You are on page 1of 9

Sabatari dan Lilik, Upaya Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 285

UPAYA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK


POTRET KOMITMEN TERHADAP STANDAR NASIONAL
PROSES PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

Widyabakti Sabatari1 dan V. Lilik Hariyanto2


1 Jurusan Pendidikan Teknik Busana FT UNY, 2 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Perencanaan FT-UNY
e-mail: widyabaktisabatari@gmail.com

ABSTRACT

%
?*+. 
 
  


$ 
 
 
 

  
$
 &  
  
 
  
 2*0. 
  


$ 
  '


&
$

   



    
 
 '
& 
 "
%'
$%"%'   
$ 
   
Z%# 
M
 "%'
  
B &05+0"%' J+
  2 J3V #  J+< 2
)"  
  
='*+.&$
 
 *0.=
 
"
 $ '
$
&2
""  


"
 $

 '
       
 $

 "   $

 '

     %  

 '
   
 $

 
'# '
   
 %"
&

%2 % 
 

 
 " %
 
=' 

$

 %
" '?*+.
 >
  


 
 
    &

1O 
 Q2*0.'6  


$ 
 
 '&'

   


    
 
 2 
?*.  
 &% J3V #2*&.) U# J+< 2

)2 * .  
< # 
 J+  "

Keywords? 
2  
 
"

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) ditemukan upaya-upaya guru agar pembelajaran kewirausahaan di SMK
dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif sesuai dengan standar
nasional proses pendidikan dan pembelajaran, (2) ditemukan model pembelajaran kewirausahaan di SMK yang dapat
G     Z
 ! 

 z !           
dibandingkan dengan yang lainnya.Pendekatan penelitian menggunakan metode survey. Tempat penelitian di
SMK-SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.Waktu penelitian bulan Maret 2012 sampai dengan
bulan Oktober 2012.Sampel penelitian SMKN I Temanggung, SMKN IV Surakarta, SMKN I Buduran, Sidoarjo.
Metode pengumpulan data menggunakan: (1) observasi, (2) angket. Pengembangan instrument dari variabel pokok
yaitu upaya pembelajaran kewirausahaan.Validitas instrument digunakan validitas isi dan validitas konstruksi.
Validitas isi untuk mengukur ketepatan isi dari aspek-aspek model pembelajaran kewirausahaan.Sedangkan
validitas konstruksi untuk mengukur konsistensi internal. Reliabilitas digunakan statistik korelasi product momen.
Metode analisis data digunakan analisis statistik diskriptif.Simpulan penelitian: (1) upaya guru agar pembelajaran
pendidikan kewirausahaan dapat menyatu ke dalam kurikulum sehingga sesuai dengan bunyi standar nasional secara
keseluruhan dalam katagori diupayakan, (2) tersedia beberapa contoh model pembelajaran kewirausahaan di SMK
 
 G     Z
 ! 

 z !         
keunggulan dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu: (a) Entrepreneurship Laboratory Model di SMK N IV
Surakarta, (b) Project WorkModel SMK N 1 Buduran, Sidoarjo, dan (c) Entrepreneurship Bench Mark Learning
Model SMK N 1 Temanggung.

Kata kunci: Upaya pembelajaran, Model pembelajaran kewirausahaan.

PENDAHULUAN Pendidikan tahun 2009-2014 yaitu ditujukan demi


Pada tahun ajaran baru 2010-2011, kuri- tercapainya pertumbuhan ekonomi, didukung
kulum berbasis kewirausahaan rencananya akan keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik
dilaksanakan di sekolah-sekolah (Muhammad dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja
Nuh, 2009). Presiden Republik Indonesia meng- atau kewirausahaan serta menjawab tantangan
arahkan terhadap prioritas pembangunan bidang kebutuhan tenaga kerja saat ini. Sementara program

285
286 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 3, Mei 2013

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan adalah pertanyaan-pertanyaan: (1) Bagaimanakah


mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan ke upaya guru agar pembelajaran kewirausahaan di
jenjang pendidikan tinggi untuk lebih siap masuk SMK dapat menyatu ke dalam kurikulum sehingga
dunia kerja (Suyanto, 2009: 5). Implementasi terjadi proses pembelajaran yang efektif sesuai
program tersebut secara komprehensif dapat dengan standar nasional proses pendidikan dan
dirunut dari Pendidikan Kejuruan dan Model pembelajaran ditinjau dari: (a) Penyelenggaraan
Pembelajaran Kewirausahaan. PBM, (b) Pengakomodasikan kemandirian siswa,
Dari kalangan pendidikan, program ke- (c) Perencanaan PBM, (d) Pelaksanaan PBM, (e)
wirausahaan bagi siswa terus dibenahi dan di- Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran dan (f)
upayakan pembelajarannya agar lebih baik dari Pengawasan PBM. (2) Apakah tersedia contoh-
pembelajaran-pembelajaran sebelumnya. Peme- contoh model pembelajaran kewirausahaan di
rintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden RI SMK yang dapat memberikan ilustrasi proses
Nomor 4, tahun 1995 tentang gerakan nasio- dan hasil pendidikan kewirausahaan yang secara
nal memasyarakatkan dan membudayakan       
G
 
kewirausahaan. Kemudian Inpres ini ditindak- dengan yang lainnya?
lanjuti oleh Depdiknas, dengan diluncurkannya Kewirausahaan dapat diartikan sebagai
program pengembangan kewirausahaan dalam hal-hal yang bersangkutan dengan keberanian
bentuk paket-paket pendidikan dan kegiatan seseorang untuk melaksanakan sesuatu kegiatan
bagi siswa SMK dan mahasiswa. Program ini bisnis/non bisnis. (Asri Laksmi Riani, dkk.
merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan 2006:10). Menurut Lambing &. Kuehl dalam
Depdiknas terhadap masih tingginya tingkat Hendro (2011:21), kewirausahaan adalah suatu
pengangguran di kalangan terdidik khususnya usaha yang kreatif yang membangun suatu $
lulusan SMK dan perguruan tinggi serta dalam dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati
rangka menjawab tantangan global. Pemerintah oleh banyak orang. Sementara Surya Dharma
melalui Departemen Koperasi dan UKM juga $\#\" 'Yq& 
  z !
telah mencanangkan program Getuk Nasional adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang
(Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional) untuk baru secara kreatif /inovatif dan kesanggupan hati
pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (qolbu) untuk mengambil resiko atas keputusan
dan mahasiswa. Program ini merupakan gerakan hasil ciptaannya serta melaksanakannya secara
penanaman jiwa kewirausahaan secara dini terbaik (sungguh-sungguh, ulet, gigih, tekun,
kepada siswa-siswa khususnya dan masyarakat progresif, pantang menyerah, dan sebagainya)
pemula yang akan melakukan kegiatan wirausaha sehingga nilai tambah yang diharapkan dapat
(Suryadharma Ali dalam Wiedy Murtini, 2009:7). dicapai. Penjabarannya dari pengertian di atas
Siswa SMK setelah lulus dari sekolah bahwa kewirausahaan tidak hanya menyangkut
sangat terbuka lebar dalam berwirausaha, tetapi kegiatan yang bersifat komersial (mencari
selama ini peluang tersebut belum tertangkap oleh untung semata) tetapi juga kegiatan yang tidak
mereka, karena belum terbinanya kesiapan untuk komersial sejauh dilakukan dengan semangat,
menjadi wirausaha. Peluang untuk berwirausaha sikap atau perilaku yang tepat dan unggul untuk
lulusan SMK sangat lebar. Oleh karenanya      
   Y 
lulusan SMK perlu menyadari akan hal ini, dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
mestinya harus dapat menjadikan lulusan yang baik kepada semua pihak yang berkepentingan
mempunyai kemampuan mencari pekerjaan (langganan dalam arti luas, termasuk masyarakat,
bergeser dengan kemampuannya bagaimana bangsa dan negara).
menciptakan lapangan kerja. Konsekuensi Titik tangkap kewirausahaan dimulai
logis dari falsafah ini adalah jelas bahwa upaya dari mengeksplorasi berbagai aspek tentang
penanaman kewirausahaan melalui pembelajaran permasalahan kewirausahaan. Konsepsi ini
yang baik dalam menumbuhkan kesiapan untuk menurut Coulter (2001:15) adalah Exploring
menjadi wirausaha bagi siswa SMK diperlukan   
  6yang sangat penting
suatu kajian, rumusan, dan implementasi pola- dalam proses   
, karena dalam
pola pembelajaran kewirausahaan di SMK konsep   
 akan menjelaskan 
menurut Standar Nasional Proses Pendidikan dan of the game dan '

 
#%
Pembelajaran. Selanjutnya yang perlu dijawab &  2 (Coulter, 2001). Selanjutnya ia
Sabatari dan Lilik, Upaya Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 287

mengatakan bahwa
 
%


  perubahan yang menghasilkan sesuatu yang unik

& 

$$ *., adalah aspek dan mendatangkan kemungkinan untuk berinovasi
yang sangat penting dalam   

        
 
yaitu mengejar untuk mendapatkan kesempatan. kesempatan-kesempatan saja tidaklah cukup.
Kesempatan yang dimaksud di sini adalah ke- Dalam proses   
 harus termasuk
cenderungan eksternal yang positif atau perubahan- menunjukkan kemungkinan keunggulan bersaing
yang dimiliki.

Gambar 1. Entrepreneurial in Action-The Entrepreneurial Process

Winardi (2003), proses kewirausahaan seseorang yang mau maju untuk memperbaiki
dimulai karena adanya fenomena % 2 keadaan. Seseorang tersebut melihat tantangan
yaitu suatu dorongan yang memaksa untuk sebagai suatu kesempatan yang harus diraih.
berwirausaha karena keadaan yang memang Untuk bisa meraih kesempatan ini harus ada
harus dilakukannya dan juga diharapkan akan ide terlebih dahulu. Inilah yang disebut
memberikan keuntungan yang lebih besar. Hal kewirausahaan. Dengan demikian proses dimulai
senada juga disampaikan oleh Wiedy Murtini dari adanya tantangan, kemudian menemukan
(2009), yang mengatakan sebagai suatu keadaan ide, dan akhirnya meraih kesempatan untuk
buruk yang justru memberikan tantangan bagi merealisasi ide baru tersebut.

PRIBADI: PRIBADI: SOSIOLOGI: PRIBADI: ORGANISASI:


Pencapaian locos of Pengambil resiko Jaringan Wirausa- Kelompok
control Ketidakpuasan Kelompok hawan Strategi
Toleransi Pendidikan Orang tua Pemimpin Struktur
Pengambil re-siko Usia Keluarga Manajer Budaya
Nilai-nilai pri-badi Komitmen Model peran Komitmen Produk
Pendidikan Visi
Pengalaman

KEJADIAN
INOVASI IMPLEMENTASI PERTUMBUHAN
PEMICU

LINGKUNGAN: LINGKUNGAN: LINGKUNGAN:


Peluang Kompetisi Pesaing
Model peranan Sumberdaya Pelanggan
Aktivitas Inkubator Pemasok
Kebijakan Investor
pemerintah

Gambar 2.
Model Proses Kewirausahaan.
288 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 3, Mei 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa model kewirausahaan.


kewirausahaan yang dikemukakan oleh Bygrave Sejak saat itu maka gerakan budaya ke-
dalam Wiedy Murtini (2009: 42), adalah me- wirausahaan seacara nasional banyak dikaji.
nekankan pada faktor-faktor yang berpengaruh Deparatemen Pendidikan dan Kebudayaan (Se-
terhadap proses kewirausahaan. Faktor yang karang Kementerian Pendidikan dan Kebuda-
paling dominan adalah terletak pada faktor yang yaan) merespon instruksi itu melalui program-
berasal dari pribadi wirausaha/   sen- program pengembangan budaya kewirausahaaan
diri dan faktor lingkungan, baru diikuti oleh faktor di perguruan tinggi yang dimulai tahun 1997, serta
sosial dan keorganisasian. Surya Dharma (2010) munculnya diklat kewirausahaan pada kurikulum
membedakan karakteristik kewirausahaan menjadi SMK sejak tahun 1999, dan mulai tahun 2000
dua yaitu: (1) kualitas dasar kewirausahaan yang mata pelajaran kewirausahaan mulai diajarkan di
meliputi: (a) kualitas daya pikir, (b) daya hati/ SMK.
ZG&
 
 & $       Walaupun pendidikan kewirausahaan mulai
kewirausahaan, meliputi penguasaan disiplin mendapatkan tempat di SMK, tetapi masih men-
ilmu, baik mono disiplin ilmu, antar disiplin ilmu, jadi pertanyaan seberapa jauh pendidikan ini dapat
maupun lintas disiplin ilmu. Kewirausahaan bukan- menghasilkan wirausaha baru. Temuan &
lah sekadar monodisiplin (ekonomi, matematika,   

 (GEM M) dalam
manajemen, dan sebagainya) dan juga bu- Agus W. Soehadi, et al. (2011:50-51), melapor-
kan hanya antar disiplin ilmu (manajemen pe- kan selama enam tahun di lebih dari 40 negara,
rusahaan, ekonomi pertanian, psikologi industri, menunjukkan bahwa latihan dan pendidikan ke-
dan sebagainya), akan tetapi juga lintas disiplin z !    Z    
ilmu (lingkungan hidup, kependudukan, dan mempengaruhi perkembangan jumlah wirausaha
sebagainya). Hal senada juga disampaikan oleh di suatu negara.
Machfoedz & Machfoedz, (2004:1) yang se- Kebutuhan rangkaian kerja yang kompre-
cara garis besar mengatakan wairausaha se- hensif dan terorganisasi merupakan sebuat tan-
bagai inovator harus mampu memanfaatkan dan tangan untuk menyelesaikan serta mengelola
mengubah kesempatan menjadi ide yang dapat pendidikan kewirausahaan di SMK dengan baik.
dijual atau dipasarkan, memberikan nilai tambah Strategi penciptaan wirausaha terdidik harus
dengan memanfaatkan upaya, biaya, atau kecakapan mampu dikonstekstualkan dalam konsep kuri-
dengan tujuan mendapatkan keuntungan. kulum yang integratif, dinamis, dan sesuai dengan
Seorang wirausaha dapat dipersiapkan perkembangan bisnis.
menjadi wirausaha yang sukses. Untuk itu harus
memiliki dan menguasai tiga kompetensi pokok
yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap/sifat
kewirausahaan, (Surya Dharma, 2010). Ketiga
kompetensi tersebut saling berkaitan seperti yang
diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 4.
Peran Pendidikan Kewirausahaan

METODE
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
Di Indonesia sendiri, masalah kewirausa-
menggunakan penelitian dengan metode survey,
haan juga menjadi perhatian pemerintah, melalui
yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar
Instruksi Presiden R I No. 4 tahun 1995 tentang
pengembangan penelitian lebih lanjut. Tempat
Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan mem-
penelitian di SMK-SMK yang berada di Daerah
budayakan kewirausahaan, kepada para Menteri
Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Waktu
dan Gubernur diintruksikan untuk secara ber-
penelitian antara bulan Maret 2012 sampai dengan
sama-sama memasyarakatkan dan membudayakan
awal bulan Oktober 2012. Setting penelitian
Sabatari dan Lilik, Upaya Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 289

adalah SMK di seluruh Daerah Istimewa statistik yang sesuai, misalnya analisis mean dan
Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk kepentingan standar deviasi untuk data deskriptif. Untuk data
ini diambil sampel SMK-SMK yang mempunyai yang bersifat kualitatif akan digunakan pula teknik
pembelajaran kewirausahaan yang baik, seperti: analisis kualitatif yang lazim dipakai, misalnya
SMKN I Temanggung, SMKN IV Surakarta, deskripsi kualitatif kehati-hatian perlu ditekankan
Beberapa SMKN Di Yogyakarta. pada analisis data kualitatif ini.
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan dua cara yaitu melalui: (1) observasi, (2) HASIL DAN PEMBAHASAN
angket. Observasi digunakan untuk mengetahui
Analisis pengupayaan pembelajaran ke-
implementasi pembelajaran kewirausahaan di
wirausahaan didasarkan pada analisis deskriptif
SMK. Angket yang berbentuk kuesioner digunakan
yang mengacu pada variabel ideal yang dihitung
untuk menjaring data tentang sejauh mana
dengan acuan normal. Dari hasil perhitungan data
upaya-upaya guru dalam mengimplementasikan
secara keseluruhan didapat skor rerata (M) = 110
pembelajaran kewirausahaan yang terintegrasi
dan Standar Deviasi (SD) = 7,6. Jadi dalam hal ini
dengan bidang produktif.
secara keseluruhan mulai dari penyelenggaraan
Observasi dilaksanakan dengan mendatangi
PBM, pengakomodasian kemandirian peserta
langsung SMK-SMK yang dikatagorikan imple-
didik, perencanaan PBM, pelaksanaan PBM,
mentasi pembelajaran kewirausahaannya sudah
pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran dan
dalam tataran baik. Melalui teknik wawancara
pengawasan PBM dapat dikatagorikan termasuk
terhadap kepala sekolah, koordinator pembelajaran
diupayakan oleh guru agar pembelajaran
kewirausahaan dan guru pengajar kewirausahaan
kewirausahaan di SMK dapat menyatu ke dalam
dapat diketahui gambaran pembelajaran kewira-
kurikulum sehingga terjadi proses pembelajaran
usahaan yang sebenarnya, sehingga setelah di-
yang efektif sesuai dengan standar nasional proses
analisis akan didapatkan gambaran model pem-
pendidikan dan pembelajaran.
belajarannya. Sedangkan kuesioner diberikan
Penyelenggaraan PBM diukur berdasarkan
kepada guru agar diisi untuk mendapatkan data-
pada tujuh indikator yaitu interaktif, inspiratif,
data sesuai dengan variable yang diteliti.
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
didik untuk aktif, memberikan ruang yang cukup
sejumlah angket yang akan disebarkan ke seluruh
bagi prakarsa dan menumbuhkan kreativitas bagi
sampel penelitian serta beberapa pertanyaan untuk
prakarsa. Dari hasil perhitungan data tentang
dikembangkan melalui wawancara dan diskusi.
penyelenggaraan PBM didapat skor rerata (M)
Diharapkan instrumen tersebut (angket, pedoman
= 23,00 dan Standar Deviasi (SD) = 2,60. Jadi
wawancara dan seperangkat pertanyaan) dapat
dalam hal ini tentang penyelenggaraan PBM
mengungkap apa yang menjadi tujuan penelitian
sudah sangat diupayakan.
ini. Jumlah sampel bias dikembangkan lebih lanjut
Pengakomodasian kemandirian peserta
apabila dirasa perlu untuk menambah, namun
didik dalam penelitian ini diukur berdasarkan
itu semua harus mempertimbangkan cara-cara
lima indikator, yaitu yang disesuaikan dengan
penarikan sampel yang sesuai dengan asas-asas
G &   &  G   &
metodologi penelitian.
perkembangan psikologisnya dan memberikan
Validitas instrument dalam penelitian ini
keteladanan dalam penyelenggaraan PBM
digunakan validitas isi dan validitas konstruksi.
kewirausahaan. Dari hasil perhitungan data
Validitas isi dimaksudkan untuk mengukur ke-
tentang pengakomodasian kemandirian peserta
tepatan isi dari aspek-aspek model pembelajaran
didik didapat skor rerata (M) = 15,00 dan Standar
kewirausahaan. Sedangkan validitas konstruksi
Deviasi (SD) = 2,00. Jadi dalam hal ini tentang
dimaksudkan untuk mengukur konsistensi secara
pengakomodasian kemandirian peserta didik
internal di antara komponen-komponennya. Selan-
dalam katagori diupayakan.
jutnya untuk mengukur tingkat kesepahaman antar
Upaya pembelajaran kewirausahaan pada
penilai, dianalisis dengan statistik korelasi product
perencanaan PBM dapat dianalisis berdasarkan
momen.
indikator perencanaan PBM kewirausahaan
Penelitian ini melibatkan data kuantitatif
melibatkan beberapa aspek, seperti perencanaan
maupun kualitatif. Untuk data yang bersifat
PBM yang tertuang dalam silabus dan kurikulum,
kuantitatip akan dianalisis menggunakan teknik
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
290 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 3, Mei 2013

pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan
belajar. Dari hasil perhitungan data tentang di SMKN 1 Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
perencanaan PBM didapat skor rerata (M) = 21,00 Model ini secara garis besar mengacu pada
dan Standar Deviasi (SD) = 2,00. Jadi dalam hal pengembangan pembelajaran berbasis proyek, (3)
ini tentang perencanaan PBM dalam kategori   
< # 
.
sangat diupayakan. Model pembelajaran kewirausahaan ini agak
Upaya pembelajaran kewirausahaan pelak- lebih kompleks. Model ini diambil dari SMKN 1
sanaan PBM mencakup indikator pelaksanaan Temanggung Jawa Tengah.
PBM kewirausahaan melibatkan beberapa aspek, Pembahasan penelitian, terutama upaya
seperti jumlah maksimal peserta didik per kelas, pembelajaran kewirausahaan di SMK, dapat
beban mengajar maksimal per pendidik, rasio dibahas bahwa secara keseluruhan upaya
maksimal buku teks pelajaran setiap peserta pembelajaran kewirausahaan sudah berjalan
didik, rasio maksimal jumlah peserta didik setiap baik. Hal ini ditandai dari hasil analisis secara
pendidik, dilakukan dengan mengembangkan keseluruhan termasuk dalam katagori diupayakan.
budaya membaca dan dilakukan dengan mengem- Demikian pula aspek-aspek yang dikemas dalam
bangkan budaya menulis. Dari hasil perhitungan sub variabel yang meliputi penyelenggaraan
data tentang pelaksanaan PBM didapat skor rerata PBM, pengakomodasian kemandirian peserta
(M) = 19,00 dan Standar Deviasi (SD) = 2,30. Jadi didik, perencanaan PBM, pelaksanaan PBM,
dalam hal ini tentang pelaksanaan PBM dalam pelaksanaan penilaian dan pengawasan PBM
kategori diupayakan. juga sudah dalam kondisi baik. Hanya ada satu
Upaya pembelajaran kewirausahaan pada sub variabel yang katagori pengupayaannya
pelaksanaan penilaian PBM mencakup indikator termasuk dalam katagori kurang diupayakan
pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran ke- yaitu sub variabel pelaksanaan penilaian. Hal
wirausahaan melibatkan beberapa aspek, seperti ini dimungkinkan karena pelaksanaan penilaian
tes tertulis, observasi, tes praktik, penugasan merupakan suatu sub variabel yang memerlukan
perseorangan, penugasan kelompok. Dari hasil penguasaan kompetensi tertentu oleh guru yang
perhitungan data tentang pelaksanaan penilaian bersangkutan. Hal ini sesuai dengan Implementasi
hasil belajar didapat skor rerata (M) = 12,00 dan PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional
Standar Deviasi (SD) = 2,00. Jadi dalam hal ini yang membawa implikasi terhadap sistem
tentang pelaksanaan penilaian pengajaran dalam penilaian, termasuk model dan teknik penilaian
kategori kurang diupayakan. yang dilaksanakan di kelas.
Upaya pembelajaran kewirausahaan pada Dalam penelitian ini penilaian merupakan
pengawasan PBM, data-datanya mencakup penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar
indikator pengawasan PBM pembelajaran ke- peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas
wirausahaan melibatkan beberapa aspek, seperti nama sekolah untuk menilai kompetensi peserta
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir
dan pengambilan langkah tindak lanjut yang pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi
diperlukan. Dari hasil perhitungan data tentang sebagai cirri utama pembelajaran kewirausahaan
pelaksanaan penilaian hasil belajar didapat skor menuntut model dan teknik penilaian dengan
rerata (M) = 17,00 dan Standar Deviasi (SD) = penilaian kelas sehingga dapat diketahui per-
2,20. Jadi dalam hal ini tentang pengawasan PBM kembangan dan ketercapaian berbagai kom-
dalam kategori sangat diupayakan. petensi peserta didik. Oleh karena itu, model
Kesimpulan tentang contoh-contoh model penilaian kelas ini diperuntukkan khususnya bagi
pembelajaran kewirausahaan di SMK adalah: (1) pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik
Model pembelajaran kewirausahaan di SMKN dan satuan pendidikan. Rumitnya sistem penilaian
IV Surakarta, dikembangkan berdasarkan enam ini dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya
langkah utama, yaitu: (a) %  
2 (b) kekurangan dalam pengupayaan pembelajaran
&
   $ 2 (c) competition six kewirausahaan khususnya mengenai penilaiannya.
&2 (d) &
 
$

2 (e) $
  Pembahasan model pembelajaran labora-
dan (f) '  %"(2) Model pembelajaran torium kewirausahaan yang terdapat di SMK
yang identik dengan   
 &% IV Surakarta Jawa Tengah dan SMK I Buduran
 di SMK N IV Surakarta adalah model Sidoharjo Jawa Timur. Lulusan SMK sebagai
Sabatari dan Lilik, Upaya Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 291

wirausaha yang sukses memiliki ramuan modal (d) dapat meningkatkan motivasi peserta didik
berupa: (1) kerja keras, (2) keuletan, dan (3) untuk belajar terutama mendorong kemampuan
intuisi. Meskipun demikian masih banyak mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan
mereka yang gagal walaupun sudah memiliki mereka perlu untuk dihargai, (e) memerlukan
ketiga hal tersebut. Untuk itu diperlukannya suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik
sistem untuk mempersiapkan, merencanakan, untuk menggunakan informasi dengan beberapa
dan mempercepat keberhasilan suatu proses. disiplin ilmu yang dimiliki, (f) melibatkan para
Konsep tersebut dapat disebut sebagai simulator peserta didik untuk belajar mengambil informasi
atau area latih. Pada konsep pendidikan ke- dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
wirausahaan, simulator ini disebut sebagai kemudian diimplementaskan di dunia nyata, (g)
laboratorium kewirausahaan. Laboratorium ke- mengadakan kerjasama/kolaborasi antar peserta
wirausahaan bertujuan untuk mengurangi ke- didik, peserta didik dengan instruktur dengan
mungkinan kegagalan dan mempercepat keber- tujuan untuk memperluas komunitas, sehingga
hasilan seorang calon wirausaha dengan cara terjadi saling memberi dan menerima, (h) dapat
memberikan latihan-latihan yang benar dan menghadirkan suasana kelas yang menyenangkan,
sesuai. Laboratorium kewirausahaan adalah sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
katalisator yang mengurangi aktivitas mencoba- optimal, (2) kelemahannya mencakup: (a) banyak
gagal belaka. Ibarat sebuah simulator pesawat permasalahan dunia kerja tidak secara optimal
terbang, di dalam simulator ini calon pilot bisa dijumpai di sekolah, (b) memerlukan banyak waktu
melakukan kesalahan fatal tanpa perlu langsung untuk menyelesaikan masalah, (c) membutuhkan
jatuh. Model ini mempunyai kekuatan dan ke- biaya yang cukup banyak, (d) banyak instruktur
lemahan, yaitu: (1) kekuatan mencakup: (a) yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
dapat menyajikan pengalaman belajar yang dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
melibatkan peserta didik secara kompleks, (b) (e) banyaknya peralatan yang harus disediakan.
dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia Secara skematis model pembelajaran tersebut dapat
nyata, (c) mendorong para peserta didik untuk digambarkan sebagai berikut:
memecahkan permasalahan secara kompleks,
Theory Business Competition 6 Best
Plan Group

Award Evaluation Business


Ceremony Activities
Gambar 5.
Entrepreneurship Laboratory Model di SMK N IV Surakarta.

Perancanaan awal Proses Evaluasi Peragaan

Gambar 6.
Project Work Model SMK N 1 Buduran, Sidoarjo

Model pembelajaran kewirausahaan Unit produksi di SMK Temanggung dipakai


& #
. Model ini dikembangkan di untuk kegiatan latihan siswa kewirausahaan.
SMK I Temanggung. Di dalam sekolah terdapat Kegiatan ini melibatkan guru dan siswa, dengan
dua kegiatan yang mengarah pada kewirausahaan, dibantu oleh 4-5 karyawan lepas yang diperoleh
yaitu: (1) Unit produksi (& 
 ) dan (2) dari  
. Untuk menampung dan me-
 
 % (
 ). masarkan hasil-hasil kegiatan kewirausahaan,
didukung oleh adanya  penjualan. Beberapa
292 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 21, Nomor 3, Mei 2013

kegiatan kewirausahaan di unit produksi seperti diargumentasi, proaktif, industri yang memimpin,
jasa analisis, perbengkelan dan lain sebagainya. (c) Pembelajaran selalu mengembangkan tolok
 
 % merupakan pengembangan ukur produktivitas yang benar karena berdasar-
dari unit produksi. Konsep  
  % kan pemecahan masalah yang riil dengan me-
merupakan salah satu bentuk pengembangan mahami keluaran serta berdasarkan praktik
dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah industri yang terbaik, (d) Pembelajaran menjadi
produksi. Menurut Greinert dan Weimann dalam kompetitif sebagai akibat dari pemahaman
Heru Subroto (2004), terdapat tiga model dasar yang nyata/kongkrit dari kompetisi dengan
sekolah produksi yaitu: (1) sekolah produksi ditunjang ide baru dari praktik dan teknologi
sederhana, (2) sekolah produksi yang berkembang, serta mempunyai komitmen yang tinggi, (e)
(3) sekolah produksi yang berkembang dalam Mengarah pada praktik pendidikan yang terbaik
bentuk pabrik sebagai tempat belajar. Model karena berdasarkan pencarian yang proaktif
ketiga selanjutnya dikenal dengan  
 % untuk perubahan, banyak opsi, terobosan praktik
model. Penyelenggaraan model ini memadukan usaha dan performa terbaik. (2) Kelemahannya:
sepenuhnya antara belajar dan bekerja, tidak (a) Fungsi pembelajaran menjadi tidak optimal
lagi memisahkan antara tempat penyampaian karena berorientasi 
 "(b) Organisasi
materi teori dan tempat materi produksi (praktik). lembaga tidak menyatu pada lembaga pendidikan.
Kekuatan dan kelemahan model pembelajaran (c) Memerlukan modal yang tidak sedikit dalam
ini, yaitu: (1) Kekuatan mencakup: (a) Dalam pengelolaannya, (d) Sarana dan prasarana harus
pembelajaran selalu berorientasi pada pemenuhan memenuhi standar bisnis yang professional, (e)
persyaratan pelanggan dengan mengacu pada pengelolaan SDM menjadi sulit karena terpisah
realita pasar, penilaian objektif dan performa dari sistem pembelajaran. Secara skematis model
yang tinggi, (b) Menetapkan sasaran dan tujuan pembelajaran ini dapat digambarkan sebagai
yang efektif sehingga dapat dipercaya, tidak dapat berikut.

Gambar 7. Entrepreneurship Bench Mark Learning Model SMK N 1 Temanggung.


Sabatari dan Lilik, Upaya Pembelajaran Kewirausahaan di SMK 293

SIMPULAN model pembelajaran kewirausahaan di SMK yang


Simpulan dari penelitian ini didasarkan dapat memberikan ilustrasi proses dan hasil
pada perumusan masalah, pertanyaan penelitian, 

 z !      
analisis data dan pembahasan penelitian. menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan
Secara garis besar dalam penelitian ini dapat yang lainnya. Model pembelajaran kewirausahaan
disimpulkan menjadi dua yaitu: (1) upaya guru tersebut secara garis besar ada tiga yaitu; (a)
agar pembelajaran pendidikan kewirausahaan   
 &% di SMK N
dapat menyatu ke dalam kurikulum sehingga IV Surakarta, (b) ) U# SMK N 1
 
  Z G     &  & Buduran, Sidoarjo, dan (c)   
< 
kreatif dan menyenangkan sesuai dengan bunyi # 
 SMK N 1 Temanggung.
standar nasional, (2) tersedia beberapa contoh

DAFTAR RUJUKAN 


  R #  )  0504" Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Agus W. Soehadi. Eko Suhartanto. V. Winarto,
& M. Setiawan Kusmolyono, 2011. Mohammad Nuh, 2009. J
# &
 
 
 "Jakarta: Prastya &
 #'
 diterapkan 2010.
Mulya Publishing. Diakses pada tgl 26 November 2010
dari: http://www.endonesia.com/mod.php?
Asri Laksmi Riani. Sri Suwarsi. Karsono. mod=publisher&op=view-article&cid=40&
Darustam. Al. Sentot Sudarwanto. Joko artid=4596.
Purwono. Mahendra Wijaya. Hunik Sri
Runing Sawitri. & H. Edy Tri Sulistyo. Surya Dharma, 2010. J'
 . Jakarta:
(2006).  #'
 " Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat
Surakarta: UNS Press. Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Coulter. M.. 2001.   

 
 "2nd Pendidikan Nasional.
Edition. New Jersey: Printeci-Hall, Inc.
Suyanto, 2009b. &    

#  J"
Depdiknas. 2009. 
#  05+505++ Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
#
# &&
 #'
 " Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Diambil pada tanggal 11 Oktober 2010, Dasar dan Menengah.
dari dari http://jurnal-nasional.com/show/
newspaper/03/11/20-09-07:24 WIB/
Wiedy Murtini, 2009. J'
  # 
  %" Surakarta: Sebelas Maret
Depdiknas, 2010. M   
  University Press.
 

#  
    05+505+(?
 ) &     

#  Winardi, 2003.       

"Jakarta: Prenada Media.

You might also like