You are on page 1of 14
PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA PEMASUKAN TERDAHAP PENDAPATAN DAERAH Oleh: DWIPOERNOMO Makalah diskusi Bagian Hokum Administrasi Negara Vakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 3 Oktober 2001 PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA PEMASUKAN TERDAHAP PENDAPATAN DAERAH Oleh: DWIPOERNOMO ~"Makalah dishusi Bagion Hvikum Administrasi Negara Fakultas Hukam Universitas Diponegoro, Semarang, 3 Oktober 2001 ‘UPT-PUSTAK-UNDIP | | Wa. Dates. 2EYM/EY Ley | PENGATURAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM. RANGKA PEMASUKAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH Oleh: DwiPoernome A, PENDABULUAN Berdasarkan Undang-Undang Doser 1945 yang -menetapkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak dan lain-lain, harus ditetapkan dengan undang-undang, Sesuai dengan semangal Undang-Uudang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Veersh dan Undang-Undang Nomor 25 ‘Tahun 1999 tentang Perimbangan Keviangan antara Pemerintait Pusat dan Daerah, Anggaran Pendapsten dan Belanja Daorah bersumber dari Pendspatan Asli Daerah dan pentorimaan borupa Dana Perimbangan yang bersunber dari Anggaran Pondapatan dan Belanja Negara. Pendapatan Asli Daerah, yang antara Init berupa pajak dar retribusi daerah, dikarapkan menjadi salel sein sumber pembiayaan penyelengggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam cangka meningkatkan dan memeratokas keeojahteraan moasyarakat. Dengan demilian daersh mampu molaksanakan ofonomi, yaity mampu mengatur dan mengurus rumah tanggatya sendiri. Dengan kelvarlnya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Porubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, becisi ketentuan-ketentuan pokok yang memberiken pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan rotribust daetsh, sekaligue menetapkan pengaturan untuk menjamin penetasanapan proseduré umum perpajaican daerah dan retribusi daerah. Pajalt Daerah dan Pajok Nasional merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban mesyaraket sehingga perlu dijaga agar kebijakeanaan tersebut dapat memberiken beban yang adil. Sejalan dengan sistem perpajakan nasfonal, pembinnan pajak daerah dan retribusi daerah dflakuken secara terpadu dengan pajak nasional. Terutama mengenai obyek dam tarif pajak, sohinger antara pajalk pusat dan pajak dacrah saling melengkapi. ‘Meskipun beberapa jenis pajak daerah dan retribus} daerah eudal ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 34 tohun 2000, Daerah Kabupaten atau Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-aumber keuengannya dengan menetapkan jenis pajak dan retribusi selaisi yong telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat daorah yang bersangkutan, Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomer 22 Tain 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999, make penyolenggarann pemerintahan daerah dildinkan dengan memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah, Dengon berlakunya Undang-Uindang Nomor 22 tahun 1999, maka otonomi daerah alan beful-betul difaksanakan dengan penokanan pada daerah kabupaten dan kota. . Penyelenggarnan otonomi duerah dipandang porlu menekankan prinsip- prinsip demokrasi, peran serta maayarakat, pemeratann dan keadilan, dan akuntebitites sorta meinperhatikan potensi dan keenokaragaman daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daorah mesmpaken salah satu sumber pendapatan dacrah yang penting guna membiaysi penyenggaraan pemerintakan daerah dat pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daevah yang tune, ayata, dan bertanggung jawab. B, PERMASALAHAN Dari uraaian tersebut diaias dapat dikemukan permasalahan sebagai berikut : * Ragaimanakah Pengaturan Pajak Daerah dan Retribust Daerah dalam rangga memberikan masukan pada Pendapatan Daerah.“ ¢, PEMBAHASAN 1. Latar Belakang dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Sebeluin keluarnya Undang-Undang Nomor 22 taban 1999 tentang Pomerintahan Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerai diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997. Untuk menyesuaikan isi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang berkaitan dengan Otonomi Daerah, yang metekankan pada otonomi daerah Kabupaten dan kota, ataka Undang-Undang nomer 18 talun 1997, direvisi dengan berbagai perubahan,melaiui Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Vndang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dun Renibusi Daerah, Adapuin latar belakang dikehiarkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. adalah sebagai beckut : 1. Momberikan kewor2gan yang lebih lux, ayata, bertanggung jawab kepada daerah 2, Momantapkan etonomi daerah karena pajak dan retribusi daerah merupakan salah salu sumber pendapatan daerah yang pentiag 3. Untuk menekankan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan ‘keadilan, memanfaatkan potensi dan keanekaragaman daerah 2. Pengertian - Pengertian Yang Berkaitan dengan Pajak Daerah Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, diatur berbagai pengertian yang berkaitan dengan Palak Daerah, antara lait: : 1, Daerah Otonom adalah : kesatuan masyarakat hukum yang imempunyai batae daeralt tertenta Gerwenang mengatur daan mongurus kepentingan masyarakat menurot prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ‘katan negara kesatuan RI 2. Pemerintah Daerah adalah : Kepala Daerah dan perangkat daerah sebagai badan ekeekentig 3. Pajak Daerah adalah adaslah : Turan wajit yang dilakukan oleh orang / badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dapat dipaksakan, digunaken wntuk membinyai penyelenggaraan dan pembangunan daeroh ( Pasal / angka 6 ) 4. Pemunguian adalah adalah : rangkeian kegintan dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak atau retribusi, penentuan besarnya yang terutang, penangihan kepada wajib pajak, serta pengawasannya 5. SPTPD adalah : Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkas perhitungan pembayaran pajak, obyek pajak atau bukan obyek pajak, harta dan kewajiban menurut ketenivan perundang-undangan perpajakan deerah, 6, SSPD adalah : Surat Setoran Pajak Daerah oleh Wajib Pajak digunakan untuk molakukan pembayaran pajak terutang ke Kas Daerah 7. Surat Tagihan Pajsk Daerah (STPD ) adalah : Surat untuk melaktkan tagihan pajak danvatan saksi administrasi betupa butiga dan alau denda 8, Masa Pajak adalah : Jangke waktu yang lamanya 1 ( satu) bulan atau jangka walt sin yang ditetapkan oleh Kepala Dagrah 9. SKPD adalah : Surat Ketetapan Pajak Daerah Surat ketetapan pajak yang menetukan bosamiya jumtah pokok pajak 10, Subyek pajak adalah : Orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah 11, Wajib pajak adalah : Orang pribadi atx badan yang menurut perundang-undaangan perpajakan daerah diwajibkan ‘untuk metaicukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemiungut atau pemotong pajak tertentu. 3. Jenis Pajak Daerah Jenig Pajak Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, adaish jenis Pajak Daerah untuk Daerah Propinsi dan Jenig Pajed Daerah untuk Daerah Kabupaten dan Kota, Dalam pasal 2 ayot (1), pasal 3 ayat (1), pasal 2A ayat (1), disebutken Jenis Pajak Daerah dan besamya tarif pajak daorah dan pembagian hasil ‘kepadn daeral Kabupaten dan Kota, Jenis Pajak Dacrah Propinst ada 4 Jenis, yaltu : 1, Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas ait, Tarif paling tinggi adalah 5 %, hasilnya diserahkan ke kabupaten dan kota, paling sodikit 30% Bea Balik nama Kendaraaa bermotor dan fendaraan distas sit, tarif paling tinggi adalah 10%, nsilnya diserahkan ke kabupaten dan kota , paling sedikit 30% Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, tarif paling tinggi adalah 5 %, hasiinya disoratikan ke Kabupaten dan kota, paling sedikit 70% Pajak pengambiten dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permuknan, teeif paling tinggi adalah 20%, fiasilnya diserahkan ke Kabupaten dan kota paling sedikit 70.% -- Jonis Pajak Daersh untuk Kebupaten dan Kota dan besamya tarif, serta pembagian hasit dari Kebupaten kepada desa diwilayahnya, dfatur dalam pasal 2 ayat (2), pasal 3 ayat (1), pasal 2A ayat (2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. denis Pajak Daerah untuk Daerah Kabupaten dan Kota ada 7 jenis, yaitu Pajak Hotel, tarif paling tinggi adalsh 10 %, dari Kabupaten hasiinya diserelkan ‘kepada desa di wilahnya paling sedikit 10% 2, Pajak Restoran , tarif paling tinggi adatah 10 %, dari Kabupaten hasilnya paling sedilit 10% diserahkan ke desa di wilayahnya. 3. Pajak Hiburan, tarif paling tinggi adalah 35 %, dari Kabupaten hasilnya diserahkan ke dosa di wilaayshnya paling sedikit 10% 4. Pajal Reklame, tarif paling tinggs adalah 28 %, dari Kabupaten hasilnya diserabkan ice dosa di wilayahnya paling sedikit 10% . Pajak Penerangan Satan, sovif paling tinggi adalah 10 %, dari Kabupaten hasilaya diserahkan ke desa di wilayahnya paling sedikit 10 % 6, Rojak Pengambilen Bahan Galian golongan C, tari paling tinggi adalah 20%, dari Kobupaten hasilaya diserahlean ke desa di wilayahnya paling sedikit 19% 7, Pajak Parkir, tarif paling tinggi adalah 20 %, davi Kabupaten hasilaya diserahkan ke dlesa di wilayahnya paling sedikit 10 % Penjelasan mongenai pongertian jenis-jenis pajok daorah, baik Pajok Daerah Propinsi maupun Pajak Daerah Kabupaten dan Kota, adalah sebagai berilaut + Pajak Daerah Propinsi: Pajak Kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah : pajale atus kepemilikan dan/atan pengauasan kendaraan tersebut Kendaran bermotor adalah roda dua atau lebih beserta gandengannya digeraken ofch fenaga teknile berupa motor. Pajak Bea Balik nana Kendaraan Bermotor adalah : pajak alas penyerahan hak milik sebogai akibat adanya pesjaniian jual boli, tkar menukar, hibah, warisan, atm pemasukon ke datam badan wsaha, Pajak bahan dakar kendaraan bermotor adalah : pajak alas bahan bakar yang, digunakan untuk kendaraan bertaoter. Pajek Pengarbilan da Pemanfaatan Alr Bawah Tanah dan Alr Permukaan adalah : pajok atas pengambitan air yang digunalean bagi orong pribadi atau badan usshe, kecuali ‘untuk keperivan dasr rumah tangea. dan pertaninn rakyat. Untuk Pajak Daeralt Kabupsten dan Kota: Pajak Hotel adalab < pajak afas pelayanan hotel. Hotel adalah : banguean yang khusus untuk menginap, memperoleh pelayaian dan fasititas lninnya dengan dipanget bayaran kecuali unin: portakoan dan yereuntoran, bala alas pelayanan sextoran 2 fempat meayantap makanay / minuman dengan dipunent ‘ayaran, Tidak tormiasnt jase byes atau hcdoring. Feiak hiburan adalah : pajak atas penyelenggaraan hiburan iburan adalah ; semua jenis pertunjuken, permaianan, permainnn ketangkasan, eramaian, dengau nama dan bentuk apapun yang ditonton dengan dipungut bayaran. “Tidak termasuk fasitites untuk berolsh cage, Pajak reklame adalat: pajal atas peayelenggraan reklame Reklame aduich ; benda, alot, perbustan atau media untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalken, menganjurkan, mennujikon barang, jasa atou orang , yang dapat dilihot, dibaca, didenger dari swat tempat olel ustum, keoweli yang dilehukan ofeh pemuerintah, Pajak Penerangan Jalan adalah : pajal nts penggunaar tenaga listrik, bahwa didaerah lersebut tersedia penernngan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintal dacrah. Pajak Pengambilan Bahan Bahan Galign Golongan C adalah ; pajak atas kegiatan pengamnbilon bahan galian golongan C Pajak Parkir adaloh : pajak alas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan ole orang pribadi / badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, mauput sebagai suatu usaha, termasuk tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan ‘venmotor yang memungut baysran, Disamping Jenis Pajak Daerah yang telah ditetapkan untuk Dasrah Propinst ( 4 jenis pajak daerah ) dan Daerah Kebupaten dan Kota ( 7 jenis pajak daerah ), masih ian daerah Kabupaten dan Kota, memungut jenis pajak daesh baru, asalkan ‘on dengan kreteria yang dialur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. ‘asat 2 ayat (4), UU Nomor 34 tahem 2000, menyebutkan bahwa disamping gafak svdah ditetapka tersebut daerah Kabupaten / kota dapat menetapakn PERDA tentang Pajak Daerah, dengan kreteria : 1, Bersifat pajak dan bukan retribusi 2. Obyok pajak tecletak di wilayahnya dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah yang hanya melayani masyarakat di wilayahnya Obyek dan dasar pengenaan tidak bertentangan dengan kepentingan umunt Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak propinsi atau pajak pusat Potensinya memadai ‘Tidak memberiken dampak ekonomi yang negatif’ Mempertatikan aspek koadilan dan kemeamptian masyarakat Menjaga ketestarian linglungen see ee Juga dalam pembuatan Peraturan Daerah ( PERDA ) mengenai pajnk daerah, trarus pula berisi hal-hal yang sudah ditetapkan dalam Pasal 4 ayat ( 3 ) Undang-Undang Nomor 34 ‘Tahun 2090, yaitn mengaltr mengenai : ‘Nama obyek dan subyek pajak Dasar pengonaan, tarif, dan cara penghitongan pajak Wilayah pemungutan Masa pajak Ponetapan Tata cara pembayaran dan penagihan Kedaluwarsa Sanksi administrast Tanggal mutai berlakunya pep ee a 4, Pengertian Retiibusi Daerah Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Releibusi Daerah dan Undang-Undang Nomor. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomar 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Dacrsh, Pengrertian-pengertinn yang bérkaitan dengan retribusi daerah distur dalam Pasal 1 Undang-Undang No, 34 Tahun 2000, antare fain : 1. Retribusi Daerah adalah : pungutan daérait sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang Khusns disediakan dan atau diborikan oleh pemerintah daorah untuk kepentingsn orang pribedi atau badan. 2. Jasa adalsh : kegiatan pemerintah daeeah berupa usaha dan pelayanan yang menychabkn barang faites alsu Kemanfastan dainnya yang dapat diuikmati ofch covang atau badau. Jasa Umum adaish : jasa yong divediaken oleh pemerintah daerah untuk tujoan kepentingan dan kemanfiatan umum serta dapat dinikinati oleh orang pribadi sta dada, 4, Jasn Usaha adalah : jase yag divediakan oleh pemerintah daerah dalam rangka in kepada orang pribadi atau badan yang dimasudkan untuk pembinaan, pemberian i pengaturan, pengendalian dan pengewasan alas Kegintan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya sina, baraag, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna roclindungi kepentingnn umum dan menjaga kelestarian Jingkungan. 5. Wajib Retribusi adalah : orang / badan éiwajibkin untuk welakukan pembayaran retribusi ,sormasuk permgutan atan pemotongan retribusi tersebut. 6. Masa retribusi adalah : auntu jangke waktu fertontu yang merupakan batas wakty bop wajib retribusi untuk momanfuetkan jasa dan perizinan tectentu dari pemerintah daerah yang bersanghtan, 4. Surst Setoran Retribusi Daerah ( S8RD ) adalah = surat yang oleh wajib vetcibusi digunokan untuk melakuken pembayaran staa penyetoran yong terutang ke. kes aerah, 8. Sura! Ketelapan Retribusi Daerah ( SKRD ) adalah : surat Ketetapan Retcibusi yang menentukan besernya pokok retribusi. 9. Surat Tagiban Retribuel Daerah ( STRD ) adalah : swat untuk melakukan tagiben cetribuoi dan atan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga Dalam Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang No. 34 Th 2000, reteibusi daerah di menjadi tiga (3) golongan, yaitu : & Retribusi Jasa Uram b, Rotribusi Jusa Usaba ©. Retribusi Porijinan Tectenta Contoh : Retribusi Jnsa Umum, seperti: pelayanan Kesehatan, sampab Retribusi Jasa Usala, seperti : penyewaan aset yang dimiliki/dikuasai pemetinta daerah, penyediaan tempat pengivipan, usoha bengkel kencarnan, tempat pencucian mobil, penjualan bibit Rotribus! perijinan tertentu untuk mengganti bieya pombinaan, pengaturanm pengendatien, pengawasan yang diperiukan karena teloh dikeluarkannya ijin tertentu, Contoh : jin mendirikan baagunan, ijin peruntukan penggunaan tanah. 5. Dana Perimbangan dari Penerimaan Pajak Supaya duerak Kabupaten dan Kota dapat menikmati hasil pajek pusat, yang dipungut di daerah Kabupaten dan Kota, Juga supaya daerah mendapat bagian dari pajak pusat dalam rangka untuk menambah pendapatan daerak. Peluksanaan otonomi daeralt monjadiian daerah memerlutcan dws é bioyn yong, flat sedikit untuk: penyelenggarana pewerinabat dan pembangunan di daeralaya, Uatuk ituiah dipertakas dana yorinbangan dai pou-simoan pajak, ante: « pemerintah pusat dan pemerinniah daerah, Pajak Pusat yang hasilnya dibagi ke dasvah adatah : 1, Pajak Bumi dan Bangunan 2, Bea Perolehan Hak Atas ‘Tanah Dasar hnkum adanya dana perimbangen antara pemerintah pusat dan dacrah dari penerimaan paink adalah Undang-Undang No. 25 Talwn 1999 tentang Porimbangan Keuangan Antara Pemerintsh pusat dan Daerah Dengan peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Dalam Pagal 2 uyat (1) dan ayat ( 2 ) Peraturan Poomerintalk Nomor 104 Tahun 2000, dietur anengenai : Penerimaan dari PBB dibagi: a. 10% untuk pemerintak pusat, yang kemudian dibagi menjadi ; ( Pasal 4 ayat 3) - 65 dibagi secara merata ke seluruh Kabupatervkota di seluruh IND = 35 % dibagikan sebagai insentif kepada Kabupaten/kota yang realisasi penetimaan PBB sektor pedesnan dan perkotaan berhasil melampaui rencana penerimaan . 90 96 untuk daerah, bagian daerah dibngi lagi menjadi = = 16, 2% untuk daerah Propins - 64, 8 % untuk daerak Kabupaten dan Kota ¢.9% untuk biaya pemungutan Dalam Pasal $ ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000, diatur mengenai : Pencrimasn dari Bea Perolehan Hak Atas tanah di bagi: a, 20% untuk Pemerintah Pusat b. 80% untuk daerah selanjutnya dibagi : - 16% antuk daerah Propinsi + 64% untuk dacrah Kabupaten dan. Kota D. PENUTUP Dari uraian tersebut di ates dapat disimpulican hal-hal sebagai berilat : 1. Dengan adanya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta pembagian hasil dari beberapa jenis pajak pusat, daerah sedapat mungkin meiaksanakan otonomi yang! Juas, nyata dan bertanggungjawab, daalam rangka penyelenggarana pemerintahan daerah dan pembangunan dacrah. 2. Polensi yang ada di daerah Propinsi, daerah Kabupaten dan Kota masih memadai untule pemungutan 4 jenis pajak daerah untuk Daerah Propinsi dan 7 jenis pajak daeral untuk daerah Kabupaten dan Kota, Disamping itt mnasih dimungkinkan adanya, pengembangan jenis pajak baru untuk daerah Kabupaten dan Kota 10 3. Tigajenis golongan Retribusi yang sudah ditetapkan memungkinknn daerelt Propinsi, dastah Kabupaten dan Kota untuk melaksanaken pemungitan, karena potensi jenis- Jenis cotvibusi torsebut relatif ada disetiep daetah, 4. Pembagian dana perimbangan dui pemerintsh pucat kepada daerah relatif memadai nian culeap besae, semnakin becar hasi! pajak pusnt yang dipungut di daernh, maka semmakin bosar pula perolelan pembsgian dari hasil pajak pusat fersebut, kepada daerah. u DAFTAR PUSTAKA + Brotodiharjo, Santoso, R, 1991, Pengantar Hmu Hiekum Pajak, Bandung : Fresco - Mardiasma, 2001, Perpajakan, edist revisi Tahun 2001, Yogyakarta : Penerbit Andi = Munawir, HS, 1998, Perpajakan, Yogyakarta : Liberty. . - Muqodim, 1999, Perpajakan Buku Satu, Yogyakarta : UI Press dan Ekonisia + Suandy Erly, 2000, Haku Pajak, Jakarta : Penerbit Salemba Empat. ~ Supriaddy, Bratakusumah, ‘D, dan Dadang Solihin, 2001, Otaromé Peny elenggaraan Pemerintahan Daerah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. - Soejito, Irawan, 1990, Mubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintak Daerah, Jakarta : Rineka Cipta, - Yudoyono, Bambang, 2001, Otenomi Daerah, Jakarta : Pustaka Sinar Harapen. Poraturan perundang-undangan : 1, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Kenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah 3, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retrlotist Daerah ”

You might also like