You are on page 1of 6

HUBUNGAN PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN KEJADIAN ISPA DI DESA

PATOKAN KECAMATAN BANTARAN KABUPATEN PROBOLINGGO


Anda Desi Puspita
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga Surabaya
andes.3112@gmail.com

ABSTRACT
Acute respiratory infections (ARI) is a respiratory illness that is acute with a variety of
symptoms. The disease is caused by various reasons (multifactorial). Poor sanitation affects
the spread of disease acute respiratory infection (ARI). The purpose of this paper is to know
the relationship of livestock maintenance with creation of ARI. This research was done in
Patokan village of Bantaran Probolinggo district. This research is an observational research
with a cross sectional approach. The samples of this study were citizen who protect livestock
are 48 respondents. Samples interpretation in this study were done by a simple random
(simple sandom sampling). Chi-square test was used to analyze relationship between livestock
rearing with incidence of ARI using three variables : the cleanliness of livestock stable,
manure management and livestock layout. The results showed that there are a correlation
between the cleanliness of livestock stable with ARI (p = 0.008), there are a relationship
between manure management with ARI incidence (p = 0.000) and there are correlation
between the location of the livestock with ARI incidence (p = 0.012). Based on this study, it
can be concluded that three variables have a relationship with the incidence of ARI in the
Patokan village Bantaran district Probolinggo regency.
Keywords : Livestock, occurrence of ARI

ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang
bersifat akut dengan berbagai macam gejala.Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab
(multifactorial).Sanitasi lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap penyebaran penyakit
infeksisaluran pernapasan akut (ISPA).Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui
hubungan pemeliharaan ternak dengan kejadian ISPA.Penelitian ini dilakukan di Desa
Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan pendekatan crosssectional. Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang
memelihara ternak yaitu 48 responden.Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara acak sederhana (Simple RandomSampling).Uji chi-squaredigunakan untuk
menganalisis hubungan antara pemeliharaan ternak dengan kejadian ISPA menggunakan tiga
variabel yaitu kebersihan kandang ternak, pengelolaan kotoran ternak dan letak ternak.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebersihan kandang ternak dengan ISPA
(p = 0,008), ada hubungan antara pengelolaan kotoran ternak dengan kejadian ISPA (p=
0,000) dan ada hubungan antara letak ternak dengan kejadian ISPA (p=0,012). Berdasarkan
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel memiliki hubungan dengan kejadian
ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo.
Kata kunci: Ternak, kejadiaan ISPA

PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut yang selanjutnya disingkat ISPA merupakan salah
satu masalah kesehatan di negara berkembang seperti Indonesia.ISPA adalah penyakit saluran
pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala.Penyakit ini disebabkan oleh
berbagai sebab (multifactorial).Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu 14 jam.
Gejalanya antara lain demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, flu, sesak napas, mengi,
atau kesulitan bernapas. ISPAyang menyerang jaringan paru dan sering menjadi infeksi berat
merupakan gejala ISPA yang mengarah ke pneumonia.Pneumonia adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita,
serta dilain pihak dapat menimbulkan bahaya bagi manusia.Kondisi lingkungan dan manusia
merupakan faktor yang memengaruhi adanya kejadian penyakit ISPA.Beberapa faktor risiko
pada manusia meliputi umur, konsumsi minuman beralkohol, kebiasaan merokok, kurang
gizi, jenis kelamin laki-laki, bayi lahir kurang berat badannya.Sedang faktor lingkungan yang
berisiko meliputi kurangnya kebersihan lingkungan baik di dalam ruangan maupun luar
ruangan (Sarijan, 2005). Lingkungan yang kurang sehat atau kebersihannya kurang akan
memicu timbulnya penyakit ISPA. Contoh dari faktor lingkungan itu sendiri adalah
lingkungan disekitar rumah seperti lingkungan pekarangan rumah, halaman rumah, kondisi
fisik rumah dan kondisi kandang ternak.
Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar 2013 terdapat lima provinsi dengan
kejadian infeksi saluran pernapasan akuttertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua
(31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Prevalensi
penyakit infeksi saluran pernapasan akut di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 adalah
25,0%, tidak jauh berbeda dengan tahun 2007 yaitu sebesar 25,5%. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2013 dapat dikatakan kejadian ISPA di Jawa Timur semakin meningkat jika
dibandingkan tahun 2007.Menurut data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Kecamatan
Bantaran ISPA menempati posisi pertama dari 10 teratas jenis penyakit yang terjadi di Desa
Patokan Kecamatan Bantaran.Namun kejadian ISPA tersebut tidak dijelaskan
penyebabnya.Peneliti menghubungkan kejadian ISPA ini dengan kondisi pemeliharaan ternak
karena berdasarkan hasil survei semua responden memelihara ternak.Oleh karena itu perlu
dibuat penelitian untuk mengetahui hubungan antara pemeliharaan ternak dengan kejadian
penyakit ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.Penelitian ini
menggunakan tiga variabel untuk mencari hubungan pemeliharaan ternak dengan kejadian
ISPA yaitu kebersihan kandang ternak, pengelolaan kotoran ternak dan letak ternak.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat observasional karena data diperoleh langsung melalui
survei lapangan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari responden mengenai variabel
tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional karena variabel
bebas dan terikat diobservasi dalam waktu bersamaan. Populasi dalam penelitian ini
adalahwarga Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.Sampel dalam penelitian ini
adalah warga yang memelihara ternak yaitu 48 responden.Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secaraacak sederhana (simple randomsampling).Tempat penelitian
dilakukan di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo dengan kejadian penyakit ISPA
menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit teratas di Puskesmas Bantaran pada tahun
2012-2013.Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 - 23 Agustus 2014. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Sebagai variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit ISPA pada. Sedangkan variabel
bebasdalam penelitian ini adalah pemeliharaan ternak, dengan melihat variabel kebersihan
kandang ternak, variabel pengelolaan kotoran ternak dan variabel letak ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hubungan Kebersihan Kandang Ternak dengan Kejadian ISPA
Tabel 1. Tabulasi Silang Kejadian ISPA menurut Kebersihan Kandang Ternak di Desa
Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo

Kebersihan Kandang Ternak


Kejadian Jumlah
Dibersihkan Tidak dibersihkan
ISPA
N % n % n %
ISPA 12 80 3 20 15 100
Bukan ISPA 33 100 0 0 33 100
Jumlah 45 93.8 3 6.2 48 100

Hasil analisis pada Tabel 1 dibaca pada uji continuity chi-square diperoleh nilai
P=0,008 dan = 0,05 sehingga P < berarti ada hubungan antara kebersihan kandang ternak
dengan kejadian ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36 tahun 2007 tentang pedoman
budidaya itik petelur yang baik, persyaratan teknis untuk kandang yang sehat adalah
memperhatikan tata letak kandang, drainase dan sistem pertukaran udara, cukup mendapatkan
sinar matahari, bersih dan kuat. Lokasi kandang dekat dengan sumber air, tidak bising dan
sejuk.Alat untuk membersihkan kandang harus lengkap.Berdasarkan pernyataan ini dapat
simpulkan bahwa kebersihan kandang ternak merupakan hal penting yang harus diperhatikan
dalam dunia peternakkan. Tidak menutup kemungkinan apabila kebersihan kandang ternak
kurang terjaga dapat menimbulkan masalah terutama masalah kesehatan ternak itu sendiri..
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Bantaran menunjukkan bahwa
penyakit ISPA yang terjadi di Desa Patokan tidak diketahui penyebabnya secara jelas.Namun
peneliti mengasumsikan bahwa kebersihan kandang ternak merupakan salah satu faktor
penyebab kejadian tingginya ISPA di Desa Patokan.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa kejadian ISPA pada kandang yang tidak
dibersihkan 20% dan 80% bukan ISPA. UjiChiSquaremenunjukkan adanya hubungan yang
signifikan pada P = 0,008 (P < ) yang berarti terdapat hubungan antara kebersihan
kandang ternak dengan kejadian ISPA. Asumsi peneliti terbukti berdasarkan hasil uji chi-
squareyang telah dijelaskan bahwa ada hubungan antara kebersihan kandang ternak dengan
kejadian ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa kebersihan kandang ternak bukan merupakan faktor penyebab dari
kejadian ISPA karena berdasarkan survey 80% responden telah membersihkan kandang
ternaknya.
Penelitian ini memiliki kelemahan dalam hal menggali informasi kepada
responden.Peneliti kurang dalam dalam mencari informasi mengenai kebersihan kandang
ternak dan penyakit ISPA.Peneliti hanya menunjukkan kondisi kandang yang dibersihkan dan
tidak dibersihkan saja. Peneliti tidak memberikan informasi berapa kali kandang dibersihkan
dan kriteria kandang yang bersih itu seperti apa. Selain itu peneliti juga tidak spesifik dalam
melakukan wawancara tentang penyakit ISPA. Peneliti hanya mewawancarai tentang penyakit
apa yang pernah diderita responden dalam waktu satu tahun terakhir.Berdasarkan pertanyaan
itu diperoleh penyakit ISPA merupakan penyakit yang banyak diderita oleh
responden.Sehingga untuk informasi lengkap tentang kejadian ISPA tidak dimiliki oleh
peneliti.Peneliti mengharapkan ada penelitian lebih lanjut lagi mengenai kejadian ISPA di
Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.
2. Hubungan Pengelolaan Kotoran Ternak dengan Kejadian ISPA
Tabel 2. Tabulasi Silang Kejadian ISPA menurut Pengelolaan Kotoran Ternak di Desa
Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo

Pengelolaan Kotoran Ternak


Kejadian Jumlah
Dibiarkan Diolah
ISPA
N % n % N %
ISPA 12 80 3 20 15 100
Bukan ISPA 3 9.1 30 90.9 33 100
Jumlah 15 31.2 33 68.8 48 100

Hasil analisis pada Tabel 2 dibaca pada uji continuity chi-square diperoleh nilai P
=0,000 dan = 0,05 sehingga P < berarti ada hubungan yang signifikan antara pengelolaan
kotoran ternak dengan kejadian ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.
Kotoran ternak yang menumpuk dapat mencemari lingkungan. Jika kotoran ternak
tersebut terbawa air masuk kedalam tanah atau sungai akan mencemari air tanah dan air
sungai. Selain itu, kotoran tersebut juga dapat membahayakan kesehatan manusia karena
mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen seperti E.coli.Limbah kotoran ternak yang
menumpuk dapat menyebabkan polusi udara, berupa bau yang tidak sedap, menyebabkan
penyakit ISPA dan terganggunya kebersihan lingkungan.
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA disebabkan
oleh virus/bakteri yang diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala
(tenggorokan sakit, nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak) (Kemenkes RI,2013).
Bakteri dapat hidup dimana saja terutama di lingkungan yang kurang baik.Kotoran ternak
yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadikan lingkungan tidak sehat.Kotoran ternak
sangat mungkin digunakan oleh bakteri sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu cara
pengelolaan kotoran ternak menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kejadian
ISPA. Apabila kotoran ternak dibiarkan saja maka akan memicu pertumbuhan bakteri jahat
yang mungkin bisa menjadi salah satu faktor penyebab penyakit ISPA.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian ISPA pada pengelolaan kotoran ternak yang
dibiarkan sebesar 80% dan 20% bukan ISPA.Hal ini membuktikan asumsi peneliti bahwa cara
pengelolaan kotoran ternak merupakan salah satu faktor penyebab kejadian ISPA meningkat
di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo. Uji chi-squaremenunjukkan hubungan
yang sangat signifikan antara kejadian ISPA dengan pengelolaan kotoran ternak.Namun
seperti yang telah dijelaskan bahwa peneliti kurang lengkap dalam menggali informasi.
Peneliti tidak mewawancari lebih dalam mengenai cara pengelolaan kotoran ternak. Sehingga
informasi yang didapat terbatas hanya kotoran ternak dibiarkan saja dan diolah. Kotoran
ternak yang diolah juga tidak dijelaskan bagaimana cara mengolahnya dan diolah menjadi
seperti apa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara pengelolaan
kotoran ternak dan hubungannya dengan kejadian ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran
Probolinggo.
3. Hubungan Letak Ternak dengan Kejadian ISPA
Tabel 3. Tabulasi Silang Kejadian ISPA menurut Letak Ternak di Desa Patokan Kecamatan
Bantaran Probolinggo

Letak Ternak
Kejadian Jumlah
Didalam rumah Diluar rumah
ISPA
N % n % n %
ISPA 13 52 12 48 25 100
Bukan
4 17.4 19 82.6 23 100
ISPA
Jumlah 17 35.4 31 64.6 48 100

Hasil analisis pada Tabel 3 dibaca pada uji continuity chi-square diperoleh nilai P
=0,012 dan = 0,05 sehingga P < berarti ada hubungan antara letak ternak dengan kejadian
ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo.
Letak ternak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah letak kandang
ternak.Kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya.
Kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang dihitung dari masing-
masing tepi atap kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.
Penelitian yang dilakukan oleh Maria Holly dan Noor Edi pada tahun 2011
menyebutkan bahwa memelihara unggas yang dikandangkan didalam rumah cenderung
menderita ISPA setelah di kontrol oleh variabel provinsi, umur, wilayah administrasi, jarak
rumah dengan jalan raya, tempat pembuangan sampah, pabrik, terminal, bengkel, dan rumah
potong hewan.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian ISPA pada responden yang meletakkan
ternaknya didalam rumah adalah sebesar 52% dan 17,4% bukan ISPA. Uji chi-
squaremenunjukkan hubungan yang signifikan antara kejadian ISPA dengan letak ternak di
Desa Patokan. Letak ternak yang berada didalam rumah akan menjadi risiko penyebab ISPA.
Peneliti menganjurkan untuk letak ternak jangan sampai berada didalam rumah.Ternak
seharusnya diletakkan diluar rumah.Sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan
disekitar rumah.Ternak yang terletak didalam ruangan cenderung lebih berbahaya dari pada
ternak yang terletak diluar ruangan.Apabila ternak lama berada didalam ruangan maka
pertukaran udara didalam ruangan tidak berjalan dengan baik.Sehingga berpengaruh dengan
kualitas udara didalam ruangan tersebut. Udara dalam ruangan akan kotor dan dapat
menimbulkan penyakit, salah satunya penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian hubungan pemeliharaan ternak dengan kejadian ISPA di
Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Terdapat hubungan antara kebersihan kandang ternak dengan kejadian ISPA di Desa
Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo, dengan P = 0,008.
2. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengelolaan kotoran ternak dengan
kejadian ISPA di Desa Patokan Kecamatan Bantaran Probolinggo, dengan P = 0,000.
3. Terdapat hubungan antara letak ternak dengan kejadian ISPA di Desa Patokan
Kecamatan Bantaran Probolinggo, dengan P = 0,012.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara.

Hadi, B., Suharyo H. dan Henry S. 2006. Kandang Ternak Dan Lingkungan Kaitannya
Dengan Kepadatan Vektor Anopheles Aconitus Di Daerah Endemis Malaria (Studi
Kasus Di Kabupaten Jepara).Jurnal.Jepara : Dinas Kesehatan
Herawati, Maria Holly dan Noor Edi W.S. 2011.Pengaruh Memelihara Ternak Dalam Rumah
Terhadap Kecenderungan Meningkatnya Risiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/viewFile/2981/2214. Diakses
pada 21 september 2014.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pd
f. Diakses pada 23 september 2014.

Menteri Pertanian RI. 2007. Peraturan Menteri Pertaniannomor 36 tentang Pedoman


Budidaya Itik Pedaging yang baik. Jakarta
Sarjono, Hariadi dkk.2011, SPSS vs LISREL (Sebuah penggantar, aplikasi untuk
riset).Jakarta : Salemba 4
Wahyuni, Rima. 2010. Hubungan faktor lingkungan dan faktor perilaku keluarga dengan
kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Padang tahun
2010.Skripsi.Padang : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang
cenderung menjadi Epidemi dan Pandemi.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69707/14/WHO_CDS_EPR_2007.6_ind.pdf.
Diakses pada 21 September 2014.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis (epidemiologi, penularan, pencegahan &
pemberantasannya) Edisi kedua, Semarang : Erlangga (halaman 204).

Yusuf, Nur Achmad dan Lilis Sulistyorini. 2004. Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik,
Pencemaran Udara dalam Rumah dan Penjamu dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Kelurahan Penjaringan Sari Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Skripsi.Surabaya
:Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

You might also like