You are on page 1of 15

Struktur dan Mekanisme Pencernaan pada Intestinum Tenue

Indra Fransis Liong


102013166
indrafransisliong@yahoo.com
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

PENDAHULUAN

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan


dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan
kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan
menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam tubuh.

Agar makanan yang kita makan dapat di serap di usus halus, maka makanan itu harus di
ubah menjadi bentuk sederhana melalui proses pencernaan, zat makanan yang mengalami proses
pencernaan di dalam tubuh adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan unsur-unsur
mineral, vitamin, dan air tidak mengalami proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia
dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu proses pencernaan secara mekanik dan kimiawi
(enzimatis). Saat kalian mengunyah makanan seperti nasi, roti, umbi dan pisang berarti proses
pencernaan mekanik (fisik) sedang berlangsung. Dan, proses pencernaan mekanik adalah proses
perubahan makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk kecil atau halus. Pada manusia
dan mamalia umumnya proses pencernaan mekanik dilakukan dengan menggunakan gigi.
Berarti, proses pencernaan kimiawi pun sedang terjadi. Dan proses pencernaan kimiawi adalah
proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan
menggunakan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang berfungsi
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.

1
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan
yang kita makan. Alat pencernaan makanan dapat di bedakan atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan.

Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut
(kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar
(kolon), dan anus. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses
pencernaan kimiawi. Kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas.

PEMBAHASAN

Skenario 6

Seorang perempuan berusia 22 tahun datang ke dokter dengan keluhan demam naik-turun,
demam terutama dirasakan pada sore hari. Selain itu iya juga merasa lemas dan mulut terasa
pahit. Ia mempunyai kebiasaan makan/jajan di pinggir jalan. Dokter yang memeriksa
mendiagnosis dirinya menderita demam typhoid.

Rumusan Masalah

Seorang perempuan 22 tahun menderita demam thypoid.

Tujuan

- Mampu menjelaskan anatomi dan histologi organ pencernaan (usus halus)


- Mampu menjelaskan vaskularisasi dan innervasi usus halus
- Mampu menjelaskan perbedaan jejenum dan ileum
- Mampu menjelaskan mekanisme pencernaan usus halus
- Mampu menjelaskan enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan usus halus.

Makroskopis Intestinum Tenue (usus halus)


Usus halus atau intestinum tenue adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang

2
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),
lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri
dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).

Duodenum:

Terletak diregio epigastrica dan umbilicalis, berbentuk seperti tabung seperti huruf C
sepanjang 25 cm menghubungkan gaster dengan jejenum. Usus ini menerima duktus
choledochus dan duktus pankreaticus. Adalah bagian pertama intestinum tenue dan juga yang
terpendek. Dibagi lagi menjadi empat bagian:

Pars superior: pendek (5 cm) dan terletak di anterolateralis corpus vertebrae L1, 2 cm
pertama mudah bergerak disebut ampula (duodenal cap)
Pars descenden: (7-10 cm) turun sepanjang kanan vertebrae L1-LIII
Pars horizontalis panjang 6-8 cm dan menyusuri LIII
Pars ascenden: 5 cm, mulai dari kiri vertebra LIII naik sampai vertebra LII.2
Vaskularisasi:

o Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis superior

o Arteri dan vena Pancreaticoduodenalis inferior

3
Persarafan:

o N. Symphaticus dan Parasymphaticus

Jujenum dan ileum: merupakan organ intraperitoneal yang mempunyai panjang 6-7m.
Dua perlima bagiannya adalah jejunum, sedangkan sisanya adalah ileum. Sebagian besar
jejunum terletak di kuadran kiri atas (di regio abdominalis sinistra), sedangkan sebagian besar
ileum terletak di kuadrant kanan bawah (regio abdominalis dexter). Ileum pars terminalis
terdapat di bagian pelvis, dari sini ileum akan naik kemudian bermuara di medialis caecum.
Keduanya digantung oleh mesostenium.2
Vaskularisasi

o Arteri mesenterica superior

o Arteri ileocolica

o Aliran darah vena bermuara ke vena mesenterica superior

Persarafan

o Simpatik dan parasimpatikrica superior dr medulla spinalis segmen thoracal VI XII

Mikroskopis Intestinum Tenue

Intestinum tenue merupakan bagian tractus digestivus di antara ventriculus dan intestinum
crassum, seluruhnya ada sekitar 6 meter panjangnya. Intestinum tenue atau usus halus ini
dibedakan dalam 3 segmen berturut-turut yaitu :

Epitelnya terdiri dari selapis toraks dan sel goblet. Sel torak pada bagian apikalnya terdapat
brush border/mikrovili yang berfungsi untuk memperluas permukaan absorptif dan juga
mengandung sel-sel pencernaan. Semakin ke distal, sel goblet semakin banyak. Terdapat vili
intestinalis. Sepanjang mukosa terdapat glandula intestinalis (cryptus Lieberkuhn), tubulosa

4
simpleks, yang bermuara diantar vili intestinalis. Pada dasar cryptus terdapat sel paneth, di
bagian apikalnya mengandung granula eosinofilia. Sel-sel crytus berfungsi menggantikan sel-sel
epitel permukaan yang rusak. Dibagi dalam 3 daerah yakni:

Duodenum

Terdapat kelenjar Bruner, mukus, dan kompleks tubulosa bercabang. Bentuk vili intestinalis
berbentuk lebar.

Jejunum

Tidak terdapat kelejar Bruner ataupun agmina peyeri. Plica sirkularis Kerckringi tinggi-tinggi.
Vili intestinalis berbentuk budar seperti lidah.

Illeum

Terdapat agregat limfonodus atau agmina peyeri/ Plaque Peyeri di lamina propria meluas ke
tunica submukosa. Vili instetinalisnya berbentuk jari-jari.

Dindingnya :

A. Tunika mucosa

Untuk memenuhi fungsi utama yaitu absorbsi makanan, maka perlu perluasan dari permukaan
tunika mucosa. Perluasan tersebut dilaksanakan dalam beberapa tingkat :

Lipatan-lipatan tunika mucosa sampai tunika submucosa, yang melingkar-lingkar yang disebut
plica circularis atau valvula kerckingi (mirip lipatan).

Lipatan ini merupakan bangunan yang tetap yang tidak berubah karena pembesaran usus.
Lipatan tersebut dimulai 5cm distal dari pylorus yang makin membesar dan paling besar pada
akhir duodenum dan awal jejunum dan makin merendah sampai pada pertengahan ileum
menghilang.

Vili intestinalis

5
Merupakan penonjolan tunika mukosa dengan panjang 0,5 1,5 mm. Yang meliputi seluruh
permukaan tunica mucosa. Di daerah ileum agak jarang, tersusun sebagai jari-jari, pada dasar vili
terdapat muara kelenjar usus yang disebut glandula intestinalis liberkuhn atau crypta lieberkuhn.

Microvili

Dengan adanya microvili, maka luas permukaan diperbesar sekitar 30x. Pada permukaan sel-sel
epitel gambaran bergaris-garis yang disebut striated border, yang merupakan tonjolan
sitoplasmatis diliputi membrane sel.

Epitel

Bentuk epitel silindris selapis

Oleh vili intestinalis dan glandula dibagi 4 sel, yaitu :

a) Sel absorbtif

- Berbentuk silindris dengan tinggi 20 26

- Bentuk inti ovoid pada basal sel

- Pada permukaan bebas terdapat microvili

- Enzim pencernaan amylase dan protease diserap oleh selubung glukoprotein hingga pencernaan
dapat terjadi dalam lumen usus dan permukaan microvili

- Dalam microvili terdapat filamen-filamen halus yang penting dan sintesa trigliseride untuk
proses absorbsi lemak.

b) Sel piala/goblet sel

- Merupakan sel uniseluler yang menghasilkan mucin.

6
- Sitoplasma merupakan lapisan yang tipis untuk melindungi lapisan secret tersebut sebagai
plica.

- Ruangan yang dibatasi oleh plica tersebut berisi tetes-tetes mucigen.

c) Sel argentafis

- Sangat umum ditemukan dalam epitel duodenum

- Sangat banyak pada epitel appendix

d) Sel paneth

- Berkelompok dalam jumlah kecil di dasar crypta lieberkuhn

- Bentuk sel seperti pyramid, inti bulat pada dasarnya.

- Sitoplasma terlihat basofil, granular reticulum endoplasma lebih banyak.

- Menghasilkan peptidase, losozim

Lamina propria

- Merupakan jaringan pengikat yang mengisi celah-celah di antara crypta lieberkuhn

- Mengandung serabut reticuler dan elastis

- Terdapat sel makrofag, limfosit, plasmosit, dan leukosit

- Nodus limfaticus lebih banyak, sebesar 0,6 3 mm sepanjang usus.

- Pada ileum sebagai nodus limfaticus paling besar plaques peyeri.

Lamina muscularis

Terdiri atas 2 lapisan, yaitu :

7
- Stratum circulare di sebelah dalam

- Stratum longitudinal di sebelah luar

B. Tunika submucosa

Merupakan jaringan ikat padat yang banyak mengandung serabut elastis. Di dalamnya terdapat
pula kelompok-kelompok sel lemak. Terdapat anyaman saraf sebagai plexus nervosus,
submucosa meisseri.

Gambaran khusus tunika submucosa ada 2, yaitu:

a. Plica circularis

- Merupakan lipatan yang diikuti oleh lapisan dinding usus sampai tunika submucosa untuk
memperluas permukaan usus.

- Terdapat 800 lipatan melingkar sabagai cincin yang tidak sempurna di sepanjang intestinum.

b. Glandula duodenalis bruneri

- Pars terminalis berbentuk tubuler yang bercabang dan bergelung.

- Ductus excretorius akan menembus lamina muscularis dan bermuara pada crypta lieberkuhn.

- Pada 2/3 distal duodenum kelenjar tersebut akan berkurang kemudian menghilang.

C. Tunika muscularis

Terdiri atas 2 lapisan serabut otot polos :

Stratum circulare di sebelah dalam

Stratum longitudinal di sebelah luar

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat plexus myentericus aurbach

8
D. Tunika serosa

Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan peritoneum viscerale

Mekanisme Pencernaan pada Usus Halus

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan
tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi)
merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan.

Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan
mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus. Beberapa senti pertama dari lapisan
duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan
tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili menyebabkan bertambahnya permukaan
dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat gizi yang diserap.

Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan ileum.

Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.

Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-lipatan, vili
dan mikrovili. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap
ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Kepadatan dari isi usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui
usus halus. Di dalam duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan

9
keasaman lambung. Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena
mengandung air, lendir dan enzim-enzim pankreatik.6

Motilitas berarti kontraksi otot yang mencampur dan mendorong maju isi saluran cerna.
Pada proses ini terdapat dua jenis motilitas, yakni propulsif dan mencampur. Gerakan propulsif
mendorong maju isi saluran cerna dengan kecepatan bervariasi tergantung pada fungsi saluran
cerna tersebut. Gerakan mencampur merupakan gerakan yang memiliki fungsi ganda, yakni
mencampur makanan dengan getah pencernaan dan mempermudah penyerapan dengan
emajankan semua bagian isi saluran cerna ke permukaan serap saluran cerna. Pergerakan terjadi
terutama adalah karena adanya otot polos, kecuali pada saluran di ujung mulut, pangkal
esofagus, dan anus, dimana masih ada peran otot rangka. Karena itu tindakan seperti mengunyah,
menelan, dan defekasi merupakan tindakan volunter, karena dikontrol secara sadar. Sekresi
adalah pengeluaran sejumlah getah pencernaan ke lumen saluran cerna. Getah pencernaan
tersebut diproduksi oleh kelenjar eksokrin, dan jenis yang disekresikan bergantung pada fungsi
saluran cernanya. Sekresi yang digunakan untuk pencernaan lemak adalah sekresi lipase dari
pancreas dan dibantu oleh empedu dari hati

Pencernaan adalah penguraian biokimiawi struktur kompleks makanan menjadi satuan-


satuan yang lebih kecil oleh enzim pencernaan, supaya dapat diserap oleh tubuh. Lemak yang
paling banyak di dalam makanan sehari-hari adalah trigliserida, yang tiap molekulnya terdiri dari
sebuah inti gliserol dan tiga asam lemak. Penyerapan adalah proses dimana hasil pemecahan dari
pencernaan diserap oleh tubuh. Air, vitamin, hasil pemecahan, dan elektrolit akan dipindahkan
dari lumen saluran cerna ke darah, kecuali lemak yang akan dibawa ke saluran limfe

Pada usus halus hanya terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas yang dilepaskan ke
usus halus.

Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

Disakaridase, menguraikan disakarida menjadi monosakarida

Erepsinogen, yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin. Erepsin mengubah
pepton menjadi asam amino.

10
Hormon Sekretin, merangsang kelenjar pancreas mengeluarkan senyawa kimia yang
dihasilkan ke usus halus

Hormon CCK (Kolesistokinin), merangsang hati untuk mengeluarkan cairan empedu ke


dalam usus halus.

Pencernaan makanan secara kimiawi pada usus halus terjadi pada suasana basa. Prosesnya
sebagai berikut:

a. Makanan yang berasal dari lambung dan bersuasana asam akan dinetralkan oleh bikarbonat
dari pancreas.

b. Makanan yang kini berada di usus halus kemudian dicerna sesuai kandungan zatnya. Makanan
dari kelompok karbohidrat akan dicerna oleh amylase pancreas menjadi disakarida. Disakarida
kemudian diuraikan oleh disakaridase menjadi monosakarida, yaitu glukosa. Glukaosa hasil
pencernaan kemudian diserap usus halus, dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.

c. Makanan dari kelompok protein setelah dilambung dicerna menjadi pepton, maka pepton akan
diuraikan oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan erepsin menjadi asam amino. Asam amino
kemudian diserap usus dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh peredaran darah.

d. Makanan dari kelompok lemak, pertama-tama akan dilarutkan (diemulsifikasi) oleh cairan
empedu yang dihasilkan hati menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Droplet lemak
kemudian diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan
gliserol kemudian diserap usus dan diedarkan menuju jantung oleh pembuluh limfe.

Usus halus merupakan saluran pencernaan terpanjang yang terdiri dari 3 bagian yaitu usus dua
belas jari, usus kosong, dan usus penyerapan.

Usus Dua Belas Jari (DUODENUM)

Bagian usus ini disebut usus dua belas jari karena panjangnya sekitar 12 jari berjajar parallel.

11
Di dalam dindin usus dua belas jari terdapatmuara saluran bersama dari kantong empedu
berisi empedu yang dihasilkan oleh hati.
Berguna untuk mengemulsikan lemak.
Empedu berwarna kehijauan dan berasa pahit.
Pankreas terletak di bawah lambung dan menghasilkan getah pankreas.
Getah pankreas mengandung enzim amilase, tripsinogen, dan lipase. Amilase mengubah zat
tepung menjadi gula.
Tripsinogen merupakan enzim yang belum aktifnamun dapat diaktifkan terlebih dahulu oleh
enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus halus.
Enzim enterokinase mengubah tripsinogen menjadi tirpsin yang aktif.
Tripsin mengubah protein menjadi peptide dan asam amino.
Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Zat-zat hasil pencernaan tersebut mudah terserap oleh dinding usus melalui proses difusi dan
osmosis.
Zat-zat yang belum teruraikan dapat memasuki membran sel usus melalui transport aktif.

Usus Kosong ( JEJENUM)

Panjang usus kosong antara 1,5 sampai 1,75 m. di dalam usus ini makanan mengalami
pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus.
Usus kosong menghasilkan getah usus yang mengandung lendir dan bermacam-macam
enzim.
Enzim-enzim tersebut tersebut dapat memecah molekul makanan menjadi lebih sederhana.
Di dalam usus ini makanan menjadi bubur yang lumat dan encer.

Usus Penyerapan (ILLEUM)

Usus penyerapan panjangnya antara 0,75 sampai 3,5 m. di dalam usus ini terjadi penyerapan
sari-sari makanan.
Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot usus atau vili.
Jonjot usus menyebabkan permukaan permukaan ileum menjadi luas sehingga proses
penyerapan sari makanan dapat berjalan baik.

12
Penyerapan sari makanan oleh usus halus disebut absorpsi.

Makanan yang mengalami pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein, dan lemak.

Hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah glukosa,


Hasil akhir pencernaan protein menjadi asam amino,
Hasil akhir pencernaan lemak menjadi asam lemak dsan gliserol.
Vitamin dan mineral tidak mengalami proses pencernaan.
Glukosa, asam amino, vitamin, dan mineral masuk ke dalam pembuluh darah kapiler yang
ada dalam jonjot usus.
Sari makanan dialirkan bersama makanan melalui pembuluh darah menuju kehati.
Glukosa sebagian disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen yang tidak larut dalam air.
Sebagian sari makanan yang lain di edarkan ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah.
Asam lemak dan gliserol diangkut melalui pembuluh limf karena ukuran molekulnya cukup
besar.
Pembuluh limf adalah pembuluh limfa atau pembuluh getah bening yang ada di daerah usus.
Selanjutnya pembuluh limf akan bergabung dengan pembuluh limf lainnya dan akhirnya
bermuara pada pembuluh getah bening di bawah tulang selangkangan.

Enzim-enzim Pencernaan pada Usus Halus

Getah usus halus mengandung enzim sukrase, maltase, laktase, peptidase, enterokinase, erepsin,
dan lipase. Adapun fungsinya sebagai berikut:

1. Enzim sukrase berfungsi mencerna sukrosa menjadi glukosa dan frukrosa

2. Enzim maltase berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa

3. Enzim laktase berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa

13
4. Enzim peptidase berfungsi mengubah polipeptida menjadi asam amino

5. Enzim enterokinase berfungsi mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan oleh pankreas

6. Enzim erepsin berfungsi mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam amino

7. Enzim lipase berfungsi mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol

Kesimpulan

Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum olis),
kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar (kolon),
dan anus. Namun pada kasus ini hanya usus halus yang dibahas. Dimana usus halus adalah
saluran pencernaan yang berada diantara lambung dan usus besar. Usus halus dibagi menjadi 3
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Pada skenario didapatkan bahwa perempuan 22 tahun
menderita demam typhoid, dimana penyakit ini akan menyerang system pencernaan yaitu usus
halus. Lebih tepatnya menyerang bagian ileum.

14
Daftar Pustaka

1. Perry dan Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Diktat Anatomi, ed. 2011, Laboratorium Anatomi FK Unissula.
3. Dasar Teori Laporan Biokimia Sistem Pencernaan, Laboratorium Biokimia FK Unissula
4. Fried, Goerge H. 2005. Schaums Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
5. Nana, dkk. 2009. Buku Sakti. Yogyakarta: Kendi Mas Media.
6. Piliang, Wiranda G. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Bogor: IPB Press.
7. Winatasasmita, Djamhur. 1992. MATERI Pokok Biologi Umum. Jakarta: Universitas
Terbuka.
8. Yatim, wildan. 1996. Histologi biologi modern. Bandung: Tarsito

15

You might also like