Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Pembimbing:
dr. Sri Mahaerni, Sp.THT
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. Anatomi
2.1.1 Membran Timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1 mm.
Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring
yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45 o dari dataran
sagital dan horizontal. Terdiri dari pars flaksid yang merupakan bagian atas. Bagian
bawah disebut dengan pars tensa. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membran timpani disebut umbo. Dari umbo bermuara suatu reflex cahaya ( cone of
light ), kearah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5
untuk yang kanan.[2]
Membran timpani secara anatomi dibagi menjadi :
1. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan
bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersili, seperti epitel mukosa saluran
napas.[2]
2. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.[2]
6
Batas atas : tegmen timpani
Batas bawah : bulbus jugularis ( V.jugularis )
Batas anterior : tuba eustachius
Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Kavum timpani terdiri dari : .[1,4,6,7,8]
1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).
2. Dua otot yaitu otot tensor timpani ( muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (
muskulus stapedius)
3. Saraf korda timpani yaitu merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum
timpani dari analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior.
Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang berhubungan
dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui ganglion ubmandibular.
Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3 depan lidah bagian anterior.
4. Saraf pleksus timpanikus yang berasal dari n. timpani cabang dari nervus
glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus
simpatetik disekitar arteri karotis interna.
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan
mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga
menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran
Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah, perilimf
dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (forame rotundum) terdorong
ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan
mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan
perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok,
dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan
8
fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran
listrik yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII, yang kemudian meneruskan
rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis.[1,4]
9
BAB III
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
3.1. Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari
congek.[2]
Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan patologis yang ireversibe.[1,2,4]
10
3.3. Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sebagai berikut :
sentral, marginal, atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau
atik.
11
3.4. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum prevalensi
OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Misalnya, OMSK
lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin
Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari
90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,
daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan
sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK
pada negara yang sedang berkembang.[4]
3.5. Etiologi
Dibawah ini merupakan Penyebab OMSK, yaitu: [1,2,5]
1. Lingkungan - Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain
dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat,
hygiene dan nutrisi yang jelek
2. Otitis media sebelumnya.
3. Infeksi - Bakteri yang sering ditemui pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus
4. Infeksi saluran nafas atas
5. Autoimun
6. Alergi
7. Gangguan fungsi tuba eustachius.
3.6. Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah
(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini
(otitis media, OM). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam
keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan
udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang
12
pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari
nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya
infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah.
Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat,
seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel
mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh
darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah.
Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya
akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami
hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana,
menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara
sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang
bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan
epitel sederhana. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah
yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada
waktu bayi.[4]
Patogenesis terjadi OMA OME OMSK :[2]
sembuh / normal
Gangguan tuba tekanan negatif telinga tengah efusi fungsi tuba tetap OME
terganggu/ infeksi ( -)
Etiologi : fungsi tuba tetap terganggu
Perubahan tekanan udara tiba-tiba / infeksi ( + )
Alergi
Infeksi OMA
Sumbatan: sekret
tampon
tumor sembuh OME OMSK
13
3.7. Patologi [7]
3.8. KLASIFIKASI
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna = tipe tumbotimpanal)
Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan
kelainan di kavum timpani. Proses peradangan pada OMSK tipe aman
terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma.[2]
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna = Tipe atikoantral)
Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal
atau di atik. Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya.[2]
14
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dibagi 2 :
1. OMSK aktif
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif.[2] Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret
telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma
atau jaringan granulasi.[5]
2. OMSK tenang / inaktif
OMSK tenang / inaktif adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering.[2] Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali mengeluh
gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinnitus,
atau suatu rasa penuh dalam telinga.[5]
15
BAB IV
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TYPE MALIGNA
16
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.[5]
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis
sinus lateralis.[5]
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
penderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam
labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi
akibat komplikasi serebelum.[5].
4.4. DIAGNOSIS
Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Pada
maligna sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat
bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang
pendengaran atau telinga keluar darah.[4]
Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari
perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.[4]
17
2. Pemeriksaan audiologi
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli
konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.[3]
3. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih
efektif menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.[4]
Pemeriksaan Radiologi.
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen.[3]
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur.[3]
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat.[2,3]
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.[3]
4. Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada
OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.[2]
18
4.5. Kolesteatom pada Maligna [2]
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar.
Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah
teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus
dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan
pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks
kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa
kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat
terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses
pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi
seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
Kolesteatom dapat diklasifikasikan atas dua jenis:
a. Kolesteatom kongenital.
Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis
(1965) adalah :
1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.
2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese
nervus fasialis, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.[2,8]
b. Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.
Kolesteatom timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars
flaksida akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena adanya
gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik
atau pars flasida .[2,8]
19
Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat
masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran
timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa
kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori
metaplasi).
20
2. Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan, dan
dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk
membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.[2]
3. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach
Tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan
operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal. Membersihkan kolesteatom
dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui 2 jalan
(combined Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior.[2]
23
Tromboflebitis Sinus Lateralis
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan
menyebabkan terjadinya trombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan
pada zaman pra-antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi. Demam yang tak dapat
diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi pembuluh darah.
Pada mulanya suhu tubuh naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat didapatkan
kurva suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan menggigil. Kurve
suhu demikian menandakan adanya sepsis.rasa nyeri biasanya tak jelas, kecuali bila
sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah biasanya positif, terutama bila darah
diambil ketika demam.
Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel-
sel mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus yang nekrotik, atau
membuang dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus
harus juga dilakukan drenase sinus dan mengeluarkan trombus. Sebelum itu
dilakukan dulu ligasi vena jugulare interna untuk mencegah trombus terlepas ke paru
dan ke dalam tubuh lain.
Abses Ekstradural
Abses ekstradural ialah terbentuknya nanah diantara duramater dan
tulang.Pada otitis otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan
jaringan granulasi dan kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau
mastoid. Gejalanya terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan
foto foto rontgent mastoid yang baik, terutama posisi schuller dapat dilihat kerusakan
di lempeng tegmen yang menandakan tertembusnya tegmen.
Abses Subdural
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses
ekstradural biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.
Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai koma
pada pasien otitis media supuratif kronik. Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa
berupa kejang, hemiplegia, dan pada pemeriksaan terdapat tanda kernig positif.
Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Pada
abses subdural pada pemeriksaan likuor serebrospinal kadar protein biasanya normal
dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar pada waktu
24
operasi mastoidektomi, pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah
syaraf, sebelum dilakukan mastoidektomi.
Abses Otak
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat ditemukan
di serebelum, fosa kranial posterior atau di lobus temporal, di fosa kranial media.
Keadaan ini sering berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis, atau
meningitis. Abses otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga
dan mastoid atau tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural.
Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus temporal. Abses
serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadoko-kinesis, tremor intensif dan
tidak tepat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi pada abses lobus temporal.
Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas berupa nyeri kepala, demam,
muntah, serta keadaan letargik. Selain itu sebagai tanda yang nyata suatu abses otak
ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan likuor serebrospinal
memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta kenaikan tekanan likuor.
Mungkin dapat juga edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan dengan angiografi,
ventrikulografi, atau dengan tomografi komputer. Pengobatan abses otak ialah
dengan jalan operasi, dengan melakukan drainase dari lesi. Selain itu, pengobatan
25
dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi dilakukan untuk membuang
sumber infeksi, pada waktu keadaan umum lebih baik.
Hidrosefalus Otitis
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal
yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor tersebut. Pada pemeriksaan
terdapat edema papil. Keadaan ini dapat menyertai otitis media akut atau kronis.
Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur, mual,
dan muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis
yang mengakibatkan kegagalan absorbsi likuor serebrospinal oleh lapisan araknoid.
26
BAB V
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. LS
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Terdapat benjolan menutupi liang telinga sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu.
27
- Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa
- Riwayat alergi dalam keluarga tidak diketahui
Riwayat Pengobatan:
Pasien berobat ke puskesmas dan di rujuk ke RS.
28
Status THT-KL
A. Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Daun Telinga Radang - -
Nyeri Tarik - -
Nyeri Tekan + +
Lapang/Sempit Lapang Tertutup
Hiperemis - -
Liang Telinga
Edema - -
Massa - Positif
Positif
Bau - (berbau
busuk)
Sekret/Serumen Tidak
Warna kekuningan
terlihat
Tidak
Jumlah Sedikit
terlihat
Tidak
M. Tympani Normal
terlihat
Tidak
Warna Bening
terlihat
Tidak
Reflek Cahaya + (jam 5)
Utuh terlihat
Tidak
Bulging -
terlihat
Tidak
Retraksi -
terlihat
Tidak
Atrofi -
terlihat
29
Tidak
Jumlah -
terlihat
Tidak
PerforasiJenis -
Perforasi terlihat
Tidak
Kuadran -
terlihat
Tidak
Bentuk -
terlihat
Tidak
Warna -
terlihat
Mastoid Tanda Radang - +
Fistel - -
Sikatrik - -
Nyer Tekan - +
Nyeri Ketok - +
Tidak Tidak
Rinne
dinilai dinilai
Tidak Tidak
Tes Garpu Tala Weber
dinilai dinilai
Tidak Tidak
Scawabach
dinilai dinilai
B. Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Deformitas - -
Kelainan - -
Congenital - -
Hidung luar
Trauma - -
Radang - -
Massa - -
30
C. Sinus paranasal
Pemeriksaan Dektra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
D. Rinoskopi anterior
Pemeriksaa
Kelainan Dextra sinistra
n
Vibrise + +
Vestibulum
Radang - -
Lapang/cukuplapang/sempi Lapan
Cavum nasi Lapang
t g
Radang - -
Massa - -
Sekret
Jumlah - -
Bau - -
Norma
Ukuran normal
l
Norma
Konka Warna normal
l
inferior
Norma
Permukaan normal
l
Edema - -
Norma
Ukuran normal
l
Norma
Konkha Warna normal
l
media
Norma
Permukaan normal
l
Edema - -
31
Cukup lurus/deviasi Lurus Lurus
Norma
Permukaan normal
l
Warna Pucat Pucat
Septum Norma
Spina normal
l
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
E. Rinoskopi posterior
Orofaring/mulut
Pemeriksaa
Kelainan Dextra Sinistra
n
Simetris/tidak Simetris Simetris
Palatum Warna Merah muda Merah muda
mole/arkus Edema - -
faring Bercak/eksuda
- -
t
Dinding Warna Merah muda Merah muda
faring Permukaan Normal Normal
Ukuran T1 T1
Warna Normal Normal
Bergelomban Bergelomban
Tonsil Permukaan
g g
Detritus - -
Eksudat - -
32
Warna - -
Edema - -
Peritonsil Abses - -
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Tumor Permukaan - -
Konsistensi - -
Karies/radiks - -
Kesan Rapi Rapi
Gigi
Deviasi - -
Bentuk Normal Normal
Lidah
Tumor - -
33
V. DIAGNOSIS KERJA
Otitis media supuratif kronik tipe maligna sinistra
Medikamentosa:
a. Antibiotik
- Ciprofloksasin 3x1
b. Kortikosteroid
- Methylprednisolone 2x1
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
34
BAB VI
ANALISIS KASUS
36
BAB V II
KESIMPULAN
Otitis media supuratif kronis (OMSK) atau yang sehari-hari disebut congek
adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul, mungkin encer
atau kental, bening, atau berupa nanah.
Penyebab OMSK secara umum ialah lingkungan, otitis media sebelumnya,
infeksi saluran nafas atas, autoimun, alergi dan gangguan fungsi tuba eustachius.
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau
atik. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya marginal atau di atik. Sebagian
besar komplikasi berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna. Komplikasi
dapat terjadi di telinga tengah, telinga dalam, ekstradural dan sistem saraf pusat.
Terapi OMSK memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak langsung cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh adanya perforasi membran timpani, terdapatnya sumber infeksi,
gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, ada
cara konservatif dan operatif. Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi.
Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan.
37
DAFTAR PUSTAKA
38