Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
WAHYU
16340139
FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
201
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
penyusunan penulisan Makalah ini sebagai tugas Mata kuliah Farmasi Industri.
Kami telah menyusun Tugas Makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah
Farmasi Industri atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan kepada
kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan pula
kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sediaan Salep ............................................................ 3
B. Aspek CPOB ............................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
A. Produksi Sediaan Salep Berdasarkan CPOB................................ 11
B. Alur Produksi Sediaan Salep ....................................................... 13
C. In Process Controll (IPC) ........................................................... 17
D. Qulaity Control & (QA) .............................................................. 18
E. Evaluasi Mutu Sediaan Sediaan Salep ... 19
F. Sertifikasi CPOB 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman
Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan
1
produksi mulai dari personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen
penarikan obat dan obat kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok (Dirjen POM, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan dengan
konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak mengandung air
dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan dalam suatu
pembawa.
A. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk
tidak mengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau
dalam 4 tipe yaitu basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat
c. Dasar salep
Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau,
3
Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk
dioleskan.
konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental,
salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah
harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari
menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau
f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga
merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan
4
II.2 ASPEK CPOB
1. MANAJEMEN MUTU
(Pemastian Mutu)
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang
2. PERSONALIA
5
3. BANGUNAN DAN FASILITAS
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
4. PERALATAN
bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala
6
6. PRODUKSI
7. PENGAWASAN MUTU
pemakaiannya.
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk
memuaskan
PEMASOK
7
perbaikan yang diperlukan. Dilakukan secara independen dan rinci oleh
penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan
spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus
memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan.
KEMBALI PRODUK
kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan
disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif
10. DOKUMENTASI
8
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
a. Spesifikasi
Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk antara
b. Dokumen Produksi
Pengemasan Induk)
Pengemasan Bets)
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab
9
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
8. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada
risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
9. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
10. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan
tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal
ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau
menyebabkan sensitisasi.
11. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi
label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah,
kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah
juga menyebutkan tahapan proses produksi.
12. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda
dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali
sangat membantu untuk menunjukkan status (misalnya: karantina,
diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
13. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat
lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung
dengan benar.
14. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan
tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan
bagian Pengawasan Mutu.
15. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.
12
III.2 ALUR PRODUKSI SEDIAAN SALEP BERDASARKAN CPOB
Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada
proses pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC
dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut
memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang
bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang
akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan
bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini
dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi
produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang
telah ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen
CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.
awalnya air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang
(Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang
telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah melewati
tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan
13
Pada alat ini proses pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga
tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di
lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,
koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk tersebut
melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali, proses ini bertujuan untuk
memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan dari kemasan.
kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk ruahan
untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat
Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah
14
Untuk mencegah ada sambungan mati (deadlegs), sambungan
hendaklah tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup.
a. Pemanasan, atau
b. Kimiawi.
mutu) tidak tercampur dengan bahan yang sama dari tangki pemasok
15
Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah
16
III.3 In Process Control
proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;
dan
17
Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama
proses produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan pada
bagian yang esensial pada proses pembuatan produk obat agar produk yang
memiliki kewenangan khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu obat
produk jadi. QC memastikan bahwa bahan, produk, dan metode dalam proses
produksi telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat
memenuhi persyaratan secara konsisten. Selain itu juga dilakukan kalibrasi dan
kualifikasi alat serta validasi terhadap metode analisa dan proses produksi.
Namun, tidak ada jaminan bahwa produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas
sebagaimana yang diinginkan. Kualitas produk harus dibangun sejak awal dan
18
Kontrol kualitas dari salep dan krim meliputi :
4. Uji proteksi.
6. Uji menyebar.
Pengujian bahan aktif meliputi, uji bobot jenis, uji rotasi optic, uji
2. Homogenitas
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
Daya serap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk
maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu
tertentu (umumnya 15-20) secara terus menerus atau dalam jangka waktu
Evaluasi kuantitatif dari jumlah air yang diserap dilakukan melalui perbedaan
bobot penimbangan (system mengandung air sitem bebas air ) atau dengan
19
penentuan kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya serap air akan
bilangan airnya.
4. Kandungan air
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air
digunakan ukuran kehilangan masa maksimal (%) yang dihitung pada saat
metode konvensional. Cara ini tidak dapat digunakan, jika bahan obat atau
bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak atsiri, fenol dan sebagainya).
5. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti,
melainkan hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang,
seperti sifat lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melalui sebuah
angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode berikut,
penetrometer.
6. Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada
kulit. Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
7. Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian ukuran partikel
dalam salep suspensi, melainkan hanya membatasi penggunaan serbuk halus
atau serbuk yang sangat halus. Pada salep mata suspense harus
diperhitungkan adanya persyaratan yang lebih ketat, meskipun berbagai
farmakope melakukan pembatasan tapi syaratnya berbeda-beda.(Akfar,
PIM/2010)
20
III.6 Tata Cara Memperoleh Sertifikat
biaya sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan
21
Pengawas Obat dan Makanan. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada
a. Sertifikat Baru
(RIP) kepada Kepala Badan. (2) Dalam jangka waktu 14 (empat belas)
22
dimaksud pada ayat (2) Kepala Badan menyampaikan evaluasi
b. Penerbitan Sertifikat
industri farmasi.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi harus
Tahun 2011 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik
B. Saran
mengharapkan adanya saran dan kritikan dari semua pihak baik dosen,
Yang Baik pada Sediaan Salep terdapat kesalahan dan kekurangan yang
terdapat di dalamnya
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta.
Anonim, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta
25