Professional Documents
Culture Documents
23
24
berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya bisa mencapai 120 cm. Kepala patin
relatif kecil dengan bukan diujung kepala disebelah bawah. Pada sudut mulutnya
terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai peraba. Ikan patin memiliki
keunggulan tersendiri, yaitu memiliki fekunditas yang tinggi, bersifat omnivora,
laju pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diproduksi secara masal, tidak besisik,
durinya relatif sedikit dan dagingnya putih kemerahan serta mudah dikuliti
sehingga reatif mudah dibuat fillet yang baik.
`
25
Bahan pengemas yang digunakan oleh CV. Karunia Mitra Makmur yaitu
Master Carton, plastik PE, kardus, dan lain-lain. Gambar tempat pengemasan dan
Labeling dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini.
`
26
Proses pembekuan ikan patin yang dilakukan di PT. CV. Karunia Mitra
Makmur adalah sebagai berikut :
TIMBANG 1 (Weighing)
PENCUCIAN 1 (Washing 1)
TAMPUNG
KEPALA dan TULANG/DURI FILLET
POTONG (Cutting)
TIMBANG 2 (Weighing)
PENCUCIAN 2 (Washing 2)
PENYUSUNAN PRODUK
PEMBEKUAN (Freezing)
GLAZING
PENGEMASAN (Packaging)
`
27
A B C
Gambar 3.5 Pengeluaran Bahan Baku (A), Sortasi (B), Pengecekan (C)
`
28
dengan penambahan es setiap 4 susunan sebelum bahan baku diproses. Jika bahan
baku sebelumnya telah habis maka bahan baku yang datang tersebut dapat langsung
dilakukan proses selanjutnya. Proses penimbangan dan penyimpanan pada bak
penampung dapat dilihar pada Gambar 3.6 berikut ini.
A B C
A B
3.3.4 Filleting
Bahan baku kemudian dilakukan proses fillet, dimana filleting adalah suatu
cara untuk memisahkan daging dari kepala, tulang, dan jeroan. Sebelum itu, ikan
dilakukan pencucian dengan menyiramkan air pada basket yang berisi ikan patin.
Pada proses fillet ini diusahakan seminimal mungkin agar tidak banyak daging yang
tertinggal pada tulang. Ikan yang telah di fillet kemudian di masukkan ke dalam
`
29
keranjang kecil dan dilakukan tahapan proses berikutnya. Proses fillet dapat dilihat
pada Gambar 3.8 berikut ini.
A B C
Gambar 3.8 Proses Filleting (A), Hasil Filleting (B), Pencucian setelah Filleting
A B C
Gambar 3.9 Persiapan Bonning (A), Proses Bonning (B), Hasil Bonning (C)
`
30
A B C
Gambar 3.10 Persiapan Skinning (A), Proses Skinning (B), Hasil Skinning (C)
3.3.7 Trimming
Sisa kulit yang masih melekat pada daging fillet dapat dilakukan dengan
proses trimming, dimana proses trimming bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa
kulit yang masih melekat, lemak berwarna kuning serta merapikan bentuk daging
fillet sehingga menghasilkan daging fillet bermutu baik. Proses trimming dapat
dilihat pada Gambar 3.11 berikut ini.
A B
`
31
A B
A B
`
32
A B
A B
`
33
A B
A B
`
34
A B C
Gambar 3.18 Persiapan (A), Final Weighing (B), Packing Primer (C)
A B
3.3.16 Penyimpanan
Produk yang telah dikemas selanjutnya disimpan dalam ruangan pendingin
Cold Storage pada suhu antara -18OC sampai -21,1OC hingga menunggu proses
distribusi. Proses penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3.20 berikut ini.
A B
`
35
2) Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan harus selalu dalam kondisi yang baik yaitu sampah
dan limbah pabrik sebaiknya dikumpulkan pada tempat khusus dan sebaiknya
segera dibuang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup agar tidak
menimbulkan bau dan mencegah pencemaran lingkungan, sistem
pembuangan dan pengolahan limbah harus selalu dipantau, saluran
pembuangan berjalan lancar agar air tidak tergenang dan sarana jalan
`
36
hendaknya diaspal atau dicor serta dilengkapi dengan sistem drainase yang
baik (Dirjen POM, 1999).
C. Peralatan Pengolahan
Peralatan pengolahan pangan merupakan peralatan pilihan dan terpelihara
dengan baik. penempatan peralatan disusun sesuai dengan alur pengolahan agar
tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran
seperti timbangan, termometer, pengukuran kelembaban udara, pengukur tekanan
dan lainnya sebaiknya dikalibrasi setiap periode (Dirjen POM, 1999)
D. Fasilitas Sanitasi
Kegiatan sanitasi dilakukan untuk menjamin bahwa semua peralatan, raung
pengolahan, ruang penyimpanan, peralatan pengolahan dan peralatan penyimpanan
selalu terjaga dari faktor-faktor pencermaran dan menjada kebersihannya.
1) Sumber Air
Air harus dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan
pencucian dan pembersihan serta pengolahan dan penanganan limbah. Air
yang kontak langsung dengan permukaan bahan pangan harus memenuhi
persyaratan khusus seperti persyaratan bahan air untuk minum (Dirjen POM,
1999).
2) Pembuangan Air Limbah
`
37
Sistem pembuangan air dan limbah harus berjalan dengan baik. saluran
pembuangan dirancang dengan tepat sehingga tidak mencemari air bersih dan
bahan pangan (Dirjen POM, 1999).
3) Fasilitas Pencucian dan Pembersihan
Fasilitas pencucian dan pembersihan harus dilengkapi alkohol atau
disenfektan yang dapat membersihkan peralatan dengan baik serta dapat
membunuh mikroorganisme berbahaya.
4) Fasilitas Higiene Karyawan
Fasilitas pembersihan yang digunakan untuk peralatan pangan
sebaiknya dipisahkan dengan fasilitas pembersihan untuk peralatam pangan
sebaiknya dipisahkan dengan fasilitas pembersihan untuk peralatan dan
perlengkapan lainnya (Dirjen POM, 1999).
5) Fasilitas Higiene Karyawan
Fasilitas higiene karyawan meliputi tempat mencuci tangan yang
dilengkapi dengan sabun, mesin pengering tangan, tempat ganti pakaian dan
toilet dengan keadaan selalu bersih. Satu buah toilet untuk 10 karyawan dan
penambahan satu buah toilet untuk setiap penambahan 25 karyawan (Dirjen
POM, 1999).
6) Penerangan
Sistem penerangan yang baik dapat dilakukan dengan penyinaran
matahari ataupun melalui lampu penerangan. Lampu penerangan harus cukup
terang.
E. Higiene Karyawan
Karyawan yang bekerja pada industri pengolahan pangan sangat
mempengaruhi mutu akhir produk yang dihasilkan. Karyawan yang sakit,
kotor,tidak bisa menjaga kebersihan, tidak disiplin dan tidak dapat bekerja dengan
baik bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap produk. Karena itulah
perlu adanya standard sanitasi dan higiene pada karyawan.
1) Kesehatan Karyawan
`
38
Karyawan yang bekerja harus dalam kondisi sehat dan prima serta tidak
sakit atau membawa penyakit. Karyawan yang sakit sebaiknya tidak
diperkenankan untuk bekerja dibagian proses produksi atau bisa
diistirahatkan sehingga tidak menganggu jalan aktivitas nya proses produksi
dan tidak menyebabkan terjadinya kontaminasi atau mencemari produk yang
akan dihasilkan.
2) Kebersihan Karyawan
Perlengkapan bekerja karyawan harus lengkap. Perlengkapan ini terjadi
atas baju, penutup kepala, sepatu, sarung tangan, masker dan perlengkapan
bekerja tersebut tidak boleh dibawa keluar dari ruang proses produksi.
3) Kebiasaan Buruk Karyawan
Karyawan yang memiliki kebiasaan buruk sebaiknya diawasi.
Kebiasaan buruk tersebut seperti meludah, merokok, makan atau mengunyah,
bersin atau batuk. Selama mengolah pangan karyawan tidak diperkenakan
menggunakan jam tangan, peniti, dll jika terjatuh ke dalam pangan dapat
membahayakan konsumen (Dirjen, POM, 1999).
F. Penyimpanan
Penyimpanan harus disesuaikan dengan bahan yang disimpan. Jika bahan
mentah sebaiknya disimpan sesuai dengan standarnya. Bahan sebaiknya disimpan
dengan cara yang baik dan tepat untuk memudahkan produsen dalam mengambil
dan menggunakan bahan, menggunakan bahan, menjaga mutu dan kualitas,
mencegah pencemaran dan mencegah tertukarnya bahan yang digunakan (Dirjen
POM, 1999).
G. Transportasi
Dalam proses pengiriman produk akhir kepada tangan konsumen,
transportasi yang baik sangat diperlukan untuk menjaga kualitas dan mencegah
terjadinya pencemaran. Tempat membawa atau wadah pangan yang digunakan
harus sesuai dengan karakteristik produknya. Wadah yang digunakan harus mudah
dibersihkan, tidak mencemari produk pangan, melindungi secara fisik, mudah
didesinfeksi, mencegah terjadinya pencemaran, memudahkan pemeriksaan
`
39
H. Laboratorium Pemeriksaan
Produk yang dihasilkan atau akan dikonsumsi harus dalam kondisi aman
untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan masalah kesehatan oleh karena itu
diperlukan sebuah laboratorium. Setiap pemeriksaan tersebut menyebutkan nama
pangan, tanggal pembuatan, kode produk, jenis pemeriksaan yang dilakukan, dan
lain-lain. Dianjurkan bagi perusahaan yang belum memiliki laboratorium
pemeriksaan untuk memeriksakan produknya pada laboratorium lain di luar
perusahaan tersebut (BPOM, 1978).
I. Bahan pengemas
Syarat bahan pengemas yang baik adalah tidak beracun, tidak menimbulkan
penyimpanan yang berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan reaksi dengan
bahan pangan, tahan terhadap perlakuan selama proses pengolahan, pengangkutan
dan diistribusi. Bahan pengemas juga harus mampu melindungi produk pangan dari
sinar matahari, kotoran, kelembaban, air, benturan, dan lain-lain. Sebelum
digunakan bahan pengemas perlu diperiksa kondisinya, dibersihkan dan dilakukan
sanitasi apabila diperlukan kondisi yang aseptik (BPOM, 1978).
`
40
K. Labeling
Informasi mengenai tentang produk yang dihasilkan dicantumkan pada
kemasana produk. Keterangan dapat berupa label. Fungsi label adalah untuk
menginformasikan tentang produk agar konsumen dapat menangani,
mengkonsumsi, mengolah atau menyajikan produk dengan cara yang tepat dan
benar (BPOM, 1978).