You are on page 1of 10

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016


ISSN : 2301-9085

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI JAJARGENJANG DI KELAS VII SMP/MTs

Nila Faizatur Rahmah


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : nilarahmah@mhs.unesa.ac.id

Siti Maghfirotun Amin


Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : sitiamin@unesa.ac.id

Abstrak
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan motivasi
yang tinggi. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Pembelajaran ini
merupakan struktur pembelajaran yang sederhana karena anggota kelompok hanya terdiri dari dua
orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen
dengan rancangan pre-test and post-test design yang dilaksanakan di MTs Hasyim Asyari. Berdasarkan
hasil dan analisis data angket motivasi siswa, diperoleh rata-rata skor angket motivasi belajar siswa
yang meningkat, yaitu sebesar 76,67% siswa mengalami peningkatan motivasi belajar setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Dari perhitungan dengan
menggunakan uji t sampel berpasangan diperoleh | | > yaitu 8,3556 > 1,70, sehingga 0
ditolak atau 1 diterima. Pada hasil belajar siswa, diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa (pre-test
dan post-test) yang meningkat, yaitu sebesar 83,3% % siswa mengalami peningkatan hasil belajar
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Dari perhitungan dengan
menggunakan uji t sampel berpasangan diperoleh | | > yaitu 77,3529 > 1,70, sehingga 0
ditolak atau 1 diterima. Peneliti menyimpulkan bahwa motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-1
MTs Hasyim Asyari mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe think-pair-
share pada materi jajargenjang.
Kata kunci : Peningkatan, Motivasi, Hasil Belajar, Think-Pair-Share
Abstract
Motivation is a factor that affects students learning outcomes. By the high motivation in learning, it is
expected that students learning outcomes which will be achieved by students are also high and satisfied. One of
learning mode that can be used to enhance students motivation and learning outcomes is cooperative learning
model type think-pair-share. This learning is a simple learning structure for members of the group consists of only
two people. The aim of this research to find increased students motivation and learning outcomes through
cooperative learning model type think-pair-share. This research is an experimental research with design pre-test
and post-test design. It had been done in MTs Hasyim Asyari. Based on the result and analysis data of students
motivation questionnaire, that was acquired the average score, was increased 76,67% students who had increasing
motivation after following cooperative learning model type think-pair-share. From the calculation that used
paired-sampel t test was acquired | | > which the resul was 8,3556 > 1,70, so 0 was rejected or
1 was accepted. On students learning outcomes, obtained an average score of students learning outcomes (pre-
test and post-test) were increased , amounting to 83,3 % student who had increasing learning outcomes after
following cooperative learning model type think-pair-share. From the calculation that used paired-sampel t test
was acquired | | > which the result was 77,3529 > 1,70, so 0 was rejected or 1 was accepted.
Researcher concluded that the students motivation and learning outcomes of class VII-1 MTs Hasyim Asyari
were increased after attending the learning activities of cooperative model type think-pair-share at parallelogram
material.

Keyword: Increasing, Motivation, Learning Outcomes, Think-Pair-Share.


Volume 3 No 5 Tahun 2015

PENDAHULUAN melakukan sesuatu. Seseorang akan mempunyai


Belajar merupakan bagian penting dari motivasi yang tinggi akan melakukan sesuatu yang
pendidikan. Belajar secara umum diartikan sebagai penuh semangat, terarah, dan penuh rasa percaya
perubahan individu yang terjadi melalui diri. Hal ini berlaku juga pada kegiatan belajar
pengalaman serta dapat terlihat dengan adanya matematika. Siswa yang mempunyai motivasi
perubahan dalam segi perilaku. Dalam kegiatan belajar yang tinggi akan lebih bersemangat dalam
belajar pemberian dorongan yang positif akan kegiatan belajarnya dan bersungguh-sungguh
membuat anak merasa nyaman tanpa adanya dalam belajar.
tekanan. Oleh karena itu, diperlukan lingkungan Selanjutnya menurut Susilo (dalam Hudojo,
belajar yang membuat anak tidak merasa tertekan. 2003) salah satu dari beberapa faktor yang
Dalam kegiatan belajar di sekolah, beberapa memengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar
siswa sudah mulai menyukai matematika, namun matematika adalah meliputi kemampuan, kesiapan,
sebagian siswa masih kurang berminat terhadap minat, motivasi, serta kondisi siswa saat mengikuti
matematika. Hal ini dikarenakan dalam matematika kegiatan belajar matematika. Dari pendapat
terdapat konsep-konsep yang kurang dikuasai tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi
dengan baik oleh siswa sehingga menimbulkan upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah
kesan bahwa matematika dianggap sebagai mata motivasi belajar siswa dalam belajar matematika.
pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan kurang Siswa yang memiliki motivasi belajar matematika
diminati bagi kelompok siswa berkemampuan yang tinggi dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hal
rendah. ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Suprijono
Berdasarkan pengalaman peneliti selama (2014) yaitu beberapa faktor yang memengaruhi
mengikuti kegiatan PPP, saat proses belajar hasil belajar antara lain latar belakang keluarga,
mengajar berlangsung sebagian siswa lebih bersifat kondisi atau konteks sekolah dan motivasi belajar.
pasif, takut, dan malu dalam mengemukakan Faktor motivasi belajar merupakan faktor yang
pendapat mereka pada saat pembelajaran. Suasana paling besar pengaruhnya. Dari pendapat tersebut
seperti ini akan mengganggu kelancaran kegiatan menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh dalam
pembelajaran dan memengaruhi hasil belajar dari hasil belajar. Motivasi sebagai keseluruhan daya
siswa. Berdasarkan pengalaman tersebut, hasil penggerak yang ada dalam diri siswa mampu
belajar dari siswa berkaitan dengan kemampuan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
siswa dalam menyerap dan memahami suatu memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
materi yang dapat diukur dari keberhasilan siswa tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.
dalam mencapai tujuan belajar yang ditentukan. Berdasarkan sumber pembentuknya, motivasi
Dalam mengajarkan matematika kepada siswa, dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi
guru masih menggunakan paradigma pembelajaran ekstrinsik (Uno, 2011:4). Motivasi intrinsik lebih
lama, komunikasi dalam pembelajaran matematika kuat dari motivasi ekstrinsik. Karena itu,
cenderung berlangsung satu arah yang umumnya kebanyakan guru meinginkan kelas yang penuh
dari guru ke siswa. Guru lebih mendominasi dengan siswa yang mempunyai motivasi intrinsik.
pembelajaran yang menyebabkan pembelajaran Namun kenyataannya sering kali tidak demikian.
cenderung monoton sehingga siswa kurang Hal ini menuntut guru untuk mampu
memahami materi yang diajarkan. Hal ini membuat membangkitkan motivasi intrinsik siswa,
tidak adanya dorongan dari dalam diri sendiri membangkitkan minatnya, mengusahakan agar
siswa maupun dorongan dari luar diri siswa siswa mau memelajari materi-materi yang
tersebut dalam belajar matematika. Padahal dalam diharapakan untuk dipelajarinya, menunjukkan
memelajari matematika diperlukan dorongan yang kepuasan, dan keigintahuan tentang materi
kuat. Dorongan ini lazim disebut dengan motivasi. tersebut. Karena pada dasarnya, siswa yang
Menurut Echole (dalam Usman, 2002) motivasi memiliki motivasi untuk belajar akan menggunakan
berasal dari kata motif yang artinya sebagai daya proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
upaya yang mendorong seseorang untuk suatu materi, sehingga siswa tersebut akan

359
Volume No. .. Tahun
2016

menyerap dan mengendapkan suatu materi lebih menggolongkan jenis-jenis segiempat yang
baik (Nur, 2001: 3-4). Hal inilah yang membuat mempunyai hubungan sifat-sifat yang sama.
peneliti tertarik untuk meneliti motivasi belajar Sehingga, dalm penelitian ini materi jajargenjang
siswa. Selain itu, motivasi merupakan pengarah ini dipilih karena sebagian siswa masih kesulitan
untuk mencapai tujuan belajar, diharapkan hasil dalam mempelajari topik bahasan jajargenjang. Hal
belajar yang akan dicapai siswa juga tinggi dan ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan guru
memuaskan. mitra sebelum dilakukan penelitian.
Untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka
belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai perlu kiranya dilakukan penelitian untuk
upaya. Upaya yang dilakukan dapat dari segi mengetahui bagaimana peningkatan motivasi dan
materi, menekankan proses pembelajaran, hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan pembelajaran matematika melalui model
kemampuan guru dalam mengajar, atau pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada
peningkatan mutu siswa di sekolah. Dalam materi jajargenjang di kelas VII SMP/MTs.
penelitian ini peneliti lebih menekankan pada METODE
proses pembelajaran. Apabila meninjau proses Penelitian eksperimen bertujuan untuk
pembelajaran yang diharapkan itu, maka salah satu melakukan perbandingan suatu akibat perlakuan
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk tertentu dengan suatu perlakuan lain yang berbeda
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa atau dengan yang tanpa perlakuan (Siswono, 2010).
adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap
think-pair-share. tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian
Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair- ini yaitu siswa kelas VII MTs. Hasyim Asyari.
share adalah salah satu dari berbagai tipe model Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil
pembelajaran kooperatif. Tipe model pembelajaran dengan menggunakan teknik Cluster Random
kooperatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sampling. Dalam penelitian ini random yang
think-pair-share. Model pembelajaran kooperatif tipe dilakukan oleh peneliti adalah random kelas.
think-pair-share merupakan struktur pembelajaran Terpilih satu kelas yang menjadi sampel dalam
yang sederhana karena anggota kelompok hanya penelitian adalah kelas VII-1.
terdiri dari dua orang. Dalam penelitian ini Rancangan penelitian yang digunakan dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe penelitian ini adalah Pre-test and Post-test Design.
think-pair-share menuntut adanya kerja sama yang Desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali
baik serta keterampilan siswa dengan pasangannya yaitu sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi
sehingga siswa lebih aktif karena pembelajaran perlakuan. Perlakuan yang diberikan berupa model
tidak berlangsung secara monoton. Dengan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
mengikutsertakan siswa dalam kegiatan Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini
pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan adalah RPP dan LKS. Instrumen yang digunakan
motivasi dan hasil belajar siswa. dalam penelitian ini adalah lembar angket motivasi,
Jajargenjang dan belahketupat merupakan lembar observasi aktivitas siswa, pre-test dan post-
materi pelajaran di kelas VII semester genap. test (tes tulis). Metode pengumpulan data yang
Kenyataan di lapangan, menurut hasil penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes,
yang dilakukan Sunardi ( dalam Yuwono, 2014: metode dokumentasi, dan metode angket.
961), dalam mempelajari geometri terdapat Teknik analasis data yang digunakan
beberapa kesalahan dan kesulitan yang dialami dalam penelitian ini adalah untuk angket dengan
siswa yaitu: 1) salah dalam menyelesaikan soal-soal menggunakan tabel penskoran jawaban angket
garis sejajar, 2) kekeliruan siswa dalam motivasi belajar dan uji t sampel berapasangan,
membedakan bangun jajargenjang dan untuk hasil belajar dengan menggunakan uji t
belahketupat, 3) kurang menguasai konsep sampel berapasangan, dan untuk aktivitas siswa
segiempat dengan benar, 4) kesulitan dengan menggunakan persentase aktivitas siswa.

360
Volume No. .. Tahun
2016

Uji t sampel berapasangan mempunyai kriteria pengklasifikasian tingkat


untuk dapat digunakan adalah data untuk tiap keberhasilan menggunakan interval
pasang yang diuji dalam skala interval atau rasio, yang formulanya sebagai berikut.
data berdistribusi normal, dan nilai variannya dapat
sama ataupun tidak.
=
a. Analisis Data Angket
1. Penskoran Angket Motivasi Belajar Keterangan:
Penyusunan angket motivasi belajar I = Interval
siswa menggunakan skala Likert yang J = Jarak antar skor maksimal dan
terdiri dari 20 butir pernyataan. Setiap item skor minimal
angket terdiri dari 4 pilihan jawaban dan K = Banyak kategori
peentuan skor menggunakan skala Likert Sehingga diperoleh:
80
dengan ketentuan sebagai berikut. = = 20
Tabel 1 Penskoran Jawaban Angket Motivasi Belajar 4
Maka dapat dikategorikan sebagai
Kategori Nilai untuk Setiap
Jawaban Butir berikut
Responden Positif Negatif Sangat Tinggi : 80% x
Sangat Setuju (SS) 4 1 Tinggi : 60% x 80%
Setuju (S) 3 2 Rendah : 40% x 60%
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak
Sangat Rendah :x 20%
1 4 dengan x persentase siswa yang
Setuju (STS)
mengalami peningkatan skor angket
Untuk menganalisis data angket motivasi belajar siswa.
motivasi belajar siswa, langkah-langkah 2. Uji T Sampel Berpasangan
yang dilakukan adalah : Uji Prasyarat
1) Menghitung skor angket motivasi a. Uji Normalitas
belajar siswa setiap siswa sebelum Uji normalitas digunakan untuk
dan sesudah kegiatan pembelajaran menguji apakah sampel yang
menggunakan Tabel penskoran 1. digunakan berasal dari populasi
2) Membadingkan rata-rata skor angket berdistribusi normal atau tidak.
motivasi belajar seluruh siswa Adapun langkah-langkah uji
sebelum dan sesudah kegiatan normalitas antara lain sebagai
pembelajaran. Motivasi belajar siswa berikut.
dikatakan meningkat jika rata-rata 1) Menentukan skor maksimum
skor angket sesudah kegiatan dan minimum dari masing-
pembelajaran lebih besar daripada masing kelas
rata-rata skor angket sebelum 2) Menentukan Rentangan (R)
kegiatan pembelajaran. yaitu:
3) Selanjutnya menghitung persentase =
banyaknya siswa yang mengalami 3) Menentukan banyak kelas
peningkatan motivasi belajar siswa. (BK)
= 1 + 3,3 log , dengan n

=

100% banyak siswa
4) Menentukan panjang kelas (P)
4) Mengkategorikan peningkatan skor
=

angket motivasi belajar siswa
5) Membuat daftar distribusi
menjadi 4 kategori. Menurut Dajan
frekuensi untuk masing-masing
(dalam Hardiyanto, 2009) cara
kelas.

361
Volume No. .. Tahun
2016

6) Menghitung rata-rata ( ) dengan = frekuensi pengamatan


rumus: =frekuensi yang

= diharapkan

7) Menghitung simpangan baku (s)
10) Menentukan taraf signifikan =
dengan rumus 0,05.
11) Mencari nilai 2 ()( 1) dari
2 ( )2
= daftar Chi-Kuadrat
( 1)
12) Menentukan hipotesis:
8) Membuat tabel frekuensi harapan
0 = sampel berasal dari
dan pengamatan.
populasi berdistribusi normal
Langkah-langkah yang ditempuh:
a) Menentukan batas kelas. 1 = sampel berasal dari
b) Menghitung besarnya bilangan populasi tidak berdistribusi
baku untuk tiap-tiap kelas normal
interval dengan rumus: 13) Menentukan kriteria pengujian
=

, untuk i= 1,2,3,4,,n hipotesis:

Keterangan: 0 diterima jika 2 <
= bilangan baku 2 ()( 1), maka sampel
= batas kelas pada tiap-tiap berasal dari populasi yang
kelas interval berdistribusi normal.
= rata-rata skor angket (dari
0 ditolak jika 2
distribusi frekuensi)
= simpangan baku 2 ()( 1), maka sampel
c) Mencari luas 0 Z dari tabel berasal dari populasi yang tidak
Kurfa Normal berdistribusi normal.
d) Menghitung luas tiap kelas 14) Menarik kesimpulan.
interval (L), dengan jalan b. Uji Hipotesis
mengurangkan angka-angka 0 Uji t sample berpasangan sering kali
Z. disebut sebagai paired-sampel t test. Uji t
e) Menghitung frekuensi yang untuk data sampel berpasangan
diharapkan ( ) dengan cara membandingkan rata-rata dua variabel
mengalikan luas tiap kelas untuk suatu grup sampel tunggal. Uji t
interval dengan jumlah sampel berpasangan (paired t-test)
responden. umumnya menguji perbedaan antara dua
= pengamatan. Uji seperti ini dilakukan pada
Subjek yang diuji untuk situasi sebelum dan
Keterangan:
sesudah proses, atau subjek yang
= frekuensi yang diharapkan
berpasangan ataupun serupa (sejenis).
= luas tian kelas interval
Dalam penelitian ini yaitu untuk
= banyak data
mengetahui perbedaan dan
9) Menentukan nilai 2 dengan teknik
membandingkan motivasi belajarsiswa
analisis uji Chi-Kuadrat dengan
siswa melalui perlakuan yaitu dalam
rumus:

pembelajaran dengan menggunkan model
( )2 pembelajaran kooperatif tipe think-pair-
=
2
share. Uji t sampel berpasangan digunakan
=1
Keterangan: untuk mengetahui apakah ada perbedaan
= banyaknya kelas interval

362
Volume No. .. Tahun
2016

motivasi belajar siswa antara sebelum dan banyaknya siswa yang tuntas dihitung
sesudah pembelajaran. dengan cara :

Adapun langkah-langkahnya sebagai % =

100%

berikut 2) Uji T Sampel Berpasangan


a) Hipotesis statistik yang diuji adalah: Langkah yang dilakukan sama dengan
0 : > uji t sampel berpasangan pada analisis
v1 : < data angket siswa
b) Jika populasi berdistribusi normal c. Analisis Data Aktivitas Siswa
dengan variansnya homogen, selisih Data yang didapatkan dari lembar
rata-rata populasi = ( ) akan observasi aktivitas siswa selama kegiatan
diuji melalui: pembelajaran matematika dengan

v = menggunakan model pembelajaran

2 ( )2 kooperatif tipe think-pair-share akan dianalisis
2 = sebagai berikut.
( 1)
1) Menghitung frekuensi hasil pengamatan
= aktivitas siswa setiap pertemuan sejumlah
/
Keterangan: empat siswa yang diamati oleh pengamat.
B = Rata-rata beda 2) Dari hasil observasi diperoleh data
n = Ukuran sampel aktivitas siswa selama proses
= Simpangan baku beda pembelajaran yang dianalisis dengan
c) Menentukan kriteria 0 menggunakan rumus persentase aktivitas
Untuk menarik kesimpulan (apakah 0 siswa. Rumus tersebut diadaptasi dari
diterima atau ditolak digunakan tabel t- Masriyah (2006) antara lain sebagai
student dengan derajat bebas = 1 berikut.
Frekuensi Aktivitas ke i
dan tingkat signifikasi = 0,05 Persentase aktivitas ke i =
Total Seluruh Aktivitas
100%

0 ditolak jika | | > Keterangan:


b. Analisis Data Hasil Belajar Frekuensi aktivitas ke i diperoleh dari 4
siswa(dipilih secara acak) yang
1) Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
melakukan aktivitas ke i
Data post-test siswa dianalisis untuk
Total seluruh aktivitas dari 4 siswa yang
mendeskripsikan hasil belajar siswa
dipilih secara acak selama mengikuti
(pencapaian ketuntasan belajar siswa).
pembelajaran.
Tes ini dilaksanakan sebelum dan
3) Menghitung rata-rata persentase
sesudah kegiatan pembelajaran.
aktivitas siswa untuk semua pertemuan.
Berdasarkan acuan yang dipakai oleh
Siswa dikatakan aktif, jika jumlah
sekolah tempat peneliti melakukan
persentase rata-rata selama dua pertemuan
penelitian, seorang siswa dikatakan
lebih dari atau sama dengan 60%. Sebaliknya,
tuntas (mencapai standar kompetensi
siswa dikatakan pasif jika jumlah persentase
yang diharapkan) jika memperoleh nilai
rata-rata seluruh aktivitas siswa selama dua
tes lebih dari sama dengan 75. Jika nilai
pertemuan kurang dari 60%.
tes kurang dari 75 maka siswa tersebut
dikatakan tidak tuntas (belum mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN
standar kompetensi yang diharapkan)
Penelitian dengan judul peningkatan motivasi
dan suatu kelas dikatakan tuntas jika
dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
jumlah siswa yang tuntas di kelas itu
kooperatif tipe think-pair-share pada materi
mencapai >75%. Untuk mengetahui
jajargenjang di kelas VII SMP/MTs dilakukan di
ketuntasan siswa, ditentukan
MTs Hasyim Asyari pada semester genap tahun
denganmenyatakan persentase
ajaran 2015/2016 yaitu pada tanggal 16 April 2016

363
Volume No. .. Tahun
2016

sampai 29 April 2016. Pada penelitian ini


menggunakan satu kelas sebagai sampel penelitian Dari hasil angket motivasi belajar siswa
yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. diperoleh rata-rata skor angket motivasi belajar
yaitu Dari pengambilan secara acak dipilih satu siswa sebelum kegiatan pembelajaran adalah 51,63
dan diperoleh rata-rata skor angket motivasi belajar
kelas yaitu kelas VII-1 dengan jumlah 30 siswa.
siswa sesudah kegiatan pembelajaran adalah 57.
Menurut informasi yang didapat, bahwa semua
Dari 30 siswa di kelas VII-1 ada 23 siswa yang
kelas VII yang ada di MTs Hasyim Asyari memiliki mengalami peningkatan motivasi belajar dan
kepandaian yang setara. Materi matematika yang memperoleh peresentase 76,67%. Dari persentase
diajarkan pada penelitian ini adalah jajargenjang yang telah tersebut dan kriteria yang telah dibuat,
untuk kelas VII. dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi
Data Hasil Skor Angket Motivasi Belajar Siswa belajar siswa kelas VII-1 MTs Hasyim Asyari
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
Hasil skor angket motivasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
sebelum dan sesudah pembelajaran dalam think-pair-share pada materi jajargenjang termasuk
penelitian ini berupa data ordinal yaitu berupa skor kategori tinggi. Berdasarkan perhitungan yang
angket motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu
pembelajaran yang diperoleh siswa dari kelas VII-1. uji t sampel berpasangan dapat disimpulkan bahwa
Berikut disajikan hasil skor angket motivasi belajar model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pada dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
materi jajargenjang. Hal ini ditunjukkan dengan
materi jajargenjang dari kelas VII-1.
rata-rata skor angket motivasi belajar siswa sebelum
Tabel 2 Data Hasil Skor Angket Motivasi Belajar pembelajaran lebih kecil rata-rata skor angket
Siswa motivasi belajar siswa sesudah pembelajaran. Hasil
uji t sampel berpasangan yang memberikan nilai
Nmr. Angket Motivasi Belajar | | > yaitu 8,3556 > 1,70 yang
Siswa
diinterprestasikan signifikan yang menunjukan
Sebelum Sesudah
terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang
Pembelajaran Pembelajaran
1. 42 54 mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan
2. 50 47 model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
3. 36 56 Data Hasil Belajar Siswa
4. 50 62
Data hasil nilai pre-test dan post-test siswa
5. 64 65
6. 56 53 dalam penelitian ini berupa data interval atau rasio
7. 40 46 yaitu berupa hasil nilai pre-test dan post-test yang
8. 44 52
diperoleh siswa dari kelas VII-1 diberi perlakuan
9. 56 57
10. 38 66 dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-
11. 52 49 pair-share. Berikut disajikan data hasil nilai tes awal
12. 42 60
13. 48 52 dan hasil belajar pada materi jajargenjang dari kelas
14. 57 70 VII-1.
15. 51 69 Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa
16. 60 73
Nmr. Hasil Belajar Siswa
17. 49 46
Siswa Pre-test Post-test
18. 42 48
1. 58 57
19. 54 56
2. 51 63
20. 62 64
3. 56 56
21. 45 45
4. 58 57
22. 58 62
5. 62 55
23. 62 65
6. 58 79
24. 48 50
7. 45 54
25. 55 60
8. 54 63
26. 43 58
9. 51 76
27. 52 72
10. 38 66
28. 36 50
11. 35 56
29. 45 45
12. 42 68
30. 41 48
13. 64 59
14. 49 54

364
Volume No. .. Tahun
2016

Nmr. Hasil Belajar Siswa siswa yang telah ditentukan secara acak dan
Siswa Pre-test Post-test
15. 63 56
dilakukan oleh pengamat.
16. 35 78 Berikut hasil pengamatan aktivitas siswa
17. 44 79 selama pembelajaran dengan pembelajaran
18. 45 61
19. 43 59 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
20. 44 73 think-pair-share.
21. 55 70
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
22. 44 72
23. 49 65
24. 58 83
25. 62 66 Rata-rata (%)
26. 37 70 Nmr. Keterangan Aktivitas Siswa
27. 49 71
28. 50 62
29. 52 74 Mendengarkan atau
30. 64 74 1. memperhatikan penjelasan dari 21,09
guru

Data diperoleh rata-rata nilai pre-test siswa Mengajukan pertanyaan mengenai


sebelum kegiatan pembelajaran adalah 50,22 dan 2.
materi/tugas yang disampaikan,
17,96
soal yang diberikan atau
diperoleh rata-rata nilai post-test belajar siswa penjelasan guru atau teman
sesudah kegiatan pembelajaran adalah 66. Dari 30 3.
Menjawab pertanyaan dari guru
13,28
atau teman
siswa di kelas VII-1 ada 25 siswa yang mengalami
Berdiskusi dengan teman
peningkatan hasil belajar dan memperoleh 4. sekelompok untuk mengerjakan 24,99
persentase 83,3%. Dari persentase yang telah LKS yang diberikan
Mempresentasikan hasil diskusi
tersebut dan kriteria yang telah dibuat, dapat 5.
kelompok
6,24
disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa Membuat hasil rangkuman dari
6. kegiatan pembelajaran secara lisan 9,37
kelas VII-1 MTs Hasyim Asyari setelah mengikuti
atau tertulis
kegiatan pembelajaran menggunakan model Melakukan kegiatan yang tidak
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada relevan dengan pembelajaran yang
7. sedang berlangsung (misalnya 6,24
materi jajargenjang termasuk kategori sangat tinggi. tidur, makan, gaduh, dan
Meskipun terjadi peningkatan hasil belajar tetapi sebagainya)
tidak dapat mencapai ketuntasan secara klasikal. Jumlah
Ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 16,67%.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan Berdasarkan data pada Tabel 4.4,
menggunakan uji statistik yaitu uji t sampel diketahui bahwa persentase aktivitas siswa
berpasangan dapat disimpulkan bahwa model terendah adalah melakukan kegiatan yang
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat tidak relevan dengan pembelajaran yang
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
sedang berlangsung (misalnya tidur, makan,
jajargenjang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-
rata nilai pre-test siswa sebelum pembelajaran lebih gaduh, dan sebagainya) dan
kecil rata-rata nilai post-test siswa sesudah mempresentasikan hasil diskusi kelompok
pembelajaran. Hasil uji t sampel berpasangan yang sebesar 6,24%, sedangkan persentase aktivitas
memberikan nilai | | > yaitu 77,3529 > siswa tertinggi adalah berdiskusi dengan
1,70 yang diinterprestasikan signifikan yang teman sekelompok untuk mengerjakan LKS
menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan sebesar 24,99%.Berdasarkan
yang mendapatkan pembelajaran dengan
data tersebut, diperoleh pula jumlah rata-rata
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share. persentase aktivitas siswa butir ke-2 sampai
dengan butir ke-6 selama dua kali pertemuan
DATA PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA adalah 71,84%. Persentase ini lebih dari 60%
Pengamatan akivitas siswa dilaksanakan sehingga dapat dikatakan bahwa siswa
selama diterapkannya model pembelajaran tergolong aktif selama pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share. Pegamatan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dilakukan pada pertemuan pertama sampai tipe think-pair-share.
pertemuan kedua. Pengamatan dilakukan kepada 4

365
Volume No. .. Tahun
2016

PENUTUP 3. Pada post-test yang diberikan kepada siswa


Simpulan setelah pembelajaran dengan menggunakan
Berdasarkan hasil dan pembahasan angket model pembelajaran kooperatif tipe think-
motivasi siswa, diperoleh rata-rata skor angket pair-share tidak tercapai ketuntasan klasikal.
motivasi belajar siswa yang meningkat, yaitu Hal ini dikarenakan guru belum mengenal
sebesar 76,67% siswa mengalami peningkatan siswa yang memerlukan bantuan khusus,
motivasi belajar setelah mengikuti kegiatan tidak mengumpulkan data tentang siswa, dan
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Dari mengamati tingkah laku siswa dalam situasi
perhitungan dengan menggunakan uji t sampel sehari-hari. Sebaiknya sebelum penelitian
berpasangan diperoleh | | > peneliti mencari informasi mengenai subjek
yaitu 8,3556 > 1,70, sehingga 0 ditolak atau 1 penelitian.
diterima. Pada hasil belajar siswa, diperoleh rata- 4. Pada penelitian ini sebaiknya digunakan dua
rata nilai hasil belajar siswa (pre-test dan post-test) kelas sebagai pembanding. Jadi terdapat
yang meningkat, yaitu sebesar 15,78 dan sebanyak kelas kontrol dan kelas eksperimen.
83,3% % siswa mengalami peningkatan hasil belajar 5. Data skor angket motivasi belajar siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran kooperatif adalah bukan data interval atau rasio.
tipe think-pair-share. Dari perhitungan dengan Namun dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji t sampel berpasangan mengasumsikan data skor angket motivasi
diperoleh | | > yaitu 77,3529 > 1,70, belajar siswa sebagai data interval atau rasio
sehingga 0 ditolak atau 1 diterima. Pada aktivitas karena analisis data skor angket motivasi
siswa selama mengikuti pembelajaran termasuk belajar siswa dihitung menggunakan uji t
dalam kategori aktif dengan persentase rata-rata sampel berpasangan. Uji t sampel
aktivitas siswa tanpa kegiatan yang tidak relevan berpasangan mempunyai kriteria bahwa data
dan mendengarkan atau memperhatikan penjelasan untuk tiap pasang yang diuji dalam skala
dari guru sebesar 71,84%. Peneliti menyimpulkan interval atau rasio.
bahwa motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-1
MTs Hasyim Asyari mengalami peningkatan DAFTAR PUSTAKA
setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu
think-pair-share pada materi jajargenjang.
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Saran Cipta.
Berdasarkan simpulan dan hasil penelitian, Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan
maka peneliti mengemukakan saran tindak lanjut Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta:
terkait penelitian yang telah dilaksanakan, Depdiknas.
diantaranya. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
1. Pada saat pembelajaran guru membagi siswa Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
menjadi 15 kelompok dengan beranggotakan
Jakarta: Rhineka Cipta.
masing-masing kelompok sebanyak 2 siswa. E. Slavin, R. 2005. Cooperatif Learning Teori, Riset, dan
Guru menyampaikannya secara lisan hal ini Praktik. Bandung: Nusa Media.
membuat kelas menjadi gaduh karena guru Fatmawati, Anisa. 2014. Penerapan Pendekatan
harus mengulang nama anggota kelompok Auditory Intellectually Repetition(AIR) pada
lebih dari satu kali dan beberapa siswa gaduh Materi Pertidaksamaan di Kelas X-C SMAN 1
Kauman Tulungagung. Skripsi tidak
saat berpindah tempat duduk.
diterbitkan. Surabaya: UNESA.
2. Pada butir angket motivasi belajar siswa di Ibrahim, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif.
nomor 2, 4, 8, 14, 16, 17, dan 18 kurang sesuai Surabaya: University Press.
jika diberikan pada sebelum pembelajaran. VII SMP Negeri 1 Sidoarjo. Skripsi. Tidak
Karena isi dari butir-butir angket tersebut dipublikasikan. Surabaya: UNESA.
lebih cocok diberikan sesudah kegiiatan Kurniawan. 2013. Matematika untuk SMP/MTs kelas
VII. Jakarta: Erlangga.
pembelajaran

366
Volume No. .. Tahun
2016

Manoy, Janet Trieneke. 2000. Efektivitas Pembelajaran


Diskusi untuk Matematika Pokok
Bahasan Lingkaran. Tesis tidak
diterbitkan. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya
Masriyah. 2006. Modul 9 Penyusunan Non Tes.
Surabaya: Universitas Terbuka.
M.B.A, Riduwan. 2010. Dasar-dasar Statistika.
Bandung: Alfabeta.
Nur, Mohamad. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Siregar, Syafaruddin. 2005. Statitika Terapan untuk
Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Siswono , Tatag Yuli Eko. 2008. Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Surabaya: Unesa University
Press
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, R&D. Bandung:
ALFABETA.
Supardi, U.S. 2013. Apikasi Statistika Dalam
Penelitian. Jakarta: PT Prima Ufuk
Semesta.
Suprihadi, dkk. 2000. Strategi Pembelajaran. Malang:
Unipress.
Suprijono, A. 2014. Cooperative Learning : Teori dan
Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Uno, H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya
Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Upaya Optimalisasi
Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya Offset.

367

You might also like

  • 1 PB
    1 PB
    Document9 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document7 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document8 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB 2
    1 PB 2
    Document20 pages
    1 PB 2
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document6 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document16 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document10 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document12 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet
  • 1 PB
    1 PB
    Document13 pages
    1 PB
    alimsumarno
    No ratings yet