinya. Dengan perubahan status benih, budaya petani
menjadi berubah. Hal ini tentu memerlukan sosialisasi dan diseminasi ke segenap masyarakat,
karena menyangkut perundangan dan sanksi hukum. ( Sjamsoeoed Sadjad, 2006 )
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang sistem
budidaya tanaman, benih didefinisikan sebagai berikut ; Benih tanaman yang selanjutnya
disebut benih adalah tanaman atau bagian yang digunakan untuk memperbanyak dan
ataumengembangbiakan tanaman. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka yang dimaksud
dengan benih adalah hasil perkembangbiakan secara generatife maupun vegetatife yang akan
dipakai untuk memperbanyak tanaman atau dipakai untuk usaha
tani.Upayameningkatkanmutubenihdapat di uraikanberikutini ;
a. Sifat fisiologi benih karet
Benih karet tergolong benih rekalsitran dengan sifat sifat sebagai berikut :
1. Benih tidak pernah kering dipohon, tetapi akan merekah dan jatuh dari pohon
setelah masak dengan kadar air sekitar 35%
2. Benih tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi, dan benih akan
mati bila kadar air sampai dibawah titik nilai kritis yaitu 12 %
3. Benih tidak dapat dikeringkan karena akan mengalami kerusakan, sehingga tidak
dapat disimpan pada kondisi lingkungan kering.
4. Viabilitas atau daya tumbuh benih cepat menurun walupun dipertahankan dalam
kondisi lembab dan daya simpan umumnya singkat.
5. Dalam proses konservasi benih dipertahankan dengan keadaan lembab ( kadar air
32% - 35 % )
6. Benih dengan kadar air 32 35 % , jika disimpan pada suhu dibawah 0C akan
mengalami pembekuan sel
7. Kisaran suhu penyimpananbenihkaret yang baik adalah 7 10 C , karena pada
kondisi ini belum mengalami pembekuan sel.
( Sumber ; Balit Karet Sembawa. 2009 )
b. Perkembangan Buah dan Benih
Dalam satu kapsul buah karet umumnya terdapat tiga ( 3 ) butir benih. Buah yang
masih mudah secara bertahap bertambah besar selang 4 minggu pertama sejak
penyerbukan, dan buah mencapai ukuran maksimum pada umur 3 bulan setelah
peyerbukan bunga. Dinding buah yang berfungsi sebagai jaringan proteksi terdiri atas
epikrap (lapisan paling luar) dan endokrap ( lapisan dalam yang lebih tebal). Pada awal
perkembangan buah, endokrap sangat lunak dan berwarna putih pudar, sedangkan
epikrap berwarna hijau terang ( hijau mudah ). Setelah buah mencapai ukuran
maksimum, struktur bagian luar tidak akan berubah lagi sampai buah mencapai masak
fisiologis kecuali untuk warnanya berubah dari hijau mudah menjadi hijau tua.
Bersamaan dengan perkembangan buah dan benih, terjadi peningkatan berat kering
benih. Berat kering maksimum terjadi pada umur 5 bulan setelah penyerbukan. Bila
kondisi cuaca memungkinkan buah akan merekah dan melepas benihnya pada minggu
ke 22-24, dan pada saat tersebut terjadi sedikit penurunan berat kering. Kehilangan
berat tersebut disebabkan adanya mobilisasi bahan makanan oleh kotilendo ke jaringan
embrio untuk mempertahankan hidup embrio selama periode sebelum benih jatuh.
Benih karet yang masih mudah (pada minggu ke 16 setelah penyerbukan) memiliki kadar
air 66% dan terus menurun sampai mencapai masak fisiologis. Pada saat benih jatuh,
kadar air benih karet akan mencapai keseimbangan dengan lingkungan yaitu sekitar 30-
35%.
Daya kecambah benih karet sangat erat kaitanya dengan tingkat kemasakan benih.
Benih karet dikatakan masak fisiologi pada saat berat benih maksimum atau pada saat
tidak ada lagi pertabahan berat kering dan kadar airnya sudah konstan. Benih yang
dipanen pada saat fisiologi mempunyai daya kecambah 97-100%. Panen benih yang
terbaik adalah pada saat masak fisiologis dengan cara memetik buah di pohon, karena
pada saat itu bobot kering dan kejaguran benih mencapai maksimum. Namun untuk
keperluan skala besar, cara ini sulit dilakukan dan tidak ekonomis.
c. Produksi Benih dan Faktor faktor yang Mempengarui
Produksi benih karet ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain klon, jarak tanam ,
gangguan penyakit, umur tanaman, perawatan kebun ( pemupukan ) sifat vertilisasi ,
jumlah bunga dan iklim. Beberapa klon yang mempunyai produksi tinggi adalah GT 1,
AVROS 2037 , PR 228, BPM 24, dan PB 260. Sedangkan klon PR 300 produksi benihnya
rendah. Jumlah benih karet yang dihasilkan dari suatu hektar tanaman sangat bervariasi
yaitu sekitar 3.000 450.000 butir/ha/tahun. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh penelitian tanaman karet.
d. Pembungaan dan Pembuahan
Biasanya tanaman karet berbunga dan berbuah dua kali dalam setahun. Waktu
berbunga dipengarui oleh jenis klon , lokasi, dan keadaan lingkungan. Pembungaan
pertama ( utama ) biasanya terjadi gugur daun alami dan pembungaan kedua setelah
musim pertama jatuh benih.
Keberhasilan pembungaan secara alami pada tanaman karet sangat rendah , yaitu rata
rata 4%. Keberhasilan Pembuahaan adalah perbandingan antara buah jadi/masak dan
jumlah penyerbukan. Jika dibandingkan dengan jumlah bunga betina dalam peyerbukan
alami hasil buah yang jadi sangat rendah ( kurang dari 1 % ). Tanaman karet dalam
menghasilkan bunga dalam jumlah banyak. Namun demikian , walaupun dalam kondisi
pembungaan yang baik, bunga betina yang berkembang menjadi buah masak kurang
lebih 3%. Rendahnya keberhasilan pembuahaan pada tanaman karet disebabkan
beberapa faktor yaitu ; (1) terbatasnya tumpangsari untuk meyerbuki bunga betina; (2)
terjadinya self incompatibility;(3) pembungaan yang tidak serentak untuk setiap klon ;
(4) serangan penyakit odium ;(5) dalam satu karangan bunga jantan terbuka terlebih
dahulu dibandingkan bunga betina; (6) terbatasnya serangan penyerbukan yang cocok
untuk menyerbuki bunga betina.
VI. PENINGKATAN PRODUKSI BENIH
6.1 PEMILIHAN BATANG BAWAH
Pemilihan batang bawah yang sesuai dengan batang atas penting diperhatikan untuk
menghindari ketidakcocokan antara kombinasi batang bawah dan batang atas. Bila ini
terjadi, kombinasi tersebut tidak mampu menampilkan potensi produksi dan karakter
unggul lainnya secara maksimal. Potensi batang atas yang maksimum akan tercapai bila
batang bawah sesuai dengan batang bawah. Kesalahan penggunaan batang bawah dapat
menurunkan produksi. Saat ini benih yangdi anjurkan untuk batang bawah berasal dari klon
GT 1 , AVROS 2037, BPM 24 PB 260 dan RRIC 100. Benih dari klon LCB 1320 , PR 280 dan PR
300 masih boleh digunakan, namun sulit didapat akibat luas tanaman yang makin
berkurang.
Secara empiris pemanfaatan bibit unggul memberikan kontribusi yang besar dalam
peningkatan produktivitas kebun. Dengan menanam bibit unggul dari klon unggul
produktivitas rata rata kebun berkisar antara 1.400 2.000 Kg/ha/ tahun. Ketersediaan
bibit unggul merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan untuk meningkatkan
produktivitas perkebunan karet rakyat. Untuk meningkatkan produktifitas dan mutu benih
sebagai sumber sebagai sumber benih untuk batang bawah , balai pengawasan dan
pengujian mutu benih (BP2MB ) memiliki peran sangat penting. (anonym, 2010)
6.2 PENGELOLAAN BENIH KARET SEBAGAI BATANG BAWAH.
Daya kecambah benih karet cepat menurun. Oleh karena itu, diperlukan penanganan
yang cepat dan tepat sejak pengumpulan , pada saat dikecambahkan di bedengan hingga
ditanam di lahan pembibitan batang bawah. Adapun tindakan yang diperlukan dalam
setiap tahapan untuk pengelolaan benih karet adalah sebagai berikut
a. Pengumpulan benih
Untuk memudahkan pemungutan benih, minimal sebulan sebelum benih jatuh, areal
pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan benih, dilakukan
pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa benih yang dikumpulkan adalah
benih yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan benih sebaiknya dilakukan
setiap dua hari sekali, agar benih yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya
tinggi. Benih yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena
dikawatirkan tercampur dengan benih dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk
batang bawah.
b. Seleksi Benih
Seleksi benih bertujuan untuk mendapatkan benih yang baik dan daya kecambah
tinggi. Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam menyeleksi benih yang
baik antara lain ;
1. Memisahkan benihkaretdari kotoran
2. Memisahkan benihkaret setiap klon berdasarkn bentuk, warna, dan ukuran
3. Memisahkan benihkaretyang baik dengan cara pelentingan atau dengan
perendaman.
Benihkaret yang baik biasanya mempunyai daya lenting tinggi dan berbunyi nyaring
dan bila direndam akan tenggelam duapertiga bagian dalam air.Benih yang sudah
diseleksi dihamparkan dilantai setebal 10 cm dan sebaiknya jangan terkena sinar
matahari langsung. Bila selama penyimpanan benih karet terkena langsung sinar
matahari, benih yang semula mempunyai daya kecambah 80%, setelah 7 hari daya
kecambah akan menurun hingga 0 %. Apabila dalam proses penyimpanan ,
benihtidak terkena sinar matahari langsung maka daya kecambah akan menurun
hingga 0% setelah 14 hari.
Selama masa penyimpanan, sebaiknya
benih tidak disimpan di dalam karung
goni, karena akan menimbulkan panas
dan fermentasi sehingga akan
menurunkan daya kecambah benih.
Setelah diseleksi benih dapat langsung
ditanam , atau dikirim atau disimpan
dalam ruang suhu 7 10 C. Penyimpanan pada ruang berpendingin dapat
mempertahankan daya kecambah benih lebih dari 2 bulan. Penyimpanan benih lebih
dari 2 bulan akan mengakibatkan benih berlendir dan daya kecambahnya menurun.
c. Pengemasan dan Pengawetan Benih
Kesegaran benih harus tetap dipertahankan selam penyimpanan maupun pengiriman
ke tempat lain. Tanpa usaha pengawetan usaha yang baik, kesegaran benih akan
cpat menurun. Penurunan kesegaran benih disebabkan berkurangnya kadar air
benih.
Untuk mempertahankan kesegaran benih karet selama pengakutan dapat digunakan
serbuk gergaji, perbandingan 1;1 dan ditambah fungisida. Setiap 2000 butir benih
digunakan 7-8 Kg serbuk gergaji lembab. Benih dikemas dalam kantong plastik
berukuran 70 cmx 45 cm x 0,13 cm. setiap kemasan kantong plastik diberi lubang
sekitar 80 buah agar aerasi dalam kantong plastik tetap baik. Untuk setiap kantong
dapat di isi 2000 butir benih.
d. Penyemaian Benih dan Penanaman Kecambah
Benih yang sudah diseleksi dapat langsung di dederkan pada bedengan persemaian
untuk dikecambahkan. Media pendederan berupa pasir atau serbuk gergaji, dan
diberi naungan. Media pendederan harus selalu Lembab. Untuk itu diperlukan
penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore.
Pendederan benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu benih di atur berjajar
dengan jarak antar benih 1 cm, atau benih di tebar dengan posisi tengkurap.
Pendederan benih dengan cara di atur mempunyai keuntungan, yaitu pemindahan
kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya relatif seragam dan dapat dilakukan
sampai stadium pancing. Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah
harus lebih cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan
terlambat, akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar
putus pada saat pemindahan ke lapang.
Gambar ;Pendederan biji karet dengan media serbuk gergaji
Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu 5 -14 hari setelah pendederan.
Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah pendederan sebaiknya tidak
ditanam dikebun pembibitan batang bawah karena pertumbuhannya akan
terlambat. Karena itu untuk memperoleh bibit unggul prima sebaiknya digunakan
benih yang berkecambah 14 hari.
Untuk penanaman kelapang, kecambah diambil dari bedengan pendederan dengan
hati hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi
atau sore hari untuk menghindari stress dilapangan. Kecambah diangkut dengan
menggunakan ember air atau dengan nyiru.
Dengan pemeliharaan yang baik ( penyiangan dan pemupukan ) pada umur 4 6
bulan bibit batang bawah dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau atau setelah
batang bawah umur 6 18 bulan dapatdilakukan okulasi dengan teknik okulasi
coklat. Batang atas menggunakan entres prima ( mata okulasi dari ketiak daun ) dari
kebun entres klon batang atas yang terpilih. Perbanyakan tanaman dengan teknik
okulasi pada tanaman karet seperti ini akan menghasilkan klon unggul bermutu
berupa bibit stum mata tidur..
VII. Penutup
Keunggulan suatu klon di tentukan oleh faktor genetika, diekspresikan dalam bentuk
morfologi, anatomi dan fisiologi tanaman, serta kemampuan beradaptasi terhadap
faktor lingkungan sehingga seluruh potensi dapat di ekspresikan dengan baik. Karena itu
hasil dari pengolahan mutu benih unggul merupakan faktor utama.
SUMBER
Anonim. 2009 . Pengelolaan benih karet. digilib.litbang.deptan.go.id/ repository
/index.../.warta penelitian dan pembangunan Pertanian Vol 3 , no 5 2009.
Anonim., 2009. Profile Tanaman Karet. Direktorat jenderal perkebunan.jakarta
Anonim., 2011. Pembibitan karet. http:// gtuneland.wordpress.com/ 2011/03/
13/pembibitan-karet/. Di akses pada tanggal 13 maret 2011
Siregar.Tdan suhendri.I. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet.Penebar Swadaya. Bogor
Sjamsoeoed Sadjad.2006. Benih Yang Membawa dan Di Bawah Perubahan.IPB Bogor.

You might also like