You are on page 1of 122

Nasih Widya Yuwono

Suci Handayani
Eko Hanudin
Garis Besar Materi Kuliah
1. Pengertian Tanah
2. Komponen Tanah : a. Mineral, b. Organik, c. Air, d.
Udara
3. Tubuh Tanah: a. Fisika Tanah, b. Kimia Tanah, c.
Biologi Tanah
4. Perkembangan Tanah: a. Faktor-faktor pembentuk
tanah, b. Proses Pedogenesis, c. Profil tanah
5. Jenis Tanah: a. Klasifikasi Tanah, b. Pemetaan Tanah
6. Fungsi Tanah: a. Kesuburan Tanah, b. Pengawetan
Tanah, c. Tanah dan Lingkungan
3.1. Fisika Tanah
Tekstur
Kerapatan tanah
Agregat tanah
Struktur
Warna
Konsistensi
WARNA TANAH
Secara langsung mempengaruhi penyerapan
sinar matahari dan salah satu faktor penentu
suhu tanah.
Secara tidak langsung berhubungan dengan
sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil
drainase, kandungan bahan organik surface
horizon, pembeda antar horison.
Diukur menggunakan standar warna (Soil
Munsell Color Chart) .
Munsell Soil Color Charts
Interpretasi Warna Tanah
Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan
organik, dan atau status oksidasi senyawa besi
dalam tanah.
Tanah yang dibentuk oleh bahan induk basalt
sering berwarna sangat gelap jika tanah tersebut
mengandung sedikit atau tidak ada bahan organik
Status oksidasi besi terutama di lapisan bawah:
tanah yang aerasi dan drainase bagus, senyawa besi
berada dalam bentuk oksidasi (ferri/ Fe3+ ) dan
memberikan warna merah atau kuning; tanah yang
aerasi dan drainase buruk,
senyawa besi tereduksi dalam bentuk ferro (Fe2+)
akan memberikan warna abu-abu (gray)
Hubungan antara warna tanah dengan kandungan
bahan organik
Notasi Munsell Bahan Organik (%)
(Kondisi lembab)
Kisaran Rerata

10 YR 2/1 3.5 - 7.0 5.0

10 YR 3/1 2.5 - 4.0 3.5

10 YR 3/2 2.0 - 3.0 2.5

10 YR 4/2 1.5 - 2.5 2.0

10 YR 5/3 1.0 - 2.0 1.5


TEKSTUR TANAH
Sifat kimia, fisika dan mineralogi partikel tanah
tergantung pada ukuran partikelnya.
Semakin kecil ukuran partikel maka luas
permukaannya semakin besar. Jadi luas
permukaan fraksi lempung > fraksi debu > pasir

Contoh :
Partikel bentuk bola dengan berat 1 gr dengan
bulk density 2,65 g/cm3 dipecah menjadi 106
partikel yang lebih kecil berbentuk bola.
Hal ini dapat meningkatkan luas permukaan 100
kali lipat dari 2,52 x 10-4 m2 menjadi 2,52 x 10-2
m2
Tekstur Tanah
Klasifikasi ukuran Partikel
Sumber Soil Separates

Kerikil Pasir Debu Lempung

USDA > 2 mm 2 mm - 50 m 50 m - 2 m < 2 m

ISSS > 2 mm 2 mm - 20 m 20 m - 2 m < 2 m

USPRA > 2 mm 2 mm - 50 m 50 m - 5 m < 5 m

BSI, MIT, > 2 mm 2 mm - 60 m 60 m - 2 m < 2 m


DIN
Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan
lempung
Partikel ukuran lebih dari 2 mm, bahan organik dan agen
perekat seperti kalsium karbonate harus dihilangkan
sebelum menentukan tekstur
Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu mempunyai
sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan syarat
mineralogi lempung.
Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat
gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir
dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode
hidrometer
Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan
pengolahan dan struktur tanah
Struktur tanah
Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-
partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena
adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur,
lempung, humus, dll.
Ikatan partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah yang
membentuk dirinya
Pengamatan struktur tanah di lapangan :
Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanahtipe struktur
(lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
Besarnya agregat klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasar,
sangat kasar)
Kuat lemahnya bentuk agregat derajad struktur (tidak beragregat,
lemah, sedang, kuat).
Granul Gumpal Prismatik Masif
Keterangan Struktur

Columnar & Subangular & Granular


Prismatic Angular blocky

Sangat halus < 10 mm <5 mm < 1 mm

Halus 10 20 mm 5 10 mm 1 2 mm

Sedang 20 50 mm 10 20 mm 2 5 mm

Kasar 50 100 mm 20 - 50 mm 5 10 mm

Sangat kasar > 100 mm > 50 mm > 10 mm


STRUKTUR TANAH

Grade Abbreviation Description

No observable aggregation or no orderly


Structureless 0
arrangement of natural lines of weakness
Weak 1 Poorly formed indistinct peds
Well-formed distinct peds, moderately durable and
Moderate 2
evident, but not distinct in undisturbed soil
Durable peds that are quite evident in undisplaced
soil, adhere weakly to one another, withstand
Strong 3
displacement, and become separated when soil is
disturbed
Form Abbreviation Description
Relatively nonporous, spheroidal peds, not fitted
Granular gr
to adjoining peds
Relatively porous, spheroidal peds, not fitted to
Crumb cr
adjoining peds
Peds are plate-like. The particles are arranged
about a horizontal plane with limited vertical
Platy pl
development. Plates often overlap and impair
permeability
Block-like peds bounded by other peds whose
Blocky bk sharp angular faces form the cast for the ped.
The peds often break into smaller blocky peds
Angular Block-like peds bounded by other peds whose
abk
blocky sharp angular faces form the cast for the ped
Block-like peds bounded by other peds whose
Subangular
sbk rounded subangular faces form the cast for the
blocky
ped
Column-like peds without rounded caps. Other
prismatic caps form the cast for the ped. Some
Prismatic pr prismatic peds break into smaller blocky peds. In
these peds the horizontal development is limited
when compared with the vertical
Column-like peds with rounded caps bounded
laterally by other peds that form the cast for the
Columnar cpr
peds. In these peds the horizontal development is
limited when compared with the vertical
Particles show little or no tendency to adhere to
Single grain sg other particles. Often associated with very coarse
particles

A massive structure show little or no tendency to


Massive m break apart under light pressure into smaller units.
Often associated with very fine-textured soils.
Angular and
Granular and
subangular Prismatic and
crumb
blocky Platy structure columnar
Size structure
structure
[mm] width structure
[mm]
[mm] [mm] diameter
diameter
diameter

< 1 (very
Very fine <5 <1 < 10
thin)
Fine 5 - 10 1-2 1 - 2 (thin) 10 - 20
Medium 10 - 20 2-5 2-5 20 - 50
Coarse 20 - 50 5 - 10 5 - 10 (thick) 50 - 100
Very > 10 (very
> 50 > 10 > 100
coarse thick)
KONSISTENSI TANAH
Adalah derajat kohesi dan adhesi antara partikel-partikel
tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan
bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur
tanah.
Cara penentuan (1) lapangan : memijit tanah dalam
kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium :
angka-angka Atterberg
Penentuan di lapangan ;
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab : keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC),
Batas Lekat (BL), Batas gulung (BG) dan Batas Berubah
Warna (BBW)
Batas Cair : Kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat : Kadar air dimana tanah tidak melekat ke
logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah
tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh
tanah
Jangka Olah (JO) : kadar air dimana tanah mudah diolah
(BL-BG)
Derajat keteguhan (DT) : BC-BG
Surplus positif : Bl > BC artinya tanah mudah
merembeskan air;
Surplus negatif : BL<BC : tanah sukar merembeskan air
Lengas tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya
gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler
Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan
meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel
tanah dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah
Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka
meningkat dengan semakin pekatnya larutan, sedang gaya kapiler
dibangkitkan oleh pori-pori tanah berkaitan dengan tegangan
permukaan
Jumlah ketiga gaya tersebut disebut potensial lengas tanah atau
tegangan lenghas tanah, dan menjadi ukuran kemampuan tanah
melawan gaya grafitasi
Ukuran lengas tanah adalah cm Hg, bar, dan pF
1 bar = 0,9869 atm = 105 Pascal = 75,007 cm Hg
Satuan cm air dibagi 1000 menjadi satuan bar
pF = Log10 cm H2O
Klasifikasi lengas tanah
Kapasitas menahan air maksimum
Jumlah air yang dikandung tanah dalam keadaan jenuh, semua pori terisis
penuh air. Tegangan lengas tanah = 0 cm H2O, 0 bar atau pF 0
Kapasitas lapang
Jumlah air yang terkandung tanah setelah air grafitasi hilang. Tegangan
lengas = 346 cm H2O ; 0,3 bar atau pF 2,54
Titik layu tetap
Tingkat kelengasan tanah yang menyebabkan tumbuhan mulai
memperlihatkan gejala layu. Tegangan lengas tanah = 15,849 cm H2O ; 15 bar
; pF 4,17
Koefisien higroskopik
Jumlah lengas tanah yang dijerap permukaan partikel tanah dari uap air
dalam atmosfer yang berkelembaban kira-kira 100%. Tegangan lengas tanah
= 31 bar ; atau pF 4,5.
Kering angin
Kadar air tanah setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai mencapai
keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan lengas = 106 cm H2O;
1000 bar ; pF 6.
Kering Oven
Kadar iar tanah setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 0C
sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya
membutuhkan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah = 107 cm H2O;
10.000 bar; atau pF 7,0.
Klasifikasi fisik :
Air bebas (air gravitasi) : air yang diatus oleh gaya
gravitasi. Air dalam kondisi jenuh dan berada diantara
pF 0 dan pF 2,54 (diantara jenuh air dan kapasitas
lapang)
Air kapiler : air dalam pori-pori tanah dengan tegangan
antara pF 2,54 dan 4,5 (kapasitas lapang dan koefisien
higroskopis)
Air higroskopis : air di permukaan tanah yang
dipegang antara pF 4,5 dan 7,0 (antara koefisien
higroskopis dan kering oven)
Klasifikasi Biologi
Air tidak berguna : setara dengan air bebas menurut
klasifikasi fisik. Kelas ini tidak berlaku bagi padi di
sawah dan hidrofit yang hidup dalam jenuh air
Air tersedia : air yang terdapat diantara kapasitas
lapang dan titik layu tetap (pF 2,54 dan 3,17), dan
Air tidak tersedia ; air yang berada pada tegangan di
atas titik layu tetap (di atas pF 4,17). Air dipegang tanah
dengan tegangan lebih kuat dibanding kekuatan akar
menyerap air.
Kandungan air dalam tanah mempengaruhi sifat tanah
seperti plastisitas, kembang dan kerut tanah,
konsistensi, kepadatan, aerasi
Air tanah juga sangat berperan dalam siklus hidrologi.
Kerapatan tanah
Kerapatan tanah (density) adalah bobot padatan suatu
obyek dibagi volume padatan.
Kerapatan ada 2 : (1) bobot jenis (partikel density) (2)
Bobot Volume (bulk density)
Partikel density (PD) adalah bobot padatan tanah
(solid, without pore) dibagi dengan volumenya (solid,
without pore). PD kebanyakan tanah adalah 2,6 2,7
g/cm3
Kerapatan padatan (solid) tanah mendekati kerapatan
kuarsa (2,6 gr/cm3) karena kebanyakan mineral tanah
adalah mineral silikat
Adanya besi dan mineral berat lainnya (seperti olivin)
cenderung meningkatkan PD.
Bulk Density (BD) : bobot padatan (pada kering
konstan) dibagi total volume (padatan + pori)
BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3 .
BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk tanah
berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang
mengandung BO tanah sedang tinggi
BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan
kandungan BO tinggi.
BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe
dan derajat agregasi, tekstur dam BO tanah. Bulk
density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah.
Porositas tanah
Distribusi, kontinuitas pori menentukan aliran air
dan udara
Persen pori 50% merupakan kondisi ideal tanah
dimana setengahnya makro pori untuk
meneruskan air karena adanya gravitasi dan
setengahnya mikropori untuk menahan air dari
tarikan gravitasi
Tanah mineral normalnya 30-60%
Jumlah pori ditentukan oleh tekstur dan tipe
lempungnya
Porositas (%) = (1-BD/PD) X 100 %
TILLAGE (PENGOLAHAN TANAH)
Dapat memperbaiki sifat Depth Nilai BD Nilai BD
(cm) awal akhir
tanah atau dapat juga (gr/cm3) (gr/cm3)
berpengaruh negatif misal 0-30 1.45 1.38
menimbulkan erosi
Dapat meningkatkan BD
30-60 1.59 1.49
atau kerapatan tanah dan
menghancurkan struktur
Efek deep tillage (90 cm) 60-90 1.62 1.46
terhadap nilai BD tanah
90-120 1.54 1.53
3.2. Kimia Tanah
Sifat kimia tanah sanat ditentukan oleh lempung
dan humus. Pengaruh pasir dan debu kecil sekali.
Lempung dan humus disebut koloid
Koloid memiliki sifat istimewa yaitu memiliki
kemampuan memegang unsur hara dalam tanah
Lempung adalah koloid anorganik, sedangkan humus
adalah koloid organik
Sifat koloid tanah
Koloid : Ukuran partikel semakin kecil luas
permukaan akan semakin besar.
Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam
tanah terjadi misal penyerapan hara, penyerapan air
Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid
organik, hydrous oxides dari Fe, Al dan Mn
Permukaan koloid tanah
Struktur mineral lempung
Tetrahedron
1.) One silicon surrounded by
four oxygen

Tetrahedral Sheets
1.) Tetrahedra are joined by
shared oxygen
Struktur mineral lempung
Octahedron
1.) Six oxygen with
central Al3+ or Mg2+ atom

Octahedral Sheet
1.) Octahedron linked
together by shared
oxygen
Struktur mineral lempung
Clay particles are
composed of
tetrahedral and
octahedral layers
stacked on top of
each other (lamellae)
Substitusi Isomorfik
Substitusi ion yang memiliki jari2 hampir sama di
tetrahedral atau oktahedral
Tetrahedral sheets: Al3+ for Si4+
Octahedral sheets: Mg2+ for Al3+
Menyebabkan muatan negatif internal yang tidak
seimbang, sehingga muatan negatif bertambah.
Muatan negatif tersebut dikompensasi dengan
cara menjerap ion di permukaan luar.
Charges
Permanents
Isomorphous substitutions
pH dependant (non-permanents)
Broken Edges
Al-OH + OH ==H- == Al- O- + H2O
(no charge) (- charge)
C-OH + OH ==H- == -C- O- + H20
(no charge) (- charge)
Clay silicate crystals
2:1 type Expanding
4 O and 1 Si
Montmorillonite
6 OH and 1 Al
4 O and 1 Si

O bonding (WEAK)

Hydrated exchangeable
cations
Non Hydrated ions
Clay Mineralogy
1:1 Clay Minerals [Kaolinite
Al4Si4O10(OH)8-] Tetra

No effective Layer Charge Octa


Layer thickness: 7.2
Cation Exchange Capacity:
3-15 meq/100grams
2:1 Clay Minerals
Two tetrahedral, one
octahedral sheet

Illite: (Clay Mica)


1.) Layer Thickness: 10 .
2.) Layer Charge: (.8 to 1)
3.) CEC: 20-40 meq/100g.
4.) Potassium Fixation
2:1 Clay Minerals
Vermiculite:
1.) Layer thickness or repeat
distance: 14.
2.) CEC: 140-160 meq./100g
3.) Layer charge .6-.8
4.) High layer charge does not
allow for shrink-swell
2:1 Clay Minerals
Smectite:
1.) Layer Thickness: 14-20.
2.) CEC: 80-100 meq./100g
3.) Layer charge: (.2-.4 )
4.) Shrink-Swell capacity
2:1:1 Clay Minerals
Chlorite
Magnesium rather
than Oxygen in the
octehedral sheets
Layer thickness 14
CEC: 20-40 meq/100g
Sesquioxide Clays
Oxides of Fe, Al, Si
Prevalent in tropical and subtropical regions
Responsible for the reddish or yellowish hue of soils.
Low CEC and electrostatic properties
FIG. Illustration of the arrangement of cations on and around
montmorillonite.
Electrostatic Double Layer

Ca 2+
Ca 2+
Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+ SO42-
Ca 2+

Ca 2+ Ca 2+ SO42-
Ca 2+

Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+

Stern Diffuse Intermicelular


Layer Layer Solution
Ion Exchange
Cations in the double layer can be replaced or exchanged.
CEC of soil dependent on clay content, clay type and
humus.
CEC of clay is a result of isomorphous substitutions in the
crystal lattice or surface charges on the edges of clay
particles.
CEC also affects flocculation-dispersion processes, hence
development and degradation of soil structure.
At low pH, surface charges may become positive, thus pH
sensitive clay mineral (kaolinite) may display anion
adsorption.
Hydration and Swelling
Water is attached to clay surfaces by many
mechanisms including electrostatic attraction.
Strength of clay water adsorption is greatest for
first layer of water molecules and diminishes in
succeeding layers.
As a clay micelle hydrates and expands, its swarm
of positive charged cations repel adjacent micelles.
Thus micelles tend to push each other apart.
This causes the system as a whole to swell, but will
have an adverse affect on soils permeability
Shrinking and Swelling Soils
Vertisols: rich in
expansive clays
(montmorillionite)
In semiarid regions, soils
tend to heave (swell) and
then settle, forming
large, deep cracks and
sheer planes.
Causes problems not
only in agriculture, but in
construction of roads
and buildings.
Mineral lempung
Sifat kembang kerut mineral lempung
Terjadi jika air masuk ke dalam lapisan clay mineral sehingga bertambah
beberapa nanometer; akan meningkatkan volume dari clay.
Untuk terjadinya swelling, air harus masuk ke interlayer.
Swelling artinya (1) pada interlayer memungkinkan proses seperti KPK,
penyerapan air. (2) clay akan mengembang sehingga luas permukaan
lebih besar per unit berat terhadap larutan tanah sehingga lebih rekatif
secara kimia.
Swelling tergantung pada tipe mineral, unit-layer charge of the clay* dan
sifat alami dari cation interlayer

Mineral 1:1
Satu permukaan adalah oksigen (dari tetrahedra), satu permukaan adalah
hydroxyl (dari oktahedra)
Oksigen merupakan elemen yang bersifat elektrofilik (electron-loving)
Terjadi ikatan hidrogen (kalau tunggal lemah, tetapi banyak akan sangat
kuat) yang mencegah mineral 1:1 untuk berkembang kerut
Mineral 2:1
Satu permukaan oksigen, permukaan yang lain juga oksigen
Pada mineral 2:1 unsubstitute, lapisan yang berdekatan akan saring
menarik karena adanya gaya van der Waals yang lemah
Pada mineral 2:1 substitute, layer yang berdekatan saling menarik karena
adanya tarikan pada kation interlayer dan gaya van der Waals
Swelling akan sangat tergantung pada ikatan antar 2 lapisan yang
berdekatan. Pada mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga
air tidak masuk ke interlayer.
Mineral 2:1 unsubtitute secara alami bersifat hidrofobic (water repelling).
Karena tidak ada kation di interlayer yang menjadi subyek untuk terhidrasi
maka sifat hidrofilik-nya (water-loving) terletak pada >SiOH (hasil dari
ketidakteraturan kristal)
Pada mineral 2:1 substitute, affinitas tergantung dari tarikan muatan
negatif (pada 2 sisi) dengan kation interlayer. Derajad ikatan merupakan
fungsi dari banyaknya isomorphous substitution dan ukuran kation
interlayer terhidrasi
Jika affinitas layer ke kation interlayer kuat, akan terjadi air tidak dapat
masuk ke interlayer, menghidrasi kation interlayer dan mengikat bagian
hidrofilik. Jika affinitas lemah, air akan masuk dan terjadi swelling karena
meningkatnya hidrasi kation interlayer dan pembasahan bagian hidrofilik.
Hidrofilik pada interlayer berupa penarikan/pengikatan air oleh kation
sebagai hidrasi air dan adanya >SiOH
Mika
Mempunyai unit-layer charge tinggi (k.l. 2) karena
banyaknya isomorphous substitution
Negatif charge diimbangi oleh adanya kation misal K atau Ca
Besarnya unit-layer charge menyebabkan kation terikat kuat,
air tidak dapat masuk sehingga tidak terjadi swelling dan
kation tidak dapat tertukar (non exchangeable) (kecuali ada
pelapukan)

Smectites
Mempunyai unit-layer charge rendah (0.5-0.9) sehingga
kekuatan penarikan lebih rendah dari illit, vermikulit dan
mika
Kation akan terikat lemah dalam interlayer sehingga semua
kation akan mudah tertukar
Illit dan Vermiculites
Unit-layer charge rendah (1.0-1.5) sehingga bersifat hanya
mengikat kation ukuran tertentu saja dengan sangat kuat, air
tidak masuk dan mencegah swelling.
K+ dan NH4+ karena ukuran hidrasi kecil maka dapat masuk
hole (hole merupakan hasil dari ring pattern pada tetrahedron
dalam lembar terahedral). Karena itu, kation akan dekat dengan
sumber muatan negatif, jarak antar layer akan dekat sehingga
pengikatannya sangat kuat.
Ca+ dan Mg+ karena ukuran hidrasinya besar maka tidak dapat
masuk ke hole. Selain itu akan menyebabkan jarak antar layer
jauh sehingga penarikan kation rendah, air dapat masuk dan
terjadi swelling. Kation akan dapat terukar.
Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+ sehingga
mineral ini tidak berswelling. Vermiculite sangat banyak
mengandung Ca+ dan Mg+ sehingga mineral ini berswelling.
Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar oleh K.
Perbandingan sifat-sifat mineral lempung
Properties Montmorillonit Illit Kaolinit

Size (M) 0.01-1.0 0.1-2.0 0.1-5.0

Total Surface Area 700-800 100-200 5-20


(m2/g)
External surface area High Medium Low

Internal surface area Very high Low to none None

Plasticity High Medium Low


Cohesiveness High Medium Low
Swelling capacity High Low to none Low
CEC 80-100 15-25 3-15
Unit-Layer Charge 0.5-0.9 1.0-1.5 0
Koloid Organik
Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus
(misal lipid, amino acids, carbohydrates) dan subtansi humus
(merupakan senyawa amorf dengan berat molekul tinggi, warna
coklat sampai hitam, hasil pembentukan kedua dr dekomposisi)
Substansi humus dibagi menjadi :
1. Humic acid : warna gelap, amorf; dapat diekstraksi (larut) dengan
basa kuat, garam netral, tidak larut dalam asam; mengandung
gugus fungsional asam seperti phenolic dan carboxylic; aktif
dalam reaksi kimia; Berat Molekul (BM) 20.000-1.360.000
2. Fulvic acid : dapat diekstraksi dengan basa kuat gugus
fungsional asam; larut juga dalam asam mengandung gugus
fungsional basa; aktif dalam reaksi kimia; BM 275-2110
3. Humin : tidak larut dalam asam dan basa; BM terbesar; tidak aktif;
warna paling gelap
Composition of humic and fulvic acids (percent)

Element Humic acid Fulvic acid

C 50-60 40-50

O 30-35 44-50

H 4-6 4-6

N 2-6 <2-6

S 0-2 0-2

Source : F.J. Stevenson, Humus Chemistry :


Genesis, Composition, Reaction, 1982
Humic acid dan Fulvic acid merupakan koloid hidrofilik
sehingga mempunyai affinitas tinggi thd air; mempunyai
muatan negatif karena adanya disosiasi gugus fungsional
karboksil dan phenolic. Muatan negatif akan dinetralisir oleh
kation misalnya Ca2+ dan Mg2+
Humic acids are viewed as being coiled long-chain molecules,
which are cross-linked from one portion of the coil to
another. The cross-linking is probably due to the bonding of
hydrophobic (i.e., hydrocarbon) portions of the molecule to
other hydrophobic sites, with the hydrophilic (polar
functional groups) oriented out into the soil solution or
toward mineral surfaces (see the figure)
Substansi humus mempunyai kontribusi dalam pertukaran
anion dan kation, kompleks atau khelat beberapa ion logam,
berpera sebagai pH buffer; pembentukan horison tanah,
pembentukan struktur tanah melalui sementasi, sebagai
mantel (coat) partikel sehingga tidak dapat terlapukkan
Adsorption
Adsorption is the process by which atoms, molecules, or ions are
taken up and retained on the surfaces of solids by chemical or
physical binding (e.g., the adsorption of cations by negatively
charged minerals) (Glossary of Soil Science Terms, SSSA, 1987)
Berbagai gaya yang mempengaruhi adsorpsi adalah :
1. van der Waals forces
2. Coulombic or Electrostatic Attraction : gaya elektrostatik yang
dihasilkan dari tarik menarik antara 2 ion yang berbeda muatan,
contohnya tarik menarik kation dengan muatan negatif pada clay
minerals
3. Charge Trasfer : terjadi karena adanya kompleks donor-acceptor
antara molekul electron-donor dan molekul electron-acceptor.
Contohnya : ikatan hidrogen dan ikatan
4. Dipole-Dipole and Dipole-Induced Dipole. Dipole adalah molekul
yang mempunyai muatan positif dan negatif yang dipisahkan oleh
jarak tertentu (misal molekul air). Hasilnya adalah unequal
sharing of electrons
Cation Exchange Capacity (CEC/KPK)
Merupakan hasil netralisasi muatan negatif koloid tanah
Kation diikat oleh permukaan koloid dengan Coulombic
attraction, van der Waals forces, dan induced dipoles
KPK berguna untuk mengetahui kesuburan tanah,
kemungkinan pemberian pupuk, mengethaui tipe clay
mineral
Pengukuran KPK dengan menggunakan
(1) 1 M ammonium acetate pada pH 7 dan
(2) 0.25 barium chloride dengan triethanolamine pada pH
8.2 (Hardjowigeno, 1987 p. 65-66; Sanchez, 1976)
KPK dinyatakan dalam me/100 gr tanah atau me/100 gr clay
atau me%
CEC Values of clay minerals and organic matter

Type Lattic Nutrient Reserves Approximate


e CEC at pH 7
(me/100 g of
clay)
Kaolinite and 1:1 Few Nutrient Reserves < 10
Halloysite
Illite 2:1 Reserves of potassium 15-40
Montmorillonit 2:1 Generally with 80-100
e reserves of Mg, K, Fe,
etc
Vermiculite 2:1 Generally with About 100
reserves of Mg, K, Fe,
etc
Organic matter - - About 200
Source : Landon, 1984
Untuk tanah dengan BO rendah, KPK diekspresikan sebagai
proporsi dari clay:
KPK (me/100 g clay) = KPK (me/100 g tanah) x 100% clay
Satu ekuivalen merupakan jumlah yang setara dengan 1 g
hidrogen. Jumlah atom dalam setiap ekuivalen = 6.02 x 1023
1 me = 1 mg H = 6.02 x 1020
1 me dapat diubah menjadi satuan berat misal ppm.
Contoh
1 me H = 1 mg (BA H = 1; valensi 1)
1 me Na = 23 mg (BA Na = 23; valensi 1)
1 me Ca = 40/2 (BA Ca = 40; valensi 2)
Bila,
K = 0,6 me/100 g = 0,6 x 39 mg/100 g
= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1.000.000 mg
= 234 ppm
Kejenuhan Basa/KB (Base Saturation)
Konsentrasi suatu kation dikontrol oleh konsentrasi kation tersebut
terhadap konsentrasi semua kation pada kompleks pertukaran
Misal konsentrasi H+ merupakan fungsi dari perbandingan H+ dengan
semua kation pada kompleks pertukaran
Note : H+ dapat diproduksi dengan menghidrolisis air dengan Al3+
umumnya terjadi pada tanah dengan pH<5.5 (Lihat exchangeable Al). Jadi
konsentrasi H+ pada kompleks pertukaran merupakan fungsi pertukaran
H+ dan Al3+.
Maka, H+ dan Al3+ merupakan kation asam (acidic cations) sedang Ca2+,
Mg2+, Na+, K+, atau NH4+ merupakan kation basa (basic cation)
Kejenuhan basa menunjukkan kesuburan tanah. Menurut FAO-UNESCO
(1974):
KB berdasar extraksi ammonium acetate pada kedalaman 20-50 cm
digolongkan menjadi
(1) > 50% : eutric (tanah subur), (2)> 50% : dystrics (tanah kurang subur).
Penggolongan yang umum adalah
(1) <20 : rendah, (2) 20-60 sedang, (3) >60 : tinggi

KB (%) = konsentrasi kation basa tertentu x 100%


KPK (CEC)
Anion Exchange
Adsorbsi anion dikarenakan tarikan elektrostatik dari muatan
positif permukaan koloid atau reaksi spesifik anion dengan
permukaan adsorbsi (misal penggantian hidroksil dari hidroksida
logam)
Permukaan oksida-hidroksida logam (Fe dan Al hidroksida dan
oksida) dan juga muatan bergantung pH pada clay mineral
merupakan senyawa amphoter
Muatan sangat tergantung dari perubahan pH. Misalnya hematit
(Fe2O3) bermuatan netral pada pH mendekati 7. Jika pH lebih
dari 7 maka >FeOH akan terdisosiasi menghasilkan muatan negaif
dan ion hidrogen. Jika pH kurang dari 7 maka >FeOH akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menghasilkan muatan
positif yang akan menarik anion (lihat gambar)
Oksida-hidroksida logam sering berada sebagai mantel (coating)
bagi permukaan clay dan juga pada lapisan interlayer
Adsorption of Organic Compounds
Organic compounds : herbisida dan pestisida dapat
dibedakan secara kimia menjadi 3 : kation, netral, anion
Kemampuan clay mineral mengikat organic compound
tergantung dari kemampuan mineral untuk berswelling dan
klas dari organic compounds (bentuk kation, anion atau
netral)
Adsorpsi dikarenakan adanya Coulombic
attraction/electrostatic dan dipole-induced dipole forces
Adsorpsi pada external surface (reversible) tidak kuat
dibanding pada interlayer (irreversible)
Organic netral : organic netral harus mempunyai derajad
polaritas. Semakin tinggi polaritas maka semakin mudah
masuk interlayer
Penyerapan organic compound oleh soil organic matter
dipengaruhi oleh pH dependent charge; bersifat reversible
(karena tidak ada interlayer)
Model pertukaran kation.
1. Kation mempunyai energi panas sehingga terdapat seperti
hemisphere of motion disekitar permukaan koloid
Pertukaran kation terjadi apabila ion yang berada dalam
larutan tanah bergerak ke hemisphere motion (hemisphere
motion dihasilkan oleh kation yang terikat oleh koloid) suatu
kation bertepatan dengan kation tersebut jaraknya jauh dari
permukaan koloid. Akhirnya ion tadi tertangkap oleh muatan
negatif sedang kation akan bergerak ke larutan tanah
Faktor yang berpengaruh terhadap distribusi kation antara
larutan tanah dengan permukaan koloid adalah
(1) konsentrasi kation dalam larutan tanah,
(2) valensi dari kation yang tertukar,
(3) hydrated-size dari kation,
(4) kepadatan muatan pada permukaan koloid
Model 2 : Mass-Action Model
Misal, 2Na-clay + Ca2+ (aq) Ca-clay + 2 Na+ (aq)
Apabila konsentrasi Ca2+ (aq) pada larutan tanah
meningkat maka reaksi bergerak ke kanan, sehingga
konsentrasi Ca pada clay meningkat sambil melepaskan
ion Na ke larutan tanah.
Jika konsetrasi ion Ca menurun, maka reaksi bergerak ke
kiri sehingga ion Ca terlepas ke larutan tanah
Reaksi Tanah
REAKSI TANAH (pH)

Reaksi Tanah merupakan ukuran keasamaan dan kebasaan larutan tanah


pH = - log (H+)
pH tanah merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan mineral dalam
batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama pelindihan
kation-kation basa dari tanah
Tanah asam banyak mengandung H yang dapat ditukar, sedang tanah alkalis
banyak mengandung basa dapat ditukar
pH > 7 Ca dan Mg bebas; pH>8.5 pasti Na tertukar
Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah tipe vegetasi, jumlah curah
hujan, drainase tanah internal, dan aktivitas manusia
Kandungan unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn, dan hara
lainnya serta substansi toksik (Al3+, Pb2+) dikontrol oleh pH
Nitrogen
pH tanah

Fosfor Kalium
Sumber Kemasaman Tanah
Bahan induk
Bahan induk masam akan berkembang menjadi tanah masam
Bahan induk basa akan berkembang menjadi tanah basa/alkalin

Iklim
tanah yang berkembang di daerah iklim lembab/basah akan bersifat asam
Curah hujan dan suhu sangat berpengaruh aktif terhadap asam basanya tanah.

Bahan Organik.
Bahan organik menghasilkan asam-asam organik hasil proses humifikasi.
Asam organik memiliki pH nisbi yang rendah
Asam anorganik (H2CO3H2SO4HNO3) hasil dekomposisi

Pengaruh manusia
Pemupukan dengan pupuk fisiologis masam akan menyebabkan tanah bersifat
masam
Pengapuran akan menyebabkan pH akan naik

Jenis lempung
Lempung silikat merupakan sumber muatan negatif yang bersifat tetap.
KENDALA TANAH MASAM
Keracunan Al, Mn dan Fe
Kekahatan Ca, Mg, Mo
Pelapukan bahan organik lambat
Ketersediaan N dan P kecil
Aktivitas organisme rendah
Produktivitas`tanah rendah
Tidak semua tanaman dapat toleran
Pertumbuhan tanaman terhambat
tanah min bersifat tua
Tanah organik belum matang
Agihan Tanah Bereaksi Masam di Berbagai Pulau di Indonesia
(Pusat Penelitian tanah 1981)

N Pulau Aluvial Latosol Organosol Podzol Podzolik


o
(Juta Ha)
1 Jawa Madura 2.550 2.775 0.025 - 0.325
2 Sumatera 5.682 6.018 8.175 1.031 14.695
3 Kalimantan 5.744 4.468 6.523 4.581 10.947
4 Sulawesi 1.562 2.649 0.240 - 1.308
5 Nusa Tenggara 0.312 0.563 - - -
6 Maluku 0.488 0.331 0.525 - 2.406
7 Irian Jaya 2.575 0.356 10.875 - 8.706
Jumlah 18.913 17.160 27.063 5.612 38.437
KONDISI KEHARAAN PADA BERBAGAI KISARAN pH
1. Sangat Tinggi (diatas 8,5)
Tanah alkali, sodik
Ca dan Mg, kemungkinan tidak tersedia
Fospat terjerap dalam bentuk Ca-P, Mg-P
Bila kadar Na Tinggi, P terjerap menjadi Na-P yang mudah larut
Keracunan Boron (B) pada tanah garaman dan Sodik
Persentase Na tertukar (ESP) di atas 15 dapat menyebabkan kerusakan
struktur.
Aktivitas bakteri rendah
Proses nitrifikasi menurun
Ketersediaan hara mikro menurun, kecuali Mo

2. Tinggi ( 7,0 8,5 )


Penurunan ketersediaan P dan B sehingga terjadi kekahatan hara P dan B
Kekahatan Co, Cu, Fe, Mn dan Zn
Kadar Ca dan Mg Tinggi
Tanah alkali
3. Sedang (5,5 7,0)
Sifat netral
Kisaran pH yang baik untuk sebagianj besar tanaman
Kadar hara (makro & mikro) optimum
Aktivitas mikroorganisme optimum)
Sifat kimia tanah optimum

4. Rendah (<5,5)
Tanah masam
Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang tidak
cepat tersedia bagi tanaman.
Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan
peningkatan kemasaman,
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Aktivitas bakteri menurun
Proses nitrifikasi terhambat.
3.3. Biologi Tanah
Soil biology: Important
relationship with soil quality
- Organic matter
- Residue decomposition
- Soil structure
- Nutrient cycling
- 1 g of soil has 100,000,000 bacteria
SOIL IS HABITAT
Plant root
Soil particle

Water
Does Size Matter?
Classification of
soil biota in relation
to size of pores and
particle in soils used in
soil biology. (Adapted
from Gisi et al. 1997)
Fauna: Macrofauna (> 2mm):
Vertebrates
Organisms: Moles, mice, shrews
Functions: Mix soil with burrowing, hasten decomposition
Arthropods
Beetles: Primary consumer, transport and mixing of organics
Ants: Primary consumer, transport and mixing of organics, movement
of B horizon to surface
Centipedes: Predator, minor role in soil formation
Millipedes: Saprophageous (feed on dead organic matter), transport
and mixing. Mostly mulls
Springtails: Primary consumer, affect soil structure
Mites: Saprophageous, very important in numbers, affect soil
structure
Annelids
Earthworms (Lumbricidae spp.)
Fauna: Microfauna (<0.1 mm):
Nematodes
Nearly microscopic roundworms
Important as population regulators and nutrient concentrators
Common in mull and grassland soils; some in forest soils
Can be parasites
Protozoa
1-celled organisms
Consume decomposing organic matter and bacteria
Most abundant soil fauna
Flora: Soil Microflora

Four major groups:


1. Bacteria
2. Actinomycetes
3. Fungi
4. Algae
Can also classify according to how they obtain energy:
Autotrophic: Use sunlight of inorganic chemical
reactions for energy
Hetertrophic: Use organic compounds for energy
organisms in Soil

Bacteria
Actinomycetes
Fungi

Protozoa

Earthworm Isopods

Mites Nematodes
Myriapods
Organism Length or Abundance
(diameter) mm (arable systems)
Bacteria (0.001) 3,000,000,000 / g
Fungi (0.005-0.020) 50 meters / g
Protozoa 0.010-0.200 100,000 / g
Nematodes 1-4.5 7,000,000 / m2
Earthworms 20-200 950 / m2
Potworms 10-50 65,000 / m2
Isopods 3-18 ??
Centipedes 5-80 ??
Millipedes 5-50 ??
Symphylans 2-15 4,500 / m2
Pauropods 0.5-1.5 5,000 / m2
Diplurans 2-7 30 / m2
Proturans 0.4-2 1,000 / m2
Springtails 1-7 100,000 / m2
Mites 0.1-3 250,000 / m2
Ordinary Bacteria,
The Soil Food Web
Community Structure Food Web
The soil food web - energy flows
Rhizosfer
Epidermis Rizoplane

Mucigel
(1-2 m)
Rambut akar
(0.1-1 mm)

Mikoriza
(5-10 cm)
Korteks Endorizosfer

Rhizosfer tanah
Endodermis (1-2 mm)

Silinder
Vaskular Sel-sel yang gugur

Tudung akar Mucigel tudung akar

Penampang akar
Beneficial Microbes in Soil-Plant System

Microbes Function
Seedlings Growth
Rhizobacteria Plant Protection
& fungi Nutrient Cycling
Saprophytic
Specific
Decontamination
Bacteria

Rhizobium
N2 Fixation
dll
Simbion Seedlings Growth
mutualistik Nutrient Cycling
Plant Protection
Fungi Decontamination
Mycoriza Plant Conservation
Plant Succession
N-Fixation: Frankia

- actinomycetes
- associates with desert
shrubs (e.g., Ceanothus)
and various tree species
(e.g., alder)

Frankia Nodules on Alder


Fungi-Plant Interaction

Mycorrhizae
(root fungus)

- extension of root system


- fungus enhances
nutrient and water
intake
- plants provide carbon
source

Nearly 90% of native plants have


mycorrhizae association
Ectomycorrhyzae

- association at exterior of root


- develop on evergreen trees and shrubs
Mycorrhizae

Endomycorrhizae
- Associations occur in root interior between cells
- Develop on deciduous trees, annual and herbaceous plants
Organic Matter

Biomass (living organisms)

CO2 Detritus (Plant Debris) (identifiable dead tissue)

degradation
Fungi Earthworms
Bacteria

Soil Humus (nonliving, nontissue decay products)

Humin Humic Acid Fulvic Acid


(insoluble) (insoluble in acid) (soluble)
Pools of Soil Organic Matter
Organic Matter Degradation: Nutrient Cycling

Biomass

Nutrient Detritus (Plant Debris)


Incorporation

Nutrient
Release

Soil Humus
Soil Organic Matter: Humus

-reactive functional groups:


-carboxyl, hydroxyl, phenolic

- High cation (anion) exchange capacity


- High water holding capacity
- Promotes soil aggregation
Increase in
Active
Fraction
increases
nutrients!

109
Soil Sustainability Model Gross Visual score
structure Bulk Density
Air permeability
Pore Water Retention
Physical structure Faunal Pores Earthworms
Enchytraeids
Repellency Fungal
Chemical

pH
Structure Chemistry NH4
PNR

Methane oxidisers
Bacteria Denitrifiers
Nitrifiers
Biodiversity Microbes Eubacteria
Fungi
Quality Fauna Nematode spp
Earthworm spp

NO3
Leaching TEN
DOC
Losses CO2 FieldCO2
Gas flux Decomposition
N2O FieldN2O
PDR
Function
Earthworms
Comminution Enchytraeids
Detritivores Collembola
Oribatids
Decomposition Bact:Fung B:F ELFA
B:F nematodes
Microbivore-nematodes
Mineralisation Microbivores Protozoa
Microbivore-arthropods
Omnivore-nematodes
Predators Predator-nematodes
Mesostigmatids
Decomposition
Organic matter constituents:

{
Simple sugars: small molecules, energy-rich
10% bonds (e.g., glucose)
Starches: simple sugars, but longer chains;
storage of carbohydrates

{
Hemicellulose: polymers of basic sugars in
40-80% straight or branched chains
Cellulose: polymers with polymers with 3-d
structure, structural function; external enzyme
required to decompose
5-40% { Lignin: polyphenol (ring structure), resistant to
decay
Stages of Decomposition
1. Fragmentation: Physical breakdown;
macroinvertebrates involved.
2. Leaching: soluble constituents, esp. K
3. Chemical breakdown
a. Enzymatic breakdown of C compounds:
Easily degradable: proteins, sugars, starches
Cellulose and bug bodies
More resistant (lignin)
b. Formation and release of by-products (gases, soluble
elements, partially oxidized litter)
c. Humus formation: material resistant microorganisms
modification of lignin, synthesis by microorgs
Material C/N ratio

Soil Microbes
Bacteria 6:1
Actinomycetes 6:1
Fungi 12:1

Litter Types
Alfalfa 13:1
Clover 20:1
Straw 80:1
Deciduous litter 40:1 to 80:1
Coniferous litter 60:1 to 130:1
Woody litter 250:1 to 600:1

Soil Organic Matter 12:1 to 50:1


N immobilization NH4+ N mineralization NH4+

600

Sawdust

C:N
Aspen leaves

20

Clover
Time of decomposition
GERABAH ORGANIK
BATA ORGANIK

The Global Social Venture Competition


UC Berkeley. USA. $45,000
1. Apakah tekstur tanah itu? Apa manfaat dan kaitan dengan sifat
tanah yang lain? (15)
2. Struktur tanah didekati dengan nilai porositas tanah, jelaskan
apakah porositas tanah itu dan bagaimana cara memperolehnya?
3. Dari nilai konsistensi tanah, bagaimana cara memperoleh nilai
JANGKA OLAH, jelaskan apakah jangka olah itu !
4. Tanah lempungan (misalnya Vertisols) disebut tanah yang berat
dan mempunyai jangka olah sempit, jelaskan !
5. Warna tanah 7,5 YR 2/1, jabarkan menurut komponen-
komponennya dan prediksikan apa warnanya?
6. Uraikan sifat fisika dan kimia tanah Vertisol yang dirajai
lempung tipe 2:1.
7. Apa yang disebut tekstur tanah. Bagaimana cara menetapkannya
?
8. Bagaimana cara menyidik warna tanah ?
1. Mengapa tanah memiliki pH yang berbeda-beda ?
2. Apa yang disebut substitusi isomorfik
3. Apa arti kapasitas pertukaran kation (KPK) ? Apa
pengaruh KPK terhadap kesuburan tanah ?
4. Sebutkan sumber ion H+ dalam larutan tanah !
5. Sebutkan sumber muatan pada permukaan koloid
tanah !
6. Mengapa komponen lempung memiliki posisi yang
istimewa jika kita mempelajari tanah ?
7. Apa hubungan antara tekstur tanah dan sifat kimia
tanah ?
1. Mengapa tanah lempungan memiliki KPK (kapasitas
pertukaran kation) yang lebih tinggi dibanding tanah
pasiran?
2. Berdasarkan analisis di laboratorium, suatu contoh
tanah memiliki kandungan lempung 70 %, pasir 20%,
bahan organik tanah 1 %. Uraikan sifat fisika dan kimia
tanah tersebut.
3. Contoh tanah lain memiliki kandungan lempung 2 %,
pasir 95 %, bahan organik tanah 0,2 %. Uraikan sifat
fisika dan kimia tanah tersebut.
Jika dalam 1.100 gram tanah kering angin dengan
kadar lengas 10% memiliki kandungan unsur : Ca
(4,008 g), Mg (0,486 g), K (1,564 g), Na (0,460 g), H (1,
0,050 g) dan Al (0,450 g). Maka dalam 100 gram tanah
kering mutlak terdapat :

Unsur BA Valensi gram me


Ca 40,080
Mg 24,310
K 39,100
Na 22,990
H 1,008
Al 26,980
KPK (me/100 g)
Jumlah Basa (me/100 g)
Kejenuhan basa (%)
1. Sebutkan komponen bahan organik dalam
tanah !
2. Apa manfaat bahan organik dalam tanah?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kadar
bahan organik tanah ?
4. Sebutkan peran jasad renik dalam tanah !

You might also like