You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memliki iklim dan cuaca
dengan suhu yang cukup tinggi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari laporan ini adalah:
1. Dapat melakukan observasi tentang Gedung Wisma Dharmala Sakti di
2. Mengidentifikasi dan menganalisa tentang bangunan tropis Wisma Dharmala
Sakti.
3. Mengambilkan dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil observasi.

1.3 Metode Pengumpulan Data


Pada laporan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data, yaitu metode
literatur dan observasi (pengamatan).
1. Literatur
Penulis mencari sumber dengan membaca buku-buku dan situs-situs internet
yang dijadikan landasan dan sumber dalam pembuatan laporan.
2. Observasi (Pengamatan)
Penulis mendapatkan berbagai informasi dengan mengamati objek
secaralangsung. Melalui beberapa cara diantaranya yaitu:
a. Wawancara (interview)
Penulis melakukan wawancara (interview) dengan narasumber pengguna
atau pengunjung bangunan tersebut, untuk mengetahui aktivitas yang terjadi.
b. Dokumentasi
Mengambil beberapa gambar dan video yang dijadikan bahan pengamatan.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penyusunan laporanini, yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang kajian teori dan kajian pustaka tentang arsitektur tropis
yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan laporan.

BAB III HASIL OBESERVASI DAN ANALISA


Menguraikan mengenai prinsip desain arsitektur yang diterapkan pada
bangunan yang telah diobservasi dan dianalisa.

BAB IV PENUTUP
Menguraikan mengenai kesimpulan serta saran dari hasil observasi dan
analisa yang telah dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian tentang Arsitektur Biokimatik


Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan
dimana sistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin
adanya kondisi nyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan
energi tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan
pemanfaatan energi dari alam sekitar bangunan tersebut.
Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada
hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain
yang responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan
penggunaan energi secara pasif.
Arsitektur Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (Green
Architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi
kebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan. Pendekatan desain arsitektur
bioklimatik dengan demikian mengandung keandalan sebagai salah satu tipe desain
arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan energi saat pengoperasian
bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur, maka
tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yang ramah lingkungan,
diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kaca pada lingkungan
urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2 dan CFC ke atmosfer.
Dalam praktek proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagram
bioklimatik sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.
Kontrol akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melalui
penggunaan diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyaman
termis menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang
maupun keadaan di ruang luar.

3
Gambar. 2.1 Diagram Bioklimatik
Sumber : www.ideaonline.co.id

Di Lingkungan berikim tropis lembab, penerapan desan arsitektur dengan


pendekatan bioklimatik pada kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah hasil karya
Ken Yeang yaitu Menara Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang
mendapatkan Aga Khan Award of Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award
pada Tahun 1996. Menurut perancangnya, Menara Mesiniaga ini mampu mencapai
efisiensi hingga 80%.

Gambar. 2.2 Sketsa Bangunan Bioklimatik


Sumber : www.ideaonline.co.id

4
Gambar. 2.3 Sketsa Bangunan Bioklimatik 2
Sumber : www.ideaonline.co.id

2.2 Prinsip/Elemen Desain Arsitektur Bliokimatik


Pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya bertitik tolak dari
dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap
lingkungan global yaitu kondisikenyamanan manusia dan penggunaan energi secara
pasif.
Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung
keandalansebagai salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari
penggunaanenergi saat pengoperasian bangunan yang bersangkutan. maka tujuan dari
arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yangramah lingkungan, diantaranya
turut berperan serta dalam meredam efek rumah kacapada lingkungan urban, misalnya
melalui upaya pengurangan produksi gas CO2 dan CFC ke atmosfer.Dalam praktek
proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagrambioklimatik sebagai
bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.Kontrol akan variabel
iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melalui penggunaan diagram
bioklimatik.
a. Arsitektur Bioklimatik menghadapi Tuntutan Kenyamanan Penerangan
Kenyamanan penerangan bagi manusia mengandung arti tercapainya kecukupan
kuatpenerangan, tidak silau dan kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada
prinsipnyakenyamanan penerangan adalah bergantung pada angka kuat
penerangan dari sumbercahaya dan komponen pendukungnya, posisi atau
kedudukan dari sumber cahaya, sertaaspek pewarnaan dan material permukaan
lingkungan.
b. Arsitektur Bioklimatik dan Penghematan Energi

5
Arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang dapatdiandalkan dalam merancang
bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsienergi pada akhir-akhir ini
khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban daripara perancang agar
menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi.
2.2.1 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan
setempat.
Meminimlakan ketergantungan pada sumber energy yang tidak dapat
diperbaharui.
Penghematan energy dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan dan
pemilihan material.
Mengikuti pengaruh budaya setempat
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik
strategii pengendalian iklim.
Memperhatikan keuntungan matahari
Meminimalkan perlakuan aliran panas
Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
Memperhatikan ventilasi
Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.

2.2.2 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik menurut Yeang Kenneth


Ekologi menjadi dasar pertimbangan teori bioklimatik yang dikemukan oleh
Yeang. Menurut Yeang merancang bangunan dengan pendekatan iklim akan
mengurangi konsumsi energy pada bangunan dengan menggunakan struktur
pasif (non-mekanik). Adapun prinsip-prinsip bioklimatik sebagai berikut
Penempatan Core
Posisi servis core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi.
Servis core bukan hanua sebagai bagian struktur, tapi juga mempengaruhi
kenyamanan ternal. Posisi core diklasifisikan dalam 3 tipe yaitu : Central core
(core pada pusat bangunan), Double core (core dibagi dua dan diletakkan
masing-masing di dua sisi bangunan) dan Single sided core (hanya satu core
pada sisi bangunan).

6
Perletakan servis core pada biclimatic skyscraper yang dikembangkan oleh
Yeang adalah bagaimana caranya agar sevis core tidak hanya berfungsi
sebagai struktur pendukung bangunan tetapi juga sebagau ruang penetralisir
panas
Orientasi Bangunan
Sebaiknya orientasi bangunan tegak lurus terhadap geometri matahari, yaitu
arah utara-selatan jika geometri tapak juga tegak lurus, hal ini dapat
mengurangi radiasi matahari dan akibatnya. Atau bisa juga meletakan luas
permukaan bangunan terkecil menghadap timur-barat memberikan dinding
eksternal pada luar ruangan atau pada emperan terbuka.

Pada gambar diatas digunakan dinding eksternal tambahan sebagai jalan


masuknya udara kedalam ruangan, tembok dapat memaksimalkan aliran
udara yang masuk dan dapat meminimalkan sinar silau yang masuk.
Penempatan Bukaan Jendela
Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat
penting untuk mendapatkanorientasi pandangan. Jika memperhatikan alas an
easthetic, curtain wall bisa digunakan pada fasad bangunanyang tidak
menghadap matahari.Penggunaan kaca jendela yang sejajar dengan dinding
luar dengan menggunakan kaca dengan sistem Metrical Bioclimatic Window
(MBW). Sistem MBW disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem ini
bermaksud mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakan maksud
bioklimatik teknik, yaitu : Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya dan
Control perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silang
ataupun dengan pemilihan cerobong asap. Dengan penggunaan teknik
tersebut, maka pencahayaan lebih maksimal dan udara pada malam hari
dapat lebih sejuk.

7
Gambar Bukaan Jendela Gambar Penggunaan Balkon
Penggunaan Balkon
Ruang istirahat yang dalam dapat memberikan keteduhan pada sisi panas
bangunan. Sebuah jendela dapat dikurangi untuk membentuk suatu balkon
atau sebuah skycourt kecil yang dapat melayani beberapa fungsi di samping
sebagai peneduh. Penempatan balkon pada sisi panas dapat membolehkan
penempatan jendela yang lebar dan jalan masuk ke balkon dapat berfungsi
sebagai ruang pengungsian, teras untuk menanam dan untuk taman, dan
sebagai daerah yang fleksibel untuk penambahan fasilitas pada masa depan.
Ruang Transisi
Ruang transisional dapat diletakkan ditengah dan sekeliling sisi bangunan
sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran
antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Penempatan teras pada
bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat mengurangi penggunaan
panel panel anti panas. Atrium sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan diantara
ruangan. Puncak bangunan sebaiknya dilindungi oleh sirip sirip atap yang
mendorong angin masuk kedalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain
sebagai fungsi Wind scoopsuntuk mengendalikan pengudaraan alami yang
masuk kedalam bagian gedung.

Gambar Ruang Transisional Gambar Dinding


Dinding
Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan
dapat dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus
dapat menahan dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada

8
kasus ini, dinding luar harus seperti pelindung insulasi yang bagus tetapi
harus dapat dibuka pada musim kemarau. Pada daerah tropis dinding luar
harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross ventilation untuk
kenyamanan dalam bangunan. Desain dinding pada bangunan bioklimatik.
Hubungan Terhadap Lanscape
Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropisseharusnya lebih terbuka keluar
dan menggunakanventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan
jalan juga penting. Fungsi atrium dalam ruanganpada lantai dasar dapat
mengurangi tinggkat kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan
tidak hanyauntuk kepentingan ekologis dan eastetik semata, tetapi juga
membuat bangunan menjadi lebih sejuk. Hubunganterhadap landscape dapat
dilihat pada gambar berikut ini. Mengintegrasikan antara elemen boitik
tanaman dengan elemen boitik, yaitu : bangunan. Hal ini dapat memberikan
efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2 dan
pelepasan CO2.

Alat Pembayang Pasif


Pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada
dinding yang menghadap matahari secara langsung (pada daerah tropis
berada disisi timur dan barat) sedangkan croos ventilationseharusnya
digunakan (bahkan diruang ber-AC) meningkatkan udara segar dan
mengalirkan udara panas keluar.
Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric
aliran udara. Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung
dapat dialirkan kelingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan
kembali.

9
Tampak pada gambar diatas terdapat ventilasi pada bagian atas ruangan
yang menjadi tempat pertukaran udara di dalam ruangan. Selain itu juga
terdapat bukaan yang sejajar dengan tnggi manusia. Sedangkan wind scoops
diletakan pada pertemuan fasade yang berfungsi sebagai daerah tangkap
angin.

Penyekat Panas pada Lantai


Insulator panas yang baik pada kulit bangunan dapat mengurangi petukaran
panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan.
Karakteristik thermal insulation adalah secarara utama ditentukan oleh
komposisinya. Dengan alasan tersebut maka thermal isulation dibagi menjadi
lima bagian utama, walaupun banyak insulator yang utama merupakan
turunan produk jenis-jenis ini.
Lima jenis utama adalah :
1. Flake insulation
2. Fibrous insulation
3. Granular insulation
4. Cellular insulation
5. Reflective insulation
Struktur massa bangunan bekerja melepas panas pada malam hari dan
melepas udara dingin pada siang hari. Pada iklim sejuk struktur bangunan
dapat menyerap panas matahari sepanjang siang hari dan melepaskannya
padasiang hari. Solar window atau solar-collector heat ditempatkan didepan
fisik gedung untuk menyererap panas matahari.

10
2.2.3
2.3 Ciri-ciri Bangunan dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik
2.4 Penerapan Arsitektur Bioklimatik pada Bangunan

2.5 Contoh Bangunan dengan Pendekatan Arsitektur Bliokimatik

11
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN ANALISA

3.1 Gambaran Umum Lawang Sewu

3.2 Lokasi Lawang Sewu

3.3 Data Observasi

3.4 Analisa Data


3.4.1 Analisa Tata Ruang Dalam dan Interior

3.4.2 Analisa Sistem Struktur

a. Pondasi

b. Kolom

c. Balok

d. Dinding

Kuda- kuda
3.4.3 Analisa Sistem Utiitas

3.4.4 Analisa Mekanikal

12
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa Bangunan Lawang Sewu
sangat memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya ketika dibangun, seperti aspeh
cahaya, suhu udara, angin, hujan, serta kelembaban. Selain itu aspek-aspek desain
tersebut selain tanggap terhadap lingkungan, desain tersebut juga menambahan kesan
kuno namun megah.
1.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

http://edupaint.com/warna/ragam-warna/5899-ciri-desain-arsitektur-tropis.html
http://arsitektursmart.blogspot.co.id/p/arsitektur-tropis.html
http://desieasri.blogspot.co.id/2015/07/konsep-desain-arsitektur-tropis.html
Georg. Lippsmeier. 1994. BangunanTropis. Jakarta: PenerbitErlangga
BangunanArsitekturyangRamah Lingkungan.MenurutKonsepArsitekturTropis.
Disusunoleh: Ahmad Nidlom, 2001.
http://rumahwaskita.com/artikel/tag/konsep-arsitektur-tropis/
http://interiorudayana14.wordpress.com/
http://www.novotel.com
http://www.balitropic-resort.com/index.php
http://www.astudioarchitect.Konsep ArsitekturTropis disertaiartikeldalam Koran Sindo
http://www.astudioarchitect.com/2009/01/konsep-arsitektur-tropis-
disertai.html#ixzz2z5qj1ahh
Brown,GZ,1985,Sun Wind And LIGHT Architectural Design Strategies.
Hyde, Ricard,2000,Climatic Responsive Design, a Study of Building in Moderate and Hot
Humid Climates.
Mc Lam, William, 1985, Sunlighting as Formgiver for Architecture.
Moore,Fuller,1985,Concept and Pratice of Architectural Daylighting.
(sumber:http://himaartra.wordpress.com;http://eksplorrumahimpian.blogspot.com/2013/01/ar
sitektur-tropis.html)
Parker, J. (1981). Uses of Landscaping for Energi Conservation. Florida International
University and the Governnors Energi Office of Florida, USA.
Akbari, H et al (1990). Summer Heat Island, Urban Trees and White Surfaces, ASHRAE
Transactions, pp. 1381 1388.
Harso Karyono, Tri. (2016). ARSITEKTUR TROPIS Bentuk, Teknologi, Kenyamanan dan
Penggunaan Energi. Erlangga, Jakarta.

14
LAMPIRAN

15
16
17
18
19
20
21

You might also like