You are on page 1of 17

JURNAL PSIKOLOGI

VOLUME 38, NO. 2, DESEMBER 2011: 147 163

Metode Relaksasi Untuk Menurunkan Stres dan


Keluhan Tukak Lambung pada Penderita
Tukak Lambung Kronis
Tri Subekti1
Muhana Sofiati Utami2
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada

Abstract

Individual disability to manage stress results the body become susceptible to diseases so that some
physical disorders like gastritis enable to see. Gastritis represent one of psychosomatic disorders, a
physiological disorder caused by a major psychological factor, stress as a common. This research is
aimed to test the relaxation method that is used to lessen stress and the sigh of gastritis pain for the
patients of chronic gastritis. The research applies the single case experimental design. Subjects of the
research are three women who get treatment of Imagery Relaxation Therapy and Muscle Relaxation
Therapy for three times. Then, they are monitored by self monitoring for 3 weeks. The instruments
used in this experiment are Scale of Stress compiled by Prawitasari (1989), and Sigh of Gastritis
Pain Scale adapted from Sigh of Physical Gastritis Scale compiled by Sutrisno (1998). The data
analysed in manual through some visual inspection to compare the level of stress and sigh of gastritis
pain of each subject among the baseline, treatment and follow-up. Results showed that there is
decreases of stress and sigh of gastritis pain of the subjects. They also showed clinical significancy.
Keyword : patient, stress, psychosomatic, gastritis, relaxation

Salah1 satu penyakit pasien yang bero- Tahunan 10 Besar Penyakit, 2005). Penga-
bat ke sebuah Puskesmas di Sleman Yogya- laman peneliti selama melaksanakan Prak-
karta pada tahun 2005 adalah penyakit tek Kerja Profesi di Puskesmas tersebut
tukak lambung yang menempati urutan ke- menunjukkan bahwa pasien penyakit tukak
7 dalam kategori 10 besar penyakit pasien lambung yang datang rata-rata tiga orang
rawat jalan di wilayah tersebut. Jika dilihat perhari. Kondisi pasien rata-rata sudah
dari kategori penyakit tidak menular, mengalami penyakit tukak lambung selama
penyakit tukak lambung menempati urutan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
ke-4. Jumlah kunjungan pasien penyakit Penyakit tukak lambung dapat dikla-
tukak lambung yang berobat ke sebuah sifikasikan berdasarkan lamanya gejala.
Puskesmas di Sleman meningkat sebanyak Tjokronegoro (1999) menyatakan tukak
hampir 600% sejak tahun 2002- 2005, dari lambung dapat digolongkan menjadi dua
58 kasus menjadi 651 kasus (Laporan yaitu (1) tukak lambung akut dan (2) tukak
ambung kronis. Penyakit tukak lambung
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat dila-
kronis sangat mengganggu kinerja penderi-
kukan melalui: becky_indonesia@yahoo.co.id tanya karena menimbulkan rasa pedih dan
2 Atau melalui: muhana@ugm.ac.id

JURNAL PSIKOLOGI 147


SUBEKTI & UTAMI

terbakar di ulu hati, mual, muntah, rasa fistula pada lambungnya sehingga peru-
panas di perut, rasa kembung dan perasaan bahan-perubahan pada lambung dapat
cepat kenyang (Sutrisno, 1998). Selain diamati, ternyata mengalami peningkatan
mengganggu kinerja, tukak lambung juga produksi asam lambung saat dihadapkan
dapat mengakibatkan kematian (Lachman, pada situasi yang menegangkan yang
1972). Terapi medis yang selama ini dilaku- menimbulkan perasaan cemas. (Sheridan &
kan kepada pasien tukak lambung kronis Radmacher, 1992; Syam, 2006).
yang sering mengalami kekambuhan tidak Timbulnya penyakit tukak lambung
menguntungkan secara ekonomi. Selain itu dipicu oleh stres yang berkepanjangan
efek samping penggunaan obat dalam (http://www.hanyawanita.com/product/
jangka panjang dapat merusak organ knowledge/mylanta/, 2006). Menurut Syam
tubuh, hal ini juga merupakan permasa- (2006) secara umum 80 persen penyakit
lahan kesehatan yang menyertainya. tukak lambung termasuk jenis fungsional,
Penyakit tukak lambung atau ulkus yaitu tidak diakibatkan kelainan pada sa-
lambung atau tukak dalam istilah kedok- luran pencernaan melainkan disebabkan
teran disebut dyspepsia merupakan luka oleh stres, kurang tidur, dan beban peker-
pada lambung berupa peradangan atau jaan. Duapuluh persen sisanya termasuk
iritasi mukosa lambung atau infiltrasi din- organik, yaitu ada kelainan pada organ
ding lambung (Crow & Crow, 1963). Bebe- pencernaan, seperti luka pada lambung
rapa faktor yang menyebabkan penyakit atau kerongkongan.
tukak lambung: (1) faktor konstitusi atau Stres yang berkepanjangan ini muncul
pembawaan, yaitu suatu gen yang diturun- karena gaya hidup saat ini yang serba cepat
kan secara autosomal, (2) faktor lingkungan, akibat tuntutan hidup dan tuntutan kerja,
yaitu rangsangan dan kehilangan sel epitel misalnya mobilitas yang tinggi maupun
secara terus-menerus oleh zat-zat tajam beban kerja yang dirasakan berat. Gaya hi-
seperti alkohol, rokok, obat-obatan tertentu dup tersebut membuat individu selalu
yang diminum secara terus-menerus dan berada dalam ketegangan sehingga beraki-
makanan yang mengiritasi mukosa lam- bat pada munculnya stres. Selain itu pola
bung. Selain itu dapat juga disebabkan oleh makan yang tidak teratur dan mengkon-
serangan pada mukosa lambung karena sumsi makanan instan sebagai akibat pola
sekresi asam hidroklorida yang berlebihan, hidup serba cepat juga merupakan salah
(3) faktor bakteri, yaitu bakteri berbentuk satu pencetus penyakit tukak lambung
spiral dan tahan hidup di lambung manu- (http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/2
sia (helicobacter pylori), (4) faktor efek sam- 608gay6.htm, 2006; Syam, 2006).
ping obat (Tasminatun, 2004; http://www.
Stres merupakan reaksi fisiologis yang
medicinenet.com/dyspepsia/page10.htm, 2006).
umum dari tubuh terhadap tekanan-tekan-
Pemakaian obat-obatan tertentu dalam
an yang mengenainya (Selye dalam
jangka panjang beresiko mengakibatkan
Zimbardo & Gerrig, 1996), misalnya rasa
penyakit tukak lambung karena obat-obat
cemas yang berlebihan menyebabkan indi-
tersebut mengiritasi dinding lambung dan
vidu sering buang air kecil. Pestonjee (1992)
menyebabkan mukosa pelindung lambung
menyatakan bahwa stres adalah suatu kon-
menjadi tipis sehingga lebih mudah terlu-
disi organisme yang timbul dari interaksi
ka, dan (5) faktor sosial, yaitu situasi yang
dengan lingkungannya. Stres menunjukkan
penuh stres psikologis. Suatu pengamatan
suatu perubahan fisik yang luas yang
terhadap seorang pasien yang menderita
dipicu oleh berbagai faktor psikologis mau-

148 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

pun fisik atau kombinasi dari keduanya. pengatasannya gagal maka individu mulai
Selye (dalam Zimbardo & Gerrig, 1996) masuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap
menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan kelelahan.
stres fisiologis setelah terjadi peritiwa yang
dianggap mengancam atau membahaya- 3. Tahap Kelelahan
kan, yaitu :
Pada saat ini penolakan mulai menu-
run, kerusakan fisiologis mulai muncul,
1. Tahap Reaksi Tanda Bahaya
dan tubuh menjadi rentan terhadap penya-
Tubuh menerima tanda bahaya yang kit, demikian pula organ tubuh mulai
disampaikan oleh pancaindera dan siap cedera.
untuk menentang bahaya yang mengan- Ketiga tahap ini disebut General Adap-
cam. Kesiapan tubuh tampak melalui res- tive Syndrome (GAS). GAS bersifat adaptif
pon fisiologis yang bersifat otomatis antara karena selama tahap reaksi tanda bahaya,
lain otot yang mengencang dan menegang, tahap penolakan, dan tahap kelelahan indi-
darah dipompa ke jantung dengan lebih vidu dapat menyelesaikan dan bertahan
kuat sehingga dada berdebar-debar, keri- dari efek yang tidak menyenangkan. Pene-
ngat keluar lebih banyak, ataupun mata rapan GAS telah diketahui dapat menjelas-
memandang dengan lebih waspada. Hipo- kan gangguan yang disebut psikosomatis.
thalamus dapat berperan ganda dalam Hal ini membuat para dokter yang sebe-
kondisi bahaya yaitu mengontrol sistem lumnya tidak menyadari bahwa stres meru-
syaraf otonom dan mengaktifkan kelenjar pakan penyebab penyakit menjadi terka-
pituitary. Dalam kondisi stres, sistem syaraf gum-kagum (Prokop, 1991; Zimbardo &
simpatetis bekerja. Respon yang terjadi Gerrig, 1992).
adalah dilatasi pupil, produksi saliva
Merujuk pada General Adaptive Syn-
terhambat, jantung berdetak lebih keras,
drome yang dikemukakan Selye di atas,
dilatasi paru-paru, fungsi digestif dari
dapat dipahami bahwa pada tahap pertama
pencernaan dan sekresi adrenalin menurun
terjadi ketegangan. Pada tahap ini seluruh
(Prokop, 1991; Zimbardo & Gerrig,1996).
organ tubuh dalam keadaan siaga mengha-
Apabila keadaan seseorang sudah tidak
dapai stresor. Keadaan siaga atau tegang
mengalami stres maka kerja sistem syaraf
merupakan umpan balik yang dikirim ke
simpatetis menurun, pada saat ini sese-
sistem syaraf pusat. Umpan balik ini meru-
orang mulai rileks. Selanjutnya yang beker-
pakan stimulus yang menambah kecemas-
ja adalah sistem syaraf parasimpatetis.
an dan ketegangan. Selanjutnya tahap ke-
Setelah tahap pertama kemudian timbul
dua adalah tahap dimana seseorang mela-
tahap kedua (Zimbardo & Gerrig, 1996).
kukan upaya untuk mengatasi ketegangan-
nya dengan melakukan coping. Pada bebe-
2. Tahap Penolakan
rapa orang, coping dapat berhasil namun
Setelah bahaya dianggap hilang, tubuh pada sebagian orang yang lain tidak ber-
menjadi rileks dan kembali ke keadaan hasil melakukan coping. Pengulangan atas
semula. Pada tahap ini biasanya individu kegagalan melakukan coping berakibat pa-
menggunakan segala cara untuk mengatasi da berlanjutnya proses ini ke tahap ketiga
bahaya yang dihadapinya dan biasanya yaitu kelelahan. Pada tahap ketiga mulai
individu berhasil memperoleh adaptasi terjadi kelelahan organ tubuh, kerentanan
yang sesuai. Bila reaksi-reaksi ini selalu organ sehingga muncul gangguan fisiologis
diulang atau sering diulang maupun bila (Zimbardo & Gerrig, 1992; Taylor, 1995).

JURNAL PSIKOLOGI 149


SUBEKTI & UTAMI

Salah satu bentuk gangguan fisiologis yang inkonsistensi atas bukti pengobatan yang
dapat timbul pada tahap ketiga ini adalah biasanya diberikan pada pasien dan adanya
penyakit tukak lambung. efek samping yang sama banyaknya de-
Kelelahan, kerentanan tubuh terhadap ngan jenis terapi yang diberikan. Intervensi
penyakit, kerusakan fisiologis, maupun medis yang selama ini diberikan pada
timbulnya cedera pada organ tubuh yang pasien tukak lambung yaitu pembedahan,
terjadi pada tahap ketiga akan terus diet dan terapi obat. Meskipun 20% pasien
berlanjut menimbulkan kerusakan semakin tukak lambung di Amerika menjalani pem-
parah bila tidak dihentikan. Oleh karena itu bedahan namun intervensi ini sangat mahal
perlu dilakukan pemutusan rantai pada dan tidak menjamin kesembuhan tukak
tahap ini agar kelelahan dan kerusakan secara total bahkan seringkali menimbul-
organ tidak semakin parah. Relaksasi dapat kan efek samping. Misalnya tindakan
memutus rantai proses tersebut dengan vagotomy yang bertujuan mengurangi
cara memutuskan rantai yang terjadi pada sekresi asam lambung menimbulkan efek
tahap ketiga agar individu yang sedang samping terganggunya proses pengosong-
tegang dapat melakukan penyantaian an lambung menuju usus dua belas jari
sejenak. Dalam kondisi santai aktivitas sis- (Prokop, 1991; Sonnenberg dalam Prokop,
tem syaraf simpatetis menurun dan digan- 1991).
tikan dengan kerja sistem syaraf parasim- Pengobatan yang biasa dilakukan pada
patetis, sehingga seluruh organ tubuh tukak lambung adalah pemberian antasid
kembali dalam keadaan rileks. Berarti de- dan obat-obatan yang menghambat sekresi
ngan relaksasi individu dapat mengontrol asam lambung. Namun terdapat penelitian
ketegangan dan mencegah ketegangan ber- yang membandingkan efektivitas terapi
tahan pada tahap ketiga. Apabila relaksasi farmasi dengan obat placebo membuktikan
dapat memutus rantai tersebut maka stres hasilnya tidak konsisten. Pilihan obat baru
dan keluhan tukak lambung dapat berupa cimetidine dan ranitidine yang ber-
berkurang (Sheridan & Radmacher, 1992; fungsi menghambat sekresi asam lambung
Taylor, 1995; Zimbardo & Gerrig, 1992) . dengan cara menghambat reseptor hista-
Relaksasi merupakan salah satu inter- min berefek samping kekacauan mental
vensi psikologis yang dapat diterapkan dan perubahan dada pada pria. Terapi lain
pada gangguan psikosomatis, antara lain berupa diet menggunakaan makanan lunak
sakit kepala (migren), arthritis, penyakit seperti susu, keju yang lunak, dan daging
pernafasan (asma), hipertensi, insomnia, halus. Namun susu atau krim justru me-
diabetes dengan ketergantungan insulin, ningkatkan sekresi asam lambung (Prokop,
demikian pula untuk gangguan psikologis 1991) sehingga terapi ini kurang efektif
seperti phobia dan stres. Relaksasi juga untuk mengatasi tukak lambung. Terapi
terbukti lebih cocok untuk intervensi gang- medis yang disebutkan di atas hasilnya ku-
guan panik karena lebih dapat mengontrol rang memuaskan dan tidak dapat menga-
keadaan dan fungsi psikologis dibanding- tasi penyebab sebenarnya dari penyakit
kan terapi kognitif (Kazdin, 1994; Beck, tukak lambung yang merupakan gangguan
Stanley, Baldwin, Deagle, dan Averill, psikosomatis yaitu stres. Oleh sebab itu,
2001). pada penelitian ini akan dilakukan inter-
vensi psikologis yaitu relaksasi.
Intervensi psikologis mulai dipilih
sebagai alternatif terapi psikosomatis khu- Relaksasi merupakan teknik mengu-
susnya penyakit tukak lambung karena rangi ketegangan dan kecemasan dengan

150 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

latihan melemaskan otot tubuh pada saat Efek relaksasi juga telah diteliti oleh
dibutuhkan. Tujuan relaksasi diberikan beberapa ahli pada psikologi kesehatan
kepada pasien tukak lambung adalah un- yaitu Relaksasi Otot Progresif dan Relak-
tuk memberikan sebuah teknik mengem- sasi Imajeri Terpandu efektif mengurangi
bangkan perasaan rileks ketika pasien efek samping chemotherapy seperti cemas,
mengalami serangan rasa sakitnya. Setelah depresi, mual, dan meningkatnya tekanan
melakukan latihan relaksasi beberapa sesi darah pada pasien kanker (Lyles, Burish,
maka seseorang akan mampu menjadi Krozely, & Oldham, 1982).
rileks dengan relatif lebih cepat dan waktu Relaksasi juga terbukti efektif menu-
yang singkat bahkan tanpa bantuan terapis runkan tekanan darah sistolik pada pende-
(Kazdin, 1994). rita hipertensi, dalam hal ini terapi
Penelitian sebelumnya tentang manfaat relaksasi kelompok lebih efektif daripada
relaksasi telah dilakukan di Indonesia terapi relaksasi kelompok yang disertai
(Prawitasari, 1989; Utami, 1991; Sutrisno, dengan perjanjian konsekuensi jika terjadi
1998). Demikian halnya di luar negeri pene- pelanggaran aturan misalnya lupa tidak
litian tentang relaksasi juga telah banyak melakukan latihan. Sebagai terapi komple-
dilakukan, antara lain penelitian Dendato menter, relaksasi terbukti efektif menurun-
dan Diener (1986) tentang terapi relaksasi kan tekanan darah sistolik pada penderita
dan kognitif yang terbukti efektif mengu- hipertensi ringan (Lichstein, Hoelscher &
rangi kecemasan meskipun tidak mening- Rosenthal, 1986; Yung, French, & Leung,
katkan prestasi akademik pada remaja. 2001).

Stresor sehari-hari
(situasi mengancam, fisik, situasi
bising, dll)

Tegang/Stres
(Pupil mata membesar, jantung
berdebar-debar, otot menegang)

Menolak ketegangan /melakukan


coping adaptif
diputus

COPING COPING TIDAK


ADAPTIF BERHASIL
Relaksasi
BERHASIL Melakukan penyantaian.
Memutus rantai proses agar
ketegangan tidak terus-
Tahap Kelelahan menerus berada pada tahap
NYAMAN Tubuh rentan terhadap penyakit, kelelahan. Tubuh kembali
organ tubuh yang lemah cedera rileks, kerja syaraf simpatetis
(migren, tukak lambung, sakit digantikan syaraf
punggung, dll) parasimpatetis.

Gambar 1. Dasar kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini

JURNAL PSIKOLOGI 151


SUBEKTI & UTAMI

Stresor sehari-hari dapat menimbulkan awalnya dikembangkan untuk menangani


ketegangan. Ketegangan dapat dikenali kecemasan berupa gangguan emosi. Apabi-
melalui reaksi fisiologis seperti jantung la teknik relaksasi diterapkan pada mana-
berdebar, pupil membesar dan otot jemen penyakit, maka tujuannya adalah
menegang. Individu akan berusaha untuk untuk mengurangi kecemasannya sebab
menghadapi ketegangan tersebut dengan kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit.
melakukan coping. Bila coping berhasil Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan
maka individu akan kembali ke keadaan kecemasan sehingga rasa sakit dapat ber-
normal atau rileks tanpa ketegangan. kurang (Taylor, 1995).
Sebaliknya, apabila coping tidak berhasil Berdasarkan teori dan hasil penelitian
maka tubuh akan mengalami kelelahan yang telah dikemukakan maka diajukan
akibat syaraf simpatetis bekerja terus- hipotesis Metode Relaksasi Dapat Menu-
menerus sehingga muncul gangguan fisik. runkan Stres dan Keluhan Tukak Lambung
Relaksasi diberikan untuk menghentikan pada Penderita Tukak Lambung Kronis.
ketegangan agar tidak terus-menerus, Subjek dalam peneliltian ini diharapkan
sehingga kelelahan yang dialami tubuh mengalami penurunan taraf stres dan taraf
tidak berlanjut. Relaksasi dapat digunakan keluhan tukak lambung setelah diberi
untuk memutuskan rantai ketegangan intervensi relaksasi.
karena dapat membuat tubuh mengalami
penyantaian dimana kerja syaraf simpatetis
digantikan oleh syaraf parasimpatetis Metode
sehingga seluruh organ tubuh kembali ke
Penelitian ini menggunakan single case
keadaan rileks. Dengan demikian kete-
experimental designs atau eksperimen
gangan dapat dicegah agar tidak berada di
dengan subjek berjumlah sedikit. Subjek
tahap kelelahan terlalu lama.
dalam penelitian ini berjumlah tiga orang.
Teknik relaksasi banyak digunakan Secara skematis perlakuan yang diberikan
untuk mengontrol rasa sakit, yang pada dapat digambarkan dalam Tabel 1:

Tabel 1
Desain Penelitian
Keterangan Hari ke- S1 S2 S3
Baseline Hari ke-1 sampai hari ke-4 O1 O1 O1
Terapi Terapi I : Hari ke-5 X1 X1 X1
O2 O2 O2
Terapi II : Hari ke-7 X2 X2 X2
O3 O3 O3
Terapi III : Hari ke-9 X3 X3 X3
O4 O4 O4
Latihan mandiri Hari ke-10 sampai hari ke-25 O5 O5 O5
Tanpa terapi Hari ke-26 sampai hari ke-39 O6 O6 O6
Follow up Hari ke-40 sampai hari ke-47 O7 O7 O7
Keterangan : S : subjek
O : pengukuran / observasi
X : perlakuan

152 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

Subjek 6. Pedoman Terapi Relaksasi


Subjek diperoleh dengan cara pena- 7. Pedoman Wawancara (saat skrining
waran relawan, dengan kriteria pria atau awal, perlakuan, dan follow up).
wanita pasien tukak lambung yang dipicu
oleh stres bukan kerusakan organis yang Analisis Data
diketahui melalui seleksi menggunakan Analisis data dilakukan dengan cara
wawancara skrining awal, telah menderita visual inspection, yaitu membandingkan ha-
tukak lambung minimal tiga bulan terakhir, sil pengukuran tingkat ketegangan dan
berusia dewasa sehingga dapat mengerja- keluhan tukak lambung ketiga subjek pene-
kan tugas-tugas yang diberikan selama litian. Tingkat ketegangan keluhan tukak
penelitian, dan tinggal di wilayah kerja lambung dibandingkan antara hasil pengu-
Puskesmas tempat penelitian. Jumlah sub- kuran pada saat baseline, perlakuan, dan
jek tiga orang semuanya wanita. follow up. Perbandingan tampak pada ke-
naikan atau penurunan yang disajikan
Alat Peneltian melalui tabel dan grafik (Barlow, 1984).
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: Hasil
1. Alat tulis untuk mencatat observasi
selama perlakuan Hasil penelitian berikut ini disusun
berdasarkan data subjek yang diperoleh
2. Tape perekam
dari pengisian Skala Ketegangan dan Skala
3. Kaset rekaman relaksasi produksi Ba-
Keluhan Tukak Lambung yang dihitung
gian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi
berdasarkan skor harian. Selain itu juga
UGM
didukung data kualitatif berupa hasil
4. Lembar self repport: Skala Keluhan Fisik wawancara skrining awal, Catatan Harian
Tukak Lambung, Skala Ketegangan, Relaksasi, Catatan Observasi, diskusi sete-
dan Catatan Harian Relasasi lah latihan dan wawancara pada saat follow
5. Lembar Observasi up.

Tabel 2
Ringkasan Analisis Visual
Rerata Skor Selama Baseline, Terapi, Latihan Mandiri dan Follow up dan Selisih Rerata
Selama Terapi Baseline, Latihan Mandiri Terapi, dan Follow up Latihan Mandiri

B T LM FU
Subjek Skala Selisih Selisih Selisih
M M M M
T-B LM - T FU - LM
1 Stres 56,25 45 -11,25 28,13 -16,87 39,29 +11,16
Keluhan Tukak Lambung 23,25 21,2 -2,05 20,07 -1,13 19,57 -0,5
2 Stres 68,75 65 -3,75 48,44 -16,56 25 -23,44
Keluhan Tukak Lambung 36 34,6 -1,4 31,44 -3,16 20,71 -10,73
3 Stres 50 55 -5 45,3 -9,7 32,15 -13,15
Keluhan Tukak Lambung 43,75 40,2 -3,55 29,25 -10,95 22,29 -6,96
Keterangan : B = Baseline T = Terapi FU = Follow up Selisih = (-) turun
M = Rerata LM = Latihan Mandiri = (+) naik

JURNAL PSIKOLOGI 153


154
Grafik 1. Profil Subyek 1
SUBEKTI & UTAMI

Grafik 2. Profil Subyek 2

JURNAL PSIKOLOGI
JURNAL PSIKOLOGI
Grafik 3. Profil Subyek 3
Keterangan :
Hari ke-1 sampai ke-4 : baseline
Hari ke-5 sampai ke-9 : terapi
Hari ke-10 sampai ke-25 : latihan mandiri
Hari ke-26 sampai ke- 32 : follow up
RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

155
SUBEKTI & UTAMI

Berdasarkan tabel 2 dan hasil visual bung pada subjek 1=1,13, subjek 2=3,16,
inspection dapat diketahui bahwa dua sedangkan subjek 3=10,95. Rerata penurun-
subjek dalam penelitian ini mengalami an intensitas keluhan tukak lambung saat
penurunan stres dan intensitas keluhan follow up pada subjek 1=0,5, subjek 2=10,73,
tukak lambung sedangkan satu diantara- sedangkan subjek 3=6,96.
nya justru mengalami kenaikan pada
pengukuran follow up.
Diskusi
Pada saat sebelum perlakuan, menun-
jukkan tidak terdapat perbedaan stres yang Ketiga subjek dalam penelitian ini
nyata antara ketiga subjek. Perbedaan menunjukkan penurunan stres dan keluhan
tampak pada skor intensitas keluhan tukak tukak lambung baik pada saat terapi,
lambung, subjek 1 mendekati angka teren- latihan mandiri maupun pada saat follow
dah. up. Adanya penurunan stres dan intensitas
keluhan tukak lambung menunjukkan
Dari tabel 2 tampak bahwa rerata
bahwa relaksasi yang diberikan sebagai
baseline stres subjek 1=56,25, subjek 2=68,75,
terapi maupun sebagai latihan mandiri (self
dan subjek 3=50. Rerata stres pada masa
help) dapat menurunkan stres dan keluhan
terapi subjek 1=45, subjek 2=65 dan subjek
tukak lambung. Hal ini sesuai dengan
3=55. Rerata stres pada masa latihan man-
penelitian Blanchard (1982) bahwa self help
diri subjek 1=28,13, subjek 2=48,44 dan sub-
relaksasi dapat mengatasi keluhan fisik.
jek 3=45,3. Rerata stres pada pengukuran
follow up subjek 1=39,29, subjek 2=25 dan Penurunan yang terjadi terbukti signi-
subjek 3=32,15. Rerata baseline keluhan fikan secara klinis karena berdasarkan data
tukak lambung subjek 1=23,25, subjek 2=36, kualitatif yang diperoleh dengan wawan-
dan subjek 3=43,75. Rerata keluhan tukak cara pada masa follow up terdapat perubah-
lambung pada masa terapi subjek 1=21,2, an positif dalam kehidupan sehari-hari
subjek 2 =34,6 dan subjek 3=40,2. Rerata pada ketiga subjek. Signifikansi klinis
keluhan tukak lambung pada masa latihan merupakan perubahan positif dalam kehi-
mandiri subjek 1=20,07, subjek 2=31,44 dan dupan sehari-hari subjek (Barlow, 1984;
subjek 3=29,25. Rerata keluhan tukak Diekhoff, 2002). Setelah teknik relaksasi
lambung pada pengukuran follow up subjek diberikan sebagai terapi untuk mengem-
1=19,57, subjek 2=20,21 dan subjek 3=22,29. bangkan keterampilan subjek selama tera-
Hasil tersebut menunjukkan bahwa rerata pi, subjek dapat mempraktekkan dan
stres subjek 1 pada saat terapi mengalami menerapkan kemampuan tersebut ke da-
penurunan 11,25, subjek 2=3,75, sedangkan lam kehidupan sehari-hari untuk mengon-
subjek 3=5. Pada saat latihan mandiri stres trol perilaku dalam berbagai situasi
subjek 1 mengalami penurunan sebesar (Kazdin, 1994).
16,87, subjek 2=16,56, sedangkan subjek Hasil penelitian ini menguatkan pene-
3=9,7. Pada saat follow up rerata stres subjek litian sebelumnya bahwa relaksasi dapat
1 naik sebesar 11,16, subjek 2 mengalami menurunkan ketegangan, keluhan tukak
penurunan 23,44, sedangkan subjek 3 lambung, menurunkan tekanan darah, dan
=13,25. Rerata penurunan intensitas keluh- efektif sebagai terapi komplementer pada
an tukak lambung saat terapi pada subjek penderita psikosomatis ringan (Prawitasari,
1=2,05, subjek 2=1,4, sedangkan subjek 1989; Sutrisno, 1998 Utami, 1988; Dendato
3=3,55. Pada saat latihan mandiri rerata & Diener, 1986; Lyles, Burish, Krozely, &
penurunan intensitas keluhan tukak lam- Oldham, 1982).

156 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

Keberhasilan terapi relaksasi dalam dapat membuat subjek 3 merasa mendapat


penelitian ini tampak pada penurunan skor sumber daya untuk mengatasi stres yang
stres dan keluhan tukak lambung. Hal ini dialaminya.
sesuai dengan yang dikemukakan Taylor Relaksasi yang diberikan pada subjek 1
(1995) bahwa tujuan penerapan teknik juga berhasil. Frekuensi latihan subjek 1
relaksasi pada manajemen penyakit adalah memenuhi jumlah minimal dalam pedo-
untuk mengurangi kecemasannya sebab man, teknik yang digunakan lebih banyak
kecemasan dapat meningkatkan rasa sakit. daripada subjek 3 namun tidak membuat
Oleh sebab itu relaksasi dapat menurunkan perubahan yang dialami lebih besar. Sebab
kecemasan sehingga rasa sakit dapat skor stres maupun keluhan tukak lambung
berkurang. pada subjek 1 pada pengukuran baseline su-
Berdasarkan analisis visual dan pertim- dah rendah sehingga kalaupun mengalami
bangan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan maka tidak akan begitu tampak.
hasil terapi baik faktor yang mendukung Perubahan stres dan keluhan tukak
maupun menghambat, maka dapat disim- lambung yang berbanding terbalik pada
pulkan bahwa diantara ketiga subjek yang hari ke-19 sampai ke-25 dan masa follow up
mengalami penurunan stres dan keluhan kemungkinan terjadi karena faktor penilai-
tukak lambung paling besar adalah subjek an kognitif sebagaimana yang terjadi pada
3. Subjek 3 melakukan relaksasi setiap hari subjek 3. Pada saat follow up stres subjek
sehingga frekuensinya memenuhi jumlah naik, kemungkinan hal ini dipengaruhi
minimal yang diharapkan. Penurunan yang oleh faktor penilaian kognitif atas sumber
dialami sangat tampak karena terjadi stres dimana situasi yang dialami subjek 1
penurunan stres maupun keluhan tukak sama dengan situasi sebelumnya namun
lambung. Walaupun pada hari ke-12 sam- dapat meningkatkan stres. Meningkatnya
pai ke-18 perlakuan stres subjek 3 naik. intensitas keluhan tukak lambung subjek 1
Peningkatan stres ini tidak diikuti dengan pada akhir follow up terjadi akibat makanan.
peningkatan keluhan tukak lambung ke- Hal ini menunjukkan bahwa terapi kepada
mungkinan karena adanya penilaian kog- penderita tukak lambung fungsional tetap
nitif terhadap sumber stres oleh subjek 3. perlu memperhatikan faktor lain seperti
Subjek menilai sumber stres yang dialami pengaturan makanan.
pada saat itu tidak mengancam sehingga Perbedaan hasil terapi pada subjek 1
tidak berpengaruh pada reaksi psikologis dan 3 tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
terhadap stres. Setiap penilaian individu tunggal. Subjek 1 menggunakan dua teknik
akan membawa konsekuensi yang berbeda relaksasi yaitu Relaksasi Kesadaaran Indera
terhadap dirinya. Suatu peristiwa dapat dan Relaksasi Otot, sedangkan subjek 3
dinilai sebagai menyakitkan, mengancam hanya menggunakan teknik Relaksasi Otot.
atau tantangan. Penilaian ini disebut peni- Kemungkinan hal ini mempengaruhi ke-
laian primer. Selanjutnya subjek 3 memiliki berhasilan tersebut, sebagaimana hasil
penilaian sekunder (secondary appraisal) penelitian Yung, French, dan Leung (2001)
yaitu penilaian terhadap kemampuan serta yang menunjukkan bahwa relaksasi pere-
sumber daya lainnya seperti dukungan gangan-pengenduran seperti relaksasi otot
sosial dalam mengatasi dampak peristiwa lebih efektif daripada relaksasi kognitif-
negatif (Lazarus dalam Taylor, 1995). imajeri untuk mengatasi kasus-kasus
Selama penelitian berlangsung, subjek 3 somatis. Oleh karena itulah penurunan
mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini

JURNAL PSIKOLOGI 157


SUBEKTI & UTAMI

stres dan keluhan tukak lambung yang benar-benar terbebas dari intervensi untuk
dicapai subjek 3 tampak lebih berhasil. mengetahui efek yang ditimbulkan oleh
Frekuensi relaksasi subjek 2 tidak eksperimen.
memenuhi syarat minimal dalam pedoman Variabel eksternal yang dapat mence-
terapi yaitu 22 kali. Ketidakpatuhan subjek mari hasil penelitian ini tidak dikendalikan,
2 dalam melaksanakan tugas rumah untuk hal ini berkaitan dengan kesulitan memper-
melakukan relaksasi kemungkinan karena oleh subjek apabila variabel tersebut diken-
prosedur dalam Terapi Relaksasi ini tidak dalikan sepenuhnya. Variabel yang dimak-
mencantumkan hadiah dan hukuman apa- sud adalah faktor diet tukak lambung oleh
bila subjek mematuhi atau melanggar tugas subjek, pengobatan di luar terapi seperti
rumah yang diberikan untuk melakukan pengobatan alternatif maupun terapi medis
relaksasi setiap hari. Apabila suatu stimu- dengan obat-obatan, jenis penyakit yang
lus dihadirkan sebagai akibat subjek diderita subjek, tingkat keparahan dan
mematuhi tugas untuk melakukan relaksasi penyakit lain yang menyertai, kemampuan
setiap hari maka perilaku tersebut akan konsentrasi dan motivasi untuk sembuh
terpelihara, demikian pula apabila suatu pada masing-masing subjek dan pengam-
stimulus dihadirkan sebagai akibat subjek bilan data subjek 1 pada bulan Ramadhan.
melanggar tugas untuk melakukan relak- Kemampuan berkonsentrasi berperan
sasi setiap hari maka kemungkinan beru- dalam keberhasilan mempelajari relaksasi,
langnya perilaku tersebut dapat dikurangi tampak bahwa subjek 2 dan 3 kurang dapat
(Soekadji, 1983). berkonsentrasi sehingga lebih lambat da-
Keberhasilan yang dialami subjek 2 lam mempelajari teknik relaksasi terutama
dan signifikansi klinis yang didapat ke- Teknik Relaksasi Kesadaran Indera diban-
mungkinan karena pengaruh karakteristik dingkan subjek 1 yang lebih cepat mengua-
subjek yaitu minat terhadap relaksasi yang sainya. Selain itu juga motivasi untuk
memungkinkan subjek memiliki penilaian sembuh menentukan seberapa besar usaha
positif terhadap relaksasi. Meskipun hanya subjek untuk mencapai kesembuhan mela-
melakukan latihan sebanyak 5 kali namun lui berbagai upaya sehingga secara tidak
subjek menggunakan keterampilan menca- langsung juga mempengaruhi kepatuhan
pai keadaan rileks dalam kehidupan sehari- subjek terhadap prosedur terapi.
hari seperti ketika mendapat telepon dari Penurunan akibat self help yang terjadi
kekasih yang sering membuat subjek mera- pada masing-masing subjek berbeda
sa tegang maupun ketika akan melakukan dinamikanya. Relaksasi sebagai self help
perjalanan jauh. Dengan demikian subjek 2 pada subjek 1 dapat menurunkan stres dan
mampu mentransfer hasil belajarnya dalam keluhan tukak lambung. Stres subjek 1 naik
situasi nyata. pada pengukuran follow up, keluhan tukak
Terdapat internal invalidity dalam pene- lambung subjek 1 juga naik pada hari ke-19
litian ini, bahwa desain penelitian tidak sampai hari ke-25, hal ini dipengaruhi jenis
dapat mengisolasi relaksasi sebagai satu- makanan yang dikonsumsi. Naiknya kete-
satunya faktor dalam keberhasilan penu- gangan pada pengukuran follow up berkait-
runan stres dan keluhan tukak lambung. an dengan penilaian kognitif terhadap
Hal ini dikarenakan relaksasi tetap dilaku- permasalahan yang dihadapi, kemungkin-
kan oleh subjek yang ingin melakukannya an peristiwa yang dihadapi dinilai lebih
pada saat tanpa terapi dan follow up. mengancam. Pada subjek 2, relaksasi seba-
Seharusnya tahap tanpa terapi dan follow up gai self help juga dapat menurunkan stres

158 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

dan keluhan tukak lambung. Pada masa padat sehingga pemilihan jadwal terapi
latihan mandiri hari ke-12 sampai hari ke- dapat dilakukan secara fleksibel. Pelaksa-
18 subjek belum berlatih relaksasi sehingga naan waktu terapi bertepatan dengan bulan
stresnya naik. Kenaikan ini tidak diikuti Ramadhan yang memberikan pengaruh
dengan keluhan tukak lambung. Pada hari positif terhadap pengendalian tingkat stres
ke-19 sampai hari ke-25 stres subjek turun subjek, karena pada bulan Ramadhan sub-
demikian pula dengan keluhan tukak jek merasa lebih dapat menenangkan diri
lambung. Subjek 3 belum dapat melakukan dan mengendalikan emosi sehingga mem-
relaksasi sebagai self help karena subjek bantu keberhasilan terapi dalam menurun-
belum dapat mempraktekkan relaksasi un- kan stres dan keluhan tukak lambung
tuk mengatasi ketegangan yang dihadapi. selain adanya efek obat tukak lambung
Subjek membutuhkan latihan setiap hari yang tetap diminum subjek selama pene-
agar dapat mencapai keadaan rileks. Naik- litian walaupun dosisnya akhirnya semakin
nya stres subjek pada hari ke-12 sampai ke- berkurang.
18 kemungkinan berkaitan penilaian kog- Situasi yang tidak mendukung terha-
nitif terhadap tingkat kesulitan masalah dap hasil terapi dialami pada saat peman-
yang dihadapi. Subjek sudah memiliki tauan tugas rumah kedua dan ketiga kare-
antisipasi negatif terhadap permasalahan na subjek tidak dapat berkonsentrasi untuk
yang dihadapi, sehingga mengakibatkan relaksasi akibat suasana rumah yang ramai
stresnya naik. menjelang Hari Raya Idul Fitri. Keadaan
Keberhasilan sebuah terapi dipenga- tersebut mengganggu ketenangan subjek,
ruhi oleh banyak faktor yaitu tipe terapi, sehingga tidak dapat berlatih relaksasi.
karakteristik klien, taraf latihan, dan setting Subjek 2. Sepanjang masa penelitian,
terapi. Oleh sebab itu apabila dilakukan subjek 2 mengalami situasi yang mengun-
penelitian tentang terapi maka tujuannya tungkan. Tidak ada gangguan suasana
adalah mengetahui hubungan 6 faktor rumah ataupun perubahan jadwal kegiatan
dalam terapi yaitu karakteristik terapis, pribadi yang mengganggu jadwal terapi,
subjek, permasalahan yang ada, teknik sehingga ada kebebasan melakukan relak-
terapi, situasi saat terapi dan hasil terapi. sasi di tempat kost.
Hasil suatu terapi dievaluasi berdasarkan
Subjek 3. Adanya dukungan keluarga
pengaruh kelima faktor lainnya sehingga
yang tampak dari tindakan anak-anak dan
diperoleh suatu pemahaman yang menda-
suami dalam menyiapkan tempat yang
lam mengenai faktor yang menghambat
nyaman dan menjaga suasana tetap tenang.
atau mendukung keberhasilan suatu terapi
pada suatu permasalahan tertentu (Barlow,
Pengaruh Karakteristik Subjek Terhadap
Hayes, & Nelson dalam Pramana, 1989;
Hasil Terapi
Corey, 2005). Hal ini dapat dijelaskan pada
masing-masing individu yang akan dipa- Subjek 1. Beberapa karakteristik yang
parkan pada pembahasan individual. menguntungkan atas keberhasilan terapi
adalah: (1) belum menikah dan belum
Pengaruh Situasi Saat Terapi Terhadap bekerja sehingga mempunyai lebih banyak
Hasil Terapi kebebasan mengatur waktu dan tindakan
yang dipilih untuk mencapai kesembuhan.
Subjek 1. Keluarga subjek 1 membe-
Kebebasan mengatur waktu meliputi kebe-
rikan dukungan atas pelaksanaan terapi.,
basan mengatur waktu untuk melakukan
subjek juga tidak memiliki kegiatan yang

JURNAL PSIKOLOGI 159


SUBEKTI & UTAMI

tugas yang diberikan terapis untuk melaku- hasilan terapi karena pada saat-saat terten-
kan relaksasi setiap hari; (2) kemampuan tu subjek memiliki keinginan yang sangat
mengingat yang baik sehingga memudah- kuat untuk makan makanan pedas yang
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi. sebenarnya dapat memicu kekambuhan
Pelaksanaan relaksasi selanjutnya oleh keluhan tukak lambung. Biasanya hal ini
subjek dianjurkan tidak menggunakan ka- terjadi menjelang subjek haid.
set agar menghindari ketergantungan Subjek 3. Karakteristik yang mengun-
terhadap alat. Kaset hanya digunakan pada tungkan atas keberhasilan terapi yaitu: (1)
saat terapi bersama terapis dan selama tidak memiliki banyak kegiatan sehingga
subjek belum hafal instruksinya; (3) moti- mempunyai lebih banyak kebebasan dalam
vasi untuk sembuh yang cukup baik. Moti- mengatur waktu dan tindakan yang dipilih
vasi yang tinggi untuk sembuh mempenga- untuk mencapai kesembuhan, (2) kemam-
ruhi kepatuhan subjek melaksanakan tugas puan mengingat yang baik sehingga
rumah yang diberikan dalam penelitian memudahkan dalam penguasaan instruksi
yaitu melakukan relaksasi setiap hari. relaksasi, (3) perilaku makan yaitu meng-
Karakteristik yang menghambat keber- hindari beberapa makanan yang berdasar-
hasilan terapi adalah sikap mudah curiga kan pengalamannya dapat memicu kekam-
dan mudah menyalahkan sesuatu bila buhan keluhan tukak lambung; (4) motivasi
suatu kejadian menimpa subjek. Misalnya untuk sembuh.
subjek khawatir bila sakit perut yang dide- Karakteristik yang menghambat keber-
rita pada masa tanpa terapi merupakan hasilan terapi pada subjek 3 hampir tidak
akibat relaksasi yang dilakukannya. Kekha- ada.
watiran tersebut membuat subjek ragu-
ragu dalam melakukan relaksasi. Pengaruh Permasalahan Yang Ada Terha-
Subjek 2. Beberapa karakteristik yang dap Hasil Terapi
menguntungkan atas keberhasilan terapi
Subjek 1. Subjek sudah dinyatakan
yaitu: (1) subjek belum menikah dan belum
menderita tukak lambung sejak tahun 2003
bekerja seperti subjek 1; (2) kemampuan
dan mengidap penyakit TB Kelenjar yang
mengingat yang baik sehingga memudah-
cukup parah. Obat TB Kelenjar yang dimi-
kan dalam penguasaan instruksi relaksasi.
num subjek memiliki efek samping menaik-
(3) perilaku makan yang baik. Subjek
kan asam lambung, meskipun reaksi terse-
sangat hati-hati memilih menu makanan
but tidak terjadi setiap kali obat tersebut
dengan menghindari jenis makanan yang
diminum.
memicu kekambuhan tukak lambung; (4)
ketelitian dalam mengisi lembar self repport. Subjek 2. Ia telah didiagnosis menderita
tukak lambung oleh dokter sejak tahun
Karakteristik yang menghambat keber-
2003. Subjek merupakan penderita tukak
hasilan terapi yaitu: (1) kurangnya motivasi
lambung tanpa penyakit lain sehingga lebih
untuk sembuh. Motivasi yang kurang
dapat difokuskan untuk menurunkan stres
untuk sembuh mempengaruhi kepatuhan
dan keluhan tukak lambung.
subjek melaksanakan tugas rumah yang
diberikan dalam penelitian yaitu melaku- Subjek 3. Ia menderita tukak lambung
kan relaksasi setiap hari, (2) perilaku sejak 6 bulan lalu. Penyakit lain yang dide-
makan. Meskipun perilaku makan subjek rita subjek adalah diabetes dan hipertensi,
sangat hati-hati memilih menu namun fak- sehingga terdapat 3 macam gangguan
tor ini juga dapat menghambat keber- psikosomatis yang dialami subjek 3.

160 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

Kemungkinan hipertensi dan diabetes terapis memberikan perasaan atas adanya


subjek yang dilaporkan berkurang pada dukungan keluarga.
saat pengukuran follow up merupakan Pertemuan pemantauan 4 hari pertama
akibat Terapi Relaksasi yang diberikan. dilakukan di rumah subjek. Pertemuan
pemantauan 4 hari ke-2 dan 4 hari ke-3
Pengaruh Prosedur Terapi Terhadap Hasil dilakukan melalui telepon karena pada saat
Terapi itu situasi kurang menguntungkan. Peman-
tauan melalui telepon kurang memung-
a. Jumlah Terapi Yang Dilakukan kinkan untuk melakukan pengecekan pe-
Subjek 1 mengikuti terapi bersama te- ngisian skala secara teliti karena sulit
rapis sebanyak 3 kali. Frekuensi melakukan menciptakan keterlibatan antara subjek
relaksasi adalah 36 kali. dengan peneliti.
Subjek 2 mengikuti terapi bersama Subjek 2
terapis sebanyak 4 kali tetapi dua kali
Pertemuan pertama yang berisi terapi
Relaksasi Kesadaran Indera tidak mampu
Relaksasi Kesadaran Indera gagal dilaku-
dipahami oleh subjek karena tidak dapat
kan, karena subjek tidak mampu berkon-
berkonsentrasi. Frekuensi relaksasi yang
sentrasi pada instruksi. Pertemuan beri-
dilakukan tidak memenuhi jumlah minimal
kutnya dilaksanakan tanpa hambatan.
yang diharapkan yaitu sebanyak 7 kali.
Pemantauan pertama, kedua, ketiga dan
Subjek 3 mengikuti terapi bersama te- keempat dilakukan di kost subjek.
rapis sebanyak 4 kali, dua kali diantaranya
juga gagal seperti subjek 2. Frekuensi total Subjek 3
latihan yang dilakukan subjek adalah 40 Seluruh pertemuan dilakukan di ru-
kali. mah subjek secara langsung pada saat
Bila subjek melakukan relaksasi sesuai selalu ada salah satu keluarga subjek yang
jumlah minimal yang diharapkan, maka ia ikut hadir menemani namun tidak me-
telah melakukan relaksasi hampir setiap nunggui proses terapi. Pengaruh dukungan
hari. Dengan demikian subjek telah dapat keluarga tampak pada subjek 1 dan 3 yang
mempelajari keterampilan relaksasi. Na- lebih termotivasi dalam mengikuti terapi
mun bila subjek telah dapat menerapkan daripada subjek 2.
relaksasi dalam situasi nyata berarti ia telah
menguasai keterampilan relaksasi, sehing- Teknik Relaksasi Yang Dilakukan Oleh
ga terapi telah mencapai keberhasilannya Subjek
meski jumlah relaksasi yang dilakukan Subjek 1 melakukan kedua teknik
tidak memenuhi jumlah minimal. relaksasi yang diajarkan setiap hari secara
bergantian kecuali pada saat ia tidak mela-
b. Pertemuan Terapis dengan Subjek kukan latihan. Subjek 2 hanya melakukan
Subjek 1 Relaksasi Otot, dan ubjek 3 hanya mela-
kukan Relaksasi Otot setiap hari secara
Terapi dilakukan di rumah subjek.
rutin.
Pada setiap pertemuan, terdapat keluarga
subjek yang ikut hadir namun tidak Penurunan stres dan keluhan tukak
menunggui proses terapi. Kehadiran ang- lambung pada subjek 2 dan 3 relatif lebih
gota keluarga pada saat pertemuan dengan berhasil daripada subjek 1. Salah satu yang
mempengaruhinya adalah teknik relaksasi.

JURNAL PSIKOLOGI 161


SUBEKTI & UTAMI

Teknik yang dilakukan subjek 2 dan 3 PT. Refika Aditama.


hanya satu macam yaitu Relaksasi Otot, Crow, LD & Crow, A. (Editor). (1963).
sedangkan subjek 1 menggunakan dua Readings in abnormal psychology. New
teknik sekaligus yaitu Relaksasi Kesadaran Jersey: Littlefield adams, co.
Indera dan Relaksasi Otot. Sebagaimana
hasil penelitian Yung, French, & Leung Dendato, K.M & Diener, D. (1986). Effec-
(2001) yang menunjukkan bahwa relaksasi tiveness of cognitive/relaxation therapy
peregangan-pengenduran seperti Relaksasi and study skills training in reducing
Otot lebih efektif daripada Relaksasi self-report and improving the academic
Kognitif-Imajeri untuk mengatasi kasus- performance of test-anxious students.
kasus somatis. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 33( 2), 131-135.
Relaksasi yang diberikan secara indi-
vidual sebagai terapi maupun sebagai self Diekhoff, G. (2002). Statistic for the social and
help dapat menurunkan stres dan keluhan behavioral sciences: Univariate, bivariate,
tukak lambung. Selain itu juga dapat multivariate. Dubuque: WCB Publisher.
membuat subjek tidak merasa mudah lelah, http://www.indomedia.com/sripo/2003/08/26/26
mengurangi rasa sesak nafas dan menim- 08gay6.htm.,(2006).Mengatasi ketegang-
bulkan rasa tenang dan nyaman. an dengan relaksasi. Tanggal akses: 2
Juli 2006.
Kepustakaan http://www.hanyawanita.com/product_knowled
ge/mylanta/ , (2005). Hidup serba cepat,
Azwar, S. (1996). Tes prestasi. fungsi dan bagaimana dengan kesehatan anda?
pengembangan pengukuran prestasi bela- Tanggal akses: 5 Juni 2006.
jar. (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. http://www.medicinenet.com/dyspepsia/page10.
htm.(2006).Dyspepsia.Tanggal akses:23
Barlow, D.H., Hersen, M., Hartmann,D.P., April 2006.
& Kazdin, A.E. (1984). Single case
experimental designs. Strategies for Kazdin, A. E. (1992). Research design in cli-
studying behavior change.(2nd ed.). New nical psychology. Boston: Allyn & Bacon.
York: Pergamon Press, Inc. ____. (1994). Behavior modification in applied
Beck. J.G., Stanley. M.A., Baldwin. L.E., setting. Boston: Brooks Cole Publishing
Deagle III. E.A., & Averill. P.M. (2001). Company.
Comparison of cognitive therapy and Kerlinger, F.N & Lee, H. B. (2000). Foun-
relaxation training. Journal of Consulting dations of behavioral research. (4th ed).
and Clinical Psychology, 69, 875899 New York: Harcout, Inc.
Blanchard, E, Andrasik, F; Neff, D.F., Lachman, S.J. (1972). Psychosomatic disorder:
Arena, J.G., Ahles, T.S., Jurish, S.E., et A behavioristic interpretation. Approach to
al. (1982). Biofeedback and relaxation behavioral pathology series. New York:
training with three kinds of headache: John Wiley & Sons, Inc.
Treatment effects and their prediction. Lichstein. K.L., Riedel. B.W., Wilson. N.M.,
Journal of Consulting and Clinical Lester. K.W., & Aguillard. R.N. (2001).
Psychology, 50( 4), 452 575. Relaxation and sleep compression for
Corey, G. (2005). Teori dan praktek konseling late-life insomnia: A placebo-controlled
dan psikoterapi (terjemahan). Bandung:

162 JURNAL PSIKOLOGI


RELAKSASI MENURUNKAN STRES DAN TUKAK LAMBUNG

trial. Journal of Consulting and Clinical Journal of Consulting and Clinical


Psychology, 69( 2), 227 239. Psychology, 54, 653 660.
Lyles, J.N., Burish, T.G., Krozely, M.G., & Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology :
Oldham, R.O. (1982). Efficacy of Biopsychosocial Challenging the biomedical
relaxation training and guided imagery model. New York: John Wiley & Sons,
in reducing the aversiveness of cancer Inc.
chemotherapy. Journal of Consulting and Sheridan, C.L & Radmacher, S.A. (1992).
Clinical Psycholog, 50(4), 509-524. Health psychology challenging the biome-
Pramana, W. (1989). Efektivitas teknik dical model. New York: John Wiley &
kontrol diri pada obesitas. Skripsi (tidak Sons, Inc.
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko- Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku.
logi Universitas Gadjah Mada. Penerapan sehari-hari dan penerapan
Prawitasari, J.E. (1988). Pengaruh relaksasi profesional. Yogyakarta : Liberty.
terhadap keluhan fisik: suatu studi Sutrisno, EL. (1998). Efektivitas relaksasi
eksperimental. Laporan Penelitian (tidak untuk mengurangi keluhan fisik
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko- gastritis dan ulkus peptikum kronis
logi Universitas Gadjah Mada. (Effectiveness of relaxation for reduce
____ ., (1989). Pemantauan diri: Salah satu the sigh of gastritis and chronic Anima,
cara untuk mengendalikan ketegangan. XIII(50), 174 185.
Laporan Penelitia. (tidak diterbitkan). Yog- Syam, A.F. (2006). Stres, penyebab tertinggi
yakarta: Fakultas Psikologi Universitas penyakit maag. http://www.kaskus.com/
Gadjah Mada showthread.php?t=184789. 3 Mei 2006.
Puskesmas Gamping I. (2005). Laporan Tasminatun, S. (2004). Kenali obat maag
tahunan 10 besar penyakit. (Tidak diter- anda. Kedaulatan Rakyat, 15, 20 Juni
bitkan). Sleman: Puskesmas Gamping I. 2004.
Pestonjee, D.N. (1992). Stres and coping. Taylor, A.E. (1995). Healthp psychology (3rd
London: Sage Publications. ed). International Editions. New York :
Prokop., C.K., Bradley., L.A, Burish., T.G, McGraw-Hill, Inc.
Anderson., K.O., & Fox., J.E. (1991). Tjokronegoro, A. (1999). Buku Ajar Ilmu
Health Psycholoy. clinical methods and Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Penerbit
research. Toronto: Macmillan Publishing FKUI.
Co.
Yung, P., French. P., & Leung, B. (2001).
Retnowati, S. (2004). Depresi pada remaja. Relaxation training as a complementary
Model integrasi penyebab depresi dan therapy for mild hypertension control
pengatasan depresi pada remaja. Diser- and the implications of evidence
tasi. (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: basedmedicine. Complementary Thera-
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah pies in Nursing & Midwifery. Hongkong :
Mada Harcout Publlishers, Ltd.
Reynolds, WM & Coats, K.I. (1986). A Zimbardo, P.G & Gerrig, R.J. (1996). Psycho-
comparison of cognitif-behavioral the- logy and Life. 14th. Ed. New York: Harper
rapy and relaxation training for the Collins.
treatment of depression in adolescents.

JURNAL PSIKOLOGI 163

You might also like