Professional Documents
Culture Documents
1-122
1-122
Suci Handayani
Eko Hanudin
Garis Besar Materi Kuliah
1. Pengertian Tanah
2. Komponen Tanah : a. Mineral, b. Organik, c. Air, d.
Udara
3. Tubuh Tanah: a. Fisika Tanah, b. Kimia Tanah, c.
Biologi Tanah
4. Perkembangan Tanah: a. Faktor-faktor pembentuk
tanah, b. Proses Pedogenesis, c. Profil tanah
5. Jenis Tanah: a. Klasifikasi Tanah, b. Pemetaan Tanah
6. Fungsi Tanah: a. Kesuburan Tanah, b. Pengawetan
Tanah, c. Tanah dan Lingkungan
3.1. Fisika Tanah
Tekstur
Kerapatan tanah
Agregat tanah
Struktur
Warna
Konsistensi
WARNA TANAH
Secara langsung mempengaruhi penyerapan
sinar matahari dan salah satu faktor penentu
suhu tanah.
Secara tidak langsung berhubungan dengan
sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil
drainase, kandungan bahan organik surface
horizon, pembeda antar horison.
Diukur menggunakan standar warna (Soil
Munsell Color Chart) .
Munsell Soil Color Charts
Interpretasi Warna Tanah
Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan
organik, dan atau status oksidasi senyawa besi
dalam tanah.
Tanah yang dibentuk oleh bahan induk basalt
sering berwarna sangat gelap jika tanah tersebut
mengandung sedikit atau tidak ada bahan organik
Status oksidasi besi terutama di lapisan bawah:
tanah yang aerasi dan drainase bagus, senyawa besi
berada dalam bentuk oksidasi (ferri/ Fe3+ ) dan
memberikan warna merah atau kuning; tanah yang
aerasi dan drainase buruk,
senyawa besi tereduksi dalam bentuk ferro (Fe2+)
akan memberikan warna abu-abu (gray)
Hubungan antara warna tanah dengan kandungan
bahan organik
Notasi Munsell Bahan Organik (%)
(Kondisi lembab)
Kisaran Rerata
Contoh :
Partikel bentuk bola dengan berat 1 gr dengan
bulk density 2,65 g/cm3 dipecah menjadi 106
partikel yang lebih kecil berbentuk bola.
Hal ini dapat meningkatkan luas permukaan 100
kali lipat dari 2,52 x 10-4 m2 menjadi 2,52 x 10-2
m2
Tekstur Tanah
Klasifikasi ukuran Partikel
Sumber Soil Separates
Halus 10 20 mm 5 10 mm 1 2 mm
Sedang 20 50 mm 10 20 mm 2 5 mm
Kasar 50 100 mm 20 - 50 mm 5 10 mm
< 1 (very
Very fine <5 <1 < 10
thin)
Fine 5 - 10 1-2 1 - 2 (thin) 10 - 20
Medium 10 - 20 2-5 2-5 20 - 50
Coarse 20 - 50 5 - 10 5 - 10 (thick) 50 - 100
Very > 10 (very
> 50 > 10 > 100
coarse thick)
KONSISTENSI TANAH
Adalah derajat kohesi dan adhesi antara partikel-partikel
tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan
bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur
tanah.
Cara penentuan (1) lapangan : memijit tanah dalam
kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium :
angka-angka Atterberg
Penentuan di lapangan ;
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab : keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC),
Batas Lekat (BL), Batas gulung (BG) dan Batas Berubah
Warna (BBW)
Batas Cair : Kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat : Kadar air dimana tanah tidak melekat ke
logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah
tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh
tanah
Jangka Olah (JO) : kadar air dimana tanah mudah diolah
(BL-BG)
Derajat keteguhan (DT) : BC-BG
Surplus positif : Bl > BC artinya tanah mudah
merembeskan air;
Surplus negatif : BL<BC : tanah sukar merembeskan air
Lengas tanah
Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya
gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler
Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan
meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel
tanah dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah
Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka
meningkat dengan semakin pekatnya larutan, sedang gaya kapiler
dibangkitkan oleh pori-pori tanah berkaitan dengan tegangan
permukaan
Jumlah ketiga gaya tersebut disebut potensial lengas tanah atau
tegangan lenghas tanah, dan menjadi ukuran kemampuan tanah
melawan gaya grafitasi
Ukuran lengas tanah adalah cm Hg, bar, dan pF
1 bar = 0,9869 atm = 105 Pascal = 75,007 cm Hg
Satuan cm air dibagi 1000 menjadi satuan bar
pF = Log10 cm H2O
Klasifikasi lengas tanah
Kapasitas menahan air maksimum
Jumlah air yang dikandung tanah dalam keadaan jenuh, semua pori terisis
penuh air. Tegangan lengas tanah = 0 cm H2O, 0 bar atau pF 0
Kapasitas lapang
Jumlah air yang terkandung tanah setelah air grafitasi hilang. Tegangan
lengas = 346 cm H2O ; 0,3 bar atau pF 2,54
Titik layu tetap
Tingkat kelengasan tanah yang menyebabkan tumbuhan mulai
memperlihatkan gejala layu. Tegangan lengas tanah = 15,849 cm H2O ; 15 bar
; pF 4,17
Koefisien higroskopik
Jumlah lengas tanah yang dijerap permukaan partikel tanah dari uap air
dalam atmosfer yang berkelembaban kira-kira 100%. Tegangan lengas tanah
= 31 bar ; atau pF 4,5.
Kering angin
Kadar air tanah setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai mencapai
keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan lengas = 106 cm H2O;
1000 bar ; pF 6.
Kering Oven
Kadar iar tanah setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 0C
sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya
membutuhkan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah = 107 cm H2O;
10.000 bar; atau pF 7,0.
Klasifikasi fisik :
Air bebas (air gravitasi) : air yang diatus oleh gaya
gravitasi. Air dalam kondisi jenuh dan berada diantara
pF 0 dan pF 2,54 (diantara jenuh air dan kapasitas
lapang)
Air kapiler : air dalam pori-pori tanah dengan tegangan
antara pF 2,54 dan 4,5 (kapasitas lapang dan koefisien
higroskopis)
Air higroskopis : air di permukaan tanah yang
dipegang antara pF 4,5 dan 7,0 (antara koefisien
higroskopis dan kering oven)
Klasifikasi Biologi
Air tidak berguna : setara dengan air bebas menurut
klasifikasi fisik. Kelas ini tidak berlaku bagi padi di
sawah dan hidrofit yang hidup dalam jenuh air
Air tersedia : air yang terdapat diantara kapasitas
lapang dan titik layu tetap (pF 2,54 dan 3,17), dan
Air tidak tersedia ; air yang berada pada tegangan di
atas titik layu tetap (di atas pF 4,17). Air dipegang tanah
dengan tegangan lebih kuat dibanding kekuatan akar
menyerap air.
Kandungan air dalam tanah mempengaruhi sifat tanah
seperti plastisitas, kembang dan kerut tanah,
konsistensi, kepadatan, aerasi
Air tanah juga sangat berperan dalam siklus hidrologi.
Kerapatan tanah
Kerapatan tanah (density) adalah bobot padatan suatu
obyek dibagi volume padatan.
Kerapatan ada 2 : (1) bobot jenis (partikel density) (2)
Bobot Volume (bulk density)
Partikel density (PD) adalah bobot padatan tanah
(solid, without pore) dibagi dengan volumenya (solid,
without pore). PD kebanyakan tanah adalah 2,6 2,7
g/cm3
Kerapatan padatan (solid) tanah mendekati kerapatan
kuarsa (2,6 gr/cm3) karena kebanyakan mineral tanah
adalah mineral silikat
Adanya besi dan mineral berat lainnya (seperti olivin)
cenderung meningkatkan PD.
Bulk Density (BD) : bobot padatan (pada kering
konstan) dibagi total volume (padatan + pori)
BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3 .
BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk tanah
berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang
mengandung BO tanah sedang tinggi
BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan
kandungan BO tinggi.
BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe
dan derajat agregasi, tekstur dam BO tanah. Bulk
density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah.
Porositas tanah
Distribusi, kontinuitas pori menentukan aliran air
dan udara
Persen pori 50% merupakan kondisi ideal tanah
dimana setengahnya makro pori untuk
meneruskan air karena adanya gravitasi dan
setengahnya mikropori untuk menahan air dari
tarikan gravitasi
Tanah mineral normalnya 30-60%
Jumlah pori ditentukan oleh tekstur dan tipe
lempungnya
Porositas (%) = (1-BD/PD) X 100 %
TILLAGE (PENGOLAHAN TANAH)
Dapat memperbaiki sifat Depth Nilai BD Nilai BD
(cm) awal akhir
tanah atau dapat juga (gr/cm3) (gr/cm3)
berpengaruh negatif misal 0-30 1.45 1.38
menimbulkan erosi
Dapat meningkatkan BD
30-60 1.59 1.49
atau kerapatan tanah dan
menghancurkan struktur
Efek deep tillage (90 cm) 60-90 1.62 1.46
terhadap nilai BD tanah
90-120 1.54 1.53
3.2. Kimia Tanah
Sifat kimia tanah sanat ditentukan oleh lempung
dan humus. Pengaruh pasir dan debu kecil sekali.
Lempung dan humus disebut koloid
Koloid memiliki sifat istimewa yaitu memiliki
kemampuan memegang unsur hara dalam tanah
Lempung adalah koloid anorganik, sedangkan humus
adalah koloid organik
Sifat koloid tanah
Koloid : Ukuran partikel semakin kecil luas
permukaan akan semakin besar.
Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam
tanah terjadi misal penyerapan hara, penyerapan air
Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid
organik, hydrous oxides dari Fe, Al dan Mn
Permukaan koloid tanah
Struktur mineral lempung
Tetrahedron
1.) One silicon surrounded by
four oxygen
Tetrahedral Sheets
1.) Tetrahedra are joined by
shared oxygen
Struktur mineral lempung
Octahedron
1.) Six oxygen with
central Al3+ or Mg2+ atom
Octahedral Sheet
1.) Octahedron linked
together by shared
oxygen
Struktur mineral lempung
Clay particles are
composed of
tetrahedral and
octahedral layers
stacked on top of
each other (lamellae)
Substitusi Isomorfik
Substitusi ion yang memiliki jari2 hampir sama di
tetrahedral atau oktahedral
Tetrahedral sheets: Al3+ for Si4+
Octahedral sheets: Mg2+ for Al3+
Menyebabkan muatan negatif internal yang tidak
seimbang, sehingga muatan negatif bertambah.
Muatan negatif tersebut dikompensasi dengan
cara menjerap ion di permukaan luar.
Charges
Permanents
Isomorphous substitutions
pH dependant (non-permanents)
Broken Edges
Al-OH + OH ==H- == Al- O- + H2O
(no charge) (- charge)
C-OH + OH ==H- == -C- O- + H20
(no charge) (- charge)
Clay silicate crystals
2:1 type Expanding
4 O and 1 Si
Montmorillonite
6 OH and 1 Al
4 O and 1 Si
O bonding (WEAK)
Hydrated exchangeable
cations
Non Hydrated ions
Clay Mineralogy
1:1 Clay Minerals [Kaolinite
Al4Si4O10(OH)8-] Tetra
Ca 2+
Ca 2+
Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+ Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+ SO42-
Ca 2+
Ca 2+
Mineral 1:1
Satu permukaan adalah oksigen (dari tetrahedra), satu permukaan adalah
hydroxyl (dari oktahedra)
Oksigen merupakan elemen yang bersifat elektrofilik (electron-loving)
Terjadi ikatan hidrogen (kalau tunggal lemah, tetapi banyak akan sangat
kuat) yang mencegah mineral 1:1 untuk berkembang kerut
Mineral 2:1
Satu permukaan oksigen, permukaan yang lain juga oksigen
Pada mineral 2:1 unsubstitute, lapisan yang berdekatan akan saring
menarik karena adanya gaya van der Waals yang lemah
Pada mineral 2:1 substitute, layer yang berdekatan saling menarik karena
adanya tarikan pada kation interlayer dan gaya van der Waals
Swelling akan sangat tergantung pada ikatan antar 2 lapisan yang
berdekatan. Pada mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga
air tidak masuk ke interlayer.
Mineral 2:1 unsubtitute secara alami bersifat hidrofobic (water repelling).
Karena tidak ada kation di interlayer yang menjadi subyek untuk terhidrasi
maka sifat hidrofilik-nya (water-loving) terletak pada >SiOH (hasil dari
ketidakteraturan kristal)
Pada mineral 2:1 substitute, affinitas tergantung dari tarikan muatan
negatif (pada 2 sisi) dengan kation interlayer. Derajad ikatan merupakan
fungsi dari banyaknya isomorphous substitution dan ukuran kation
interlayer terhidrasi
Jika affinitas layer ke kation interlayer kuat, akan terjadi air tidak dapat
masuk ke interlayer, menghidrasi kation interlayer dan mengikat bagian
hidrofilik. Jika affinitas lemah, air akan masuk dan terjadi swelling karena
meningkatnya hidrasi kation interlayer dan pembasahan bagian hidrofilik.
Hidrofilik pada interlayer berupa penarikan/pengikatan air oleh kation
sebagai hidrasi air dan adanya >SiOH
Mika
Mempunyai unit-layer charge tinggi (k.l. 2) karena
banyaknya isomorphous substitution
Negatif charge diimbangi oleh adanya kation misal K atau Ca
Besarnya unit-layer charge menyebabkan kation terikat kuat,
air tidak dapat masuk sehingga tidak terjadi swelling dan
kation tidak dapat tertukar (non exchangeable) (kecuali ada
pelapukan)
Smectites
Mempunyai unit-layer charge rendah (0.5-0.9) sehingga
kekuatan penarikan lebih rendah dari illit, vermikulit dan
mika
Kation akan terikat lemah dalam interlayer sehingga semua
kation akan mudah tertukar
Illit dan Vermiculites
Unit-layer charge rendah (1.0-1.5) sehingga bersifat hanya
mengikat kation ukuran tertentu saja dengan sangat kuat, air
tidak masuk dan mencegah swelling.
K+ dan NH4+ karena ukuran hidrasi kecil maka dapat masuk
hole (hole merupakan hasil dari ring pattern pada tetrahedron
dalam lembar terahedral). Karena itu, kation akan dekat dengan
sumber muatan negatif, jarak antar layer akan dekat sehingga
pengikatannya sangat kuat.
Ca+ dan Mg+ karena ukuran hidrasinya besar maka tidak dapat
masuk ke hole. Selain itu akan menyebabkan jarak antar layer
jauh sehingga penarikan kation rendah, air dapat masuk dan
terjadi swelling. Kation akan dapat terukar.
Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+ sehingga
mineral ini tidak berswelling. Vermiculite sangat banyak
mengandung Ca+ dan Mg+ sehingga mineral ini berswelling.
Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar oleh K.
Perbandingan sifat-sifat mineral lempung
Properties Montmorillonit Illit Kaolinit
C 50-60 40-50
O 30-35 44-50
H 4-6 4-6
N 2-6 <2-6
S 0-2 0-2
Fosfor Kalium
Sumber Kemasaman Tanah
Bahan induk
Bahan induk masam akan berkembang menjadi tanah masam
Bahan induk basa akan berkembang menjadi tanah basa/alkalin
Iklim
tanah yang berkembang di daerah iklim lembab/basah akan bersifat asam
Curah hujan dan suhu sangat berpengaruh aktif terhadap asam basanya tanah.
Bahan Organik.
Bahan organik menghasilkan asam-asam organik hasil proses humifikasi.
Asam organik memiliki pH nisbi yang rendah
Asam anorganik (H2CO3H2SO4HNO3) hasil dekomposisi
Pengaruh manusia
Pemupukan dengan pupuk fisiologis masam akan menyebabkan tanah bersifat
masam
Pengapuran akan menyebabkan pH akan naik
Jenis lempung
Lempung silikat merupakan sumber muatan negatif yang bersifat tetap.
KENDALA TANAH MASAM
Keracunan Al, Mn dan Fe
Kekahatan Ca, Mg, Mo
Pelapukan bahan organik lambat
Ketersediaan N dan P kecil
Aktivitas organisme rendah
Produktivitas`tanah rendah
Tidak semua tanaman dapat toleran
Pertumbuhan tanaman terhambat
tanah min bersifat tua
Tanah organik belum matang
Agihan Tanah Bereaksi Masam di Berbagai Pulau di Indonesia
(Pusat Penelitian tanah 1981)
4. Rendah (<5,5)
Tanah masam
Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang tidak
cepat tersedia bagi tanaman.
Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan
peningkatan kemasaman,
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Aktivitas bakteri menurun
Proses nitrifikasi terhambat.
3.3. Biologi Tanah
Soil biology: Important
relationship with soil quality
- Organic matter
- Residue decomposition
- Soil structure
- Nutrient cycling
- 1 g of soil has 100,000,000 bacteria
SOIL IS HABITAT
Plant root
Soil particle
Water
Does Size Matter?
Classification of
soil biota in relation
to size of pores and
particle in soils used in
soil biology. (Adapted
from Gisi et al. 1997)
Fauna: Macrofauna (> 2mm):
Vertebrates
Organisms: Moles, mice, shrews
Functions: Mix soil with burrowing, hasten decomposition
Arthropods
Beetles: Primary consumer, transport and mixing of organics
Ants: Primary consumer, transport and mixing of organics, movement
of B horizon to surface
Centipedes: Predator, minor role in soil formation
Millipedes: Saprophageous (feed on dead organic matter), transport
and mixing. Mostly mulls
Springtails: Primary consumer, affect soil structure
Mites: Saprophageous, very important in numbers, affect soil
structure
Annelids
Earthworms (Lumbricidae spp.)
Fauna: Microfauna (<0.1 mm):
Nematodes
Nearly microscopic roundworms
Important as population regulators and nutrient concentrators
Common in mull and grassland soils; some in forest soils
Can be parasites
Protozoa
1-celled organisms
Consume decomposing organic matter and bacteria
Most abundant soil fauna
Flora: Soil Microflora
Bacteria
Actinomycetes
Fungi
Protozoa
Earthworm Isopods
Mites Nematodes
Myriapods
Organism Length or Abundance
(diameter) mm (arable systems)
Bacteria (0.001) 3,000,000,000 / g
Fungi (0.005-0.020) 50 meters / g
Protozoa 0.010-0.200 100,000 / g
Nematodes 1-4.5 7,000,000 / m2
Earthworms 20-200 950 / m2
Potworms 10-50 65,000 / m2
Isopods 3-18 ??
Centipedes 5-80 ??
Millipedes 5-50 ??
Symphylans 2-15 4,500 / m2
Pauropods 0.5-1.5 5,000 / m2
Diplurans 2-7 30 / m2
Proturans 0.4-2 1,000 / m2
Springtails 1-7 100,000 / m2
Mites 0.1-3 250,000 / m2
Ordinary Bacteria,
The Soil Food Web
Community Structure Food Web
The soil food web - energy flows
Rhizosfer
Epidermis Rizoplane
Mucigel
(1-2 m)
Rambut akar
(0.1-1 mm)
Mikoriza
(5-10 cm)
Korteks Endorizosfer
Rhizosfer tanah
Endodermis (1-2 mm)
Silinder
Vaskular Sel-sel yang gugur
Penampang akar
Beneficial Microbes in Soil-Plant System
Microbes Function
Seedlings Growth
Rhizobacteria Plant Protection
& fungi Nutrient Cycling
Saprophytic
Specific
Decontamination
Bacteria
Rhizobium
N2 Fixation
dll
Simbion Seedlings Growth
mutualistik Nutrient Cycling
Plant Protection
Fungi Decontamination
Mycoriza Plant Conservation
Plant Succession
N-Fixation: Frankia
- actinomycetes
- associates with desert
shrubs (e.g., Ceanothus)
and various tree species
(e.g., alder)
Mycorrhizae
(root fungus)
Endomycorrhizae
- Associations occur in root interior between cells
- Develop on deciduous trees, annual and herbaceous plants
Organic Matter
degradation
Fungi Earthworms
Bacteria
Biomass
Nutrient
Release
Soil Humus
Soil Organic Matter: Humus
109
Soil Sustainability Model Gross Visual score
structure Bulk Density
Air permeability
Pore Water Retention
Physical structure Faunal Pores Earthworms
Enchytraeids
Repellency Fungal
Chemical
pH
Structure Chemistry NH4
PNR
Methane oxidisers
Bacteria Denitrifiers
Nitrifiers
Biodiversity Microbes Eubacteria
Fungi
Quality Fauna Nematode spp
Earthworm spp
NO3
Leaching TEN
DOC
Losses CO2 FieldCO2
Gas flux Decomposition
N2O FieldN2O
PDR
Function
Earthworms
Comminution Enchytraeids
Detritivores Collembola
Oribatids
Decomposition Bact:Fung B:F ELFA
B:F nematodes
Microbivore-nematodes
Mineralisation Microbivores Protozoa
Microbivore-arthropods
Omnivore-nematodes
Predators Predator-nematodes
Mesostigmatids
Decomposition
Organic matter constituents:
{
Simple sugars: small molecules, energy-rich
10% bonds (e.g., glucose)
Starches: simple sugars, but longer chains;
storage of carbohydrates
{
Hemicellulose: polymers of basic sugars in
40-80% straight or branched chains
Cellulose: polymers with polymers with 3-d
structure, structural function; external enzyme
required to decompose
5-40% { Lignin: polyphenol (ring structure), resistant to
decay
Stages of Decomposition
1. Fragmentation: Physical breakdown;
macroinvertebrates involved.
2. Leaching: soluble constituents, esp. K
3. Chemical breakdown
a. Enzymatic breakdown of C compounds:
Easily degradable: proteins, sugars, starches
Cellulose and bug bodies
More resistant (lignin)
b. Formation and release of by-products (gases, soluble
elements, partially oxidized litter)
c. Humus formation: material resistant microorganisms
modification of lignin, synthesis by microorgs
Material C/N ratio
Soil Microbes
Bacteria 6:1
Actinomycetes 6:1
Fungi 12:1
Litter Types
Alfalfa 13:1
Clover 20:1
Straw 80:1
Deciduous litter 40:1 to 80:1
Coniferous litter 60:1 to 130:1
Woody litter 250:1 to 600:1
600
Sawdust
C:N
Aspen leaves
20
Clover
Time of decomposition
GERABAH ORGANIK
BATA ORGANIK