Professional Documents
Culture Documents
Bahan Journal 3 PDF
Bahan Journal 3 PDF
Abstract
Individual disability to manage stress results the body become susceptible to diseases so that some
physical disorders like gastritis enable to see. Gastritis represent one of psychosomatic disorders, a
physiological disorder caused by a major psychological factor, stress as a common. This research is
aimed to test the relaxation method that is used to lessen stress and the sigh of gastritis pain for the
patients of chronic gastritis. The research applies the single case experimental design. Subjects of the
research are three women who get treatment of Imagery Relaxation Therapy and Muscle Relaxation
Therapy for three times. Then, they are monitored by self monitoring for 3 weeks. The instruments
used in this experiment are Scale of Stress compiled by Prawitasari (1989), and Sigh of Gastritis
Pain Scale adapted from Sigh of Physical Gastritis Scale compiled by Sutrisno (1998). The data
analysed in manual through some visual inspection to compare the level of stress and sigh of gastritis
pain of each subject among the baseline, treatment and follow-up. Results showed that there is
decreases of stress and sigh of gastritis pain of the subjects. They also showed clinical significancy.
Keyword : patient, stress, psychosomatic, gastritis, relaxation
Salah1 satu penyakit pasien yang bero- Tahunan 10 Besar Penyakit, 2005). Penga-
bat ke sebuah Puskesmas di Sleman Yogya- laman peneliti selama melaksanakan Prak-
karta pada tahun 2005 adalah penyakit tek Kerja Profesi di Puskesmas tersebut
tukak lambung yang menempati urutan ke- menunjukkan bahwa pasien penyakit tukak
7 dalam kategori 10 besar penyakit pasien lambung yang datang rata-rata tiga orang
rawat jalan di wilayah tersebut. Jika dilihat perhari. Kondisi pasien rata-rata sudah
dari kategori penyakit tidak menular, mengalami penyakit tukak lambung selama
penyakit tukak lambung menempati urutan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
ke-4. Jumlah kunjungan pasien penyakit Penyakit tukak lambung dapat dikla-
tukak lambung yang berobat ke sebuah sifikasikan berdasarkan lamanya gejala.
Puskesmas di Sleman meningkat sebanyak Tjokronegoro (1999) menyatakan tukak
hampir 600% sejak tahun 2002- 2005, dari lambung dapat digolongkan menjadi dua
58 kasus menjadi 651 kasus (Laporan yaitu (1) tukak lambung akut dan (2) tukak
ambung kronis. Penyakit tukak lambung
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila-
kronis sangat mengganggu kinerja penderi-
kukan melalui: becky_indonesia@yahoo.co.id tanya karena menimbulkan rasa pedih dan
2 Atau melalui: muhana@ugm.ac.id
terbakar di ulu hati, mual, muntah, rasa fistula pada lambungnya sehingga peru-
panas di perut, rasa kembung dan perasaan bahan-perubahan pada lambung dapat
cepat kenyang (Sutrisno, 1998). Selain diamati, ternyata mengalami peningkatan
mengganggu kinerja, tukak lambung juga produksi asam lambung saat dihadapkan
dapat mengakibatkan kematian (Lachman, pada situasi yang menegangkan yang
1972). Terapi medis yang selama ini dilaku- menimbulkan perasaan cemas. (Sheridan &
kan kepada pasien tukak lambung kronis Radmacher, 1992; Syam, 2006).
yang sering mengalami kekambuhan tidak Timbulnya penyakit tukak lambung
menguntungkan secara ekonomi. Selain itu dipicu oleh stres yang berkepanjangan
efek samping penggunaan obat dalam (http://www.hanyawanita.com/product/
jangka panjang dapat merusak organ knowledge/mylanta/, 2006). Menurut Syam
tubuh, hal ini juga merupakan permasa- (2006) secara umum 80 persen penyakit
lahan kesehatan yang menyertainya. tukak lambung termasuk jenis fungsional,
Penyakit tukak lambung atau ulkus yaitu tidak diakibatkan kelainan pada sa-
lambung atau tukak dalam istilah kedok- luran pencernaan melainkan disebabkan
teran disebut dyspepsia merupakan luka oleh stres, kurang tidur, dan beban peker-
pada lambung berupa peradangan atau jaan. Duapuluh persen sisanya termasuk
iritasi mukosa lambung atau infiltrasi din- organik, yaitu ada kelainan pada organ
ding lambung (Crow & Crow, 1963). Bebe- pencernaan, seperti luka pada lambung
rapa faktor yang menyebabkan penyakit atau kerongkongan.
tukak lambung: (1) faktor konstitusi atau Stres yang berkepanjangan ini muncul
pembawaan, yaitu suatu gen yang diturun- karena gaya hidup saat ini yang serba cepat
kan secara autosomal, (2) faktor lingkungan, akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja,
yaitu rangsangan dan kehilangan sel epitel misalnya mobilitas yang tinggi maupun
secara terus-menerus oleh zat-zat tajam beban kerja yang dirasakan berat. Gaya hi-
seperti alkohol, rokok, obat-obatan tertentu dup tersebut membuat individu selalu
yang diminum secara terus-menerus dan berada dalam ketegangan sehingga beraki-
makanan yang mengiritasi mukosa lam- bat pada munculnya stres. Selain itu pola
bung. Selain itu dapat juga disebabkan oleh makan yang tidak teratur dan mengkon-
serangan pada mukosa lambung karena sumsi makanan instan sebagai akibat pola
sekresi asam hidroklorida yang berlebihan, hidup serba cepat juga merupakan salah
(3) faktor bakteri, yaitu bakteri berbentuk satu pencetus penyakit tukak lambung
spiral dan tahan hidup di lambung manu- (http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/2
sia (helicobacter pylori), (4) faktor efek sam- 608gay6.htm, 2006; Syam, 2006).
ping obat (Tasminatun, 2004; http://www.
Stres merupakan reaksi fisiologis yang
medicinenet.com/dyspepsia/page10.htm, 2006).
umum dari tubuh terhadap tekanan-tekan-
Pemakaian obat-obatan tertentu dalam
an yang mengenainya (Selye dalam
jangka panjang beresiko mengakibatkan
Zimbardo & Gerrig, 1996), misalnya rasa
penyakit tukak lambung karena obat-obat
cemas yang berlebihan menyebabkan indi-
tersebut mengiritasi dinding lambung dan
vidu sering buang air kecil. Pestonjee (1992)
menyebabkan mukosa pelindung lambung
menyatakan bahwa stres adalah suatu kon-
menjadi tipis sehingga lebih mudah terlu-
disi organisme yang timbul dari interaksi
ka, dan (5) faktor sosial, yaitu situasi yang
dengan lingkungannya. Stres menunjukkan
penuh stres psikologis. Suatu pengamatan
suatu perubahan fisik yang luas yang
terhadap seorang pasien yang menderita
dipicu oleh berbagai faktor psikologis mau-
pun fisik atau kombinasi dari keduanya. pengatasannya gagal maka individu mulai
Selye (dalam Zimbardo & Gerrig, 1996) masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap
menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan kelelahan.
stres fisiologis setelah terjadi peritiwa yang
dianggap mengancam atau membahaya- 3. Tahap Kelelahan
kan, yaitu :
Pada saat ini penolakan mulai menu-
run, kerusakan fisiologis mulai muncul,
1. Tahap Reaksi Tanda Bahaya
dan tubuh menjadi rentan terhadap penya-
Tubuh menerima tanda bahaya yang kit, demikian pula organ tubuh mulai
disampaikan oleh pancaindera dan siap cedera.
untuk menentang bahaya yang mengan- Ketiga tahap ini disebut General Adap-
cam. Kesiapan tubuh tampak melalui res- tive Syndrome (GAS). GAS bersifat adaptif
pon fisiologis yang bersifat otomatis antara karena selama tahap reaksi tanda bahaya,
lain otot yang mengencang dan menegang, tahap penolakan, dan tahap kelelahan indi-
darah dipompa ke jantung dengan lebih vidu dapat menyelesaikan dan bertahan
kuat sehingga dada berdebar-debar, keri- dari efek yang tidak menyenangkan. Pene-
ngat keluar lebih banyak, ataupun mata rapan GAS telah diketahui dapat menjelas-
memandang dengan lebih waspada. Hipo- kan gangguan yang disebut psikosomatis.
thalamus dapat berperan ganda dalam Hal ini membuat para dokter yang sebe-
kondisi bahaya yaitu mengontrol sistem lumnya tidak menyadari bahwa stres meru-
syaraf otonom dan mengaktifkan kelenjar pakan penyebab penyakit menjadi terka-
pituitary. Dalam kondisi stres, sistem syaraf gum-kagum (Prokop, 1991; Zimbardo &
simpatetis bekerja. Respon yang terjadi Gerrig, 1992).
adalah dilatasi pupil, produksi saliva
Merujuk pada General Adaptive Syn-
terhambat, jantung berdetak lebih keras,
drome yang dikemukakan Selye di atas,
dilatasi paru-paru, fungsi digestif dari
dapat dipahami bahwa pada tahap pertama
pencernaan dan sekresi adrenalin menurun
terjadi ketegangan. Pada tahap ini seluruh
(Prokop, 1991; Zimbardo & Gerrig,1996).
organ tubuh dalam keadaan siaga mengha-
Apabila keadaan seseorang sudah tidak
dapai stresor. Keadaan siaga atau tegang
mengalami stres maka kerja sistem syaraf
merupakan umpan balik yang dikirim ke
simpatetis menurun, pada saat ini sese-
sistem syaraf pusat. Umpan balik ini meru-
orang mulai rileks. Selanjutnya yang beker-
pakan stimulus yang menambah kecemas-
ja adalah sistem syaraf parasimpatetis.
an dan ketegangan. Selanjutnya tahap ke-
Setelah tahap pertama kemudian timbul
dua adalah tahap dimana seseorang mela-
tahap kedua (Zimbardo & Gerrig, 1996).
kukan upaya untuk mengatasi ketegangan-
nya dengan melakukan coping. Pada bebe-
2. Tahap Penolakan
rapa orang, coping dapat berhasil namun
Setelah bahaya dianggap hilang, tubuh pada sebagian orang yang lain tidak ber-
menjadi rileks dan kembali ke keadaan hasil melakukan coping. Pengulangan atas
semula. Pada tahap ini biasanya individu kegagalan melakukan coping berakibat pa-
menggunakan segala cara untuk mengatasi da berlanjutnya proses ini ke tahap ketiga
bahaya yang dihadapinya dan biasanya yaitu kelelahan. Pada tahap ketiga mulai
individu berhasil memperoleh adaptasi terjadi kelelahan organ tubuh, kerentanan
yang sesuai. Bila reaksi-reaksi ini selalu organ sehingga muncul gangguan fisiologis
diulang atau sering diulang maupun bila (Zimbardo & Gerrig, 1992; Taylor, 1995).
Salah satu bentuk gangguan fisiologis yang inkonsistensi atas bukti pengobatan yang
dapat timbul pada tahap ketiga ini adalah biasanya diberikan pada pasien dan adanya
penyakit tukak lambung. efek samping yang sama banyaknya de-
Kelelahan, kerentanan tubuh terhadap ngan jenis terapi yang diberikan. Intervensi
penyakit, kerusakan fisiologis, maupun medis yang selama ini diberikan pada
timbulnya cedera pada organ tubuh yang pasien tukak lambung yaitu pembedahan,
terjadi pada tahap ketiga akan terus diet dan terapi obat. Meskipun 20% pasien
berlanjut menimbulkan kerusakan semakin tukak lambung di Amerika menjalani pem-
parah bila tidak dihentikan. Oleh karena itu bedahan namun intervensi ini sangat mahal
perlu dilakukan pemutusan rantai pada dan tidak menjamin kesembuhan tukak
tahap ini agar kelelahan dan kerusakan secara total bahkan seringkali menimbul-
organ tidak semakin parah. Relaksasi dapat kan efek samping. Misalnya tindakan
memutus rantai proses tersebut dengan vagotomy yang bertujuan mengurangi
cara memutuskan rantai yang terjadi pada sekresi asam lambung menimbulkan efek
tahap ketiga agar individu yang sedang samping terganggunya proses pengosong-
tegang dapat melakukan penyantaian an lambung menuju usus dua belas jari
sejenak. Dalam kondisi santai aktivitas sis- (Prokop, 1991; Sonnenberg dalam Prokop,
tem syaraf simpatetis menurun dan digan- 1991).
tikan dengan kerja sistem syaraf parasim- Pengobatan yang biasa dilakukan pada
patetis, sehingga seluruh organ tubuh tukak lambung adalah pemberian antasid
kembali dalam keadaan rileks. Berarti de- dan obat-obatan yang menghambat sekresi
ngan relaksasi individu dapat mengontrol asam lambung. Namun terdapat penelitian
ketegangan dan mencegah ketegangan ber- yang membandingkan efektivitas terapi
tahan pada tahap ketiga. Apabila relaksasi farmasi dengan obat placebo membuktikan
dapat memutus rantai tersebut maka stres hasilnya tidak konsisten. Pilihan obat baru
dan keluhan tukak lambung dapat berupa cimetidine dan ranitidine yang ber-
berkurang (Sheridan & Radmacher, 1992; fungsi menghambat sekresi asam lambung
Taylor, 1995; Zimbardo & Gerrig, 1992) . dengan cara menghambat reseptor hista-
Relaksasi merupakan salah satu inter- min berefek samping kekacauan mental
vensi psikologis yang dapat diterapkan dan perubahan dada pada pria. Terapi lain
pada gangguan psikosomatis, antara lain berupa diet menggunakaan makanan lunak
sakit kepala (migren), arthritis, penyakit seperti susu, keju yang lunak, dan daging
pernafasan (asma), hipertensi, insomnia, halus. Namun susu atau krim justru me-
diabetes dengan ketergantungan insulin, ningkatkan sekresi asam lambung (Prokop,
demikian pula untuk gangguan psikologis 1991) sehingga terapi ini kurang efektif
seperti phobia dan stres. Relaksasi juga untuk mengatasi tukak lambung. Terapi
terbukti lebih cocok untuk intervensi gang- medis yang disebutkan di atas hasilnya ku-
guan panik karena lebih dapat mengontrol rang memuaskan dan tidak dapat menga-
keadaan dan fungsi psikologis dibanding- tasi penyebab sebenarnya dari penyakit
kan terapi kognitif (Kazdin, 1994; Beck, tukak lambung yang merupakan gangguan
Stanley, Baldwin, Deagle, dan Averill, psikosomatis yaitu stres. Oleh sebab itu,
2001). pada penelitian ini akan dilakukan inter-
vensi psikologis yaitu relaksasi.
Intervensi psikologis mulai dipilih
sebagai alternatif terapi psikosomatis khu- Relaksasi merupakan teknik mengu-
susnya penyakit tukak lambung karena rangi ketegangan dan kecemasan dengan
latihan melemaskan otot tubuh pada saat Efek relaksasi juga telah diteliti oleh
dibutuhkan. Tujuan relaksasi diberikan beberapa ahli pada psikologi kesehatan
kepada pasien tukak lambung adalah un- yaitu Relaksasi Otot Progresif dan Relak-
tuk memberikan sebuah teknik mengem- sasi Imajeri Terpandu efektif mengurangi
bangkan perasaan rileks ketika pasien efek samping chemotherapy seperti cemas,
mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah depresi, mual, dan meningkatnya tekanan
melakukan latihan relaksasi beberapa sesi darah pada pasien kanker (Lyles, Burish,
maka seseorang akan mampu menjadi Krozely, & Oldham, 1982).
rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu Relaksasi juga terbukti efektif menu-
yang singkat bahkan tanpa bantuan terapis runkan tekanan darah sistolik pada pende-
(Kazdin, 1994). rita hipertensi, dalam hal ini terapi
Penelitian sebelumnya tentang manfaat relaksasi kelompok lebih efektif daripada
relaksasi telah dilakukan di Indonesia terapi relaksasi kelompok yang disertai
(Prawitasari, 1989; Utami, 1991; Sutrisno, dengan perjanjian konsekuensi jika terjadi
1998). Demikian halnya di luar negeri pene- pelanggaran aturan misalnya lupa tidak
litian tentang relaksasi juga telah banyak melakukan latihan. Sebagai terapi komple-
dilakukan, antara lain penelitian Dendato menter, relaksasi terbukti efektif menurun-
dan Diener (1986) tentang terapi relaksasi kan tekanan darah sistolik pada penderita
dan kognitif yang terbukti efektif mengu- hipertensi ringan (Lichstein, Hoelscher &
rangi kecemasan meskipun tidak mening- Rosenthal, 1986; Yung, French, & Leung,
katkan prestasi akademik pada remaja. 2001).
Stresor sehari-hari
(situasi mengancam, fisik, situasi
bising, dll)
Tegang/Stres
(Pupil mata membesar, jantung
berdebar-debar, otot menegang)
Tabel 1
Desain Penelitian
Keterangan Hari ke- S1 S2 S3
Baseline Hari ke-1 sampai hari ke-4 O1 O1 O1
Terapi Terapi I : Hari ke-5 X1 X1 X1
O2 O2 O2
Terapi II : Hari ke-7 X2 X2 X2
O3 O3 O3
Terapi III : Hari ke-9 X3 X3 X3
O4 O4 O4
Latihan mandiri Hari ke-10 sampai hari ke-25 O5 O5 O5
Tanpa terapi Hari ke-26 sampai hari ke-39 O6 O6 O6
Follow up Hari ke-40 sampai hari ke-47 O7 O7 O7
Keterangan : S : subjek
O : pengukuran / observasi
X : perlakuan
Tabel 2
Ringkasan Analisis Visual
Rerata Skor Selama Baseline, Terapi, Latihan Mandiri dan Follow up dan Selisih Rerata
Selama Terapi Baseline, Latihan Mandiri Terapi, dan Follow up Latihan Mandiri
B T LM FU
Subjek Skala Selisih Selisih Selisih
M M M M
T-B LM - T FU - LM
1 Stres 56,25 45 -11,25 28,13 -16,87 39,29 +11,16
Keluhan Tukak Lambung 23,25 21,2 -2,05 20,07 -1,13 19,57 -0,5
2 Stres 68,75 65 -3,75 48,44 -16,56 25 -23,44
Keluhan Tukak Lambung 36 34,6 -1,4 31,44 -3,16 20,71 -10,73
3 Stres 50 55 -5 45,3 -9,7 32,15 -13,15
Keluhan Tukak Lambung 43,75 40,2 -3,55 29,25 -10,95 22,29 -6,96
Keterangan : B = Baseline T = Terapi FU = Follow up Selisih = (-) turun
M = Rerata LM = Latihan Mandiri = (+) naik
JURNAL PSIKOLOGI
JURNAL PSIKOLOGI
Grafik 3. Profil Subyek 3
Keterangan :
Hari ke-1 sampai ke-4 : baseline
Hari ke-5 sampai ke-9 : terapi
Hari ke-10 sampai ke-25 : latihan mandiri
Hari ke-26 sampai ke- 32 : follow up
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG
155
SUBEKTI & UTAMI
Berdasarkan tabel 2 dan hasil visual bung pada subjek 1=1,13, subjek 2=3,16,
inspection dapat diketahui bahwa dua sedangkan subjek 3=10,95. Rerata penurun-
subjek dalam penelitian ini mengalami an intensitas keluhan tukak lambung saat
penurunan stres dan intensitas keluhan follow up pada subjek 1=0,5, subjek 2=10,73,
tukak lambung sedangkan satu diantara- sedangkan subjek 3=6,96.
nya justru mengalami kenaikan pada
pengukuran follow up.
Diskusi
Pada saat sebelum perlakuan, menun-
jukkan tidak terdapat perbedaan stres yang Ketiga subjek dalam penelitian ini
nyata antara ketiga subjek. Perbedaan menunjukkan penurunan stres dan keluhan
tampak pada skor intensitas keluhan tukak tukak lambung baik pada saat terapi,
lambung, subjek 1 mendekati angka teren- latihan mandiri maupun pada saat follow
dah. up. Adanya penurunan stres dan intensitas
keluhan tukak lambung menunjukkan
Dari tabel 2 tampak bahwa rerata
bahwa relaksasi yang diberikan sebagai
baseline stres subjek 1=56,25, subjek 2=68,75,
terapi maupun sebagai latihan mandiri (self
dan subjek 3=50. Rerata stres pada masa
help) dapat menurunkan stres dan keluhan
terapi subjek 1=45, subjek 2=65 dan subjek
tukak lambung. Hal ini sesuai dengan
3=55. Rerata stres pada masa latihan man-
penelitian Blanchard (1982) bahwa self help
diri subjek 1=28,13, subjek 2=48,44 dan sub-
relaksasi dapat mengatasi keluhan fisik.
jek 3=45,3. Rerata stres pada pengukuran
follow up subjek 1=39,29, subjek 2=25 dan Penurunan yang terjadi terbukti signi-
subjek 3=32,15. Rerata baseline keluhan fikan secara klinis karena berdasarkan data
tukak lambung subjek 1=23,25, subjek 2=36, kualitatif yang diperoleh dengan wawan-
dan subjek 3=43,75. Rerata keluhan tukak cara pada masa follow up terdapat perubah-
lambung pada masa terapi subjek 1=21,2, an positif dalam kehidupan sehari-hari
subjek 2 =34,6 dan subjek 3=40,2. Rerata pada ketiga subjek. Signifikansi klinis
keluhan tukak lambung pada masa latihan merupakan perubahan positif dalam kehi-
mandiri subjek 1=20,07, subjek 2=31,44 dan dupan sehari-hari subjek (Barlow, 1984;
subjek 3=29,25. Rerata keluhan tukak Diekhoff, 2002). Setelah teknik relaksasi
lambung pada pengukuran follow up subjek diberikan sebagai terapi untuk mengem-
1=19,57, subjek 2=20,21 dan subjek 3=22,29. bangkan keterampilan subjek selama tera-
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata pi, subjek dapat mempraktekkan dan
stres subjek 1 pada saat terapi mengalami menerapkan kemampuan tersebut ke da-
penurunan 11,25, subjek 2=3,75, sedangkan lam kehidupan sehari-hari untuk mengon-
subjek 3=5. Pada saat latihan mandiri stres trol perilaku dalam berbagai situasi
subjek 1 mengalami penurunan sebesar (Kazdin, 1994).
16,87, subjek 2=16,56, sedangkan subjek Hasil penelitian ini menguatkan pene-
3=9,7. Pada saat follow up rerata stres subjek litian sebelumnya bahwa relaksasi dapat
1 naik sebesar 11,16, subjek 2 mengalami menurunkan ketegangan, keluhan tukak
penurunan 23,44, sedangkan subjek 3 lambung, menurunkan tekanan darah, dan
=13,25. Rerata penurunan intensitas keluh- efektif sebagai terapi komplementer pada
an tukak lambung saat terapi pada subjek penderita psikosomatis ringan (Prawitasari,
1=2,05, subjek 2=1,4, sedangkan subjek 1989; Sutrisno, 1998 Utami, 1988; Dendato
3=3,55. Pada saat latihan mandiri rerata & Diener, 1986; Lyles, Burish, Krozely, &
penurunan intensitas keluhan tukak lam- Oldham, 1982).
stres dan keluhan tukak lambung yang benar-benar terbebas dari intervensi untuk
dicapai subjek 3 tampak lebih berhasil. mengetahui efek yang ditimbulkan oleh
Frekuensi relaksasi subjek 2 tidak eksperimen.
memenuhi syarat minimal dalam pedoman Variabel eksternal yang dapat mence-
terapi yaitu 22 kali. Ketidakpatuhan subjek mari hasil penelitian ini tidak dikendalikan,
2 dalam melaksanakan tugas rumah untuk hal ini berkaitan dengan kesulitan memper-
melakukan relaksasi kemungkinan karena oleh subjek apabila variabel tersebut diken-
prosedur dalam Terapi Relaksasi ini tidak dalikan sepenuhnya. Variabel yang dimak-
mencantumkan hadiah dan hukuman apa- sud adalah faktor diet tukak lambung oleh
bila subjek mematuhi atau melanggar tugas subjek, pengobatan di luar terapi seperti
rumah yang diberikan untuk melakukan pengobatan alternatif maupun terapi medis
relaksasi setiap hari. Apabila suatu stimu- dengan obat-obatan, jenis penyakit yang
lus dihadirkan sebagai akibat subjek diderita subjek, tingkat keparahan dan
mematuhi tugas untuk melakukan relaksasi penyakit lain yang menyertai, kemampuan
setiap hari maka perilaku tersebut akan konsentrasi dan motivasi untuk sembuh
terpelihara, demikian pula apabila suatu pada masing-masing subjek dan pengam-
stimulus dihadirkan sebagai akibat subjek bilan data subjek 1 pada bulan Ramadhan.
melanggar tugas untuk melakukan relak- Kemampuan berkonsentrasi berperan
sasi setiap hari maka kemungkinan beru- dalam keberhasilan mempelajari relaksasi,
langnya perilaku tersebut dapat dikurangi tampak bahwa subjek 2 dan 3 kurang dapat
(Soekadji, 1983). berkonsentrasi sehingga lebih lambat da-
Keberhasilan yang dialami subjek 2 lam mempelajari teknik relaksasi terutama
dan signifikansi klinis yang didapat ke- Teknik Relaksasi Kesadaran Indera diban-
mungkinan karena pengaruh karakteristik dingkan subjek 1 yang lebih cepat mengua-
subjek yaitu minat terhadap relaksasi yang sainya. Selain itu juga motivasi untuk
memungkinkan subjek memiliki penilaian sembuh menentukan seberapa besar usaha
positif terhadap relaksasi. Meskipun hanya subjek untuk mencapai kesembuhan mela-
melakukan latihan sebanyak 5 kali namun lui berbagai upaya sehingga secara tidak
subjek menggunakan keterampilan menca- langsung juga mempengaruhi kepatuhan
pai keadaan rileks dalam kehidupan sehari- subjek terhadap prosedur terapi.
hari seperti ketika mendapat telepon dari Penurunan akibat self help yang terjadi
kekasih yang sering membuat subjek mera- pada masing-masing subjek berbeda
sa tegang maupun ketika akan melakukan dinamikanya. Relaksasi sebagai self help
perjalanan jauh. Dengan demikian subjek 2 pada subjek 1 dapat menurunkan stres dan
mampu mentransfer hasil belajarnya dalam keluhan tukak lambung. Stres subjek 1 naik
situasi nyata. pada pengukuran follow up, keluhan tukak
Terdapat internal invalidity dalam pene- lambung subjek 1 juga naik pada hari ke-19
litian ini, bahwa desain penelitian tidak sampai hari ke-25, hal ini dipengaruhi jenis
dapat mengisolasi relaksasi sebagai satu- makanan yang dikonsumsi. Naiknya kete-
satunya faktor dalam keberhasilan penu- gangan pada pengukuran follow up berkait-
runan stres dan keluhan tukak lambung. an dengan penilaian kognitif terhadap
Hal ini dikarenakan relaksasi tetap dilaku- permasalahan yang dihadapi, kemungkin-
kan oleh subjek yang ingin melakukannya an peristiwa yang dihadapi dinilai lebih
pada saat tanpa terapi dan follow up. mengancam. Pada subjek 2, relaksasi seba-
Seharusnya tahap tanpa terapi dan follow up gai self help juga dapat menurunkan stres
dan keluhan tukak lambung. Pada masa padat sehingga pemilihan jadwal terapi
latihan mandiri hari ke-12 sampai hari ke- dapat dilakukan secara fleksibel. Pelaksa-
18 subjek belum berlatih relaksasi sehingga naan waktu terapi bertepatan dengan bulan
stresnya naik. Kenaikan ini tidak diikuti Ramadhan yang memberikan pengaruh
dengan keluhan tukak lambung. Pada hari positif terhadap pengendalian tingkat stres
ke-19 sampai hari ke-25 stres subjek turun subjek, karena pada bulan Ramadhan sub-
demikian pula dengan keluhan tukak jek merasa lebih dapat menenangkan diri
lambung. Subjek 3 belum dapat melakukan dan mengendalikan emosi sehingga mem-
relaksasi sebagai self help karena subjek bantu keberhasilan terapi dalam menurun-
belum dapat mempraktekkan relaksasi un- kan stres dan keluhan tukak lambung
tuk mengatasi ketegangan yang dihadapi. selain adanya efek obat tukak lambung
Subjek membutuhkan latihan setiap hari yang tetap diminum subjek selama pene-
agar dapat mencapai keadaan rileks. Naik- litian walaupun dosisnya akhirnya semakin
nya stres subjek pada hari ke-12 sampai ke- berkurang.
18 kemungkinan berkaitan penilaian kog- Situasi yang tidak mendukung terha-
nitif terhadap tingkat kesulitan masalah dap hasil terapi dialami pada saat peman-
yang dihadapi. Subjek sudah memiliki tauan tugas rumah kedua dan ketiga kare-
antisipasi negatif terhadap permasalahan na subjek tidak dapat berkonsentrasi untuk
yang dihadapi, sehingga mengakibatkan relaksasi akibat suasana rumah yang ramai
stresnya naik. menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keadaan
Keberhasilan sebuah terapi dipenga- tersebut mengganggu ketenangan subjek,
ruhi oleh banyak faktor yaitu tipe terapi, sehingga tidak dapat berlatih relaksasi.
karakteristik klien, taraf latihan, dan setting Subjek 2. Sepanjang masa penelitian,
terapi. Oleh sebab itu apabila dilakukan subjek 2 mengalami situasi yang mengun-
penelitian tentang terapi maka tujuannya tungkan. Tidak ada gangguan suasana
adalah mengetahui hubungan 6 faktor rumah ataupun perubahan jadwal kegiatan
dalam terapi yaitu karakteristik terapis, pribadi yang mengganggu jadwal terapi,
subjek, permasalahan yang ada, teknik sehingga ada kebebasan melakukan relak-
terapi, situasi saat terapi dan hasil terapi. sasi di tempat kost.
Hasil suatu terapi dievaluasi berdasarkan
Subjek 3. Adanya dukungan keluarga
pengaruh kelima faktor lainnya sehingga
yang tampak dari tindakan anak-anak dan
diperoleh suatu pemahaman yang menda-
suami dalam menyiapkan tempat yang
lam mengenai faktor yang menghambat
nyaman dan menjaga suasana tetap tenang.
atau mendukung keberhasilan suatu terapi
pada suatu permasalahan tertentu (Barlow,
Pengaruh Karakteristik Subjek Terhadap
Hayes, & Nelson dalam Pramana, 1989;
Hasil Terapi
Corey, 2005). Hal ini dapat dijelaskan pada
masing-masing individu yang akan dipa- Subjek 1. Beberapa karakteristik yang
parkan pada pembahasan individual. menguntungkan atas keberhasilan terapi
adalah: (1) belum menikah dan belum
Pengaruh Situasi Saat Terapi Terhadap bekerja sehingga mempunyai lebih banyak
Hasil Terapi kebebasan mengatur waktu dan tindakan
yang dipilih untuk mencapai kesembuhan.
Subjek 1. Keluarga subjek 1 membe-
Kebebasan mengatur waktu meliputi kebe-
rikan dukungan atas pelaksanaan terapi.,
basan mengatur waktu untuk melakukan
subjek juga tidak memiliki kegiatan yang
tugas yang diberikan terapis untuk melaku- hasilan terapi karena pada saat-saat terten-
kan relaksasi setiap hari; (2) kemampuan tu subjek memiliki keinginan yang sangat
mengingat yang baik sehingga memudah- kuat untuk makan makanan pedas yang
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi. sebenarnya dapat memicu kekambuhan
Pelaksanaan relaksasi selanjutnya oleh keluhan tukak lambung. Biasanya hal ini
subjek dianjurkan tidak menggunakan ka- terjadi menjelang subjek haid.
set agar menghindari ketergantungan Subjek 3. Karakteristik yang mengun-
terhadap alat. Kaset hanya digunakan pada tungkan atas keberhasilan terapi yaitu: (1)
saat terapi bersama terapis dan selama tidak memiliki banyak kegiatan sehingga
subjek belum hafal instruksinya; (3) moti- mempunyai lebih banyak kebebasan dalam
vasi untuk sembuh yang cukup baik. Moti- mengatur waktu dan tindakan yang dipilih
vasi yang tinggi untuk sembuh mempenga- untuk mencapai kesembuhan, (2) kemam-
ruhi kepatuhan subjek melaksanakan tugas puan mengingat yang baik sehingga
rumah yang diberikan dalam penelitian memudahkan dalam penguasaan instruksi
yaitu melakukan relaksasi setiap hari. relaksasi, (3) perilaku makan yaitu meng-
Karakteristik yang menghambat keber- hindari beberapa makanan yang berdasar-
hasilan terapi adalah sikap mudah curiga kan pengalamannya dapat memicu kekam-
dan mudah menyalahkan sesuatu bila buhan keluhan tukak lambung; (4) motivasi
suatu kejadian menimpa subjek. Misalnya untuk sembuh.
subjek khawatir bila sakit perut yang dide- Karakteristik yang menghambat keber-
rita pada masa tanpa terapi merupakan hasilan terapi pada subjek 3 hampir tidak
akibat relaksasi yang dilakukannya. Kekha- ada.
watiran tersebut membuat subjek ragu-
ragu dalam melakukan relaksasi. Pengaruh Permasalahan Yang Ada Terha-
Subjek 2. Beberapa karakteristik yang dap Hasil Terapi
menguntungkan atas keberhasilan terapi
Subjek 1. Subjek sudah dinyatakan
yaitu: (1) subjek belum menikah dan belum
menderita tukak lambung sejak tahun 2003
bekerja seperti subjek 1; (2) kemampuan
dan mengidap penyakit TB Kelenjar yang
mengingat yang baik sehingga memudah-
cukup parah. Obat TB Kelenjar yang dimi-
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi.
num subjek memiliki efek samping menaik-
(3) perilaku makan yang baik. Subjek
kan asam lambung, meskipun reaksi terse-
sangat hati-hati memilih menu makanan
but tidak terjadi setiap kali obat tersebut
dengan menghindari jenis makanan yang
diminum.
memicu kekambuhan tukak lambung; (4)
ketelitian dalam mengisi lembar self repport. Subjek 2. Ia telah didiagnosis menderita
tukak lambung oleh dokter sejak tahun
Karakteristik yang menghambat keber-
2003. Subjek merupakan penderita tukak
hasilan terapi yaitu: (1) kurangnya motivasi
lambung tanpa penyakit lain sehingga lebih
untuk sembuh. Motivasi yang kurang
dapat difokuskan untuk menurunkan stres
untuk sembuh mempengaruhi kepatuhan
dan keluhan tukak lambung.
subjek melaksanakan tugas rumah yang
diberikan dalam penelitian yaitu melaku- Subjek 3. Ia menderita tukak lambung
kan relaksasi setiap hari, (2) perilaku sejak 6 bulan lalu. Penyakit lain yang dide-
makan. Meskipun perilaku makan subjek rita subjek adalah diabetes dan hipertensi,
sangat hati-hati memilih menu namun fak- sehingga terdapat 3 macam gangguan
tor ini juga dapat menghambat keber- psikosomatis yang dialami subjek 3.