Professional Documents
Culture Documents
577 962 3 PB
577 962 3 PB
Abstract
This article describes the opinion of KH. M. Hasyim Asyari, one of the Indonesian Hadith scholars, and his
contribution to the study of Hadith in Indonesia. This study is important to understand the dynamic of Hadith study
in Indonesia that experienced stagnancy for certain period. The twentieth century marked as the rising of Hadith
study in Indonesia by the emergence of many Hadith books of Arabic languages, their translations and the scholars
opinion related to Hadith. The book of risa>lah ahlu al-sunnah wa al-jama>ah is among those books that was written
in the beginning of the twentieth century. This book played a significant role at that time as a guidance for Muslim
society in facing modernity. The content of this book provides basic themes related to religious experiences of the
community. This book is also represented the opinion of KH. M. Hasyim Asyari related to Hadith, as an Indonesian
Muslim scholar who received isna>d H{adith (the chain of Hadith transmission) from his teacher Syeikh Mahfudz
Termas.
Keywords:
Hasyim Asyari; risa>lah; Hadith study; Indonesia.
__________________________
Abstrak
Tulisan ini membahas pemikiran tokoh ahli hadis, yaitu KH. M. Hasyim Asyari dan kontribusinya terhadap kajian
hadis di Indonesia. Kajian ini penting untuk melihat dinamika studi hadis di Indonesia yang sempat mengalami masa
vakum. Abad ke-20 menjadi titik bangkitnya kajian hadis yang ditandai dengan munculnya kitab-kitab hadis
berbahasa Arab, terjemahan dan hasil pemikiran dari tokoh ahli hadis. Kitab risa>lah ahlu al-sunnah wa al-jama>ah
merupakan salah satu kitab yang ditulis pada awal abad ke-20. Kitab ini memainkan peranan yang cukup penting
ketika itu sebagai pedoman bagi umat Islam menghadapi benturan modernitas. Isi kandungannya membahas tema-
tema pokok yang berkaitan langsung dengan keberagamaan masyarakat. Kitab ini juga menjadi representasi dari
pemikiran hadis KH. M. Hasyim Asyari sebagai ulama hadis Indonesia yang mendapat isna>d (mata rantai) hadis
dari gurunya, Syeikh Mahfudz Termas.
Kata Kunci:
Hasyim Asyari; risa>lah; studi Hadis; Indonesia.
__________________________
DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jw.v39i1.577
Received: January 2015 ; Accepted: December 2015 ; Published: February 2016
nya kajian hadis di Indonesia memasuki masa Kitab ini muncul sebagai respons dari kondisi
vakum, hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi keberagamaan masyarakat ketika itu.
bangsa Indonesia yang dijajah oleh Belanda. Menurut hemat penulis, ada dua alasan
Sikap agresif dan intimidatif Belanda sangat yang menjadi dasar pentingnya pembahasan
berdampak pada perkembangan ilmu penge- tentang pemikiran KH. M. Hasyim Asyari ini
tahuan. Barulah pada akhir abad ke-19 atau yaitu, Pertama, ia dipandang sebagai ulama
memasuki abad ke-20 ditemukan kitab hadis berpengaruh dan seorang ahli hadis yang
yang disusun oleh ulama Indonesia, yaitu KH. mendapat isna>d (mata rantai) transmisi hadis
Mahfudh Termas3 dengan kitabnya yang dari gurunya Mahfudh Termas, sehingga ia
berjudul; Manha>j Dhawi al-Naz}ar yang ia tulis sangat berkompeten menulis karya dalam
ketika ia berada di Mekkah.4 Barulah mulai bidang hadis. Kedua, kitab Risa>lah Ahlu al-
abad ke-20 kajian hadis di Indonesia mulai Sunnah wa al-Jama>ah yang ia tulis sangat
memperlihatkan kemajuan yang cukup signi- berpengaruh dan menjadi rujukan utama
fikan. dalam kajian hadis ketika itu, kitab ini juga
Secara umum, kajian hadis di Indonesia berperan sebagai filtrasi terhadap fenomena-
seperti halnya kajian hadis kalangan muta- fenomena keberagamaan yang berkembang di
qaddimi>n terdiri dari dua fokus besar, yaitu: kalangan masyarakat menghadapi tantangan
hadis dan ulumul hadis. Adapun bentuknya modernitas. Tulisan ini akan membahas
ada yang berupa terjemahan dari kitab tentang pemikiran Hasyim Asyari dalam
berbahasa Arab dan ada juga yang merupakan bidang hadis yang dapat dilacak dari kitab
karangan pemikiran sendiri seorang tokoh. yang dikarangnya, disamping itu penulis juga
Kitab hadis yang ditulis dijadikan sebagai akan menganalisis kontribusi Hasyim Asyari
pedoman untuk melakukan ritual ibadah, bagi kajian hadis di Indonesia ketika itu dan
namun ada juga kitab hadis yang ditulis untuk era selanjutnya.
merespons keadaan tertentu di kalangan
masyarakat, misalkan kitab Risa>lah Ahlu al- B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sunnah wa al-Jama>ah yang ditulis oleh 1. Latar Historis KH. M. Hasyim Asyari
seorang ulama yang berpengaruh dan ahli di a. Ulama Modernis yang Ahli Hadis
bidang hadis, yaitu: KH. M. Hasyim Asyari. Ulama yang dikenal sebagai pribadi
sederhana ini bernama Muh}ammad Hashi>m
78 tahun dan dimakamkan di Kuala Aceh. Lihat Azra, Ashari> ibn Abd al-Wah}i>d ibn Abd al-
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan H{ali>m, selanjutnya disebut Hasyim Asyari.
Nusantara Abad XVII & XVIII; Akar Pembaruan Islam Beliau dilahirkan di Desa Gedang, Jombang,
di Indonesia, 239.
3
Jawa Timur, tanggal 24 Dhulqaidah 1287 H
Beliau adalah ulama sekaligus ahli hadis asal
(14 Februari 1871 M.). Ayahnya, Asyari
Indonesia, nama lengkapnya Muh}ammad Mah}fud} ibn
Abdullah ibn Abd al-Mannan al-T{irmashi>. Ia adalah pendiri Pesantren Keras, 8 KM dari
dilahirkan tahun 1842 M di desa Termas, Arjosari, Jombang. Sementara kakeknya Kyai Usman,
Pacitan, Jawa Timur. Sejak kecil ia diutus ayahnya adalah Kyai terkenal dan pendiri Pesantren
untuk belajar di Mekkah, di sana ia mendalami bidang Gedang di Jombang yang didirikan tahun
hadis dan fikih sehingga ia mendapatkan isnad (mata
1850-an5. Sedangkan dari pihak ibu, masih
rantai) yang sah dalam transmisi intelektual
penyampaian hadis Bukhari urutan ke-23 yang keturunan Raja Brawijaya, seorang raja di
mendapat ijazah dari gurunya. Meskipun ia menolak Pulau Jawa. Dipercaya bahwa ia keturunan
pulang ke Indonesia, namun kontribusinya sangat besar Raja Muslim Jawa, Jaka Tingkir, dan Raja
dengan menjadi guru dari sejumlah tokoh di Indonesia Hindu Majapahit, Barawijaya VI. Jadi,
seperti; Hasyim Asyari, Wahab Hasbullah, Mas
Mansur dan lain sebagainya. Lihat M. Bibit Suprapto,
Ensiklopedi Ulama Nusantara (Jakarta: Gelegar Media
Indonesia, 2009), 464-466.
4 5
Muh}ammad Mah}fud} Ibn 'Abdullah al-T{irmashi>, Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan
Manhaj Dhawi al-Naz}ar (Surabaya: Ahmad Ibn Saad Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo
Ibn Nabhan, 1974), 1. Persada, 2005), 113.
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55 47
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
48 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55 49
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
50 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55 51
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
c. Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Bidah Kalian harus berpegang pada tradisiku dan
Pasca kepulangannya ke tanah air, Hasyim tradisi penggantiku.
Asyari melihat berbagai pemikiran dan Menurut adat kebiasaan, sunnah adalah
praktik keagamaan Muslim Indonesia sesuatu yang dipraktikkan secara kontinu
khususnya Jawa telah bergeser. Sebelumnya, (terus-menerus) oleh sosok yang menjadi
Muslim Jawa dikenal sebagai penganut agama panutan baik seorang Nabi atau wali.16
yang taat terhadap mazhab Imam Syafii da- Secara sekilas, pandangan Hasyim Asyari
lam bidang fikih. Sementara dalam bidang tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama>ah
teologi mengikuti mazhab Imam Abu H{asan mencerminkan corak metodologi konven-
al-Ashari>, serta Imam Ghazali dan Abu al- sional yang digunakan oleh para teolog (muta-
H{asan al-Shadhali> dalam bidang tasawuf. kallimi>n) Muslim era klasik. Dengan meng-
Disamping itu, Hasyim Asyari juga banyak gunakan identifikasi yang dilakukan oleh
melihat fenomena-fenomena di masyarakat Fazlurrahman, corak metodologi dimaksud
yang sudah menyimpang dan tidak sesuai lagi bercirikan hal-hal sebagai berikut: (1) bertu-
dengan ajaran Islam, seperti menyebarnya juan menetapkan akidah aliran yang selamat
aliran Syiah yang dianggap sebagai aliran (al-firqah al-najiyyah) melawan aliran sesat;
sesat, zindiq bahkan kufr, munculnya faham (2) menjelaskan perbedaan di antara berbagai
al-ibahiyu>n (liberalisme dan hedonisme) dan aliran; (3) menjelaskan pendapat orang-orang
lain-lain. Islam dan perbedaan di antara mereka yang
Berdasarkan realitas umat Islam ketika itu, salat; (4) menyajikan akidah berbagai aliran
maka Hasyim Asyari merasa perlu untuk kaum Muslimin dan orang-orang musyrik; (5)
meluruskan kembali pemahaman umat Islam mengikuti kaidah-kaidah golongan salaf seca-
yang mulai menyimpang dari keberagamaan ra konsisten; mengutamakan al-itba (kepengi-
yang semestinya. Kitab Risa>lah Ahl al-Sunnah kutan terhadap pendahulu) tanpa pengem-
wa al-Jama>ah yang ditulisnya merupakan bangan (al-ibda); dan (6) menghimpun kan-
sebuah respon dari keadaan ketika itu. Hasyim dungan buku-buku klasik yang berserakan.17
Asyari perlu memberikan penjelasan kepada Bagi Hasyim Asyari, mengajukan rumu-
umat Islam tentang pentingnya memegang san naratif Ahl al-Sunnah wa al-Jama>ah
teguh ajaran agama Islam yang bersumber dari menjadi penting dilakukan. Dalam kitab
Alquran dan Hadis dan menjauhkan dari Risa>lah ahl Sunnah wa al-Jama>ah, Hasyim
perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan Asyari mengutip hadis riwayat Abu Dawud
sumber ajaran Islam di atas. sebagai landasan teologis pendapatnya ini:
Secara etimologis, kata al-ahl berfungsi
sebagai badal nisbah, karena dikaitkan dengan
kata al-sunnah yang berarti orang-orang yang : :
berpaham Sunni (al-sunniyyu>n). Kata al-
sunnah disamping memiliki arti al-h}adith,
juga bersinonim dengan kata al-sirah, al-
t}ari>qah, al-t}abi>ah dan al-shari>ah. Menurut ,
Hasyim Asyari, sunnah secara bahasa berarti
jalan, meskipun jalan itu tidak disukai. Semen-
,
tara menurut istilah sunnah adalah sebutan : , ,
bagi jalan yang disukai dan dijalani dalam
agama sebagaimana dipraktikkan oleh Rasu-
lullah SAW atau Sahabat. Pengertian ini 16
M. Hasyim Asy-Ari, Risalah Ahl Al-Sunnah Wa
didasarkan pada hadis Nabi SAW yang ber- Al-Jama>ah Fi> H{adi>th Al Mawta Wa Ashrat Al- Saah
bunyi: Wa Bayan Mafhum Al-Sunnah Wa Al-Bidah
.. (Jombang: Maktabah al-Turath Al-Islami, n.d.).
17
Zuhri, Pemikiran KH. Hasyim Asyari tentang Ahl
Al- Sunnah Wa Al Jamaah, 142.
52 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
20
18
. Barangsiapa yang memunculkan perkara
baru dalam urusan kami (agama) yang ti-
Abu> Dawud a1-T{irmidhi> dan lbn Majah dak merupakan bagian dari agama itu,
meriwayatkan dari Abu> Hurairah RA maka perkara tersebut ditolak.
bahwasanya Rasulullah saw bersabda Berbeda dengan kalangan yang
bersabda: umat Yahudi akan terpecah menganggap bahwa, seluruh perkara baru
menjadi 71 golongan, umat Nasrani akan adalah bidah dan sekaligus sesat tanpa
terpecah menjadi 73 golongan, semua terkecuali, bagi Hasyim Asyari tidak semua
golongan akan masuk neraka kecuali satu. muh}adathat berstatus bidah. Dalam bahasa
Kemudian para sahabat bertanya siapakah berbeda dapat dinyatakan, tidak semua
mereka Ya Rasulullah, Rasulullah menja- muh}adathat adalah bidah, meskipun tidak
wab mereka adalah golonganku dan para terdapat dalil yang jelas (s}arih}), namun bisa
sahabatku yang ada di dalamnya. jadi tetap bersandar pada syariat. Sandaran
Teks hadis di atas memang tidak secara dimaksud dapat dengan menggunakan ber-
eksplisit menyebut kata ahl al-Sunnah wa al- bagai pendekatan metodologis yang ada,
Jama>ah. Namun, dengan merujuk pendapat misalnya melalu mekanisme penganalogian
Shihab al-Hafaji, Hasyim Asyari menegaskan (qiyas}). Hal ini berarti, penerjemahan terhadap
bahwa firqah al-najiyyah yang dimaksud teks-teks otoritatif (hadis) tentang bidah harus
dalam teks hadis adalah, ahl al-Sunnah wa menggunakan pendekatan yang lebih menye-
al-Jama>ah. luruh atau tidak hanya tekstual semata.
Persoalan lain yang menjadi sorotan Ha- Mengutip pandangan Syaikh Zaruq,
syim Asyari adalah bidah. Mengenai bidah Hasyim Asyari menjelaskan bahwa bidah
ini merupakan lawan dari kata sunnah, dengan ada tiga macam: Pertama, bidah s}arih} (yang
merujuk pendapat Syaikh Zaruq dalam kitab jelas dan terang). Yaitu bidah sesuatu yang
Uddah al-Muri>d, Hasyim Asyari menjelaskan ditetapkan tanpa memiliki landasan syariat,
bahwa bidah adalah munculnya perkara baru baik yang wajib, yang sunnah maupun lain-
dalam agama yang kemudian mirip dengan nya. Kedua, bidah iz}a>fiyyah (relasional),
bagian agama, padahal sebenarnya bukan, baik yaitu bidah yang disandarkan pada suatu hal
secara formal maupun hakikat. jika ia dapat selamat dari penyandaran ini,
Menurut KH Hasyim, bidah dapat maka tidak dianggap sah memperdebatkannya.
diartikan sebagai: 19 Ketiga, bidah khila>fiyyah (yang diper-
Mendatangkan atau menciptakan suatu selisihkan), yaitu perdebatan sudut pandang
perkara baru di dalam agama, dan meya- perbedaan argument (dalil). Salah satu pihak
kininya sebagai bagian dari ajaran agama, akan mengatakannya sebagai bidah, sedang-
padahal perkara tersebut sebenarnya tidak kan yang lainnya mengatakan sebagai sunnah.
menjadi bagian dan ajaran agama, baik dari Kemudian mengutip pandangan Ibn Abd
sisi bentuk maupun hakikatnya. al-Salam membagi bidah menjadi enam
hukum. Pertama, bidah, yaitu melakukan
sesuatu yang tidak dikenal pada masa nabi.
Setiap perkara yang baru adalah bidah
Kedua, wajib, seperti belajar ilmu Nahwu dan
kata-kata asing dalam Alquran dan sunnah.
18
Ketiga, haram, seperti aliran Qadariyah,
Abu Dawud, Aun Al-Mabud Syarh Sunan Abi Jabariyah dan Mujassimah. Keempat, mandub,
Dawud (Tt.: Dar al-Fikr, n.d.). No. 3980, 195, dalam
CD-ROM Mausuah al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-
seperti membangun sekolah. Kelima, makruh,
Tisah, Global Islamic Software, 1997.
19
Asy-Ari, Risalah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jama>ah 20
Imam Muslim, S{ahih} Muslim, Kitab Al-Aqdiyah,
Fi> Hadi>th Al Mawta Wa Ashrat Al- Saah Wa Bayan Bab Naqd}lu Al-Ahkam Al-Bat}ilah (Global Islamic
Mafhum Al-Sunnah Wa Al-Bidah, 6. Software, 1997).
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55 53
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
seperti menghias masjid dan mushaf. Keenam, pesta-pesta pertunjukan serta perjudian sema-
mubah, seperti berjabat tangan setelah salat cam bola ketangkasan dan lain-lain adalah
asar dan subuh. bidah yang buruk. Sedangkan perkara-
Bila dicermati pembagian bidah, Hasyim perkara seperti penggunaan tasbih, melafazkan
Asyari memaknai pengertian bidah secara niat, tahlilan atau mendoakan orang yang me-
umum, yakni segala hal yang baru yang diada- ninggal tanpa suatu apapun yang mengha-
adakan sesudah Nabi, baik dalam urusan iba- langi, termasuk ziarah kubur, bukanlah per-
dah maupun adat. Selanjutnya dan pengertian kara bidah.22
umum ini bidah diseleksi dan diklasifikasi
tingkatan hukumnya. C. SIMPULAN
Dalam menentukan apakah sebuah perkara Pemikiran Hasyim Asyari dalam bidang
agama itu bidah atau tidak, Hasyim Asyari hadis memberikan pengaruh yang cukup besar
tidak memukul rata, akan tetapi memberikan di masanya. Di mana ketika itu, kajian hadis
aturan atau norma-norma tertentu sehingga di Indonesia belum begitu banyak, bahkan
suatu perkara dikatakan bidah atau tidak. bisa dikatakan melalui kitabnya Risa>lah ahl
Adapun norma-norma untuk menilai perkara al-Sunnah wa al-Jama>ah fi> H{adi>th al Mawta
itu bidah atau tidak adalah sebagai berikut: wa Ashrat al- Saah wa Bayan Mafhum al-
pertama, mempertimbangkan perkara baru Sunnah wa al-Bidah beliau telah berhasil
tersebut. Jika perkara baru tersebut sebagian meletakkan dasar-dasar kajian hadis dan solusi
besar didukung oleh dalil-dalil syari yang teologis bagi persoalan yang sedang dihadapi
kuat, maka perkara tersebut tidak dapat dinilai masyarakat. Hal ini dilatarbelakangi oleh
bidah. Tetapi apabila perkara baru tersebut kondisi sosial ketika itu yang mengundang
tidak didukung sama sekali oleh dalil syara' kekhawatirannya, sehingga kapasitasnya seba-
maka perkara tersebut dianggap sesat dan gai seorang ahli hadis merasa memiliki tang-
batil. gungjawab untuk menyelesaikan masalah ini.
Kedua, mempertimbangkan legalitas Melalui kitabnya di atas, Hasyim Asyari juga
kaidah-kaidah para imam dan ulama salaf telah berhasil memperkenalkan kajian hadis
yang mempraktikkan sunnah. Perkara baru kepada umat Islam di Indonesia yang diambil
yang bertentangan dengan kaidah tersebut lansung dari kitab-kitab hadis primer meski-
akan ditolak dalam segala aspeknya. Jika suatu pun tidak semuanya.
perkara tersebut ada dasarya tetapi tidak ada Hasyim Asyari memang bukanlah seorang
informasi yang menyatakan praktik para ulama hadis metodologis yang mengkaji hadis
ulama salaf. Ketiga, norma perbedaan (klasifi- dari aspek kualitas dan kuantitasnya. Kajian
kasi) berdasarkan bukti-bukti hukum. Norma hadis Hasyim Asyari sebagai seorang ulama
ini terbagi menjadi enam, yaitu sunnah, haram, dan ahli dalam bidang hadis hanya sebatas
makruh, menyalahi keutamaan (khilaf al- upaya menyelesaikan persoalan-persoalan
awla) dan mubah. Setiap perkara yang terkait yang sedang dihadapi oleh masyarakat ketika
dengan hukum asal tersebut dengan dasar yang itu. Hadis-hadis yang ia tulis di dalam kitab-
benar dan jelas, maka perkara tersebut diikut- nya tidak diberi penjelasan tentang kualitas-
kan pada hukum itu. Jika tidak demikian, nya. Hal ini sangatlah wajar, mengingat ketika
maka dikatakan sebagal bidah.21 itu ulumul hadis belum berkembang di Indo-
Contoh perkara bidah yang ada di nesia. Sebagai perkenalan terhadap kajian
masyarakat menurut Hasyim Asyari yaitu, hadis, upaya yang telah dilakukan oleh Ha-
mencuri atau merampas harta rakyat melalui syim Asyari ketika itu adalah yang terbaik di
bujukan rayuan konsumerisme, wisata belanja masanya.
atau keberanian semisal pasar malam dan
21
Didik Wahyudi, Tafsir Bidah dan 22
Asy-Ari, Risalah Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jama>ah
Implementasinya dalam Ibadah (Yogyakarta: UIN Fi> H{adi>th Al Mawta Wa Ashrat Al- Saah Wa Bayan
Sunan Kalijaga, 2008), 47-49. Mafhum Al-Sunnah Wa Al-Bidah. 8.
54 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55
Afriadi Putra Pemikiran Hadis KH. M. Hasyim Asyari dan
Kontribusinya terhadap Kajian Hadis di Indonesia
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 46-55 55