Professional Documents
Culture Documents
Analisis Debit Banjir Dan Debit Sedimen Terhadap Degradasi Dasar Sungai
Analisis Debit Banjir Dan Debit Sedimen Terhadap Degradasi Dasar Sungai
Abstract: Krueng Baro River is a river which has headwaters of Beungga Tangse districts that
empties at Sigli river 52 km length with an area of 355.07 km2 watershed. Riverbed degradation
caused by sand excavation carried out by people in both the upstream and downstream. In this study,
to estimate flood discharge and sediment production was analyzed by impiris, it use sloope flood
discharge area methods, sediment transport use the equation Graf and the flow rate calculated by the
Manning equation. The study was conducted in the mining area along the excavation C 1208.40 m
by measuring the transverse profile of the river, the depiction of the results of measurements, analysis
of flood discharge, flow velocity and sediment transport. The calculations of the average flow rate Q
= 391.78 m3/sec with an average flow velocity V = 2.62 m/sec and the calculation of sediment
transport by qs = 0.123 m3. Of suspended sediment production equation and the equation Scohlitsh
total sediment production at each flood event of Qs = 731.29 m3 , while the number of mining was
done for 6 months to 1648.80 m3 within one year amounted to 3297.60 m3. From the calculation of
estimated production for the comparison impiris sediment sediment transport at every flood is smaller
than compared to mining was done by the community.
Keywords: Flood discharge, sediment discharge and degradation of the riverbed.
Abstrak: Sungai Krueng Baro merupakan sungai yang mempunyai hulu sungai dari Beungga
kecamatan Tangse yang bermuara di Kota Sigli yang panjang sungai 52 km dengan luas DAS
355,07 km2. Degradasi dasar sungai disebabkan oleh adanya penggalian pasir yang dilakukan oleh
masyarakat baik di hulu sungai maupun di bagian hilir. Dalam penelitian ini , untuk memperkirakan
debit banjir dan produksi sedimen dianalisi secara impiris yaitu untuk debit banjir menggunakan
metode sloope area, transpor sedimen menggunakan persamaan Graf dan kecepatan aliran dihitung
dengan persamaan Manning. Penelitian dilakukan pada daerah penambangan galian C sepanjang
1208,40 m dengan melakukan pengukuran profil melintang sungai, penggambaran hasil pengukuran,
analisis debit banjir, kecepatan aliran dan transpor sedimen. Hasil perhitungan diperoleh dari debit
aliran rata-rata Q = 391,78 m3/detik dengan kecepatan aliran rata-rata V = 2,62 m/detik dan
perhitungan transport sedimen sebesar qs = 0,123 m3/tahun. Dari persamaan produksi sedimen
layang dan persamaan Scohlitsh total produksi sedimen pada setiap kejadian banjir sebesar Qs
=731,29 m3, sedangkan jumlah penambangan yang dilakukan selama 6 bulan mencapai 1648,80
m3 dalam satu tahun sebesar 3297,60 m3. Hasil perhitungan diperoleh perkiraan produksi sedimen
secara impiris diperoleh perbandingan angkutan sedimen pada setiap banjir lebih kecil jika
dibandingkan dengan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Kata kunci : Debit Banjir, Debit sedimen dan Degradasi dasar sungai.
berasal dari dalam sungai. Akibat penambangan dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang
yang dilakukan secara terus menerus, maka dasar menampung dan menyimpan air hujan untuk
sungai semakin bertambah dalam yang dapat kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
merusak dinding sungai dan bangunan yang ada utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah
pada dinding sungai. Jika elevasi dasar sungai sama Gerusan adalah merupakan erosi pada
dengan elevasi dasar pada muara maka akan terjadi tangkapan air (DTA atau catchment area) yang
naiknya air laut (air pasang) pada daerah yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya
menjadi penambangan pasir. terdiri atas sumber daya alam atau tanah, air dan
Dasar sungai Krueng Baro pada daerah vegetasi serta sumber daya manusia sebagai
Kecamatan Pidie tidak banyak lagi mengandung pemanfaat sumber daya alam (Asdak, 2002).
lapisan pasir dan sebagian besar sudah kelihatan
lapisan tanah dasar (tanah liat). Akibatnya akan Gerusan atau Erosi
terjadi keruntuhan bila kedalaman sungai bertambah, dasar dan tebing saluran alluvial (Hoffmans
bila ada tebing sungai di hulu yang runtuh maka and Verheij, 1997 dalam Abdurrosyid, 2007).
terjadilah penumpukan kerikil atau pasir pada Gerusan merupakan proses semakin dalamnya dasar
daerah penggalian. sungai karena interaksi antara aliran dengan material
Daerah sungai yang menjadi tempat penelitian dasar sungai. Sedangkan gerusan umum yang
telah terjadi degradasi yaitu pada Desa Dayah terjadi melintang sungai di sepanjang saluran yang
Tutong, Desa Sanggeu, Desa Kp. Barat dan Desa menyebabkan degradasi dasar disebabkan oleh
Kp. Pukat Kecamatan Pidie. Penambangan pasir energi dari aliran air, (Raudkivi dan Ettema, 1983
yang dilakukan pada daerah tersebut sesungguhnya dalam Abdurrosyid, 2007).
tidak mendapatkan izin dari pemerintah karena
rawan terjadinya longsor pada tebing sungai. Perhitungan Debit Banjir
Pada sungai alamiah kemiringan garis energi
TINJAUAN KEPUSTAKAAN tidak sama sepanjang sungai, ini disebabkan oleh
Kerusakan Sungai keadaan saluran yang tidak teratur sepanjang aliran
Dasar tebing sungai terbentuk oleh material sungai dan menurut Chow (1997), bila perubahan
tanah lempung pasir dan pada dasar sungai terdapat kecepatan dibagian sungai yang lurus tidak terlalu
pasir sebagai bahan bangunan. Pasir dalam bahasa besar, kemiringan energi secara kasar dapat
tehnik sering disebut agregat termasuk dalam salah dianggap sama dengan kemiringan dasar maupun
satu dari bahan dasar bangunan secara umum pasir kemiringan muka air. Perhitungan debit aliran (Q)
didapat sebagai bahan tambang. Penambangan pasir diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran
dapat dilakukan pada sungai yang banyak (A) dengan kecepatan aliran (V). Kedua parameter
mengandung pasir atau pada daerah pengunungan tersebut dapat diukur pada suatu tampang lintang
pasir. Penambangan pasir di dalam sungai ataupun (stasiun) di sungai. Luas tampang aliran diperoleh
dipengunungan pada umumnya dilakukan secara dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar
tradisional. sungai (Triatmodjo, 2009).
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan United State of Geological Survey (USGS)
sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografi telah menggunakan metoda slope area untuk
pada saat terjadinya banjir, pengambilan sampel (lebar sungai), kedalaman banjir dan kemiringan
sedimen, pengambilan sampel tanah lereng sungai dasar sungai.
dan jumlah penambangan pasir yang dilakukan oleh
masyarakat dan peta DAS daerah penelitian. Data Penambangan Pasir
Pada sungai di daerah penelitian terdapat
Pengukuran Profil Melintang dan beberapa titik penambangan pasir yang dilakukan
Memanjang Sungai oleh masyarakat, penambang pasir dilakukan
Dalam studi ini data yang dikumpulkan menggunakan pangki/ keranjang dengan volume
merupakan data primer yang diambil langsung 0,012 m3 pasir. Data jumlah penambangan pasir
dengan cara pengukuran langsung di lapangan disepanjang daerah penelitian bervariasi yaitu
dengan menggunakan alat theodolite merk Sokkia secara perorangan atau kelompok, dari hasil
DT600 dengan mengukur beberapa pias sungai pada wawancara dengan para penambang pasir diperoleh
daerah yang terdapat penambangan pasir. data hasil penambangan pasir setiap harinya seperti
Pengukuran antara pias dilakukan dengan jarak disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
tertentu dan ini dilakukan pada bantaran sungai yang
tidak terhalang oleh bangunan ataupun tumbuhan Tabel 1. Lokasi Penambangan dan Jumlah penambang
Tabel 2. Hasil Pengukuran Profil sungai sedimen pada tempat dilakukan penambangan.
Transpor sedimen dan konsentrasi sedimen
Ke
Luas
dalama Kelilin Jari- dianalisis dengan menggunakan persamaan Graf
Pato penam Lebar
n g jari
k/ pang sunga yaitu persamaan 2.9 dan 2.10 diperoleh besar debit
aliran Basah Hidrol
Titik Basah i (m)
(Cente (P) is (R) sedimen qs yang kemudian dihitung besar
(m2)
r Line)
konsentrasi sedimen Cs. Perhitungan debit
P1 135,81 6,635 28,95 33,71 3,88
sedimen layang atau muataan sedimen dasar
P2 148,72 6,188 29,25 35,87 4,15
dianalisis pada masing-masing STA yaitu STA 1 dan
P3 166,97 7,569 36,50 43,02 3,88
P4 165,89 7,280 39,96 44,82 3,70 STA 2, STA 3 dan STA 4 dan STA 5 dan STA 6.
P5 153,08 7,044 34,16 40,43 3.54 Perhitungan sedimen sesaat dipergunakan
P6 140,56 7,457 34,45 40,89 3,44 persamaan 2.11 dan perhitungan muatan sedimen
Rata
149,13 7,00 33,88 39,79 3,77 dasar menggunakan persamaan 2.12, 2.13 dan 2.14.
-rata
Data jumlah penambangan pasir atau galian pasir
Banjir merupakan jumlah air yang memenuhi daerah penelitian bertujuannya untuk mendapatkan
sungai sehingga air dapat melimpah kesisi kiri dan besarnya galian pasir yang dilakukan masyarakat
kanan sungai. Besarnya kejadian banjir data setiap harinya sebagai pembanding terjadinya
Jumlah Jumlah Angkutan Pasir (1) Dari hasil analisis debit banjir diperoleh
Penambang keranjang/hari (M3) perkiraan debit banjir rata-rata dari hasil
perhitungan sebesar Q = 389,71 m3/detik,
4 orang 280 4,76
kecepatan aliran rata-rata V = 2,62 m/detik
5 kelompok 500 8,5
dengan kemiringan dasar sungai dareah kajian
4 kelompok 400 6,8 S = 0,00176.
5 orang 350 5,95 (2) Pada daerah kajian perkiraan produksi sedimen
berdasarkan rumus empiris berdasarkan
Jumlah 1530 x 0,012 m3 18,36
persamaan 2.11, 2.12, 2.13 dan 2.14 diperoleh
total transport sedimen setiap kejadian banjir
Qs = 731,29 m3.
Degradasi Dasar Sungai
(3) Penambangan pasir yang dilakukan oleh
Hasil analisis trasnpor sedimen yang terjadi
masyarakat setiap hari selama 6 bulan sebesar
dalam setiap kejadian banjir dengan rumus sedimen
1648,80 m3 m3, sementara produksi sedimen
sesaat diperoleh total Qs = 0,200 ton/hari atau 0,123
731,17 m3. Ini berarti pada kondisi sungai
3
m dan total muatan sedimen dasar (bed load)
Krueng Baro Pidie terjadi penurunan dasar
persamaan Scohlitsh Qs = 732,65 m3 /hari dengan
sungai atau degradasi dasar sungai.
asumsi kejadian banjir dalam setahun sekali.
(4) Perlu dilakukan sosialisai dari pihak
Penambangan sedimen dilakukan dalam satu hari
pemerintah kepada masyarakat akibat yang
sebesar 18,36 m3 dalam satu hari dengan asumsi
ditimbulkan dari penambangan pasir dan bagi
penambangan dilakukan selama 6 bulan, dalam 1
penambang pasir perlu diberikan
bulan dilakukan penambangan pasir 15 hari, maka
pelatihan/bimbingan kecakapan hidup selain
dalam setahun jumlah penambangan sedimen
penambangan pasir.
sebesar 3297,60 m3, kekurangan produksi sedimen
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan studi
Kajian Degradasi Dasar sungai Krueng Baro Pidie
adalah :
(1) Penulisan ini hanya memberikan alternatif
penanggulangan degradasi dasar sungai dengan
membangun krib pada daerah terjadinya
tumbukan air terhadap tebing sungai perlu
dilakukan pemasangan perkuatan tebing sungai
atau dengan melakukan penanaman vegetasi
seperti bambu.
(2) Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya
dilakukan pengukuran tinggi muka air banjir
pada saat sedang terjadinya banjir atau
mengukur debit sungai yang sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Web
Abdurrosyid, J., dan Fatchan, A, K., 2007 Gerusan
Di Sekitar Abutmen dan Pengendaliannya
Pada Kondisi Ada Angkutan Sedimen Untuk
Saluran Berbentuk Majemuk. Dinamika
TEKNIK SIPIL, Volume 7, Nomor 1, Januari
2007, UMUHA, Surakarta.
Anonim 1, Perhitungan debit sungai secara empiris,
http://elisa.ugm.ac.id/user/ archive/download/
32792
Diakses tgl . 21-4-2015.
Istiarto, Transpor Sedimen: Degradasi Dasar
Sungai, http://istiarto.staff.ugm.ac.id /docs/
tsungai/TS08a%20Degradasi-Agradasi%20
Dasar%20Sungai.pdf.
Diakses tgl. 29-05-2013.