You are on page 1of 6

38

PERLINDUNGAN HAK ATAS MEREK


Oleh:
Haedah Faradz
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Abstract
Along with fast progressively growth of inter-states service and goods commerce, it needed the
existence of international arrangement that giving protection guarantee and rule of law in brand
area. For the agenda of giving protection to the owner of brand, governmental have renewed Law
Number 21 Year 1961 and replace with Law Number 19 Year 1992. Along with ratifying of WTO which
loading rule of Trade Related Aspects of Intellectual Property (TRIPS), Indonesia conducted Law
Number 19 Year 1992 through Law Number 14 Year 1997 and renewed again with Law Number 15
Year 2001. Because of Indonesia taking part in WTO and agreement of TRIPS, hence Indonesia have
to correspond to the rule, as consistency step to ratification which have been conducted by
Indonesia, hence change the law and forming new law as a step that must be taken. An application
of registration of brand will be accepted if the requirement has been fulfilled as stated in the law
of brand. Main requirement which at the same time become especial characteristic of brand is the
existence of distinguishing energy.

Keyword: Protection, Rights of Brand.

A. Pendahuluan Seiring dengan semakin pesatnya per-


Dalam praktik perdagangan di Indonesia kembangan perdagangan barang dan jasa antar
dewasa ini, dari pedagang kaki lima hingga negara, diperlukan adanya pengaturan yang
swalayan dapat dijumpai berbagai macam bersifat internasional yang memberikan jamin-
produk barang yang menggunakan merek ter- an perlindungan dan kepastian hukum di bidang
kenal, tetapi sebenarnya hanyalah tiruan merek. Pada tahun 1883 berhasil disepakati
belaka. Sekedar contoh, di sekitar Pasar Wage Paris Convention, yang didalamnya mengatur
khususnya di tepi jalan Jenderal Soedirman perlindungan merek. Dalam Paris Convention
Purwokerto pada pedagang kaki lima banyak antara lain diatur mengenai syarat-syarat pen-
ditemukan menjual produk-produk celana, baju daftaran merek. Pada prinsipnya, UU No. 19
dan sepatu dengan merek-merek terkenal Tahun 1992 telah melakukan penyempurnaan
seperti Levis, Piere Cardin, Piero, H & R, dan dan perubahan terhadap hal-hal yang berkaitan
lain-lain. Untuk jenis tas dijumpai merek- dengan merek guna disesuaikan dengan Pari
merek Gucci & Charles Jordan, kesemua barang Convention.1
tersebut dijual dengan harga yang lebih murah. Dalam rangka untuk lebih memberikan
Perkara-perkara merek di Indonesia cen- kepastian hukum perlindungan kepada pemilik
derung didominasi oleh pelanggaran terhadap merek, pemerintah telah memperbarui hukum
merek-merek terkenal, namun demikan tidak merek dengan mencabut UU No. 21 Tahun 1961
berarti tidak ada merek lokal yang digunakan dan menggantikan dengan UU No. 19 Tahun
secara melawan hukum oleh pihak lain yang 1992. Seiring dengan telah diratifikasinya WTO
juga pengusaha lokal, misalnya merek STMJ dan yang didalamnya antara lain memuat ketentuan
esteemje milik PT Sido Muncul telah diperguna- Trade Related Aspects of Intellecual Propety
kan oleh pihak lain secara melawan hukum. (TRIPs) maka dilakukan penyempurnaan UU No.
Bahkan sekarang ini telah berkembang cara 19 Tahun 1992 melalui UU No. 14 Tahun 1997
pelanggaran hukum yang lain dalam bentuk dan diperbarui lagi dengan UU No. 15 Tahun
meniru kemasan yang sudah terkenal, seperti 2001.
produk minuman jus, sirup dari daging lidah
buaya yang bermerek Kavera. 1
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Atas Kekayaan
Inteletual, Bandung: Alumni, hlm. 306-307
Perlindungan Hak Atas Merek 39

Dalam konsiderans UU No. 15 Tahun 2001 ekonomi yang dibentuk untuk menanganai
tentang Merek bagian menimbang butir (a), ekonomi global yang sarat dengan standar-
dinyatakan bahwa dalam era perdagangan glo- standar regional maupun internasional.
bal, sejalan dengan kovensi-konvesi inter- Demikian pula dengan ketentuan GATT yang
nasional yang telah diratofikasi di Indonesia, diatur dalam Agreement on Trade Related
peranan merek menjadi sangat penting, Aspect of Intellecual of Property Right (TRIPs),
terutama dalam menjaga persaingan usaha merupakan suatu rambu yang harus disikapi
yang sehat.2 dengan baik oleh para pengusaha di Indonesia.5
Mengapa merek dapat mencegah Untuk melaksanakan persetujuan TRIPs
terjadinya persaingan usaha tidak sehat? tersebut dan sekaligus membangun hukum
Dengan merek, produk barang atau jasa sejenis nasional di bidang HaKI, Indonesia telah
dapat dibedakan asal mulanya, kualitasnya mempersiapkan peraturan-peratuaran di bidang
serta keterjaminan bahwa produk itu original. HaKI. Salah satu diantara perangkat hukum dsi
Era perdagangan global hanya dapat bidang HaKI Indonesia yang disesuaikan dengan
dipertahankan jika terdapat iklim persaingan TRIPs adalah Merek diatur dalam UU No. 15
usaha yang sehat.3 Tahun 2001, merevisi UU No. 14 Tahun 1997.
Walaupun telah dilakukan penyempurna- Dengan adanya globalisasi, setiap negara
an, namun dalam kenyataannya pratik pelang- semakin dituntut untuk senantiasa memakai
garan hak merek terus saja berlangsung. standar internasional bagi pelaksanaan kegiatan
Anehnyan pemerintah terkesan memberikan pembangunannya di segala bidang kehidupan
restu terjadinya pelanggaran merek. Kesan ini bangsa. Pembangunan harus didasarkan pula
dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan kepada standar internasional yang berlaku.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Negara yang tetap mempertahankan standar
yang membina pengusaha melalui beberapa lokal akan kalah dalam persaingandan akan
industri, perajin kulit di Tanggulangin, ketinggalan dengan dunia luar lingkungannya. 6
Sidoarjo. Produk-produk dari sentra industri Dari keikutsertaan negara Indonesia da-
umumnya secara tanpa hak menggunakan lam WTO dan perjanjian TRIPs maka negara
merek terkenal. Sejalan dengan kovensi-kon- Indonesia harus menyesuaikan dengan ketentu-
vesi internasional yang telah diratifikasi Indo- an tersebut, sebagai langkah konsistensi ter-
nesia, maka peranan merek menjadi penting. hadap ritifikasi yang telah dilakukan Indonesia,
Bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang maka perubahan atas Undang Undang yang
Hak atas Merek? sudah ada dan pembentukan UU No. 15 Tahun
2001 yang merevisi UU No. 14 Tahun 1997.
B. Pembahasan Menurut Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2001,
World Trade Organization (WTO) adalah merek adalah tanda yang berupa gambar,
kerangka sebagai kesepakatan internasional nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
dan dijadikan sebagai acuan dalam setiap tin- warna atau kombinasi dari unsur-umsur
dakan para pelaku bisnis dan kebijakan pe- tersebut yang memiliki daya pembeda dan
merintah yang berkaitan dengan perlindungan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
HaKI dan penanaman modal asing disamping atau jasa.7
hal-hal yang berkaitan dengan transakasi per- Berdasarkan ketentuan diatas, terlihat
dagangan internasional.4 jelas bahwa fungsi utama merek adalah untuk
Pembentukan WTO (World Trade Organi- membedakan barang atau jasa produksi per-
zation) merupakan salah satu wujud lembaga usahaan lain yang sejenis. Dengan demikian,

6
Angkasa, 2005, Bahan Mata Kuliah Hukum dan
2
H. OK. Saidin, 2002, Aspek Hukum Intelekual, Jakarta: Globalisasi, Purwokerto: Pascasarjana Universitas
PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 329 Jenderal Soedirman, hlm. 17
3 6
Ibid, hlm. 330 Ibid, hlm. 16.
4 7
Ibid, hlm. 27 H. OK. Saidin, op.cit, hlm. 343.
40 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 1 Januari 2008

merek merupakan tanda pengenal asal barang terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk
atau jasa yang bersangkutan dengan pro- jangka waktu 10 tahun dan berlaku surut sejak
dusennya. tanggal penerimaan pendaftaran merek yang
Dari sisi produsen, merek digunakan se- bersangkutan.
bagai jaminan nilai hasil produksinya, khu- Sebenarnya tidak ada kewjiban bagi
susnya mengenai kualitas kemudian pemakai- seseorang untuk mendaftarkan merek yang
nya. Dari sisi konsumen, merek diperlukan dimiliki. Akan tetapi jika akan mendapat
untuk melakukan pilihan barang yang akan perlindungan hukum, maka merek yang
dibeli.8 Bahkan terkadang penggunaan merek bersangkutan harus terdaftar terlebih dahulu.
tertentu bagi seorang konsumen dapat Suatu permohonan pendaftaran merek
menimbulkan image tertentu pula. Oleh karena akan diterima pendaftarannya apabila telah
itu, suatu produk apakah produk itu baik atau memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
tidak tentu akan memiliki merek. Bahkan tidak oleh Undang Undang Merek. Syarat utama yang
mustahil merek yang telah dikenal luas oleh sekaligus menjadi ciri utama suatu merek
konsumen karena mutu dan harganya akan adalah adanya daya pembeda.
selalu diikuti, ditiru, dibajak bahkan mungkin Sehubungan dengan hal tersebut diatas,
dipalsukan oleh produsen lain.9 Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001 mengatur lebih
Untuk menjadikan suatu merek menjadi lanjut apa saja yang tidak dapat dijadikan
terkenal yang mampu mewujudkan jaminan suatu merek atau yang tidak didaftarkan
kualitas atau reputasi suatu produk tertentu sebagai suatu merek, apabila mengandung
tidak mudah dan memerlukan waktu yang salah satu unsur dibawah ini:10
cukup lama. Coca-Cola dari Amerika Serikat a. Bertentangan dengan peraturan perundang-
memerlukan waktu 100 tahun. Apabila suatu undangan yang berlaku, moralitas agama,
merek telah terkenal tentu akan menjadikan kesusilaan atau ketertiban umum.
merek tersebut sebagai aset atau kekayaan b. Tidak memiliki daya pembeda.
perusahaan. Tetapi di lain pihak, keterkenalan c. Telah menjadi milik umum.
tersebut akan memancing produsen lain untuk d. Merupakan keterangan atau berkaitan
menirunya. Seperti merek mobil Chevrolet dengan barang atau jasa yang dimohonkan
Spark dari Amerika yang ditiru bentuknya atau pendaftar.
modelnya oleh China dengan nama QQ. Persyaratan yang ditentukan Pasal 5
Perlindungan hukum merek yang diberikan harus ditambah dengan persyaratan yang
kepada merek terdaftar, dapat berupa per- ditentukan Pasal 6. Pasal 6 ayat (1)
lindungan hukum preventif atau represif. menentukan bahwa pemintaan pendaftaran
Perlindungan hukum yang preventif dengan merek harus ditolak oleh Kantor Merek apabila
cara pendaftaran merek. Sedangkan per- mempunyai persamaan pada pokoknya atau
lindungan hukum yang represif dilakukan jika keseluruhan dengan merek milik orang lain
terjadi perlanggaran merek melalui gugatan yang sudah tedaftar untuk barang atau jasa
perdata atau tuntutan pidana. Sehubungan sejenis.
dengan hal tersebut diatas, Pasal 3 Undang- Menurut penjelasan Pasal 6 ayat (1)
undang Merek menyatakan bahwa hak atas Undang Undang Merek, yang dimaksud sama
merek adalah khusus yang diberikan oleh pada pkoknya dengan merek terdaftar orang
negara kepada pemilik merek terdaftar. tersebut adalah adanya kesan yang sama antara
Kemudian Pasal 7 menentukan bahwa merek lain mengenai bentuk, cara penempatan atau
kombinasi antara usur-unsur maupun bunyi
8
Wiratmo Dianggoro, 1997, Pembaharuan Undanf Undang ucapan yang terdapat didalam merek yang
Merek dan Dampaknya Bagi Dunia Bisnis, Jakarta:
bersangkutan.
Yayasan Perkembangan Hukum Bisnis, hlm. 34
9
Insan Budi Maulana, 1997, Sukses Bisnis Melalui Merek,
Paten dan Hak Cipta, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm.
10
97 H. OK. Saidin, op.cit, hlm. 349
Perlindungan Hak Atas Merek 41

Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Merek keseluruhannya untuk barang atau jasa
menambahkan lagi bahwa pendaftaran merek yang sejenis berupa:
juga harus ditolak oleh Kantor Merek apabila : a. Gugatan ganti rugi dan/ atau
1. Merupakan atau menyerupai nama orang b. Penghentian semua perbuatan yang
terkenal, foto dan nama badan hukum yang berkaitan dengan penggunaan merek
dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat
tertulis dari yang berhak. (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.
2. Merupakan peniruan atau menyerupai nama UU No. 15 Tahun 2001 juga menetapkan
atau singkatan nama, bendera, lambang bahwa ada dua macam bentuk atau isi tuntutan
atau simbol atau emblem dari Negara atau gugatan tersebut, yaitu :
lembaga nasional maupun internasional, 1. Berupa permintaan ganti rugi.
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak 2. Penghentian pemakaian merek.
yang berwenang. Dengan ditentukan Pengadilan Niaga
3. Merupakan peniruan atau menyerupai tan- sebagai lembaga peradilan formal untuk
da atau cap stempel resmi yang digunakan gugatan yang bersifat keperdataan, maka
negara atau lembaga pemerintah, kecuali terbuka kesempatan luas kepada pemegang
atas persetujuan tertulis dari pihak yang merek untuk mempertahankan haknya.11
berwenang. atau UU No. 15 Tahun 2001 menggolongkan
4. Merupakan atau menyerupai ciptaan orang delik dalam perlindungan hak merek ini sebagai
lain yang dilindungi hak cipta , kecuali atas delik kejahatan dan delik pelanggaran. Adapun
persetujuan pemegang hak cipta tersebut. ancaman pidana yang dimaksud yang termuat
Apabila permohonan pendaftaran merek dalam Pasal 90 dan Pasal 91 UU No. 15 Tahun
tersebut memenuhi persyaratan, maka dapat 2001. Pasal 90 menentukan bahwa
diberikan sertifikasi merek dan kemudian di- Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
daftarkan dalam Daftar Umum Merek. Dengan hak menggunakan merek yang samapada
telah diterimanya sertifikat merek dan keseluruhannya dengan merek terdafatar
milik pihak lain untuk barang dan/atau
didaftarkannya, maka pemilik merek terdaftar jasa sejenis diproduksi dan/atau diper-
memiliki hak menikmati dan hak untuk dagangkan, dipidan dengan pidana pen-
mengeksploitasi keuntungan. jara paling lama 5 (lima) tahun dana/
Pemilik merek terdaftar mendapat atau denda paling banyak Rp 1.000.
perlindungan hukum atas pelanggaran hak atas 000.000,- (satu milyar rupiah).
merek, baik dalam gugatan ganti rugi maupun Pasal 91 menetapkan bahwa
pidana. Pemilik merek terdaftar juga memiliki Barangsiapa dengan sengaja tanpa hak
hak untuk mengajukan permohonan pem- menggunakan merek yang sama pada po-
batalan pendaftaran merek orang lain secara koknya dengan merek terdaftar milik
tanpa hak. pihak lain untuk barang dan/atau jasa
Pada perlindungan hukum represif ini sejenis yang diproduksi dan/atau diper-
dagangkan, dipidana paling lama 4 (em-
apabila telah terjadi pelanggaran hak atas pat) tahun dan/atau denda paling banyak
merek. Disini peran lembaga peradilan dan Rp 800.000.000,- (delapan ratus juta
aparan penegak hukum seperti kepolisian, rupiah).
penyelidik pegawai negeri sipil dan kejakasaan
sangat diperlukan. Harus diperhatikan pula bahwa ancaman
Dalam UU No. 15 Tahun 2001 Pasal 76 pidana itu bersifat komulatif bukan alternatif.
dikatakan bahwa: Jadi, disamping dikenakan ancaman penjara
(1) Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan kepada pelaku juga dikenakan ancaman
gugatan terhadap pihak lain yang secara hukuman berupa denda, agar membuat pelaku
tanpa hak menggunakan merek yang menjadi jera.
mempunyai persamaan pada pokoknya atau 11
Ibid, hlm. 401
42 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 1 Januari 2008

Untuk delik pelanggaran dimuat dalam Usman, Rachmadi. 2003. Hukum Hak Atas
Pasal 94 UU No. 15 Tahun 2001 yang Kekayaan Intelektual. Bandung: Alumni.
menetapkan:
Peraturan Perundangan
Barangsiapa memperdagangkan barang
atau jasa yang diketahui atau patut Undang Undang Merek Nomor 15 Tahun 2000
diketahui barang dan jasa tersebut me-
rupakan hasil pelanggaran sebagaimana
yang dimaksud Pasal 90 dan Pasal 91
dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah).

Ancaman hukuman yang dimuat dalam


Pasal ini bersifat alternative dapat berupa
hukum kurungan saja atau membayar denda
saja.12

C. Penutup
Dengan diretifikasi konversi pembentukan
WTO yang didalamnya antara lain memuat ke-
tentuan TRIPs telah pula dilakukan Penyempur-
naan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1997
dengan Undang Undang Merek terbaru yaitu
Undang Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001,
maka perlindungan hukum merek yang di-
berikan kepada merek terdaftar, dapat berupa
perlindungan hukum preventif atau represif.
Perlindungan hukum yang preventif dengan
cara pendaftaran merek. Sedangkan per-
lindungan hukum yang represif dilakukan jika
terjadi pelanggaran merek melalui gugatan
perdata atau tuntutan pidana.

Daftar Pustaka
Angkasa. 2005. Hukum dan Globalisasi. Purwo-
kerto: Bahan Kuliah Program Pascasar-
jana Magister Ilmu Hukum UNSOED;
Dianggoro, Wiratmo. 1997. Pembaharuan
Undang Undang Merek dan Dampaknya
Bagi Dunia Bisnis. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis;
Maulana, Insan Budi. 1997. Sukses Bisnis
Melalui Merek, Paten dan Hak Cipta.
Bandung: Citra Aditya Bakti;
Saidin, H. OK. 2002. Aspek Hukum Hak
Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada;

12
Ibid, hlm. 403.
Perlindungan Hak Atas Merek 43

You might also like