You are on page 1of 9

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 1- 9

ANALISI DEBIT BANJIR DAN DEBIT SEDIMEN


TERHADAP DEGRADASI DASAR SUNGAI

Jalani1, Masimin2, Azmeri3


1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3)
Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Email 1)putra_kppukat@yahoo.co.id

Abstract: Krueng Baro River is a river which has headwaters of Beungga Tangse districts that
empties at Sigli river 52 km length with an area of 355.07 km2 watershed. Riverbed degradation
caused by sand excavation carried out by people in both the upstream and downstream. In this study,
to estimate flood discharge and sediment production was analyzed by impiris, it use sloope flood
discharge area methods, sediment transport use the equation Graf and the flow rate calculated by the
Manning equation. The study was conducted in the mining area along the excavation C 1208.40 m
by measuring the transverse profile of the river, the depiction of the results of measurements, analysis
of flood discharge, flow velocity and sediment transport. The calculations of the average flow rate Q
= 391.78 m3/sec with an average flow velocity V = 2.62 m/sec and the calculation of sediment
transport by qs = 0.123 m3. Of suspended sediment production equation and the equation Scohlitsh
total sediment production at each flood event of Qs = 731.29 m3 , while the number of mining was
done for 6 months to 1648.80 m3 within one year amounted to 3297.60 m3. From the calculation of
estimated production for the comparison impiris sediment sediment transport at every flood is smaller
than compared to mining was done by the community.
Keywords: Flood discharge, sediment discharge and degradation of the riverbed.

Abstrak: Sungai Krueng Baro merupakan sungai yang mempunyai hulu sungai dari Beungga
kecamatan Tangse yang bermuara di Kota Sigli yang panjang sungai 52 km dengan luas DAS
355,07 km2. Degradasi dasar sungai disebabkan oleh adanya penggalian pasir yang dilakukan oleh
masyarakat baik di hulu sungai maupun di bagian hilir. Dalam penelitian ini , untuk memperkirakan
debit banjir dan produksi sedimen dianalisi secara impiris yaitu untuk debit banjir menggunakan
metode sloope area, transpor sedimen menggunakan persamaan Graf dan kecepatan aliran dihitung
dengan persamaan Manning. Penelitian dilakukan pada daerah penambangan galian C sepanjang
1208,40 m dengan melakukan pengukuran profil melintang sungai, penggambaran hasil pengukuran,
analisis debit banjir, kecepatan aliran dan transpor sedimen. Hasil perhitungan diperoleh dari debit
aliran rata-rata Q = 391,78 m3/detik dengan kecepatan aliran rata-rata V = 2,62 m/detik dan
perhitungan transport sedimen sebesar qs = 0,123 m3/tahun. Dari persamaan produksi sedimen
layang dan persamaan Scohlitsh total produksi sedimen pada setiap kejadian banjir sebesar Qs
=731,29 m3, sedangkan jumlah penambangan yang dilakukan selama 6 bulan mencapai 1648,80
m3 dalam satu tahun sebesar 3297,60 m3. Hasil perhitungan diperoleh perkiraan produksi sedimen
secara impiris diperoleh perbandingan angkutan sedimen pada setiap banjir lebih kecil jika
dibandingkan dengan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Kata kunci : Debit Banjir, Debit sedimen dan Degradasi dasar sungai.

PENDAHULUAN Wilayah Sungai (SWS) 01.01.02 Kabupaten Pidie


Sungai merupakan tempat pengaliran air yang dan Pidie Jaya. Sungai Krueng Baro mempunyai
ada di muka bumi dari hulu yang menuju ke hilir panjang 52 Km yang melewati 8 kecamatan
atau muara. Sungai juga merupakan tempat dengan luas DAS sebesar 355,07 km2.
pengendapan sedimen yang dibawa oleh air dari Degradasi pada sungai sekarang ini bukanlah
hulu ke hilir. Secara geografis lokasi studi terletak yang baru dan pada umumnya pengambilan galian
pada DAS Krueng Baro berada dalam Satuan C untuk keperluan bahan bangunan semuanya yang

1- Volume X, No. X, Bulan Tahun


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

berasal dari dalam sungai. Akibat penambangan dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang
yang dilakukan secara terus menerus, maka dasar menampung dan menyimpan air hujan untuk
sungai semakin bertambah dalam yang dapat kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
merusak dinding sungai dan bangunan yang ada utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah
pada dinding sungai. Jika elevasi dasar sungai sama Gerusan adalah merupakan erosi pada
dengan elevasi dasar pada muara maka akan terjadi tangkapan air (DTA atau catchment area) yang
naiknya air laut (air pasang) pada daerah yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya
menjadi penambangan pasir. terdiri atas sumber daya alam atau tanah, air dan
Dasar sungai Krueng Baro pada daerah vegetasi serta sumber daya manusia sebagai
Kecamatan Pidie tidak banyak lagi mengandung pemanfaat sumber daya alam (Asdak, 2002).
lapisan pasir dan sebagian besar sudah kelihatan
lapisan tanah dasar (tanah liat). Akibatnya akan Gerusan atau Erosi
terjadi keruntuhan bila kedalaman sungai bertambah, dasar dan tebing saluran alluvial (Hoffmans
bila ada tebing sungai di hulu yang runtuh maka and Verheij, 1997 dalam Abdurrosyid, 2007).
terjadilah penumpukan kerikil atau pasir pada Gerusan merupakan proses semakin dalamnya dasar
daerah penggalian. sungai karena interaksi antara aliran dengan material
Daerah sungai yang menjadi tempat penelitian dasar sungai. Sedangkan gerusan umum yang
telah terjadi degradasi yaitu pada Desa Dayah terjadi melintang sungai di sepanjang saluran yang
Tutong, Desa Sanggeu, Desa Kp. Barat dan Desa menyebabkan degradasi dasar disebabkan oleh
Kp. Pukat Kecamatan Pidie. Penambangan pasir energi dari aliran air, (Raudkivi dan Ettema, 1983
yang dilakukan pada daerah tersebut sesungguhnya dalam Abdurrosyid, 2007).
tidak mendapatkan izin dari pemerintah karena
rawan terjadinya longsor pada tebing sungai. Perhitungan Debit Banjir
Pada sungai alamiah kemiringan garis energi
TINJAUAN KEPUSTAKAAN tidak sama sepanjang sungai, ini disebabkan oleh
Kerusakan Sungai keadaan saluran yang tidak teratur sepanjang aliran
Dasar tebing sungai terbentuk oleh material sungai dan menurut Chow (1997), bila perubahan
tanah lempung pasir dan pada dasar sungai terdapat kecepatan dibagian sungai yang lurus tidak terlalu
pasir sebagai bahan bangunan. Pasir dalam bahasa besar, kemiringan energi secara kasar dapat
tehnik sering disebut agregat termasuk dalam salah dianggap sama dengan kemiringan dasar maupun
satu dari bahan dasar bangunan secara umum pasir kemiringan muka air. Perhitungan debit aliran (Q)
didapat sebagai bahan tambang. Penambangan pasir diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran
dapat dilakukan pada sungai yang banyak (A) dengan kecepatan aliran (V). Kedua parameter
mengandung pasir atau pada daerah pengunungan tersebut dapat diukur pada suatu tampang lintang
pasir. Penambangan pasir di dalam sungai ataupun (stasiun) di sungai. Luas tampang aliran diperoleh
dipengunungan pada umumnya dilakukan secara dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar
tradisional. sungai (Triatmodjo, 2009).
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan United State of Geological Survey (USGS)
sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografi telah menggunakan metoda slope area untuk

Volume X, No. X, Bulan Tahun -2


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

mengukur debit aliaran dengan berdasarkan 1/2


12
rumus Manning (Loebis, 1993) dan menurut Q = K2 2 2 2 2 1
(2.3)
+ 2 +1
1 12 2 1 2.
Chow (1997), debit Q pada suatu penampang
3. Hitung kecepatan rerata pada tiap tampang
saluran untuk sembarang aliran dinyatakan
aliran:
dengan :seperti berikut :
V1 = Q/A1 dan V2 = Q/A2 (2.4)
1
Q = V.A = A . R2/3. S1/2 (2.1) 4. Hitung kehilangan tinggi energi antara titik 1

dengan : dan 2 dengan rumus :


3
Q = debit (m /detik) hf = h+k(hv) (2.5)
2
A = luas penampang melintang sungai (m ); Jika hasil pengurangan (u Vu2/2g d
2
R = A/P = jari-jari hidrolis (m); Vd /2g) = hv negatif maka k =1, jika positif k
P = keliling basah (m); = 0,5
S = kemiringan muka air; 5. Hitung hantaran rata-rata K sebagai akar dari Ku
n = koefesien kekasaran. dan Kd , atau
Setiap saluran mempunyai daya hantaran dan K= (2.6)
menurut Chow (1997), besaran K dikenal sebagai Kemudian hitung debit aliran dengan
hantaran (covenyance) dari penampang saluran yang persamaan berikut:
merupakan ukuran kemampuan penghantar dari Q = K S1/2 (2.7)
penampang saluran, karena berbanding lurus dengan
S= (2.8)

Q, dengan menggunakan persamaan Manning
dengan :
(Loebis, 1993), sebagai berikut :
1 K = koefesien kehilangan energi;
K = A R2/3 (2.2) (2.2)
Ku = hantaran bagian hulu;
Perhitungan debit banjir dengan menggunakan
Kd = hantaran bagian hilir;
metoda slope area menurut Chow (1997),
S = kemiringan muka air;
diperlukan bebebrapa keterangan yaitu : penentuan
Vu; Vd = kecepatan pada penampang 1
kemiringan energi dalam bagian saluran yang lurus;
dan 2;
pengukuran luas penampang melintang rata-rata dan
hf = kehilangan tingi energi pada
panjang bagian saluran yang lurus; dan penafsiran
penampang 1 dan 2;
koefesien kekasaran yang berlaku bagi saluran yang
L = jarak antara penampang 1 dan 2;
lurus sehingga kehilangan energi karena gesekan
v = kecepatan rata-rata;
dapat dihitung. Tata cara perhitungannya dilakukan
dm = kedalaman rata-rata;
sebagai berikut :
g = grafitasi bumi;
1. Dari nilai-nilai A, R, dan n yang telah diketahui,
k = tinggi kehilangan energi akibat
hitung hantaran Ku dan Kd berturut-turut di
percepatan atau perlambatan;
penampang bagian hilir dan hulu dari bagian
h = perbedaan tinggi muka air 1
saluran yang lurus.
dan 2;
2. Menghitung debit awal (Anonim 1), dengan
hv = hasil pengurangan tinggi kecepatan
mengunakan persamaan :
penampan 1 dan 2.

3- Volume X, No. X, Bulan Tahun


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Sedimentasi Rh = jari-jari hidrolis (m);


Menurut Soemarto (1999), angkutan sedimen s = rapat massa sedimen;
dapat bergerak, bergeser, disepanjang dasar sungai = rapat massa air;
atau bergerak melayang pada aliran sungai, g = percepatan grafitasi;
tergantung pada ; 1) komposisi (ukuran, berat jenis, d60 = diameter sedimen.
dan lain-lain), 2) Kondisi aliran meliputi kecepatan 2. Menurut Asdak (2002), dengan asumsi bahwa
aliran, kedalaman aliran dan sebaginya. Menurut konsentrasi sedimen merata seluruh bagian
sumber asalnya angkutan sedimen dibedakan penampang melintang sungai, maka debit
menjadi muatan material dasar (bed material load), sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian
dan muatan bilas (wash load). Sedangkan menurut antara konsentrasi dan debit air yang
mekanisme pengangkutannya dibedakan menjadi dirumuskan sebagai berikut :
muatan sedimen melayang (suspendead load), dan Qs = 0.0864 x C x Q (2.11)
muatan sedimen dasar (bed load). dengan :
Qs = debit sedimen (ton/hari)
Transport Sedimen C = konsentrasi
Menurut Asdak (2002), kecepatan transpor Q = debit aliran (m3/detik)
sedimen adalah hasil perkalian antara berat partikel 3. Perhitungan volume sedimen muatan dasar (bed
(dalam hal ini partikel sedimen) dengan kecepatan load) dipergunakan persamaan Schocklitsh
rata-rata partikel tersebut. (Soemarto, 1999) sebagai berikut :
Besarnya transport sedimen dalam aliran
qb = 2,500. S2/3 (qcr q) (2.12)
sungai merupakan fungsi dari suplai sedimen dan
q =h.v (2.13)
energy aliran sungai (stream energy). Ketika besar
1,994 (10 5 . )
energy aliran sungai melampaui besarnya suplai qcr = 4/3 (2.14)

sedimen, terjadilah degradasi sungai. Pada sisi lain, dengan :


ketika suplai sedimen lebih besar dari pada energi qb = debit bed load (kg/detik)/m;
aliran sungai, terjadilah agradasi sungai (Asdak, q = debit air (m2/detik);
2002). Perhitungan besarnya angkutan sedimen qcr = laju perpindahan sedimen
dapat menggunakan rumus rumus sebagai berikut : (kg/detik)(meter));
1. Persamaan Graf (Istiarto) debit sedimen, qs = h = kedalaman aliran (m);
Cs U h, dihitung dengan persamaan Graf yaitu : v = kecepatan aliran (m/detik);
/ 60 2,52
=10,39 (2.9) D = diameter sedimen (mm); (2.9)
3
60
S = kemiringan saluran.
kemudian untuk memperoleh debit sedimen
adalah :

METODOLOGI DAN DATA
qs = Cs U h = Cs U Rh (2.10) (2.10)

Pengumpulan Data
dengan :
Data yang digunakan dalam Kajian Degradasi
qs = debit sedimen (m2/detik);
Dasar Sungai Krueng Baro Pidie seperti data
Cs = konsentrasi bed-load;
pengukuran profil melintang dan memanjang
U = kecepatan aliran (m/detik);
sungai, pengukuran tinggi muka air maksimum

Volume X, No. X, Bulan Tahun -4


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

pada saat terjadinya banjir, pengambilan sampel (lebar sungai), kedalaman banjir dan kemiringan
sedimen, pengambilan sampel tanah lereng sungai dasar sungai.
dan jumlah penambangan pasir yang dilakukan oleh
masyarakat dan peta DAS daerah penelitian. Data Penambangan Pasir
Pada sungai di daerah penelitian terdapat
Pengukuran Profil Melintang dan beberapa titik penambangan pasir yang dilakukan
Memanjang Sungai oleh masyarakat, penambang pasir dilakukan
Dalam studi ini data yang dikumpulkan menggunakan pangki/ keranjang dengan volume
merupakan data primer yang diambil langsung 0,012 m3 pasir. Data jumlah penambangan pasir
dengan cara pengukuran langsung di lapangan disepanjang daerah penelitian bervariasi yaitu
dengan menggunakan alat theodolite merk Sokkia secara perorangan atau kelompok, dari hasil
DT600 dengan mengukur beberapa pias sungai pada wawancara dengan para penambang pasir diperoleh
daerah yang terdapat penambangan pasir. data hasil penambangan pasir setiap harinya seperti
Pengukuran antara pias dilakukan dengan jarak disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
tertentu dan ini dilakukan pada bantaran sungai yang
tidak terhalang oleh bangunan ataupun tumbuhan Tabel 1. Lokasi Penambangan dan Jumlah penambang

yang terdapat pada daerah pengukuran. Pengukuran Jumlah


Lokasi Angkutan Pasir/hari
Jumlah
dilakukan dari Desa Dayah Tutong, Desa Klibeut, Penambanga
Penambang Kubikasi Keranjang
n
Desa Sanggeu, Desa Gampong Barat dan Desa (m3) /hari
Desa
Gampong Pukat Kecamatan Pidie. Pada saat Gampong 4 orang 3,36 280
pengukuran dilakukan sungai sedang dalam keadaan Pukat
5
Desa
kering atau musim kemarau . Titik STA 1 terletak kelompo 6,00 500
Sanggeu
k
antara Desa Dayah Tutong dan Desa Klibeut Desa 4
sampai dengan titik terakhir STA 6 terletak antara Gampong kelompo 4,80 400
Barat k
Desa Sanggeue dan Desa Gampong Pukat. Desa Dayah
5 orang 4,20 350
Untuk memperoleh debit aliran dalam kajian Tutong
Jumlah 18,36 m3 1530
ini diperlukan data luas penampang sungai yang
didapat dari gambar hasil pengukuran potonganl
melintang dan potongan memanjang.
Analisis Data
Analisa data yang dilakukan secara empiris
Data Tinggi Muka Air Banjir
yang meliputi analisa perhitungan beda tinggi atau
Data tinggi banjir yang digunakan adalah data
elevasi dari potongan melintang sungai, analisa
hasil dari wawancara dengan masyarakat yang
debit banjir, analisa degradasi dasar sungai dan
kemudian diukur batas tinggi muka air yang paling
transport sedimen dasar. Data hasil pengukuran
tinggi pada saat terjadinya banjir. Pengukur tinggi
profil sungai dapat disajikan pada Tabel 2 berikut :
muka air ini dilakukan untuk mengetahui elevasi
dari banjir tersebut. Dari data hasil pengukuran
profil melintang sungai diperoleh data elevasi dari
dasar sungai, elevasi muka air, lebar muka air banjir

5- Volume X, No. X, Bulan Tahun


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Tabel 2. Hasil Pengukuran Profil sungai sedimen pada tempat dilakukan penambangan.
Transpor sedimen dan konsentrasi sedimen
Ke
Luas
dalama Kelilin Jari- dianalisis dengan menggunakan persamaan Graf
Pato penam Lebar
n g jari
k/ pang sunga yaitu persamaan 2.9 dan 2.10 diperoleh besar debit
aliran Basah Hidrol
Titik Basah i (m)
(Cente (P) is (R) sedimen qs yang kemudian dihitung besar
(m2)
r Line)
konsentrasi sedimen Cs. Perhitungan debit
P1 135,81 6,635 28,95 33,71 3,88
sedimen layang atau muataan sedimen dasar
P2 148,72 6,188 29,25 35,87 4,15
dianalisis pada masing-masing STA yaitu STA 1 dan
P3 166,97 7,569 36,50 43,02 3,88
P4 165,89 7,280 39,96 44,82 3,70 STA 2, STA 3 dan STA 4 dan STA 5 dan STA 6.
P5 153,08 7,044 34,16 40,43 3.54 Perhitungan sedimen sesaat dipergunakan
P6 140,56 7,457 34,45 40,89 3,44 persamaan 2.11 dan perhitungan muatan sedimen
Rata
149,13 7,00 33,88 39,79 3,77 dasar menggunakan persamaan 2.12, 2.13 dan 2.14.
-rata
Data jumlah penambangan pasir atau galian pasir

Analisa debit banjir diperoleh dari sejumlah penambang pasir pada

Banjir merupakan jumlah air yang memenuhi daerah penelitian bertujuannya untuk mendapatkan

sungai sehingga air dapat melimpah kesisi kiri dan besarnya galian pasir yang dilakukan masyarakat

kanan sungai. Besarnya kejadian banjir data setiap harinya sebagai pembanding terjadinya

dianalisis dengan berbagai metode, dalam degradasi dasar sungai.

penelitian ini debit banjir dianalisa dengan


menggunakan data tinggi air (h) saat terjadi banjir. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedalam aliran yang dipergunakan pada perhitungan Perhitungan dan pembahasan yang dilakukan
dipakai kedalaman air pada tengah-tengah sungai meliputi pengukuran potongan melintang dan
(center line). memanjang sungai, pembuatan gambar hasil
Dari elevasi pada gambar profil melintang pengukuran, menganalisa debit aliran berdasarkan
sungai diperoleh kedalaman rata-rata yang menjadi luas penampang sungai, kecepatan aliran,
patokan untuk menganalisa perkiraan debit aliran kemiringan garis energi, perkiraan kedalaman aliran,
atau debit banjir yang di analisis dengan keliling basah dari saluran, kedalaman aliran dan
menggunakan persamaan 2.3; 2.4; 2.5; 2.6; 2.7 dan perhitung perkiraan produksi debit sedimen.
2.8 dengan penafsiran kekasaran dinding saluran
dipakai n = 0,04 Kondisi Lokasi Penelitian
Pada daerah penelitian terdapat
Analisis Angkutan Sedimen penambang/penggalian pasir yang terus berlangsung
Untuk memperkirakan produksi sedimen dan ada dibeberapa tempat lokasi penggalian pasir
diperlukan kecepatan aliran V yang akan yaitu Desa Klibeuet, Desa Dayah Tutong, Desa
membawa sedimen dari hulu ke hilir dianalisis Sanggeue, Desa Gampong Barat dan Desa Gampong
dengan menggunakan persamaan 2.1. Untuk Pukat. Di beberapa tempat penggalian pasir ada
mengetahui perkiraan transport sedimen diperlukan yang sudah kelihatan dasar dasar yang tidak
ukuran diameter sedimen, berat jenis sedimen yang memiliki lagi lapisan pasir ataupun kerikil dan di
data tersebut diperoleh dari pengambilan sampel beberapa bagian sungai pada sepanjang daerah

Volume X, No. X, Bulan Tahun -6


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

penggalian pasir tebing sungai dan ada bagian Debit Aliran


badan jalan sudah longsor yang diakibatkan oleh Berdasarkan gambar hasil pengukuran
banjir. diperoleh data tinggi muka air yang elevasinya
Sepanjang pinggiran sungai banyak terdapat diperoleh dari informasi yang diperoleh dari
tumbuhan bambu masyarakat, rumah tempat tinggal, masyarakat dan dari hasil pengukuran diperoleh
kebun, sarana umum seperti MCK, sarana kedalaman aliran atau elevasi muka air banjir padat
pendidikan, sarana ibadah, jalan penghubung antar masing-masing profil melintang atau titik seperti
desa dan rumah masyarakat dan kandang ternak. pada Tabel 3.

Parameter DAS Krueng Baro Tabel 3. Elevasi muka air


Air Sungai Krueng Baro berasal dari DAS
Patok/ Titik Elevasi muka air (dpl)
Krueng Beungga dan DAS Krueng Meuke,
sementara disisi barat pada daerah penelitian masuk STA 1 7,851
STA 2 7,318
dalam DAS Krueng Rebee dan disisi timur lokasi
STA 3 7,190
penelitian masuk kedalam DAS Krueng Tukah.
STA 4 6,619
Luas DAS Krueng Baro 355.07 km2 dengan
STA 5 6,322
kemiringan sungai utama DAS Krueng Baro yang STA 6 5,729
diambil titik elevasi pada peta dengan ketinggian
575 meter dpl dan elevasi terendah pada daerah Dengan menggunakan pendekatan metode
penelitian sebesar 6 meter dpl dan panjang sungai kemiringan luas (slope area method) dan persamaan
keseluruhan 52 km. DAS Kreung Baro Pidie Manning (persamaan 2.1) dengan menganggap
terdiri dan dengan daerah bergelombang dan ada aliran seragam yang kemudian diperoleh data debit
juga daerah yang landai. aliran pada masing-masing pias (STA) dan debit
Di bagian hulu sungai pegunungan ditutupi aliran rata-rata seperti yang disajikan pada Tabel 4.
oleh vegetasi yang merupakan hutan, ladang serta
sawah masyarakat. Sedangkan pada bagian hilir Tabel 4. Perkiraan Debit dan kecepatan aliran pada
sunguai terdiri dari ladang, sawah, perumahan, pasar masing-masing profil sungai

dan semak belukar. Pato/ Titik Q (m3/ detik) V (m/ detik)

STA1 - STA 2 385,57 3,03


Pengukuran sungai
STA 2 STA 3 426,52 2,82
Pada sungai yang menjadi daerah penelitian
sepanjang 1208,40 m dan dibagi menjadi 6 titik STA 3 STA 4 423,13 2,41
atau 6 STA. Pengukuran yang dilakukan adalah
STA 4 STA 5 365,77 2,25
pengukuran profil melintang dan profil memanjang
STA 5 STA 6 357,93 2,43
sungai dari gambar hasil pengukuran potongan
melintang dan potongan memanjang. Q rata-rata 391,78 2,62

7- Volume X, No. X, Bulan Tahun


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Penambangan Sedimen sebesar 916,15 m3, terlihat jelas terjadinya


Berdasarkan data yang diperoleh dari degradasi dasar karena debit penambangan lebih
masyarakat, angkutan sedimen atau pasir dalam satu besar dari pada produksi sedimen.
hari mereka adalah 18,36 dengan volume
3
pangki/keranjang sebesar 0,012 m . Pada musim KESIMPULAN DAN SARAN
kemarau dilakukan penambang pasir hampir setiap Kesimpulan diambil berdasarkan hasil
hari atau menunggu hasil penambangannya habis perhitungan dan hasil pembahasan pada Perkiraan
terjual. Pada kondisi sungai banjir atau musim Debit Sedimen dan Degradasi Dasar Sungai
penghujan tidak dilakukan penambangan pasir. Krueng Baro Pidie. Kritikan dan saran diberikan
Sepanjang sungai pada daerah penelitian terdiri 18 untuk dapat meningkatkan kulitas hasil dan
kelompok atau perorangan dan dalam sebulan perbaikan dimasa mendatang.
dilakukan penambangan 15 hari. Pada Tabel 5
disajikan hasil penambang pasir yang dilakukan Kesimpulan
dalam 1 hari. Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang
dilakukan dalam studi ini maka dapat diambil
Tabel 5. Banyak hasil penambangan pasir beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

Jumlah Jumlah Angkutan Pasir (1) Dari hasil analisis debit banjir diperoleh
Penambang keranjang/hari (M3) perkiraan debit banjir rata-rata dari hasil
perhitungan sebesar Q = 389,71 m3/detik,
4 orang 280 4,76
kecepatan aliran rata-rata V = 2,62 m/detik
5 kelompok 500 8,5
dengan kemiringan dasar sungai dareah kajian
4 kelompok 400 6,8 S = 0,00176.

5 orang 350 5,95 (2) Pada daerah kajian perkiraan produksi sedimen
berdasarkan rumus empiris berdasarkan
Jumlah 1530 x 0,012 m3 18,36
persamaan 2.11, 2.12, 2.13 dan 2.14 diperoleh
total transport sedimen setiap kejadian banjir
Qs = 731,29 m3.
Degradasi Dasar Sungai
(3) Penambangan pasir yang dilakukan oleh
Hasil analisis trasnpor sedimen yang terjadi
masyarakat setiap hari selama 6 bulan sebesar
dalam setiap kejadian banjir dengan rumus sedimen
1648,80 m3 m3, sementara produksi sedimen
sesaat diperoleh total Qs = 0,200 ton/hari atau 0,123
731,17 m3. Ini berarti pada kondisi sungai
3
m dan total muatan sedimen dasar (bed load)
Krueng Baro Pidie terjadi penurunan dasar
persamaan Scohlitsh Qs = 732,65 m3 /hari dengan
sungai atau degradasi dasar sungai.
asumsi kejadian banjir dalam setahun sekali.
(4) Perlu dilakukan sosialisai dari pihak
Penambangan sedimen dilakukan dalam satu hari
pemerintah kepada masyarakat akibat yang
sebesar 18,36 m3 dalam satu hari dengan asumsi
ditimbulkan dari penambangan pasir dan bagi
penambangan dilakukan selama 6 bulan, dalam 1
penambang pasir perlu diberikan
bulan dilakukan penambangan pasir 15 hari, maka
pelatihan/bimbingan kecakapan hidup selain
dalam setahun jumlah penambangan sedimen
penambangan pasir.
sebesar 3297,60 m3, kekurangan produksi sedimen

Volume X, No. X, Bulan Tahun -8


Jurnal Teknik Sipil
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan studi
Kajian Degradasi Dasar sungai Krueng Baro Pidie
adalah :
(1) Penulisan ini hanya memberikan alternatif
penanggulangan degradasi dasar sungai dengan
membangun krib pada daerah terjadinya
tumbukan air terhadap tebing sungai perlu
dilakukan pemasangan perkuatan tebing sungai
atau dengan melakukan penanaman vegetasi
seperti bambu.
(2) Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya
dilakukan pengukuran tinggi muka air banjir
pada saat sedang terjadinya banjir atau
mengukur debit sungai yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Asdak, C, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah


Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Loebis. J., 1992, Banjir Rencana untuk Bangunan
Air, Departemen Pekerjaan Umum.
Soemarto, C. D., 1999 Hidrologi Teknik, Edisi ke 2,
Erlangga, Jakarta
Triatmodja, B., 2009, Hidrologi Terapan. Beta
Offset. Yogjakarta.

Web
Abdurrosyid, J., dan Fatchan, A, K., 2007 Gerusan
Di Sekitar Abutmen dan Pengendaliannya
Pada Kondisi Ada Angkutan Sedimen Untuk
Saluran Berbentuk Majemuk. Dinamika
TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 1, Januari
2007, UMUHA, Surakarta.
Anonim 1, Perhitungan debit sungai secara empiris,
http://elisa.ugm.ac.id/user/ archive/download/
32792
Diakses tgl . 21-4-2015.
Istiarto, Transpor Sedimen: Degradasi Dasar
Sungai, http://istiarto.staff.ugm.ac.id /docs/
tsungai/TS08a%20Degradasi-Agradasi%20
Dasar%20Sungai.pdf.
Diakses tgl. 29-05-2013.

9- Volume X, No. X, Bulan Tahun

You might also like