You are on page 1of 11

PEMANFAATAN ULTRASONIK DIBIDANG PERTANIAN

APLIKASI SISTEM ELEKTRONIKA DALAM INDUSTRI

DISUSUN OLEH :
THUFEIL CLAUDY RAHMAN (145060300111001)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
DAFTAR ISI
................................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................1
2.1. Ultrasonik Dalam Budidaya Pertanian...................................................................................1
2.2. Perancangan Scaner Ultrasonik untuk Pemantauan Pertumbuhan Tanaman..........................2
2.2.1. Bahan dan Alat......................................................................................................................2
2.2.2. Mekanisme kerja...................................................................................................................3
2.3. Hasil dan Pembahasan...........................................................................................................3
2.3.1. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi luasan obyek.......................................................3
2.3.2. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi sudut obyek.........................................................5
2.3.3. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi kekerasan obyek.................................................5
2.3.4. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi kekasaran obyek.................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................7
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................7
3.2. Saran.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................8

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pemantauan terhadap perkembangan pertumbuhan tanaman merupakan salah


satu kajian penting dalam penerapan pertanian presisi. Kemampuan untuk secara
akurat memantau pertumbuhan tanaman sangat membantu manajemen pemberian
input sarana produksi dan pemeliharaan tanaman. Suatu metode pengukuran tinggi
tanaman dengan sensor jarak tengah dikembangkan untuk keperluan pemantauan
pertumbuhan tanaman. Sensor jarak dengan gelombang ultrasonik dipilih sebagai
piranti ukur atas dasar pertimbangan kepraktisan dan kesepadanan teknologi serta
biaya yang tidak mahal. Suatu antarmuka sistem sensor ultrasonik dikembangkan
menggunakan mikrokontroler berbasis AVR ATmega8. Kinerja sistem sensor diuji
pada berbagai variasi tingkat luasan, kekasaran, kekerasan, dan posisi sudut obyek.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, pokok


permasalahan yang dapat diambil adalah :
1. Sensor ultrasonic dengan antarmuka AVR ATmega8 mampu mengukur jarak
dengan baik suatu obyek dengan luasan sampai 0,2 cm2 dan posisi obyek
dengan sudut kemiringan sampai 75o terhadap bidang horisontal sampai
dengan jarak pengukuran 150 cm.
2. Kekerasan dan kekasaran obyek tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil
pengukuran jarak.
3. Sensor ultrasonik dengan antarmuka AVR ATmega8 dapat direkomendasikan
untuk pengukuran berbagai jenis dan sifat fisik tanaman.
4. Meskipun range pengukuran berdasarkan spesifikasinya dapat mencapai 4 m,
namun untuk hasil pembacaan yang baik sebaiknya digunakan pada jarak
kurang dari 150 cm.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ultrasonik Dalam Budidaya Pertanian

Ultrasonik merupakan bentuk gelombang suara yang mempunyai frekuensi


diatas kemampuan normal pendengaran manusia. Sistem scan ultrasonik merupakan
salah satu contoh pemanfaatan gelombang ultrasonik dalam otomatisasi akuisisi data
dan pengolahan citra. Sistem ini mengintegrasikan instrumen ultrasonik, scanning,
dan kontrol komputer. Besaran sinyal dan periode sinyal diukur pada setiap titik pada
bidang scan. Nilai-nilai diplotkan menggunakan warna, atau arsiran, untuk
menggambarkan detail citra dari permukaan luar atau dalam dari suatu komponen.
Dibidang pertanian, pemanfaatan teknologi ultrasonik mulai banyak
digunakan baik dalam tahapan budidaya, prosesing, pengolahan, pengamatan mutu,
dan juga pada mesinmesin. Mizrach et al. (1996), mulai menggunakan teknik
ultrasonik untuk pengamatan sifat fisik dan kualitas buah alpokat dari periode buah
muda sampai matang. Dari hasil penelitian ditunjukan bahwa terdapat hubungan
kuadratik antara kematangan buah dengan waktu penyimpanan. Hubungan persamaan
kubik antara kecepatan gelombang sinyal ultrasonik terhadap waktu juga ditunjukkan
dalam penelitian ini. Aziz et al. (2004), menggunakan gelombang ultrasonik untuk
membuat karakterisasi canopy tanaman jagung selama periode pertumbuhan. Tinggi
rerata dari tanaman dihitung atas dasar hasil pengukuran individual. Pertumbuhan
tanaman dihitung berdasarkan jumlah daun yang terdeteksi. Model interaksi sinyal
terhadap daun dibuat untuk memprediksi bagian mana dari permukaan daun yang
mengasilkan sinyal pantulan yang dapat dideteksi secara optimal dengan sensor.
Pojana et al. (2006) menerapkan metode ultrasonik untuk membersihkan
produk
pertanian dari unsur-unsur mikroorganisme dan sisa bahan kimia. Diperoleh
kesimpulan bahwa pada frekuensi 38.794 KHz, gelombang ultrasonik mampu
mengeliminasi mikroorganisme dan sisa bahan kimia pada bahan sampai batas
keamanannya. Disamping trhadap bahan atau produk, ultrasonik di bidang pertanian
juga telah diterapkan pada mesin-mesin produksi. Guo et al. (2002), memanfaatkan
sensor ultrasonik untuk pengembangan sistem peringatan dini pada mesin pertanian.
Sistem dirancang untuk mendeteksi obyek bergerak yang mengarah ke mesin. Sensor
ultrasonik digunakan untuk mendeteksi jarak obyek ke mesin dan memberikan
informasi kepada pengemudi tentang posisi obyek tersebut.
Steven dan Alarcon (2001), menggunakan sensor ultrasonik untuk mengatur
ketinggian optimal pesawat pertanian dalam pekerjaan penebaran benih, pupuk, dan
obat-obatan. Disamping pengaturan ketinggian, juga tengah diteliti pemanfaatan
sensor
ultrasonik untuk membuat diskriminasi atau pembedaan antara gulma dan tanaman
sehingga pemberian pupuk dan obat akan lebih efektif dan dapat dilakukan secara
otomatisasi. Instrumentasi, pilot kontrol, dam sistem penginderaan jauh berbasis video

1
digital diadaptasikan untuk digunakan oleh pilot dan untuk memberikan pasca-olah
citra (image post-processing) yang efisien. Dengan cara demikian keberadaan gulma
dapat secara baik dibedakan dari tanaman dengan menggunakan suatu metode
klasifikasi sistem analisis citra seperti misalnya ENVI 3.4. Berdasar pengalaman
temuan-temuan diatas, maka diyakini bahwa metode ultrasonik dapat secara sepadan
diterapkan dalam mendeteksi tinggi tanaman sebagai salah satu toloh ukur
pertumbuhan atau perkembangan tanaman.

2.2. Perancangan Scaner Ultrasonik untuk Pemantauan Pertumbuhan Tanaman

2.2.1. Bahan dan Alat


Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor
ultrasonik tipe double speaker, mikrokontrol ATmega8, komponen elektronika,
papan dengan beberapa tingkat luasan, papan/media dengan beberapa tingkat
kekerasan, papan/kertas dengan beberapa tingkat kekasaran. Dalam penelitian
ini sensor ultrasonik yang digunakan adalah Devantech SRF05 yang
mempunyai tingkat frekuensi kerja 40 kHz dan kemampuan jangkauan jarak 3
400 cm. Mikrokontroler Atmega8 dirangkai sebagai antar muka dengan
diagram seperti pada Gambar 1. Papan dengan diameter 0,5 cm, 1 cm, 2,5 cm,
5 cm dan 10 cm digunakan untuk pengukuran pengaruh luasan. Lembaran
spons dengan lima tingkat kekerasan (dari lunak ke keras dan diberi symbol
k1, k2, k3, k4, k5) digunakan untuk pengukuran pengaruh kekerasan. Kertas
gosok dari halus ke kasar dengan kode ukuran P1000, P320, P180, P80, dan P
50 digunakan untuk mengukur pengaruh kekasaran.

Gambar 1. Rangkaian perlatan Pengukuran

Peralatan yang digunakan dalam penelitian meliputi komputer,


multimeter, osiloskop, mistar, dan data logger. Osiloskop digunakan untuk
mengetahui tingkat kestabilan catu daya selama proses pengukuran. Komputer

2
digunakan untuk pemrograman dan perakaman data, sedangkan backing data
juga direkam melalui datalogger. Rangkaian peralatan dalam proses
pengukuran diilustrasikan melalui Gambar 1.

2.2.2. Mekanisme kerja


Secara umum mekanisme pengambilan data adalah dengan meletakkan
obyek yang diukur pada jarak yang ditentukan dari sensor. Melalui keyboard
komputer diberikan perintah membaca yang dilakukan dengan menekan
tombol C untuk pembacaan dalam cm, atau I untuk pembacaan dalam inchi
sesuai program yang dikembangkan. Output hasil pembacaan direkam baik
melalui komputer maupun data logger sebagai backup data.
Pengaruh luasan terhadap kinerja pengukuran dilakukan dengan
membuat variasi luasan media yang diukur dan jarak pengukuran. Media yang
diukur berupa papan dengan diameter 0,5 cm, 1 cm, 2,5 cm, 5 cm dan 10 cm
diletakkan pada holder di bawah sensor. Pengukuran jarak sensor ke media
dilakukan pada jarak antara 10 sampai dengan 150 cm dengan interval 10 cm.
Masing-masing pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Kertas gosok ukuran P1000, P320, P180, P80, dan P50, masing-
masing dengan diameter 10 cm digunakan untuk pengukuran pengaruh
kekasaran terhadap kinerja pengukuran jarak. Pengukuran jarak sensor ke
media juga dilakukan mulai jarak 10 sampai dengan 150 cm dengan interval
10 cm. Masing-masing pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Kinerja pengukuran pada beberapa tingkat kekerasan permukaan
obyek dilakukan dengan mengukur jarak sensor terhadap spon yang memiliki
beberapa variasi kekerasan. Sedangkan kinerja pengukuran untuk berbagai
posisi sudut obyek dilakukan dengan mengubah sudut obyek relatif terhadap
sumbu horisontal dengan variasi 0, 15, 30, 45, 60, dan 75. Masing-masing
pengukuran dilakukan pada berbagai variasi jarak dan dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali.
Hasil-hasil pengukuran selanjutnya diplotkan dalam bentuk grafik dan
dianalisa prosentase penyimpangannya terhadap hasil pengukuran manual. Uji
statistik (uji T) dilakukan untuk menentukan pengaruh masing-masing
perlakuan terhadap kinerja pengukuran.

2.3. Hasil dan Pembahasan

2.3.1. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi luasan obyek


Rangkuman hasil pembacaan jarak dengan sensor ultrasonik
berbasismikrokontroler AVR ATmega8 pada berbagai variasi luasan obyek
disajikan pada Tabel 1.Secara umum dapat dilihat bahwa semakin besar jarak
antara obyek dengan sensorsemakin besar pula selisih atau beda jarak antara
hasil bacaan dengan jarak nyata.Perbedaan ini bukan suatu bentuk kesalahan
atau cacat sensor namun lebih karena belumdimasukkannya faktor-faktor

3
lingkungan seperti suhu dan kelembaban pada formula yangdigunakan dalam
program. Perbedaan ini akan dengan mudah diperbaiki denganmemasukkan
faktor koreksi melalui proses kalberasi. Sebagian energi gelombang ultrasonik
diperhitungkan diserap oleh lingkungan dengan jumlah yang dipengaruhi
oleharak maupun parameter fisik lungkungan tersebut. Faktor-faktor ini
tengah dikaji dalampenelitian lain sebagai bagian dari penelitian ini.

Tabel 1. Jarak terbaca pada berbagai luasan obyek

Luasan obyek tidak berpengaruh nyata terhadap output pengukuran


jarak sampai dengan jarak pengukuran obyek 150 cm. Namun demikian pada
obyek-obyek dengan luasan kecil pengukuran jarak obyek lebih dari 150 cm
menunjukkan ketidak konsistenan hasil bacaan seperti diilustrasikan melalui
Gambar 2. Obyek yang kecil diperkirakan tidak memantulkan gelombang
kearah receiver sensor secara sempurna sehingga yang terbaca oleh sensor
adalah gelombang berikutnya dari permukaan atau bidang tempat obyek
diletakkan. Dengan demikian karena luasan daun, tunas atau mahkota di ujung
pertumbuhan tanaman adalah relatif kecil maka dalam operasional
pengamatan perkembangan tinggi tanaman direkomendasikan peletakan posisi
sensor tidak lebih dari 150 cm dari posisi ujung tanaman.

4
Gambar 2. Selisih jarak terukur pada bagian luasan obyek (A)

2.3.2. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi sudut obyek


Gambar 3 memperlihatkan selisih jarak yang terbaca sensor dengan
jarak pengukuran manual pada obyek dengan beberapa variasi sudut. Obyek
yang digunakan dalam pengukuran adalah berupa plat dengan tebal 1 mm dan
luasan 5 cm x 5 cm. Terlihat bahwa sensor jarak ultrasonik masih mampu
mendeteksi dengan baik obyek yang mempunyai kemiringan sampai 75.
Meskipun demikian pada jarak diatas 150 cm terdapat beberapa
penyimpangan yang relatif besar atau bahkan dalam data pengamatan keluar
sebagai error dengan pengertian sensor tidak mampu mendeteksi obyek. Hal
ini, seperti pada kasus luasan obyek, diprediksi karena pantulan gelombang
yang tidak bisa secara sempurna diterima receiver sensor.

Gambar 3. Selisih jarak terukur pada berbagai posisi sudut obyek ()

2.3.3. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi kekerasan obyek


Pada pengukuran kinerja sensor oleh pengaruh kekerasan obyek
diperoleh hasil bahwa pada interval jarak pengukuran yang dilakukan tidak
ada perbedaan yang sangat nyata antara hasil pengukuran jarak pada obyek
yang sangat keras sampai dengan obyek yang sangat lunak (Gambar 4). Hal
ini menunjukkan bahwa besaran energi gelombang yang diserap oleh obyek

5
yang keras tidak terlalu berbeda dengan energi yang diserap oleh obyek yang
lunak. Dengan demikian secara operasional sensor dapat digunakan untuk
mendeteksi obyek tanaman dengan sifat fisik berupa kekerasan yang
berlainan.

Gambar 4. Selisih jarak terukur pada berbagai kekerasan obyek


(K0: sangat keras; K5: sangat lunak)

2.3.4. Kinerja pengukuran pada berbagai variasi kekasaran obyek


Pengukuran kekasaran obyek pada interval jarak pengukuran yang
dilakukan tidak mengakibatkan perbedaan yang sangat nyata antara hasil
pengukuran jarak pada obyek yang sangat halus sampai dengan obyek yang
sangat kasar (Gambar 5). Hal ini juga menunjukkan bahwa besaran energi
gelombang yang diserap oleh obyek yang halus tidak terlalu berbeda dengan
energi yang diserap oleh obyek yang kasar. Dengan demikian secara
operasional sensor dapat digunakan untuk mendeteksi obyek tanaman dengan
sifat fisik berupa kekasaran yang berlainan.

Gambar 5. Selisih jarak terukur pada berbagai kekasaran obyek


(P: sangat halus; P50: sangat kasar)

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sensor ultrasonic dengan antarmuka AVR ATmega8 mampu mengukur jarak
dengan baik suatu obyek dengan luasan sampai 0,2 cm2 dan posisi obyek
dengan sudut kemiringan sampai 75o terhadap bidang horisontal sampai
dengan jarak pengukuran 150 cm.
2. Kekerasan dan kekasaran obyek tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil
pengukuran jarak.
3. Sensor ultrasonik dengan antarmuka AVR ATmega8 dapat direkomendasikan
untuk pengukuran berbagai jenis dan sifat fisik tanaman.
4. Meskipun range pengukuran berdasarkan spesifikasinya dapat mencapai 4 m,
namun untuk hasil pembacaan yang baik sebaiknya digunakan pada jarak
kurang dari 150 cm.

3.2. Saran
Perancangan alat scaner ultrasonik tersebut masih dapat disempurnakan
kembali dengan dilengkapi sensor lainnya sehingga terdapat variasi pengukuran dan
karateristik dalam sistem pemantauan pertumbuhan tanaman.

7
DAFTAR PUSTAKA

Azis S.A., Steward B.L., Birrel S.J., Kaspar T.C., Shresta D.S. 2004. Ultrasonic scanning for
corn plant canopy characterization. ASAE Anual Meeting, 2004.

Chosa, T., Kobayashi, K. Dan M. Daikoku. 1998. Investigation of the deviation of the yield in
direct sowing of a paddy field. Japanese Journal of Farm Work Research 33(1):27-28

Chosa, T., Kobayashi, K. dan M. Omine. 2000. Ultrasonic scanner for monitoring rice
growth. Proceedings International Agricultural Engineering Conference, Bangkok,
December 4-7, 2000. 73-78

Guo L., Zhang O., Han S., 2002. Agricultural machinery safety alert system using ultrasonic
sensors. Jornal of Agricultural Safety Health No.8(4):385-396

Inoue, Y. 1998. Application of Remote Sensing to Information-based Precision Farming


Management (part 3). Jornal of the Japanese Society of Agricultural Machinery
60(3):141-150

Mizrach A., Galili N., Gan-mor S., Flitsanova U., Progosin I. 1996. Model of ultrasonic
parameters to assess avacado properties and shelf life. Journal of Agricultural
Engineering Research 65:261-267

Okado, M. 1996. Studies on the Measurement of the Color of Rice Leaves by Image
Processing (part 3). Jornal of the Japanese Society of Agricultural Machinery 58(5):65-
70

Pojana S., Buntoon C., Chaiyapom S., Ekkachai N., Chaiyong H., 2006. Application of
ultrasonic for cleaning fresh agricultural products. Research Report, Department of
Farm Mechanics, Faculty of Agriculture, Kasesart University, Nakorn Pathom 73140,
Thailand

Shibata, Y., Araki, K., Toriyama, K., Sasaki, R., Asano, O., dan M. Hirokawa. 2000.
Development of Image Mapping System. Jornal of the Japanese Society of Agricultural
Machinery 62(2):175-177

Steven J.T., Alarcon V.J. 2001. Geo-refenced digital imaging and ultrasonic altitude sensing
agricultural aircraft pilot controls, instrumentation, and system evaluations. ASAE
Annual Meeting 2001.

You might also like